How to cite:
Frangky Eka Putra Paendong, Fabian Johanes Manoppo, Steeva Gaily Rondonuwu (2024) Analisis
Prioritas Penanganan Longsoran Lereng Bawah Dengan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi
Kasus: Proyek Jalan Nasional Ruas Tomata Beteleme Bpjn Sulawesi Tengah), (06) 06,
https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
ANALISIS PRIORITAS PENANGANAN LONGSORAN LERENG BAWAH DENGAN
METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: PROYEK JALAN
NASIONAL RUAS TOMATA BETELEME BPJN SULAWESI TENGAH)
Frangky Eka Putra Paendong, Fabian Johanes Manoppo, Steeva Gaily Rondonuwu
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia
Abstrak
Berdasarkan data BPJN Sulawesi Tengah 3 (tiga) tahun terakhir sampai dengan Desember
2021, terdapat kekosongan penanganan jalan baik antara ruas jalan Tomata Beteleme
dibandingkan dengan ruas jalan yang lainnya. Ini disebabkan adanya keterbatasan anggaran
negara akibat dari dampak Virus Covid19, akibatnya target kemantapan jalan yang tidak
tercapai. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui kriteria-kriteria yang mempengaruhi
penentuan kebijakan penanganan longsoran pada ruas jalan Tomata Beteleme. Dalam
penelitian ini jenis dan sumber data yang diperlukan terdiri dari dua macam yaitu data primer
yang dikumpulkan yaitu berupa data kondisi longsoran, baik itu lokasi, jenis dan tingkat
kerusakan, foto eksisting longsoran yang ada, kondisi lingkungan disekitar jalan tersebut dan
lain-lain. Dalam menentukan pengaruh penentuan kebijakan dalam penanganan longsoran di
ruas Tomata Beteleme terdapat beberapa kriteria, yaitu Biaya Penanganan sebesar 34,4%,
Kemudahan Pelaksanaan sebesar 18,5%, Tipe dan Kedalaman Tiang sebesar 17,8%, Panjang
Efektif Longsoran sebesart 15,1% dan Jangka Waktu Pelaksanaan sebesar 14,3%. Kriteria
Biaya Penanganan secara signifikan dianggap paling penting diantara kriteria lainnya,
sehingga dihitung pemilihan alternatif terhadap Kriteria Biaya Penanganan dengan hasil STA
0+200 / KM 346+200 memiliki skor 12,9%, STA 5+200 / KM 351+200 memiliki skor 12,5%,
STA 1+800 / KM 347+800 memiliki skor 11,5%, STA 4+500 / KM 350+500 memiliki skor
10,7%, STA 5+500 / KM 351+500 memiliki skor 10,6%, STA 4+600 / KM 350+640
memiliki skor 10,4%, STA 10+100 / KM 356+100 memiliki skor 9,3% STA 6+200 / KM
352+200 memiliki skor 6,4%, STA 8+900 / KM 354+900 memiliki skor 5,5%, STA 6+000 /
KM 352+000 memiliki skor 5,4% dan STA 17+500 / KM 363+500 memiliki skor 4,8 .
Kata kunci: Analisis Prioritas, Longsoran Lereng, Metode Analytic Hierarchy Process,
Abstract
Based on data from BPJN Central Sulawesi for the last 3 (three) years until December 2021,
there is a gap in road handling between the Tomata Beteleme road section compared to
other road sections. This is due to the limited state budget due to the impact of the Covid19
Virus, as a result of which the road stability target has not been achieved. The purpose of this
study is to find out the criteria that affect the determination of landslide handling policies on
the Tomata Beteleme road section. In this study, the types and sources of data needed
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Analisis Prioritas Penanganan Longsoran Lereng Bawah Dengan Metode Analytic Hierarchy
Process (Studi Kasus: Proyek Jalan Nasional Ruas Tomata Beteleme Bpjn Sulawesi Tengah)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2551
consist of two types, namely primary data collected, namely data on avalanche conditions, be
it location, type and level of damage, existing photos of avalanches, environmental conditions
around the road and others. In determining the influence of policy determination in handling
landslides in the Tomata Beteleme section, there are several criteria, namely Handling
Costs of 34.4%, Ease of Implementation of 18.5%, Type and Depth of Poles of 17.8%,
Effective Length of Avalanche of 15.1% and Implementation Period of 14.3%. The Handling
Cost Criterion is significantly considered the most important among other criteria, so that an
alternative selection to the Handling Cost Criterion was calculated with the results of STA
0+200 / KM 346+200 having a score of 12.9%, STA 5+200 / KM 351+200 having a score of
12.5%, STA 1+800 / KM 347+800 having a score of 11.5%, STA 4+500 / KM 350+500
having a score of 10.7%, STA 5+500 / KM 351+500 has a score of 10.6%, STA 4+600 / KM
350+640 has a score of 10.4%, STA 10+100 / KM 356+100 has a score of 9.3%, STA 6+200
/ KM 352+200 has a score of 6.4%, STA 8+900 / KM 354+900 has a score of 5.5%, STA
6+000 / KM 352+000 has a score of 5.4% and STA 17+500 / KM 363+500 has a score of 4.8
Keywords: Priority Analysis, Slope Avalanche, Analytic Hierarchy Process Method
PENDAHULUAN
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sulawesi Tengah dibawah naungan Direktorat
Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai Unit
Pelaksana Teknis di daerah (PUPR, 2020) (Sowolino & Santosa, 2021). Salah satu wilayah
kerja BPJN Sulawesi Tengah adalah Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah IV
yang terdiri dari 4 (empat) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) diantaranya PPK 4.1, PPK 4.2,
PPK 4.3, PPK 4.4, mencakup wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Morowali Utara,
Kabupaten Morowali, (PUPR, 2023) (Purba, Subiyanto, & Sasmito, 2014; Vaidya & Kumar,
2006)
Ruas Jalan Tomata Beteleme merupakan ruas jalan lingkar timur yang
menghubungkan Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Tenggara, serta Kabupaten
Morowali Utara dan Kota Palu. Panjang ruas 50,50 Km dan terdapat sebanyak 29 buah
jembatan sepanjang 399,80 m (PUPR, 2022). Untuk melintas atau melewati ruas jalan ini,
diperlukan waktu 2 Jam, ini disebabkan sebagian besar dari ruas jalan ini sudah rusak berat,
akibat adanya pergerakan tanah dengan 20 titik longsor lereng bawah (Pasha, Haliman,
Anjarwati, & Putranto, 2024; Seran & Klau, 2022)
Berdasarkan data BPJN Sulawesi Tengah 3 (tiga) tahun terakhir sampai dengan
Desember 2021, terdapat kekosongan penanganan jalan baik antara ruas jalan Tomata
Beteleme dibandingkan dengan ruas jalan yang lainnya. Ini disebabkan adanya keterbatasan
anggaran negara akibat dari dampak Virus Covid19, akibatnya target kemantapan jalan yang
tidak tercapai (Highland & Bobrowsky, 2008; Ruzain, 2017). Pada tahun anggaran 2022 telah
ditetapkan anggaran/DIPA untuk penanganan jalan dan jembatan di lingkungan BPJN
Sulawesi Tengah. Sementara itu, penanganan longsoran diruas Tomata Beteleme hanya
bersifat penanganan sementara berupa rutin jalan, padahal data Triwulan III per Agustus 2022
terdapat 38 (tiga puluh delapan) titik longsor lereng bawah, amblas badan jalan diruas jalan
Tomata Beteleme (Sushera, Rohman, & Kartika, 2019; Uno, 2010). Perlu penanganan
Frangky Eka Putra Paendong, Fabian Johanes Manoppo, Steeva Gaily Rondonuwu
2552 Syntax Idea, Vol. 6, No. 01, January 2024
mendesak dan super prioritas untuk segera ditangani secara permanen dan mengingat kondisi
jalan rusak berat.
Melihat kondisi di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dalam
menentukan skala prioritas penanaganan longsoran lereng (Sasangka, Suhardi, Riyanto,
Insani, & Dwi, 2021). Dalam penelitian ini digunakan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process) dalam pembobotan kriteria dasar penentu kebijakan. AHP merupakan suatu model
pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (Rakasiswi & Badrul,
2020). Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki (Sasangka et al., 2021). Kemudian setelah
didapat kriteria- kriteria dasar dalam penentu kebijakan, lalu dilakukan pembobotan pada
masing- masing titik longsoran sehingga kita dapat menentukan prioritas titik longsoran mana
yang lebih dahulu mendapat penanganan dan perbaikan baik pada ruas jalan Tomata
Beteleme. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui kriteria-kriteria yang
mempengaruhi penentuan kebijakan penanganan longsoran pada ruas jalan Tomata
Beteleme. Dapat menyusun daftar urutan prioritas penanganan longsoran pada ruas jalan
Tomata Beteleme
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang diperlukan terdiri dari dua macam yaitu
data primer yang dikumpulkan yaitu berupa data kondisi longsoran, baik itu lokasi, jenis dan
tingkat kerusakan, foto eksisting longsoran yang ada, kondisi lingkungan disekitar jalan
tersebut dan lain-lain (Oktharandi, 2013). Data primer yang lain yaitu data tentang penentuan
jenis kriteria dan penilaian pembobotan antar kriteria yang akan digunakan untuk penentuan
skala prioritas pekerjaan longsoran pada ruas Tomata Beteleme (De Blasio, 2011).
Sumber data yang dipakai adalah responden yang memahami dibidang ini, yaitu para pejabat
dan staf yang mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam hal ini Kementrian
Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat Balai Pelaksana Jalan Nasional Sulawesi Tengah.
Data sekunder Data sekunder yang diperlukan mencakup data Tipe Dinding Penahan,
Panjang Efektif Dinding, Biaya Rekonstruksi dan data Kondisi Jalan.
Dalam studi ini dilakukan pengumpulan data yang meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperoleh adalah data yang dicatat dan didapat langsung dari
obyek penelitian melalui wawancara dan data sekunder diambil langsung dari instansi Balai
Pelaksana Jalan Nasional Sulawesi Tengah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis
Deskriptif dan metode AHP (Analitical Hierarchy Process) dengan menggunakan Software
Expert Choice 11 untuk mengetahui penentuan penanganan longsor pada ruas Jalan
Tomata Beteleme, serta urutan prioritas penanganan longsoran pada titik-titik yang perlu
menjadi perhatian longsoran, serta menentukan metode penanganan yang tepat dari longsoran
tersebut. Analisis deskriptif kualitatif yang difokuskan pada hasil wawancara dari para pejabat
dan staf Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pelaksana Jalan Nasional
Analisis Prioritas Penanganan Longsoran Lereng Bawah Dengan Metode Analytic Hierarchy
Process (Studi Kasus: Proyek Jalan Nasional Ruas Tomata Beteleme Bpjn Sulawesi Tengah)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2553
Sulawesi Tengah, serta Kontraktor dan Konsultan yang terlibat dalam Perbaikan Longsoran
pada ruas Tomata Beteleme.
Deskripsi karakteristik responden adalah menguraikan atau memberikan gambaran
mengenai identitas responden dalam penelitian ini, sebab dengan menguraikan identitas
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini maka akan dapat diketahui sejauh mana
identitas responden dalam penelitian ini. Oleh karena itulah deskripsi identitas responden
dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu: Instansi, Jabatan
dan Pengalaman Kerja.
Kondisi Eksisting Ruas Jalan Tomata - Beteleme
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Sulawesi Tengah yang menangani ruas Tomata -
Beteleme yang di dalamnya merupakan dominan pekerjaan penanganan longsoran. Terdapat
12 titik yang akan ditangani pada tahun 2023. Diantara 12 titik ini, terdapat penanganan
badan jalan yang amblas akibat longsoran. Longsoran pada ruas Jalan Tomata - Beteleme
ini cukup memiliki karakteristik dimana tanahnya bersifat lunak atau ekspansif sehingga,
tanah mudah lepas. Target dari pengerjaan ini penyelesaian pekerjaan pemancangan untuk
pengerjaan perkuatan badan jalan.
Perkuatan sisi badan jalan dengan pondasi dalam (Mina, Fathonah, & Sari, 2019).
Geomembran akan dipasang khusus untuk badan jalan yang berfungsi untuk kedap air yang
akan mencegah penyerapan air dari atas maupun bawah sehingga tidak tembus kedalam tanah
dan kemudian dipasang geotextile non woven yang berfungsi untuk menahan air agar
tidak masuk kedalam. Semua longsoran agar bisa tertangani secara optimal sehingga
masyarakat bisa menikmati jalan pada ruas Tomata Beteleme secara nyaman dan lancar.
Kriteria Penanganan Longsoran Lereng Bawah
Dari Narasumber, terdapat 5 kriteria yang dapat memberikan pengaruh paling besar
dalam menentukan jenis penanganan Longsoran Lereng Bawah, yaitu:
Tipe dan Kedalaman Tiang
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal
ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan (PRATAMA & AMALIA, 2017). Pondasi
tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang
terdapat di bawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi. Pondasi tiang digunakan untuk
mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam. Pondasi jenis ini dapat
juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama
pada bangunan-bangunan tingkat yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat
beban angin.
Panjang Efektif Longsoran
Salah satu faktor penyebab pergerakan tanah/longsoran yang sering terjadi di ruas jalan
tersebut adalah akibat intensitas curah hujan relatif tinggi dengan durasi yang lama yang
menyebabkan perubahan atau peningkatan kandungan air dalam tanah. Perubahan kandungan
air juga dapat memicu kembang susut tanah yang dapat menyebabkan keruntuhan lereng.
Apabila pergerakan tanah akibat perubahan volume ini terjadi pada tanah pembentuk lereng,
Frangky Eka Putra Paendong, Fabian Johanes Manoppo, Steeva Gaily Rondonuwu
2554 Syntax Idea, Vol. 6, No. 01, January 2024
maka akan terjadi longsoran yang dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup berarti. Air
hujan yang berinfiltrasi ke dalam tanah yang lolos air (permeable) akan berakumulasi pada
kaki lereng dan menyebabkan muka air tanah naik, sehingga memperbesar tekanan hidrostatis
pada lereng tersebut.
Biaya Penanganan
Biaya Penanganan longsoran yang cukup tinggi disebabkan terdapat investigasi
awal mengenai kelongsoran, dilakukan pengukuran Topografi dan Pengujian Tanah,
kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui seberapa dalam dan besar Dimensi dari Tiang
Pancang yang akan digunakan. Semakin besar dimensi Tiang dan Kedalaman Tiang yang
dalam menyebabkan biaya Penanganan pun semakin tinggi.
Kemudahan Pelaksanaan
Kemudahan pelaksanaan pun menjadi salah satu point penting dalam faktor penanganan
longsoran. Pengerjaan longsoran bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi mengingat lokasi
pekerjaan yang sangat terjal, kondisi cuaca yang memiliki intensitas hujan yang tinggi,
sehingga dapat menghambat proses pekerjaan pemancangan tiang beton.
Jangka Waktu Pelaksanaan
Durasi proyek adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyempurkan suatu aktifitas
yang sudah ditentukan. Biasanya jangka waktu pelaksanaan proyek adalah waktu yang
dikehendaki oleh pemilik untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Keterlambatan pekerjaan
dapat terjadi akibat dimulainya pekerjaan yang terlambat hal ini yang disebabkan menambah
durasi pekerjaan sebelumnya. Potensi akibat keterlambatan suatu kegiatan akan dapat
mempengaruhi pekerjaan selanjutnya sehingga mempengaruhi kinerja waktu proyek secara
keseluruhan. Kinerja waktu dapat dilihat dari tingkat keberhasilan dalam menyelesaikan
proyek sesuai dengan waktu yang telah disepakati.
Analisis Pengolahan Data
Untuk mendapatkan rangking prioritas dari kriteria yang sudah di peroleh dari
responden akan dihitung dengan Analityc Hierrachy Process (AHP), sebagai alat bantu untuk
menghitung digunakan aplikasi Expert Choice dengan tahapan sebagai berikut:
1. Kelompokkan hasil kuesioner masing-masing responden dalam bentuk matriks
berpasangan dalam aplikasi Expert Choice.
2. Hasi kuesioner akan diolah oleh aplikasi untuk mendapatkan rangking dari masing-masing
kriteria, baik secara individu maupun combine dari seluruh sampel yang ada.
3. Setelah mendapatkan rangking kriteria, selanjutnya expert akan memberikan alternatif
terhadap kriteria tersebut.
4. Tahap akhirnya penelitian adalah alternatif yang diberikan oleh expert akan kembali
dihitung menggunkan aplikasi Expert Choice
Analisis Prioritas Penanganan Longsoran Lereng Bawah Dengan Metode Analytic Hierarchy
Process (Studi Kasus: Proyek Jalan Nasional Ruas Tomata Beteleme Bpjn Sulawesi Tengah)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2555
Setelah data responden di input, perhitungan AHP dapat dihitung dengan menggunakan
software Expert Choice, Skor kepentingan (%) dari masing-masing kriteria dapat dilihat pada
Gambar 1
Gambar 1 Skor kepentingan (%)
Gambar 2 Skor Kepentingan untuk Masing-Masing Kriteria
Selanjutnya setelah diperoleh perhitungan dengan matriks bobot, maka dapat
diketahui Nilai Konsistensi = 0.06 dan nilai bobot prioritas:
1. Tipe dan Kedalaman Tiang : 17,8%
2. Panjang Efektif Longsoran : 15,1%
3. Biaya Penanganan : 34,4%
4. Kemudahan Pelaksanaan : 18,5%
5. Jangka Waktu Pelaksanaan : 14,3%
Nilai 0.00945 atau 0,945% ini menyatakan bahwa rasio konsistensi dari hasil penilaian
perbandingan dapat diterima karena lebih kecil dari 10. Selanjutnya pengurutan
prioritas diuraikan sebagai berikut:
1. Biaya Penanganan : 34,4%
2. Kemudahan Pelaksanaan : 18,5%
3. Tipe dan Kedalaman Tiang : 17,8%
4. Panjang Efektif Longsoran : 15,1%
5. Jangka Waktu Pelaksanaan : 14,3%
Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang mendapat prioritas utama untuk
dilakukan secepatnya yaitu:
Frangky Eka Putra Paendong, Fabian Johanes Manoppo, Steeva Gaily Rondonuwu
2556 Syntax Idea, Vol. 6, No. 01, January 2024
Gambar 3 Skor Kepentingan untuk Kriteria Tipe dan Kedalaman Tiang
Pada Gambar 3 terlihat hasil perhitungan alternatif untuk kriteria Tipe dan Kedalaman
Tiang, STA 0+200 / KM 346+200 memiliki skor 15,7%, STA1+800 / KM 347+800
memiliki skor 10,5%, STA 4+500 / KM 350+500 memiliki skor 11,7%, STA 4+600 / KM
350+640 memiliki skor 11,3%, STA 5+200 / KM 351+200 memiliki skor 10,1%, STA 5+500
/ KM 351+500 memiliki skor 8,5%, STA 6+000 / KM 352+000 memiliki skor 7,7%, STA
6+200 / KM 352+200 memiliki skor 7,1%, STA 8+900 / KM 354+900 memiliki skor
6,8%, STA 10+100 / KM 356+100 memiliki skor 6,0% dan STA 17+500 / KM 363+500
memiliki skor 4,6%.
Panjang Efektif Longsoran
Pada Gambar 4 terlihat hasil perhitungan alternatif untuk kriteria Tipe dan Kedalaman
Tiang, STA 0+200 / KM 346+200 memiliki skor 16,5%, STA 1+800 / KM 347+800
memiliki skor 11,7%, STA 4+500 / KM 350+500 memiliki skor 11,7%, STA 4+600 / KM
350+640 memiliki skor 12,3%, STA 5+200 / KM 351+200 memiliki skor 8,8%, STA 5+500 /
KM 351+500 memiliki skor 6,9%, STA 6+000 / KM 352+000 memiliki skor 7,1%, STA
6+200 / KM 352+200 memiliki skor 5,7%, STA 8+900 / KM 354+900 memiliki skor
8,8%, STA 10+100 / KM 356+100 memiliki skor 6,7% dan STA 17+500 / KM 363+500
memiliki skor 3,8%.
Gambar 4. Skor Kepentingan untuk Kriteria Panjang Efektif Longsoran
Analisis Prioritas Penanganan Longsoran Lereng Bawah Dengan Metode Analytic Hierarchy
Process (Studi Kasus: Proyek Jalan Nasional Ruas Tomata Beteleme Bpjn Sulawesi Tengah)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2557
Pada Gambar 5 terlihat hasil perhitungan alternatif untuk kriteria Tipe dan Kedalaman
Tiang, STA 0+200 / KM 346+200 memiliki skor 12,9%, STA 1+800 / KM 347+800
memiliki skor 11,5%, STA 4+500 / KM 350+500 memiliki skor 10,7%, STA 4+600 / KM
350+640 memiliki skor 10,4%, STA 5+200 / KM 351+200 memiliki skor 12,5%, STA 5+500
/ KM 351+500 memiliki skor 10,6%, STA 6+000 / KM 352+000 memiliki skor 5,4%, STA
6+200 / KM 352+200 memiliki skor 6,4%, STA 8+900 / KM 354+900 memiliki skor
5,5%, STA 10+100 / KM 356+100 memiliki skor 9,3% dan STA 17+500 / KM 363+500
memiliki skor 4,8%.
Gambar 5 Skor Kepentingan untuk Kriteria Biaya Penanganan
Pada Gambar 6 terlihat hasil perhitungan alternatif untuk kriteria Tipe dan Kedalaman
Tiang, STA 0+200 / KM 346+200 memiliki skor 8,9%, STA 1+800 / KM 347+800 memiliki
skor 7,3%, STA 4+500 / KM 350+500 memiliki skor 10,3%, STA 4+600 / KM 350+640
memiliki skor 14,1%, STA 5+200 / KM 351+200 memiliki skor 11,3%, STA 5+500 / KM
351+500 memiliki skor 9,9%, STA 6+000 / KM 352+000 memiliki skor 9,7%, STA 6+200 /
KM 352+200 memiliki skor 6,6%, STA 8+900 / KM 354+900 memiliki skor 7,2%,
STA 10+100 / KM 356+100 memiliki skor 6,8% dan STA 17+500 / KM 363+500 memiliki
skor 7,9%.
Gambar 6. Skor Kepentingan untuk Kriteria Kemudahan Pelaksanaan
Frangky Eka Putra Paendong, Fabian Johanes Manoppo, Steeva Gaily Rondonuwu
2558 Syntax Idea, Vol. 6, No. 01, January 2024
Jangka Waktu Pelaksanaan
Pada Gambar 7 terlihat hasil perhitungan alternatif untuk kriteria Tipe dan Kedalaman
Tiang, STA 0+200 / KM 346+200 memiliki skor 13,9%, STA 1+800 / KM 347+800
memiliki skor 10,7%, STA 4+500 / KM 350+500 memiliki skor 11,5%, STA 4+600 / KM
350+640 memiliki skor 10,6%, STA 5+200 / KM 351+200 memiliki skor 7,1%, STA 5+500 /
KM 351+500 memiliki skor 10,0%, STA 6+000 / KM 352+000 memiliki skor 9,4%, STA
6+200 / KM 352+200 memiliki skor 6,0%, STA 8+900 / KM 354+900 memiliki skor
7,8%, STA 10+100 / KM 356+100 memiliki skor 6,6% dan STA 17+500 / KM 363+500
memiliki skor 6,4%.
Gambar 7. Skor Kepentingan untuk Kriteria Jangka Waktu Pelaksanaan
Kriteria Biaya Penanganan secara signifikan dianggap paling penting diantara kriteria
lainnya, sehingga dihitung pemilihan alternatif terhadap Kriteria Biaya Penanganan dengan
hasil sebagai berikut:
1. STA 0+200 / KM 346+200 memiliki skor 12,9%,
2. STA 5+200 / KM 351+200 memiliki skor 12,5%,
3. STA 1+800 / KM 347+800 memiliki skor 11,5%,
4. STA 4+500 / KM 350+500 memiliki skor 10,7%,
5. STA 5+500 / KM 351+500 memiliki skor 10,6%,
6. STA 4+600 / KM 350+640 memiliki skor 10,4%,
7. STA 10+100 / KM 356+100 memiliki skor 9,3%
8. STA 6+200 / KM 352+200 memiliki skor 6,4%,
9. STA 8+900 / KM 354+900 memiliki skor 5,5%,
10. STA 6+000 / KM 352+000 memiliki skor 5,4%,
11. STA 17+500 / KM 363+500 memiliki skor 4,8%.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis temuan penelitian yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan bahwa Dalam menentukan pengaruh
penentuan kebijakan dalam penanganan longsoran di ruas Tomata Beteleme terdapat
beberapa kriteria, yaitu Biaya Penanganan sebesar 34,4%, Kemudahan Pelaksanaan sebesar
Analisis Prioritas Penanganan Longsoran Lereng Bawah Dengan Metode Analytic Hierarchy
Process (Studi Kasus: Proyek Jalan Nasional Ruas Tomata Beteleme Bpjn Sulawesi Tengah)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2559
18,5%, Tipe dan Kedalaman Tiang sebesar 17,8%, Panjang Efektif Longsoran sebesart 15,1%
dan Jangka Waktu Pelaksanaan sebesar 14,3%. Kriteria Biaya Penanganan secara
signifikan dianggap paling penting diantara kriteria lainnya, sehingga dihitung pemilihan
alternatif terhadap Kriteria Biaya Penanganan dengan hasil STA 0+200 / KM 346+200
memiliki skor 12,9%, STA 5+200 / KM 351+200 memiliki skor 12,5%, STA 1+800 / KM
347+800 memiliki skor 11,5%, STA 4+500 / KM 350+500 memiliki skor 10,7%, STA 5+500
/ KM 351+500 memiliki skor 10,6%, STA 4+600 / KM 350+640 memiliki skor 10,4%, STA
10+100 / KM 356+100 memiliki skor 9,3% STA 6+200 / KM 352+200 memiliki skor 6,4%,
STA 8+900 / KM 354+900 memiliki skor 5,5%, STA 6+000 / KM 352+000 memiliki skor
5,4% dan STA 17+500 / KM 363+500 memiliki skor 4,8%.
BIBLIOGRAFI
De Blasio, Fabio Vittorio. (2011). Introduction To The Physics Of Landslides: Lecture Notes
On The Dynamics Of Mass Wasting. Springer Science & Business Media.
Highland, Lynn M., & Bobrowsky, Peter. (2008). The Landslide Handbook-A Guide To
Understanding Landslides. Us Geological Survey.
Mina, Enden, Fathonah, Woelandari, & Sari, Fricha Desy Candra. (2019). Analisis Stabilitas
Dinding Penahan Tanah Untuk Perkuatan Tebing Badan Jalan Suradita-Kranggan.
Fondasi: Jurnal Teknik Sipil, 8(1).
Oktharandi, R. Rulan. (2013). Prioritas Pemeliharaan Jalan Non Lingkungan Di Kota
Surakarta Dengan Metode Ahp (Analytical Hierarchy Process) Non Environmental
Road Maintenance Priorities In Surakarta With Ahp Method (Analytical Hierarchy
Process).
Pasha, Agra Mohammad, Haliman, Nazwan Fauzan, Anjarwati, Reza, & Putranto, Thomas
Triadi. (2024). Integrasi Analytical Hierarchy Process Dengan Memanfaatkan
Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geospasial Untuk Mengurangi Risiko
Bencana Longsor Kabupaten Brebes. Scientica: Jurnal Ilmiah Sains Dan Teknologi,
2(4), 304318.
Pratama, Muhammad Agis, & Amalia, Rizka. (2017). Metode Pelaksanaan Pondasi Bored
Pile Proyek M-Town Office Serpong. Universitas Mercu Buana Jakarta.
Purba, Jerson Otniel, Subiyanto, Sawitri, & Sasmito, Bandi. (2014). Pembuatan Peta Zona
Rawan Tanah Longsor Di Kota Semarang Dengan Melakukan Pembobotan Parameter.
Jurnal Geodesi Undip, 3(2), 4052.
Rakasiswi, Lutviana Sawung, & Badrul, Mohammad. (2020). Penerapan Metode Analytical
Hierarchy Process Untuk Pemilihan Siswa Terbaik. Prosisko: Jurnal Pengembangan
Riset Dan Observasi Sistem Komputer, 7(1).
Ruzain, M. Dian Hasabi. (2017). Implementasi Metode Saw (Simple Additive Weighting)
Pada Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Sma Swasta Di Bandar
Lampung Berbasis Web.
Sasangka, Daru Jaka, Suhardi, Suhardi, Riyanto, Didit Puji, Insani, Dian, & Dwi, Cristina.
(2021). Analisis Kerentanan Lereng Lokasi Pembangunan Bendungan Bener Kabupaten
Purworejo. Jge (Jurnal Geofisika Eksplorasi), 7(3), 238255.
Seran, Engelbertha N. B., & Klau, Maria Junita. (2022). Pengaruh Parkir Di Badan Jalan
Terhadap Kinerja Ruas Jalan Cak Doko. Eternitas: Jurnal Teknik Sipil, 2(1), 4049.
Sowolino, Bertho Orbain, & Santosa, Wimpy. (2021). Capaian Kemantapan Jalan Nasional
Di Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Nusa Tenggara Timur. Jurnal Hpji (Himpunan
Frangky Eka Putra Paendong, Fabian Johanes Manoppo, Steeva Gaily Rondonuwu
2560 Syntax Idea, Vol. 6, No. 01, January 2024
Pengembangan Jalan Indonesia), 7(2), 125132.
Sushera, Vanessa, Rohman, M. Arif, & Kartika, Anak Agung Gde. (2019). Analisis Prioritas
Pemeliharaan Jalan Kabupaten Karanganyar Metode Analytical Hierarchy Process
(Ahp). Jurnal Transportasi: Sistem, Material, Dan Infrastruktur, 1(2), 9599.
Uno, Irianto. (2010). Potensi Bahan Galian Dan Mitigasi Bencana Alam Di Wilayah Sulawesi
Tengah. Smartek, 8(1).
Vaidya, Omkarprasad S., & Kumar, Sushil. (2006). Analytic Hierarchy Process: An Overview
Of Applications. European Journal Of Operational Research, 169(1), 129.
Copyright holder:
Frangky Eka Putra Paendong, Fabian Johanes Manoppo, Steeva Gaily Rondonuwu
(2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: