Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 6, Juni 2020
EFEK PEMBERIAN LATIHAN DENGAN BEBAN DAN TANPA BEBAN� TERHADAP PENGURANGAN NYERI DAN PADA
KONDISI� PATELLO FEMORALE PAIN SYNDROM
PADA SISWA CAPA TNI AD DI SECAPA LEMBANG
Sari Hijayanti
Akademi Fisioterapi, RS. Dustira Cimahi
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini menerapkan desaign pretest posttest
control group pada dua kelompok
yang mempelajari efek pemberian latihan dengan beban dan latihan tanpa beban
terhadap pengurangan nyeri lutut pada kasus patello femorale
pain syndroma. Dalam penelitian sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan I yang terdiri dari 10 orang diberikan intervensi latihan dengan beban dan kelompok perlakuan II terdiri dari 10 orang diberikan intervensi latihan tanpa beban. Untuk
mengetahui adanya penurunan nyeri lutut akibat patello
femorale pain syndroma dilakukan 6 kali intervensi. Tehnik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan purposive sampling. Pengolahan data dan analisa
data menggunakan jaringan lunak komputer untuk mengetahui kemaknaan perlakuan. Adapun hasil uji hipotesis I pada kelompok perlakuan I sebelum dan sesudah intervensi dengan menggunakan Paired Sample t- Test didapatkan
nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada
efek pemberian latihan beban terhadap
pengurangan nyeri lutut akibat pattelo
femorale pain syndrome. Adapun hasil
uji hipotesis II pada kelompok
perlakuan II sebelum dan sesudah intervensi dengan menggunakan Paired Sample
t-test didapatkan nilai p =
0.000 (p<0,05) yang berarti bahwa
ada efek pemberian latihan tanpa beban terhadap
pengurangan nyeri lutut akibat pattelo
femorale pain syndrome. Sedangkan
pada uji hipotesis III kelompok
perlakuan I sesudah intervensi dan kelompok perlakuan II sesudah intervensi dengan menggunakan Independent Sample t-test didapatkan
nilai p = 0,002 (p < 0,05) yang berarti bahwa Ada perbedaan efek pemberian latihan dengan beban dan tanpa beban terhadap
pengurangan nyeri lutut akibat pattelo
femorale pain syndrome.
Kata kunci: PFPS, Latihan dengan beban, Tanpa Beban
Pendahuluan
Republik
Indonesia adalah salah satu dari sekian negara yang memiliki wilayah lautan
yang lebih luas dari daratan. Secara teritoris, wilayah lautan Indonesia
mencakup 2/3 dari total luas wilayahnya (Simarmata, 2017). Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan yang
luas mulai dari Sabang sampai Merauke dan keadaan medannya yang terdiri dari hutan,
gunung, sungai, rawa, lembah tebing dan pulau-pulau yang merupakan hambatan dan
rintangan bagi setiap prajurit TNI AD dalam melaksanakan tugas untuk mendukung
tugas tersebut, setiap prajurit TNI AD dituntut memiliki kemampuan fisik yang
prima. Pembinaan jasmani bagi seorang prajurit dalam
pelaksanaan tugasnya baik tugas pendidikan latihan maupun tugas operasi,
prajurit dituntut adanya kondisi fisik jasmani yang optimal, agar dapat
melaksanakan taktik dan teknis yang harus dikuasai dengan baik. Disadari bahwa
setiap taktik yang harus dilaksanakan secara baik dan disempurnakan didukung
oleh kemampuan jasmani yang tinggi sehingga dapat melaksanakan tugas pokoknya.
Berkaitan pembinaan jasmani oleh sebagian Prajurit TNI sebagai kendala, hal ini
dapat di lihat pada saat latihan jasmani atau tes kesemaptaan jasmani sebagai
suatu paksaan sehingga apabila tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan atau
aturan mainnya bisa berakibat kecelakaan, dan hal tersebut kerap sering terjadi
di lembaga-lembaga pendidikan militer yang memang dituntut untuk melakukan
pembinaan fisik secara maksimal.
Di dalam sistem
rekruitmen Prajurit TNI AD, Jasmani militer TNI AD berperan dalam mendukung
penyediaan tenaga melalui kegiatan pemeriksaan atau seleksi bidang jasmani
untuk mendapatkan calon prajurit yang memenuhi persyaratan kemampuan jasmani,
meliputi postur tubuh, kesegaran dan ketangkasan. Persyaratan tersebut
diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal jasmani calon prajurit serta
kemungkinan pengembangan mencapai standard kemampuan jasmani militer yang
diperlukan oleh prajurit
Bagi para calon
prajurit� yang sudah diterima secara
resmi oleh Negara untuk di jadikan prajurit TNI AD baik golongan Tamtama,
Bintara dan Perwira maka perlu pembentukan kesamaptaan jasmani yang perlu di berikan
terhadap calon-calon prajurit TNI AD baik pria maupun wanita pada saat
mengikuti pendidikan pertama kali di militer yang diarahkan untuk mewujudkan
kesamaptaan jasmani seorang prajurit TNI AD.
Ketentuan pokok
penyelenggaraan jasmani militer pada dasarnya yaitu dilaksanaka secara
bertahap, bertingkat dan berlanjut untuk mewujudkan kesemaptaan jasmani
prajurit yang meliputi postur tubuh, kesegaran dan ketangkasan jasmani sesuai
norma atau standard yang ditentukan. Penyelenggaraan jasmani militer dilaksanakan
secara rutin dan terus menerus yang diberikan kepada prajurit sejak mengikuti
pendidikan pertama, selama melaksanakan�
dinas aktif sampai berakhir masa dinas.
Berbagai macam
jenis� kegiatan yang wajib dilakukan
sehari-hari secara bertahap, bertingkat dan berlanjut dan dilaksanakan secara
rutin dan terus menerus yang diberikan kepada prajurit sejak mengikuti
pendidikan pertama adalah lari dengan perlengkapannya dengan berbagai� kondisi geografis di� lapangan. Macam bentuk latihan dan beban yang
digunakan tersebut bertujuan untuk pembentukan postur tubuh, kesegaran jasmani
dan ketangkasan agar menciptakan gerakan yang cepat, tepat, tangkas dan
trengginas dengan tehnik gerakan yang benar.
Dengan demikian
untuk melakukan kegiatan latihan militer tersebut� membutuhkan kekuatan otot-otot tungkai yang
sempurna dan ini� tidaklah mudah bagi
seorang calon prajurit yang baru pertama kali melakukan latihan tersebut dan
butuh penyesuaian. Untuk itu diperlukan persiapan-persiapan yang baik untuk
mendapatkan hasil yang baik .
Dalam
mempersiapkan pembinaan fisik peran fisioterapi sangatlah tepat, sesuai dengan
surat Kep. Men Kes. RI no: 1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin
Praktek Fisioterapi Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 ayat 2 Fisioterapi adalah
bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok
untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang
daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,
peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi.
Dengan demikian fisioterapi sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
berperan aktif dalam memberikan kontribusi terhadap upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal yang dibutuhkan baik individu maupun kelompok.
Untuk
melaksankan latihan-latihan militer yang lumayan cukup berat diperlukan
otot-otot dan stabilitas sendi yang baik terutama pada bagian anggota gerak
bawah. Pada� sendi lutut bukan merupakan
sendi yang sangat stabil, menurut Dr. Don O�Donoghue, yang berspesialisasi
selama operasi sendi lutut. � Ia hanya merupakan dua tulang panjang kesatuannya
dipertahankan oleh ligament-ligament.�
Paling sedikit ada lima tempat di mana lutut dapat cedera : tulang
rawan, ligament , otot di sekitar sendi lutut, tulang tempurung lutut (patella)
dan tendon patella. Ada beberapa cara�
yang berguna untuk membantu melindungi diri dari cedera sendi lutut� diantara salah satunya dengan latihan
otot-otot di sekitar sendi lutut. Ada bukti bahwa latihan-latihan ini dapat
mempertebal ligament-ligament dan membuat meraka lebih tahan terhadap cidera.
Salah satu penanganan fisioterapinya dengan latihan penguatan otot Quadriceps.
Pada kondisi
Sindrom nyeri patellofemoral (PFPS) adalah penyakit umum dari lutut.� Ini adalah salah satu keluhan yang paling
sering presentasi di ortopedi dan klinik kedokteran olahraga, baik dalam
population. PFPS atletik dan nonathletic ditandai dengan nyeri retropatellar
dan peripatellar menyebar dihasilkan dari perubahan fisik dan biomekanik
mengubah stres dan pemuatan sendi Gejala patellofemoral diperburuk oleh
kegiatan yang berat sendi patellofemoral, seperti memanjat tangga, jongkok,
berlari, dan kneeling. Jadi, ini kondisi umum mempengaruhi banyak aspek
kehidupan sehari-hari.
Metode Penelitian
Penelitian ini di susun dengan desaign pre test post test
control group pada dua kelompok. Untuk mempelajari efek pemberian latihan
dengan beban dan latihan tanpa beban terhadap pengurangan nyeri lutut pada
kasus patellofemorale pain syndroma. Pada penelitian ini subyek penelitian
berjumlah 20 orang yang terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama berjumlah
10 orang diberikan latihan dengan beban. Sedangkan kelompok kedua juga
berjumlah 10 orang yang diberikan latihan tanpa beban. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk melihat efek pemberian latihan pada masing-masing kelompok.
Kelompok perlakuan I� dibe rikan latihan
dengan beban dan kelompok perlakuan II dibe rikan latihan tanpa beban, terhadap
pengurangan nyeri lutut pada kasus patellofemorale pain syndrome intensitas
nyeri pengukuran Visual Analogue Scale. Hasil pengukuran intensitas nyeri
tersebut kemudian dianalisa dan dibandingkan antara kelompok perlakuan I dan
kelompok perlakuan II.
Kelompok
perlakuan I
Pada kelompok perlakuan I ini obyek penelitian di berikan
latihan dengan beban sebelum perlakuan dilakukan pengukuran nyeri lutut
pada� patellofemorale pain syndroma
dengan menggunakan Visual Analogue Scale untuk mengetahui tingkat nyeri lutut
pada patellofemorale pain syndroma. Tes provokasi nyeri yang dilakukan kita
meminta kepada obyek penelitian untuk, sambil berdiri pada salah satu kaki,
pelan-pelan menekuk lututnya. Sementara itu kita memberikan tekanan pada
patella memakai telapak tangan kita (fisioterapist). Biasanya terasa kalau ada
krepitasi dan obyek penelitian akan menunjukan rasa sakit seperti biasa yang
dialaminya sehari-hari, kemudian obyek penelitian diminta untuk memberikan
tanda rasa nyeri pada formulir yang berisi instrumen Visual Analogue Scale.
setelah pengukuran selesai, kelompok perlakuan dilanjutkan dengan pemberian
latihan dengan beban. Selanjutnya obyek penelitian diminta untuk melakukan 3
kali seminggu selama 2 minggu.
Latihan
Tanpa Beban
Skema 1
Model Kelompok Perlakuan I
Pada kelompok perlakuan II ini obyek penelitian penelitian
diberikan latihan tanpa beban sebelum perlakuan dilakukan pengukuran nyeri
lutut pada patellofemorale pain syndroma
dengan menggunakan Visual Analogue Scale untuk
mengetahui tingkat nyeri lutut pada patellofemorale
pain syndroma. Tes provokasi nyeri yang dilakukan kita meminta kepada obyek
penelitian untuk, sambil berdiri pada salah satu kaki, pelan-pelan menekuk
lututnya. Sementara itu kita memberikan tekanan pada patella memakai telapak
tangan kita (fisioterapist). Biasanya terasa kalau ada krepitasi dan obyek
penelitian akan menunjukan rasa sakit seperti biasa yang dialaminya
sehari-hari, kemudian obyek penelitian diminta untuk memberikan tanda rasa
nyeri pada formulir yang berisi instrumen Visual
Analogue Scale. setelah pengukuran selesai, kelompok kontrol dilanjutkan
dengan pemberian latihan tanpa beban. Selanjutnya obyek penelitian diminta
untuk melakukan 3 kali seminggu selama 2 minggu.
Hasil
dan Pembahasan
Penyebab patello femorale pain syndroma
yang paling sering terjadi
pada remaja dan dewasa muda, faktor lain yang dapat menyebabkan patello femorale pain
syndrome diantaranya adalah
kerusakan pada jaringan sekitarnya, seperti tulang rawan dibagian
bawah patella itu sendiri, ketidak seimbangan yang dapat mengakibatkan pelacakan mal � patella,
selain itu nyeri ini dapat
terjadi setelah cedera lutut, jika
otot � otot paha depan (terutama
VMO) menjadi terhambat atau sangat lemah.
Dengan berbagai penyebab tersebut diatas, pada patofisiologi Sindrom nyeri patellofemoral adalah penyebab umum nyeri disekitar
patella, yang kadang-kadang disebut
sebagai �Nyeri Lutut
Anterior�. Ketika lutut diluruskan,
meluncur lutut di alur khusus pada tulang paha disebut
�alur patellofemorale�, dikendalikan oleh quadriceps (paha)
otot. Namun, untuk beberapa alasan mungkin menyimpang dari jalan ini (biasanya
menjelang luar lutut). Ini disebut
Maltracking patellofemorale
dan menghasilkan tekanan
abnormal pada permukaan bawah
patella yang dapat menyebabkan
nyeri lutut.
Dengan maltracking
patellofemorale, tekanan
abnormal diletakan pada permukaan
bawah dari tutup lutut yang dapat menyebabkan sakit. Jika diperbolehkan untuk kemajuan, ini menekankan dapat menyebabkan kerusakan pada kartilago
articular pada lutu (suatu kondisi yang disebut Chondromalacia
patella) dan tulang paha.
Dalam penelitian
ini sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok perlakuan I untuk menurunkan nyeri lutut akibat
patello femorale pain
syndrome dengan memberikan
intervensi latihan beban dan kelompok perlakuan II untuk menurunkan nyeri lutut akibat patello femorale pain syndrome dengan memberikan intervensi latihan tanpa beban.
Dari
hasil penelitian tersebut akan menjawab
hipotesis pada bab sebelimnya yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hasil Uji Hipotesis
I
Hipotesis I: ada penurunan nyeri lutut akibat
patello femorale pain
syndrome dengan intervensi
latihan beban.
Untuk menguji Hipotesis I
ini digunakan uji t-test related, menunjukan
adanya penurunan nyeri lutut pada kelompok perlakuan I sebelum dan sesudah intervensi,dimana sebelum intervensi didapat nilai Mean sebesar 5,40 dan SD
1,075 dan pada akhir intervensi
didapat nilai Mean 2,20 dan
SD 1,033 dengan demikian didapat nilai selisih
sebesar 3,20 dan SD 0,632, dengan
nilai p = 0,000 ( p<0,05 ) yang berarti ada pengaruh
pemberian latihan beban terhadap penururnan nyeri lutut akibat patello femorale pain syndrome.
Penurunan nyeri lutut diakibatkan patello femorale pain syndrome tersebut
dikarenakan bertujuan agar m.quadriceps
kuat sehingga hal ini dapat
mengurangi nyeri pada lutut depan. Bila
m. quadriceps kekuatannya
stabil kembali maka akan mengurangi
gesekan yang berlebihan
pada sudut tarik m.quadriceps terhadap
patella. Bentuk
latihan yang diberikan dengan gerakan pada kontraksi eksentrik terjadi ketika aktivitas kontraktil melawan peregangan yang dilihat ketika otot quadriceps menurunkan beban. Selama gerakan
ini otot memanjang tetapi tetap berkontraksi melawan peregangan, ketegangan ini terjadi karena otot quadriceps menahan beban berat tungkai.
Sehingga selama berkontraksi eksentrik kekuatan otot yang dihasilkan dari otot lebih tinggi.
Selama kontraksi eksentrik,
didalilkan bahwa gerakan crossbridge
dan penggabungan bisa bekerja pada tingkat lebih cepat, menyebabkan
berkurangnya kebutuhan
energy dari sistem oksigen. Adaptasi kerja otot eksentrik
menghasilkan suatu lampiran optimal antar unsur-unsur aktin dan myosin,
yang pada gilirannya akan meningkatkan potensi kekuatan puncak. Dalam hal ini
terjadi peningkatan rekruitmen motor unit yang terdepolarisasikan
sehingga terjadi peningkatan diameter serabut otot dan jumlah myofibril yang terdepolarisasi, yang pada akhirnya
menyebabkan terjdinya peningkatan kekuatan otot. Jadi, selama kontraksi eksentrik kekuatan otot yang dihasilkan dari otot lebih tinggi.
2. Hasil Uji Hipotesis
II
Uji Hipotesis
II: Ada pengaruh pemberian latihan tanpa beban
terhadap penurunan nyeri lutu akibat
patello femorale pain
syndrome, menunjukan adanya
penurunan nyeri lutut yang diakibatkan patello femoral pain syndrome, dimana sebelum intervensi didapat nilai Mean sebesar 5,70 dan SD
1,050 dan pada akhirnya intervensi
didapat nilai Mean 3,60 dan
SD 0,699 dengan demikian didapatkan nilai selisih sebesar 2,10 dan SD 0,738
dengan nilai p = 0,000
(p<0,05) yang berarti bahwa
ada pengaruh pemberian latihan tanpa beban terhadap
penururnan nyeri lutut akibat patello femorale pain syndrome.
Dengan memeberikanlatihan tanpa
beban pada nyeri lutut akibat patello femorale pain syndrome ini akan meningkatkan
elastisitas jaringan karena adanya latihan
static isometric yang dilakukan pada saat otot berkontraksi
tanpa terjadi perubahan panjang dan tanpa adanya gerakan
pada sendi. Otot dapat menghasilkan tegangan yang lebih besar ketika melakukan
kontraksi isometrik maksimal. Karena tidak ada gerakan sendi,
maka kekuatan otot meningkat sesuai dengan beban
yang diberikan juga dibentuk
oleh panjang otot saat latihan.
Dalam latihan isometrik akan terjadi kontraksi
jaringan kontraktil pada otot menjadi lebih
kuat akibatnya akan terjadi hypertropi pada serabut otot dan peningkatan rekruitmen motor nit pada
otot. Pada peningkatan kekuatan otot akan
terjadi fase-fase pada awal latihan dan itu disebabkan karena saat otot
berkontraksi maka akan terjadi perubahan
pada serabut otot dan adanya adaptasi neurologik yaitu meningkatkan koordinasi dan rekruitmen motor unit dan jika kontraksi dilakukan secara rutin dan spesifik maka akan
meningkatkan kekuatan otot.
Sebagai contoh pada kelompok
perlakuan II rata-rata derajat
penurunan nyeri lutut berkurang sesudah intervensi kedua, hal tersebut
karena mereka tersebut rajin dan rutin mengikuti anjuran kami, yaitu untuk selalu mentaati
jadwal terapi, melakukan gerakan pada latihan tanpa beban
sesuai dengan anjuran peneliti serta bersungguh-sungguh dalam mengikuti setiap sesi latihan.
3. Hasil Uji Hipotesa
III
Uji Hipotesa III: Ada perbedaan pengaruh pemberian latihan beban dan tanpa beban terhadap
penurunan nyeri otot yang diakibatkan patella femorale
pain syndrome, menunjukan hasil
pengukuran penurunan nyeri lutut patella femorale pain syndrome pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Sehingga dapat terbaca nilai selisih
antara sebelum dan sesudah perlakuan ke dua kelompok
tersebut, dimana terdpat nilai selisih
sesudah intrvensi kelompok perlakuan I dengan Mean sebesar 3,20 dengan SD sebesar 0,623, nilai Mean sesudah intervensi pada kelompok pelakuan II sebesar 2,10 dengan SD 0,738. Dari uji hipotesis
III dengan menggunakan
Independent Sample t-test didapatkan nilai p=0,002 (p≤0,05 yang berarti
bahwa perbedaan pengaruh pemberian latihan dengan beban dan tanpa beban terhadap penurunan nyeri lutut akibat patella femorale pain syndrome.
Hal tersebut didukung dengan teori yang menyatakan bahwa latihan beban latihan
rantai tertutup lebih baik karena
meniru aktivitas hidup sehari-hari, yang berarti mereka meningkatkan �fungsional� kebugaran kita. Para untuk atlit juga membutuhkan beberapa gerakan sendi dan otot terjadi sekaligus.
Sangat sedikit dalam kehidupan nyata atau dalam
atletik mengisolasikan hanya satu gerak
sendi dan satu kontraksi otot saja seperti pada latihan rantai terbuka.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada efek pemberian
latihan beban terhadap pengurangan nyeri lutut akibat patella femorale pain
syndrome pada CAPA TNI AD di SECAPA Lembang.
2. Ada efek pemberian
latihan tanpa beban terhadap pengurangan nyeri lutut akibat patella femorale
pain syndrome pada SECAPA TNI AD di SECAPA Lembang.
3. Ada pemberian efek
pemberian latihan dengan beban dan tanpa beban terhadap pengurangan nyeri lutut
akibat patella femorale pain syndrome pada CAPA TNI AD di SECAPA Lembang.
BIBLIOGRAFI
A.N�� de���������
Wolf.� Dan J.M.A,���� Mens,� Pemeriksa������� Alat���� Penggera Tubuh, Houten/Zaventen
1994
C.K.Giam,MAj,PPA at all,Ilmu Kedokteran Olah Raga, Jakarta 1993
DuniaFitnes.com on
Oct 14, 2011 Bagaimana Menurunkan
Berat Badan Jika Anda Mengalami
Nyeri Lutut
Elninosky, 2011,
Latihan Stabilisasi (open chain stabilization dan
close chain stabilization exercise) file://C:/Users/1/Downloads/latihan-stabilisasi-open-chain.html
http://www.physioroom.com/injuries/knee/patellofemoral_maltracking_full.php,diambil tanggal 16 Desember 2011
Ikatan Fisioterapi Indonesia, Pengantar Ilmu Bedah (Volume 09 No.2 Oktober 2009)
Indra Lesmana Syahmirza & Armen, Differential Diagnosis, (Kumpulan Makalah TITAFI XV : Semarang, 2-4 Oktober 2000)
Jasmani militer, Buku Petunjuk
Induk Mabesad,������ (Skep�������������� KASAD��������������������� Nomor
Skep/350/X/2002 tanggal 11 Oktober
2002)
Journal of orthopaedic & sports phisycal
therapy, │april 2007 │volume
37│number 4│160
Kurniawan Hadi Sp.RM, Latihan Penguatan Otot Kuadriseps pada pasien Osteoartritis lutut, seri majalah
kasih senin 21 Agustus 2011 edisi 9, http://MajalahKasih.pantiwilasa.com di ambil 3-11-2011
Latihan untuk Nyeri Lutut 20 Wednesday Apr 2011 Posted by Raymond
��������� Posuman in physical Medicine and Rehabilitation.
Medis
Multimedia Group, LLC�������� :���������� 1-406-721-3072��������� C�������� Copright 2009-2011, eorthopod.com, diambil
tanggal 19 Desember 2011.
Naskah Departemen No. 53-07-C1-A0101, Pengetahuan
Binjasmil, (Pusdikjas Kep. Danpusdikjas Nomor Kep /06/VIII/2007 tanggal 17 juli 2007)
Nicole Nicholes 2008/10/3., Latihan Rantai
Terbuka dan Tertutup [email protected]
Pusdikjasmil, Subajsmil, (Cimahi, November
2010)
Richard S Snell,
Clinical Anatomy For Medical Student, (USA: Lippicott
Williams & Wilkin, 2006)
Rasjad Chairudin, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,
Ujung Pandang 1998
Simarmata,
Parihutantua. (2017). Hukum Zona Ekonomi Eksklusif dan Hak Indonesia Menurut
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1983. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 2(2), 108�123.
S Snell Richard, Clinical Anatomy For Medical Student,
(USA: Lippicott Williams & Wilkin, 2006)
Sumosardjuno Sadoso, Kesehatan Olah Raga,
Jakarta 1984
Thomas Souza, DC,
DACBSP Dinamis Chiropractic-Desember
14 Agustus 2000, Vol. 18, Edisi
26
Yantika Delyuzir Nindi & Indra Lesmana Syahmirza, Perbedaan pengaruh pemberian MWD, US, latihan eksentrik quadriceps dengan MWD,
US, latihan statistic isometric quadriceps terhadap peningkatan kekuatan otot quadriceps pada
tendinitis patelaris, (Jurnal
Fisioterapi Vol 9 no 2, Oktober
2009)