How to cite:
Bintang Gemilang Aristawidya, Risa Triarisanti, Ashanti Widyana (2024) Bahasa Maskulin dalam
Drama All of us are Dead, (06) 07, https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
BAHASA MASKULIN DALAM DRAMA ALL OF US ARE DEAD
Bintang Gemilang Aristawidya, Risa Triarisanti, Ashanti Widyana
Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang fitur bahasa laki-laki. Laki-laki dan perempuan
memiliki gaya bahasa yang sangat berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi serta menganalisis fitur bahasa laki-laki berdasarkan teori Jennifer
Coates dengan objek penelitian berupa drama Korea yang berjudul All Of Us Are
Dead. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik analisis
berdasarkan teori Miles, Huberman, dan Saldana yaitu reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menemukan terdapat dua fitur
bahas laki-laki yang ditemukan yaitu perintah dan arahan serta umpatan dan bahasa
tabu. Fitur umpatan dan bahasa tabu menjadi fitur yang paling banyak ditemukan
karena laki-laki bisa mengumpat di kondisi apapun baik saat sendiri maupun bersama
orang lain. Perintah dan arahan antara laki-laki dan perempuan juga berbeda, laki-laki
lebih sering untuk memberikan perintah secara langsung dan kuat untuk menunjukkan
kontrol sedangkan perempuan tidak.
Kata kunci: Bahasa Maskulin, Drama Korea, Variasi Bahasa
Abstract
This research discusses male language features. Men and women have very different
language styles. The purpose of this research is to identify and analyze male language
features based on Jennifer Coates' theory, with the object of research being a Korean
drama titled "All Of Us Are Dead". This research is a qualitative descriptive study with
analysis techniques based on Miles, Huberman, and Saldana's theory, which are data
reduction, data presentation, conclusion drawing, and verification. The results of this
research found that there are two male language features identified: commands and
directives, as well as curses and taboo language. Curse and taboo language features are
the most frequently found because men can curse in any situation, whether alone or with
others. Commands and directives between men and women also differ; men are more
likely to give direct and strong commands to show control, whereas women do not.
Keywords: Korean Drama, Language Variation, Men Language
PENDAHULUAN
Dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat sebagai bahasa, melainkan dilihat
sebagai sarana interaksi di dalam masyarakat manusia. Oleh karena itu, semua rumusan
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Bahasa Maskulin dalam Drama All of us are Dead
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 2949
mengenai sosiolinguistik yang diberikan para ahli tidak akan terlepas dari persoalan
hubungan bahasa dengan kegiatan/aspek-aspek kemasyarakatan (Mujib, 2009).
Hubungan antara bahasa dan jenis kelamin sudah mulai diteliti sejak tahun 1960,
penelitian tersebut menjelaskan bahwa cara wanita dan pria menggunakan bahasa adalah
untuk menegosiasikan hubungan sosial mereka sekaligus membentuk identitas (Bianco,
Hornberger, & McKay, 2010). Buku An Introduction to Sociolinguistics karangan
Holmes (Holmes & Wilson, 2022). menuliskan bahwa faktor utama wanita dan pria
berbicara secara berbeda disebabkan oleh faktor sosial dan budaya. Kemudian bentuk
linguistik yang digunakan pun menyesuaikan komunitas tutur.
Fenomena antara perbedaan bahasa wanita dan pria ini selaras dengan teori yang
ditemukan oleh Jennifer Coates dalam buku yang berjudul Women Men and Language,
berpendapat bahwa banyak perbedaan antara bahasa wanita dan pria. Yang menurut
Philips, dkk. perbedaan bahasa yang digunakan oleh wanita dan pria terjadi karena
masyarakat yang membentuk keduanya secara berbeda. Contohnya, pria ketika berbicara
ke sesama pria, percakapannya cenderung fokus ke kompetisi, ejekan, agresi dan lain-
lain.
Coates, (2015) dalam karyanya, menyatakan bahwa terdapat dua fitur bahasa yang
digunakan oleh pria, yaitu perintah dan arahan serta umpatan dan bahasa yang tabu.
Kedua kategori tersebut cenderung muncul dalam cara pria berkomunikasi, baik ke
sesama pria maupun ke pada lawan jenis.
Kategori pertama adalah perintah dan arahan, yang menurut Coates, pria
cenderung berbicara dalam bentuk perintah daripada sugesti. Contoh, pria menggunakan
kalimat “Jangan membeli barang itu.” yang sebenarnya bisa diubah menjadi bentuk
sugesti seperti “Sebaiknya lihat dulu barang lain” yang tonenya lebih ramah dan tidak
memerintah.
Kategori kedua, adalah umpatan dan bahasa tabu. Umpatan merupakan ekspresi
manusia pada suatu kondisi tertentu. Namun, Coates menyatakan bahwa pria mengumpat
lebih banyak dari wanita, dikarenakan dorongan maskulinitas yang merasa macho’ atau
gagah ketika mengumpat. Contoh kata umpatan adalah “Anjing” “Bangsat”. Sementara
yang dimaksud bahasa tabu atau bahasan tabu bisa mencakup berbagai hal, seperti seks,
kematian, penyakit, dan lainnya. Menurut Coates, pria lebih luwes dalam membicarakan
hal-hal tabu tersebut.
Coates juga memandang perbedaan linguistik merupakan suatu cerminan
perbedaan sosial. Sepanjang masyarakat memandang pria dan wanita berbeda dan tidak
setara, maka perbedaan dalam bahasa laki-laki dan perempuan akan terus berlangsung.
Dengan kata lain, penggunaan bahasa bersifat sensitif terhadap pola-pola hidup dan pola-
pola interaksi.
Salah satu negara yang dilabeli stereotipe patriarki adalah Korea Selatan. Dalam
buku Confucianism and the Family yang ditulis (Cho, 2016), penilaian terhadap status
perempuan dalam masyarakat Konfusianisme, salah satunya Korea Selatan, adalah isu
yang sangat kompleks, dan mungkin hal ini paling rumit di Korea. Secara umum,
masyarakat Korea digambarkan sebagai bentuk patriarki yang ekstrim, terutama pada
masa Dinasti Yi. Perempuan tidak mempunyai posisi publik dan dipaksa untuk bersikap
pasif dan patuh kepada laki-laki, yang secara struktural bersifat sentral.
Dalam Muhammad, Dwiningtyas, & Sos, (2016) dijelaskan bahwa melalui paham
Konfusianisme yang berkembang di Korea Selatan, muncul budaya patriarki yang
menganggap laki-laki lebih berkuasa dibandingkan dengan perempuan. Selain itu
budaya patriarki ini menjadikan laki-laki mampu mendominasi urusan publik. Budaya
Bintang Gemilang Aristawidya, Risa Triarisanti, Ashanti Widyana
2950 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
patriarki ini nampaknya masih berpengaruh dalam berbagai bidang industri di Korea
Selatan hingga saat ini, salah satunya adalah industri hiburan.
Serial drama Korea All of Us Are Dead, menunjukan perbedaan yang menonjol
antara wanita dan pria. Drama bergenre thriller itu menceritakan tentang serangan zombie
yang berlatar di sekolah, di mana pemeran utamanya terdiri dari 3 orang wanita dan 6
orang pria. Salah satu pemerannya, Gwi Nam, merupakan seorang siswa kasar yang
melakukan perundungan terhadap siswa lain dan merupakan antagonis utama.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam menonton serial All of Us Are Dead, penulis
berpendapat bahwa cara bicara karakter Gwi-Nam sesuai dengan karakter yang
digambarkan teori (Coates, 2015). Penelitian tentang fitur bahasa pria sudah banyak
dilakukan, namun belum ada yang membahas tentang perbedaannya dalam bahasa Korea
dan dalam serial drama Korea All of Us Are Dead. Beberapa penelitian terdahulu yang
menjadi pedoman penelitian yaitu penelitian oleh (Fauzia, 2019; Juwita, Sunggingwati, &
Valiantien, 2018; Melinda, Junengsih, & Imanuddin, 2024; Nashr, 2015; Oliver, Degnan,
Hunter, & Moran, 2009; Poegoeh & Hamidah, 2016; Rafi’atussyifa, 2023; Setyani, 2022;
Winarto, 2015; Zulkarnaen, Fitriani, & Widia, 2018)
Penelitian Adriana, (2012) menyatakan perbedaan ujaran oleh gender terjadi
karena pengaruh sosial yang hirarki atau yang memposisikan perempuan di bawah laki-
laki. Bahasa laki-laki lebih menunjukkan sikap dominasi (sikap yang menunjukkan
kekuasaan), sedangkan bahasa perempuan merefleksikan subordinasi. Selaras dengan
penelitan (Islamiyati, Kusuma, & Kom, 2017) yang secara lebih detail menjelaskan
tentang bagaimana Perempuan Indonesia melihat sosok laki-laki, khususnya dalam drama
Korea, yang dipandang berstatus lebih tinggi secara hierarki. Sementara penelitian
(Nurwidyohening, 2011) meneliti hal serupa dengan objek bahasa Prancis, di mana
ditemukan dalam bahasa Prancis juga terdapat superioritas maskulin.
Dijelaskan secara mendalam melalui penelitian (Park et al., 2021) yang berjudul
“KOAS: Korean Text Offensiveness Analysis System , ditemukan bahwa kata umpatan
dalam bahasa Korea memiliki beragam tingkat ofensivitas sesuai dengan penggunaannya:
lemah, sedang, dan kuat. Dan penelitian (Az’Zahrah, Sitaresmi, & Sulistyaningsih, 2019)
menyatakan bahwa kata umpatan dalam bahasa Korea memiliki beberapa kategori seperti
kata-kata umpatan berdasarkan keadaan (michin, doraccci, dijyŏsŏ, irŏn ssagaji), kata
umpatan terhadap binatang (gaejasiga, malmijal, bakhwibŏlle), kata umpatan yang
mengacu pada benda (gŭttansregi, ttongman ssanŭn gigye, yŏdŭrŭm).
Penelitian tentang bahasa pria dan objek serial drama bahasa Korea masih
terbatas, sehingga rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui variasi bahasa maskulin dan memahami makna bahasa maskulin. Peneliti
berharap penelitian ini dapat menambah wawasan tentang bahasa pria berdasarkan teori
Jennifer Coates, sekaligus diharapkan dapat menjadi referensi penelitian yang relevan dan
menjadi referensi bahan ajar pembelajaran bahasa Korea dalam bidang sosiolinguistik.
Dengan memahami lebih baik tentang bahasa laki-laki, diharapkan stereotipe
gender bisa hilang perlahan-lahan. Terbatasnya penelitian yang menganalis variasi bahasa
laki-laki dalam penokohan drama Korea menjadi alasan dirancangnya penelitian ini.
Fenomena maskulinitas stereotipe gender dan fenomena media drama Korea sebagai
salah satu pemengaruhnya juga melatarbelakangi penelitian ini.
METODE PENELITIAN
Bahasa Maskulin dalam Drama All of us are Dead
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 2951
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode ini
digunakan untuk mengamati fenomena subjek penelitian (Moleong & Edisi, 2004).
Data penelitian ini berupa percakapan atau kalimat yang mengandung bahasa maskulin,
sedangkan sumber data berasal dari serial drama Korea All of Us Are Dead yang terdiri
dari 12 episode.
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik simak catat.
Teknik simak (Sudaryanto, 2015) didefinisikan sebagai teknik mendengarkan dan
memperhatikan penggunaan bahasa objek yang akan diteliti. Sedangkan teknik
catat (Mahsun, 2005) didefiniskan sebagai teknik yang mencatat penelitian yang
berkaitan dengan penggunaan bahasa yang sebelumnya sudah dilakukan di teknik
simak.
Selanjutnya untuk teknik analisis data, peneliti menggunakan teknik berdasarkan
teori Miles, Huberman dan Saldana (Miles & Huberman, 2014, hlm. 31), yaitu reduksi
data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada reduksi data, peneliti
menonton 12 episode drama All of Us Are Dead yang berada di Netflix. Untuk
penyajian data, penulis membuat tabel untuk mengetahui persebaran data penelitian.
Setelah reduksi data dilakukan, ditemukan bahwa terdapat 17 data fitur perintah dan
arahan serta 25 data fitur umpatan dan bahasa tabu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menggunakan teori dari Jennifer Coates yang membagi teori
fitur bahasa laki-laki menjadi 2 bagian, terdiri dari perintah dan arahan serta umpatan
dan bahasa tabu. Penelitian ini menemukan 2 fitur bahasa laki-laki oleh Jennifer Coates
dengan perincian: 42 data secara keseluruhan yang terdiri dari 17 data fitur perintah dan
arahan, dan 25 data fitur umpatan dan bahasa tabu. Berikut jika hasil penelitian dalam
bentuk tabel.
Tabel 1 Distribusi Fitur Bahasa Laki-laki
EPISODE
Perintah dan Arahan
Umpatan dan Bahasa Tabu
1
1
3
2
1
2
3
-
1
4
7
5
5
1
4
6
-
3
7
-
1
8
2
3
9
3
3
10
-
-
11
2
-
12
-
-
Total
17
25
Bintang Gemilang Aristawidya, Risa Triarisanti, Ashanti Widyana
2952 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
Perintah dan Arahan
Menurut Coates (1986), pria selalu mengungkapkan kata-katanya secara langsung
tanpa berbelit-belit. Pria cenderung lebih dominan dalam melakukan percakapan dan
aktivitas di kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan, dalam pendidikan anak dan
kehidupan sehari-hari, pria lebih sering diutamakan dan diposisikan sebagai pemimpin.
Jadi tidak heran banyak pria yang menggunakan arahan dan perintah dalam kehidupan
sehari-hari daripada wanita.
1. 있는 데까지 같이 가요
(cha inneun dekkaji gachi gayo)
Ayo pergi denganku ke mobil”
Percakapan tersebut terjadi ketika kepala sekolah menyuruh Gwi Nam
mengambil mobil miliknya untuk kabur, namun sang kepala sekolah enggan ikut
untuk mengambil mobilnya. Gwi Nam sadar dirinya diperalat dan dijadikan umpan,
sehingga Gwi Nam menyuruh kepala sekolah untuk ikut dengannya melalui kalimat
di atas. Adegan selanjutnya adalah keduanya bersikeras saling menyuruh untuk
pergi ke mobil. Itulah mengapa kalimat tersebut diterjemahkan menjadi kalimat
perintah/ajakan walau di dalamnya tidak ada partikel perintah.
Kata 가요 merupakan bentuk informal dari 가다 yang memiliki arti pergi. Arti
pergi yaitu bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Dalam konteks kalimat ini kata
가요merupakan kata kerja. Tidak ada akhiran khusus yang menandakan kata perintah
dan arahan karena percakapan tersebut sudah menunjukkan kedekatan, akan tetapi
dijelaskan dalam situasi percakapan diatas maka bisa dimasukkan kedalam kata perintah
dan arahan yang memiliki arti untuk mengajak pergi.
2. , 일로 와서 교장 묶어
(ya ilro waso gyojang pal jom mukko)
“Cepat kemari dan ikat tangannya”
Percakapan tersebut terjadi ketika kepala sekolah melawan Gwi Nam dengan
cara mengambil pisau dan hendak membunuhnya, namun Gwi Nam berhasil
melawan balik dan menjatuhkan kepala sekolah. Gwi Nam pun berupaya untuk
mengikat kepala sekolah agar dia tidak berbuat hal yang merugikannya. Ketika
sedang mengikatnya, Lee Cheong San masuk ke ruangan dan melihat Gwi Nam
sedang mengikat kepala sekolah, melihat Lee Cheong San masuk, akhirnya Gwi
Nam menyuruh Lee Cheong San untuk ikut membantunya mengikat kepala sekolah.
Kata “일로” merupakan bentuk informal dari “이리” yang memiliki arti kesini,
sedangkan kata 와서merupakan bentuk informal dari 오다 yang memiliki arti
datang. Dalam konteks kalimat ini kata 와서adalah kata kerja. Tidak ada akhiran
khusus yang menandakan kata perintah dan arahan karena percakapan tersebut sudah
menunjukkan kedekatan, akan tetapi dijelaskan dalam situasi percakapan diatas maka
bisa dimasukkan kedalam kata perintah dan arahan yang memiliki arti untuk segera
datang dan membantu untuk mengikat tangannya.
3. 핸드폰 내놔
(haendeupon naenwa)
“Berikan ponselmu”
Bahasa Maskulin dalam Drama All of us are Dead
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 2953
Percakapan tersebut terjadi saat Gwi Nam selesai mengikat kepala sekolah.
Sang kepala sekolah berkata kasar kepada Gwi Nam dan Gwi Nam pun ingin
membunuhnya, namun Lee Cheong San menahannya untuk tidak membunuh kepala
sekolah. Lee Cheong San mengambil ponsel untuk merekam perbuatan Gwi Nam
yang ingin membunuh kepala sekolah, Lee Cheong San juga menyebut Gwi Nam
sebagai pecundang. Gwi Nam pun marah dan akhirnya membunuh kepala sekolah di
hadapan Lee Cheong San yang sedang merekam, akhirnya Gwi Nam dengan intonasi
keras memaksa Lee Cheong San untuk memberikan ponselnya untuk menghilangkan
bukti bahwa dia membunuh kepala sekolah.
Kata 내놔 merupakan bentuk informal dari 내놓다 yang memiliki arti
memberikan. Dalam konteks kalimat ini kata 내놔 adalah kata kerja. Tidak ada
akhiran khusus yang menandakan kata perintah dan arahan karena percakapan
tersebut sudah menunjukkan kedekatan, akan tetapi dijelaskan dalam situasi
percakapan diatas maka bisa dimasukkan kedalam kata perintah dan arahan yang
memiliki arti untuk memberikan ponselnya.
4. 너랑 나랑 같은 편이야. 맡아
(norang narang gateun pyoniya, mata bwa)
“Kita berada di pihak yang sama. Endus aku”
Percakapan tersebut terjadi ketika Gwi Nam sudah berubah menjadi zombi
dan sedang memburu Lee Cheong San untuk balas dendam. Saat sedang menelusuri
jejak Lee Cheong San, Gwi Nam akhirnya bertemu dengan Lee Cheong San. Gwi
Nam pun langsung berkelahi dengan Lee Cheong San, ketika sedang berkelahi tiba-
tiba teman Lee Cheong San memukul Gwi Nam dari belakang. Gwi Nam pun
langsung memukul teman Lee Cheong San tersebut, Gwi Nam juga sadar bahwa
yang dia pukul adalah sama dengannya yaitu zombi tapi masih bisa berpikir
selayaknya manusia normal. Gwi Nam mengajak dia untuk saling bekerja sama
dengan cara menyuruh mencium bau dia.
Kata 맡아 merupakan bentuk informal dari 맡다 yang memiliki arti
mencium atau mengendus. Dalam konteks kalimat ini kata “맡다adalah kata kerja.
Tidak ada akhiran khusus yang menandakan kata perintah dan arahan karena
percakapan tersebut sudah menunjukkan kedekatan, akan tetapi dijelaskan dalam
situasi percakapan diatas maka bisa dimasukkan kedalam kata perintah dan arahan
yang memiliki arti untuk mencium atau mengendus dirinya.
Kata ”terdapat tata bahasa + yang memiliki tujuan untuk
mengungkapkan suatu perintah yang ditujukan kepada orang lain untuk melakukan
sesuatu. Setelah digabungkan menjadi 맡아 maka membentuk suatu perintah
yang artinya menyuruh untuk mengendus atau mencium dirinya.
Umpatan dan Bahasa Tabu
Dibandingkan wanita, pria lebih sering mengucapkan kata-kata kasar. Pria lebih
suka menggunakan kalimat yang kuat “anjing, dan goblok”, sementara wanita lebih
sering menggunakan kalimat yang lembut “ya Tuhan”. Lakoff (1973) telah mensurvei
percakapan antara wanita dan pria dan menyimpulkan bahwa wanita lebih sopan
daripada pria dalam memilih bahasa dan menghindari kata-kata umpatan. Fitur ini ada
karena paradigma sosial maskulinitas menggunakan bahasa yang tabu daripada
feminitas (Coates, 1986).
Bintang Gemilang Aristawidya, Risa Triarisanti, Ashanti Widyana
2954 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
1. , 새끼 이거 진짜
(a, i saekki igo jinjja)
“Dasar bajingan”
Percakapan tersebut terjadi ketika Gwi Nam bersama teman-temannya
sedang merundung dua murid lemah yang terdiri dari perempuan dan laki-laki.
Perempuan itu kemudian disuruh untuk membuka bajunya dan direkam oleh teman
Gwi Nam. Murid laki-laki itupun juga disuruh untuk merekam perempuan itu namun
dia berhenti karena tidak kuat untuk melihatnya. Gwi Nam pun marah dan
mengeluarkan kata umpatan kepada murid laki-laki itu.
Kata 새끼sebenarnya memiliki arti ‘anak’ tanpa mengindikasikan bahasa
umpatan dan tabu, namun kata ini sering diucapkan secara lantang dan kasar yang
bertujuan untuk menunjukkan dominasi atau merendahkan terhadap orang yang
dimaki. Sehingga kata ini sering kali diartikan menjadi ‘bajingan’ dan menjadi
sebagai salah satu kata makian dalam bahasa Korea. Dalam 12 episode, kata ini
muncul sebanyak 86 data, terdiri dari 70 data oleh laki-laki, 16 data oleh perempuan.
2. 이런 씨발 것들
(iron ssibal gottteul)
“Kau benar-benar, brengsek!”
Percakapan tersebut terjadi ketika Lee Cheong San dan teman-teman lainnya
sedang berusaha untuk kabur dari sekolah, di sisi lain Gwi Nam mengetahui bahwa
Lee Cheong San berniat untuk kabur dan Gwi Nam langsung mengejarnya. Saat
mengejar, Gwi Nam dihadang oleh teman Lee Cheong San dan terjadi perkelahian
diantara mereka. Gwi Nam pun mendominasi perkelahian itu dan akan membunuh
lawannya, akan tetapi secara tiba-tiba teman Lee Cheong San lainnya melawan Gwi
Nam yang membuat Gwi Nam kewalahan. Hal itu tidak membuat Gwi Nam
menyerah dan akhirnya dia berhasil melempar lawannya sambil berteriak kata
umpatan diatas.
Kata 씨발berasal dari bahasa Korea kuno yaitu 씹아다 yang memiliki arti
melakukan hubungan seks. Kata ini juga sering diartikan sebagai brengsek, keparat,
persetan. Kata ini sering digunakkan untuk mengungkapkan rasa emosi negatif
seperti frustasi, kemarahan atau kekesalan kepada orang lain atau situasi tertentu.
Dalam 12 episode, kata ini muncul sebanyak 120 data, terdiri dari 80 data oleh laki-
laki, 40 data oleh perempuan.
3. 이청산, 개새끼
(ichongsan, i gaesaekki)
“Lee Cheong San, anjing”
Percakapan tersebut terjadi ketika Gwi Nam dan Lee Cheong San sedang
berkelahi. Gwi Nam mengejar Lee Cheong San sampai akhirnya Lee Cheong San
tertangkap dan tidak bisa bergerak, namun secara tiba-tiba Lee Cheong San berhasil
melawan dengan cara menusuk mata Gwi Nam menggunakan telepon yang membuat
Gwi Nam terjatuh dan dimakan oleh zombi. Beberapa saat kemudian Gwi Nam
berubah menjadi zombi akan tetapi masih bisa berpikir selayaknya manusia normal.
Gwi Nam pun berdiri dan bercermin, dia akhirnya sadar apa yang telah Lee Cheong
San perbuat kepadanya dan mengeluarkan kata umpatan kepada Lee Cheong San.
Bahasa Maskulin dalam Drama All of us are Dead
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 2955
Kata 새끼terdiri dari dua kata yaitu “” yang berarti ‘anjing’ dan “새끼
yang berarti ‘anak atau bajingan’. Kata ini sering digunakkan saat seseorang
menganggap orang lain bersikap tidak sopan atau berkhianat terhadapnya. Dalam 12
episode, kata ini muncul sebanyak 60 data, terdiri dari 45 data oleh laki-laki, 15 data
oleh perempuan.
4. 미친놈
(I michinnom)
“Kau gila”
Percakapan tersebut terjadi ketika Gwi Nam sedang berusaha mengikat
kepala sekolah karena perbuatan kepala sekolah yang berniat untuk membunuhnya
karena menolak permintaan dari kepala sekolah. Gwi Nam sedang mengikat tangan
kepala sekolah kemudian Lee Cheong San masuk ke dalam ruangan dan melihat apa
yang dilakukan oleh Gwi Nam. Lee Cheong San merekam perbuatan Gwi Nam
dengan maksud agar Gwi Nam tidak melakukan hal itu. Lee Cheong San kemudian
mengeluarkan kata-kata yang merendahkan Gwi Nam yang membuat Gwi Nam kesal
dan mengeluarkan kata umpatan. Kata 친놈 terdiri dari dua kata yaitu 미친
yang berarti ‘gila’ dan yang merupakan sebutan kasar untuk laki-laki yang
bertujuan untuk merendahkan atau menghina. Dalam 12 episode kata ini muncul
sebanyak 55 data, terdiri dari 35 data oleh laki-laki, 20 data oleh perempuan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian ini ditemukan dua fitur bahasa laki-laki berdasarkan teori Jennifer Coates
(1986) yaitu perintah dan arahan serta umpatan dan bahasa tabu pada karakter Gwi Nam
dalam series All of Us Are Dead. Gwi Nam merupakan seorang siswa kasar yang
melakukan perundungan terhadap siswa lain dan merupakan antagonis utama.
Penggunaan umpatan dan bahasa tabu memiliki makna simbolis untuk menunjukkan
bahwa menggunakan bahasa umpatan dan tabu merupakan hal yang “keren”. Hal itu
menjadikan fitur bahasa umpatan dan tabu yang paling banyak ditemukan dengan total
250 data. Hal ini dikarenakan laki-laki bisa mengumpat di kondisi apapun baik saat
sendiri maupun bersama orang lain. Perintah dan arahan yang sering digunakan laki-laki
juga berbeda dengan perempuan. Pada laki-laki, lebih sering untuk memberikan
perintah secara langsung dan kuat untuk menunjukkan kontrol, tidak seperti perempuan
yang lebih sering menggunakan kode untuk memberikan perintah.
BIBLIOGRAFI
Adriana, Iswah. (2012). Bahasa dan Gender: Antara Dominasi dan Subordinasi (Sebuah
Kajian Sosiolinguistik). OKARA: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 6(2).
AzZahrah, Zakiah Nur Fatimah, Sitaresmi, Nunung, & Sulistyaningsih, Lilis Siti.
(2019). Comparison of Indonesian and Korean Swear Words Reference: A case
study of humorous discourses of webtoon and meme. Second Conference on
Language, Literature, Education, and Culture (ICOLLITE 2018), 305307.
Atlantis Press.
Bianco, Joseph Lo, Hornberger, N. H., & McKay, S. L. (2010). Language policy and
Bintang Gemilang Aristawidya, Risa Triarisanti, Ashanti Widyana
2956 Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024
planning. Sociolinguistics and Language Education, 18, 143.
Cho, Minsung. (2016). Penterjemahan unsur budaya dalam antologi cerpen Bahasa
Korea-Bahasa Melayu perjalanan ke Sampo/Cho Minsung. University of Malaya.
Coates, Jennifer. (2015). Women, men and language: A sociolinguistic account of
gender differences in language. Routledge.
Fauzia, Alya Zachra. (2019). Pengaruh tipe kepribadian terhadap self-disclosure pada
dewasa awal pengguna media sosial instagram di kota bandung. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Holmes, Janet, & Wilson, Nick. (2022). An introduction to sociolinguistics. Routledge.
Islamiyati, Amy Nur, Kusuma, Rina Sari, & Kom, M. I. (2017). Drama Korea dan
khalayak (penerimaan perempuan Indonesia terhadap budaya dan sosok laki-laki
yang ditampilkan dalam tayangan drama Korea). Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Juwita, Tri Puspa, Sunggingwati, Dyah, & Valiantien, Nita Maya. (2018). The
differences between men and womens language in The Devil Wears Prada movie.
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya, 2(1), 4352.
Mahsun, M. S. (2005). Metode penelitian bahasa: tahapan strategi, metode dan
tekniknya. PT RajaGrafindo Persada.
Melinda, Fanny Dewi, Junengsih, Junengsih, & Imanuddin, Kaffah. (2024). Pengaruh
Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Rumah Sakit
Sentra Medika Cikarang. EKOMA: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, 3(2),
571582.
Moleong, Lexi J., & Edisi, PRRB. (2004). Metodelogi penelitian. Bandung: Penerbit
Remaja Rosdakarya, 3(01).
Muhammad, Rendy Ardian, Dwiningtyas, Hapsari, & Sos, S. (2016). Korean Male
Celebrity Masculinity Reception in Running Man. Interaksi Online, 4(4), 111.
Mujib, Ahmad. (2009). Hubungan bahasa dan kebudayaan (perspektif sosiolinguistik).
Adabiyyat, 8(1), 141154.
Nashr, Basuki Zulkurnain. (2015). Bahasa Perempuan Pada Cerpen Cerita Pendek
Tentang Cerita Cinta Pendek Karya Djenar Maesa Ayu. Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 2(2), 169180.
Nurwidyohening, Wiwid. (2011). Superioritas Maskulin Dalam Bahasa Prancis Dan
Bahasa Indonesia: Sebuah Studi Kontrastif. Universitas Gadjah Mada.
Oliver, Kerry M., Degnan, Patrick H., Hunter, Martha S., & Moran, Nancy A. (2009).
Bacteriophages encode factors required for protection in a symbiotic mutualism.
Science, 325(5943), 992994.
Park, San Hee, Kim, Kang Min, Cho, Seonhee, Park, Jun Hyung, Park, Hyuntae, Kim,
Hyuna, Chung, Seongwon, & Lee, SangKeun. (2021). KOAS: Korean text
offensiveness analysis system. Proceedings of the 2021 Conference on Empirical
Methods in Natural Language Processing: System Demonstrations, 7278.
Poegoeh, Daisy Prawitasari, & Hamidah, Hamidah. (2016). Peran dukungan sosial dan
regulasi emosi terhadap resiliensi keluarga penderita skizofrenia. Insan: Jurnal
Psikologi Dan Kesehatan Mental, 1(1), 1221.
Rafiatussyifa, Gusti. (2023). Gender Differences in Using Language Features on
Youtube Vlogs.
Setyani, Nur Arif. (2022). Analisis Keterkaitan Minat Belajar Dan Motivasi Belajar
Dalam Proses Pemahaman Konsep Matematika. Sepren, 4(01), 1122.
Sudaryanto, Sudaryanto. (2015). Profil Tiga Jurusan Bahasa Indonesia Di Tiongkok
Bahasa Maskulin dalam Drama All of us are Dead
Syntax Idea, Vol. 6, No. 07, Juli 2024 2957
Selatan Dan Barat Daya. Bahastra, 34(1).
Winarto, Jacinta. (2015). The determinants of manufacturer firm value in Indonesia
stock exchange. International Journal of Information, Business and Management,
7(4), 323.
Zulkarnaen, Wandy, Fitriani, Iis Dewi, & Widia, Rini. (2018). The Influence of Work
Motivation to Work Achievement of Employees in PT. Alva Karya Perkasa
Bandung. Jurnal Manajemen, Ekonomi Dan Akuntansi, 1(1), 4262.
Copyright Holder:
Bintang Gemilang Aristawidya, Risa Triarisanti, Ashanti Widyana (2024)
First Publication Right:
Syntax Idea
This Article Is Licensed Under: