How to cite:
Shanty Dewi Fauzy (2024) Digital Banking dalam Sudut Pandang Teori Strukturasi Anthony, (06)
05, https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
DIGITAL BANKING DALAM SUDUT PANDANG TEORI STRUKTURASI
ANTHONY GIDDENS
Shanty Dewi Fauzy
Universitas Sahid Jakarta, Indonesia
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana digital banking dalam sudut pandang
Teori Strukturasi Anthony Giddens. Pengumpulan data diambil dari berbagai sumber melalui
studi kepustakaan. Teori Strukturasi menyatakan bahwa struktur dan agensi adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Pada digital banking, sistem
dan aturan pada m-banking dipandang sebagai ‘struktur’ sedangkan nasabah pengguna
aplikasi m-banking dipandang sebagai ‘agensi’ dimana antara struktur dan agensi menjadi
satu kesatuan yang saling membutuhkan dan menghasilkan suatu proses sosial yang disebut
dengan transaksi. Transaksi tidak akan terjadi apabila tidak ada sistem aplikasi m-banking
dan nasabah pengguna..
Kata kunci: Teori Strukturasi, Digital Banking, Transaksi, Sistem Aplikasi, Bank
Abstract
This paper aims to analyze how digital banking is in the point of view of Anthony Giddens'
Structuration Theory. Data collection is taken from various sources through literature
studies. Structuration theory states that structure and agency are a unity that cannot be
separated and influence each other. In digital banking, the system and rules in m-banking are
seen as 'structure' while customers who use m-banking applications are seen as 'agencies'
where between structures and agencies become a unit that needs each other and produces a
social process called transactions. Transactions will not occur if there is no m-banking
application system and user customers
.
Keywords: Structuring Theory, Digital Banking, Transactions, Application Systems, Banks
PENDAHULUAN
Saat ini digitalisasi telah menjadi suatu trend bahkan menjadi suatu kebutuhan dalam
berbagai sendi kehidupan manusia, tidak terkecuali pada dunia perbankan (Ansori, 2016).
Kebutuhan nasabah akan layanan yang tersentralisasi, cepat, mudah, dan murah harus
disikapi oleh industri perbankan dengan menyediakan produk layanan yang sesuai dengan
ekspektasi masyarakat tersebut. Akibatnya dapat dilihat bahwa saat ini semua bank berpacu
dalam menyediakan aplikasi transaksi yang berbasis digital agar bank tersebut tidak kalah
bersaing (Mosco, 2009).
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Digital Banking dalam Sudut Pandang Teori Strukturasi Anthony
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2451
Perkembangan tekhnologi informasi yang pesat saat ini medorong pemanfaatan
tekhnologi juga pada layanan keuangan yang membawa perubahan yang cukup nyata
terutama pada industri perbankan. Salah satu penyebab utamanya adalah pergeseran pola
konsumsi masyarakat dari konvensional atau tatap muka ke arah digital, hal ini mendorong
bank untuk mempercepat layanan dalam bentuk produk-produk digital.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Bank Indonesia, perkembangan transaksi digital di
Indonesia pada rentang waktu tahun 2017 sampai 2020 tumbuh sebesar 1.556 persen dengan
nilai transaksi uang elektonik lebih dari Rp. 786,35 Triliun. Tuntutan digitalisasi perbankan
ini diperkuat oleh dorongan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang berpotensi besar
menyerap arus digitalisasi (Hanifah, Hamdani, & Utari, 2021). Terdapat dua keuntungan
digitalisasi pada dunia perbankan yaitu meluasnya akses perbankan ke segala lapisan
masyarakat dan selanjutnya dapat meningkatkan daya saing perbankan itu sendiri.
Dengan paparan di atas bahwa digitalisasi perbankan telah membuat pergeseran
perilaku masyarakat dalam hal transaksi keuangan, maka penulis tertarik mengaitkan
fenomena digital banking ini jika dilihat dari sisi Teori Strukturasi Anthony Giddens
mengenai struktur dan agensi, produksi dan reproduksi, dualitas strukturasi, dan proses sosial
(Juliantono & Munandar, 2016).
Anthony Giddens adalah anak seorang pegawai perusahaan transportasi yang lahir di
London tepatnya di Edmonton pada tahun 1938. Memulai pendidikan di bidang Sosiologi dan
Psikologi saat kuliah di Universitas Hull tahun 1959 dan mendapatkan gelar Master bidang
Sosiologi dari London School of Economics. Setelah lulus, Giddens menjadi pengajar di
Universitas Leicester pada Departemen Sosiologi. Antara tahun 1969 dan 1979 Giddens
pernah menjadi pengajar di Vancouver Canada yaitu di Universitas Simon Fraser. Selanjutnua
tahun 1986 Giddens menjadi guru besar di King’s College Cambridge. Tahun 1987 Giddens
menjadi Direktur London Scholl of Economics dan meninggalkan Cambridge (Syahri, 2015),
Pada awal-awal masa kuliah Giddens tertarik mempelajari ilmu filsafat, namun
ketertarikan itu tidak berkembang karena keterbatasan pengajar bidang filsafat pada waktu itu.
Selanjutnya Giddens beralih ke ilmu Psikologi dengan penjurusan Sosiologi. Selama kuliah di
Universitas Hulls Giddens banyak terinspirasi dengan Professor Peter Worsley seorang Guru
Besar Sosiologi dari Universitas Cambridge, dimana pada buku-bukunya Giddens
menyebutkan bahwa pengaruh Worsley yang membuatnya begitu menggemari tema ekonomi,
politik, dan antropologi (Subandi & Sadono, 2018).
Setelah tamat dari Universitas Hulls, atas saran Worsley, Giddens masuk London
School of Economics (LSE). Kampus ini bukanlah kampus pilihan utama Giddens untuk
melanjutkan kuliahnya karena pilihan awalnya adalah Manchester atau Oxford. Akibatnya
Giddens hanya menulis topik ringan untuk thesisnya yaitu tentang olah raga dan masyarakat
kontenporer Inggris. Giddens mengaitkan perkembangan olah raga dengan konsep kelas,
dimana dalam dunia olahraga Giddens banyak menemukan kajian ilmu Sosiologi seperti
pembagian kerja, perkembangan karir, bagaimana bekerjasama, dan berbagai hal lainnya
(Syahri, 2015).
Tahun-tahun awal di LSE, Giddens mendapat bimbingan dari David Lockwood.
Lockwood adalah partner Ralf Dahrendorf, mereka berdua bersama-sama memulai Evening
Shanty Dewi Fauzy
2452 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Seminar dimana pada kegiatan itu menjadi tempat bagi Giddens untuk menyampaikan
gagasan-gagasannya. Topik yang sering dibicarakan pada forum itu banyak berasal dari buku
Class and Class Conflict in Industrial Society, yang menceritakan tentang para pekerja yang
tidak memiliki keterampilan dan keahlian.
Pada tahun berikutnya di LSE, Giddens dibimbing oleh Asher Troop, seorang Sosiolog.
Meskipun dikelilingi oleh para ahli Sosiologi namun belum membuat Giddens tertarik untuk
menjadi seorang Sosiolog dan tidak pula bercita-cita menjadi akademisi, ia lebih berminat
untuk menjadi aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat. Perubahan mendasar terjadi saat Troop
mengajak Giddens untuk menjadi pengajar di Universitas Leceister. Cara Troop
mengomentari tesisnya telah memukau Giddens sehingga membuatnya menjadi tertarik
dengan Sosiologi.
Selama di Universitas Leicester, Giddens banyak berdiskusi dengan Nobert Elias,
seorang ilmuwan sosiologi yang pekerja keras. Elias menyarakan kepada Giddens untuk
menulis sesuatu yang beda tentang ilmu Sosiologi (Abidin, 2022). Saat itu di Leicester banyak
diisi oleh ilmuwan-ilmuwan muda yang ingin mengembangkan sosialisasi dengan sudut
pandang yang berbeda dari akademisi-akademisi kampus besar di Inggris. Hal ini melecut
Giddens untuk menelurkan pemikiran-pemikiran orisinilnya tanpa takut disalahkan, pada saat
itu pula perdebatan akademik yang baik mulai menjadi budaya di Leicester.
Setelah dari Universitas Leicester, Giddens mencoba berkarir di luar Inggris yaitu
Universitas Simon Fraser di Vancouver Canada dan Universitas California di Los Angeles
Amerika. Pada masa-masa ini Giddens banyak melihat hal baru yang berbeda dengan di
Inggris, seperti multi etnik dan kebebasan untuk berekspresi. Giddens menghabiskan waktu
selama 8 bulan di Canada dan selama 18 bulan di Amerika. Selama di Universitas California,
Giddens menelurkan buku Capitalism and Modern Social Theory.
Setelah Kembali dari Amerika, Giddens masuk ke Universitas Cambridge, semua buku-
buku Giddens rata-rata terbit saat ia di Cambridge. Selama itu pula Giddens banyak
bersosialisasi dengan tokoh-tokoh ilmu sosial seperti David Held, John Thomson, bahkan
Foucault. Sepanjang karirnya, Giddens paling lama berada di Cambridge. Tahun 2003,
Giddens diangkat menjadi Direktur LSE almamaternya dan menjadi professor di sana.
Karya Ilmiah Anthony Giddens
Secara umum karya ilmiah Giddens dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) periode
yaitu Periode pertama, antara tahun 1960-1970 Giddens banyak menulis tentang kritikannya
tentang teori-teori sosiologi lama, Adapun tulisannya pada masa ini menjadi dasar untuk
karya-karya berikutnya.
Periode kedua, antara tahun 1971-1975 Giddens mulai melakukan Analisa terhadap
teori-teori lama abad 19 dan mencari keterkaitannya dengan kondisi yang terjadi pada saat itu,
karyanya antara lain ; Capitalism and Modern Social Theory. An Analysis of The Writing of
Marx, Durkheim, and Max Weber (Cambridge). The Class Structure of the Advanced
Societies (Hutchinson).
Periode ketiga, tahun 1976-1989 Giddens menelurkan Teori Strukturasi dan sejarah
sosiologi dengan karyanya ; New Rules of Sociological Method: a Positive Critic of
Digital Banking dalam Sudut Pandang Teori Strukturasi Anthony
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2453
Interpretative Sociologies (Hutchinson). Studies in Social and Political Theory (Hutchinson).
Central Problems in Social Theory: Action, Structure and Contradiction in Social Analysis
(McMillan). Sociology: a Brief but Ctritical Introduction (McMillan). Profiles and Ctritiques
in Social Theory (McMillan). The Constitution of Society. Outline of the Theory of
Structuration (Polity). Durkheim (Fontana Modern Masters).
Periode keempat, tahun 1990-1993 Giddens menemukan Teori Modernitas dengan
karya: The Consequences of Modernity (Polity). Modernity and Self Identity. Self and
Society in the Late Modern Age (Polity). The Transformation of Intimacy : Sexuality, Love
and Eroticism in Modern Societies (Polity).
Periode kelima, dari tahun 1994 sampai sekarang Giddens menulis karya antara lain ;
Beyond Left and Right-the Future of Radical Politics (Polity). Politics, Sociology and Social
Theory: Encounters with Classical and Contemporary Social Thought (Polity). In Defence of
Sociology (Polity). Durkheim on Politics and the State (Polity). The Third Way. The Renewal
of Social Democracy (Polity). Runaway World: How Globalization is Reshaping Our Lives
(Profile). The Third Way and Its Critics (Polity). Runaway World (Routledge). The Global
Third Way Debate (Polity). Where Now for New Labour? (Polity). The Progressive
Manifesto. New Ideas for the Centre-Left (Polity). The New Egalitarianism (Polity).
Sociology (Fifth Edition) (Polity). Europe in the Global Age (Polity). Over to You, Mr
Brown-How Labour Can Win Again (Polity). The Politics of Climate Change (Polity).
Socilogy (Sixth Edition) (Polity).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif (Adlini, Dinda,
Yulinda, Chotimah, & Merliyana, 2022). Metode kualitatif dipilih karena memungkinkan
peneliti untuk menggali pemahaman mendalam mengenai fenomena digital banking dari
sudut pandang teori strukturasi Anthony Giddens. Metode ini bertujuan untuk mengeksplorasi
dan memahami konteks sosial, budaya, dan struktur yang melingkupi praktik digital banking.
Peneliti akan menggunakan pendekatan deskriptif dan interpretatif untuk mengidentifikasi
bagaimana struktur dan agen saling berinteraksi dan mempengaruhi dalam perkembangan
digital banking. Melalui analisis kualitatif, peneliti dapat menangkap nuansa-nuansa kompleks
dan dinamis yang ada dalam praktik digital banking.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan (library
research). Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dengan mengkaji berbagai
literatur, buku, jurnal ilmiah, artikel, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang relevan dengan
topik penelitian (Novanto, 2018). Sumber-sumber ini akan dianalisis secara kritis untuk
memahami konsep-konsep teori strukturasi Giddens serta bagaimana teori ini diterapkan
dalam konteks digital banking. Studi kepustakaan memungkinkan peneliti untuk mendapatkan
perspektif yang komprehensif dan mendalam mengenai teori strukturasi dan implementasinya
dalam dunia perbankan digital, serta mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan yang ada dan
peluang untuk penelitian lebih lanjut (Adlini et al., 2022).
Shanty Dewi Fauzy
2454 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
HASIL DAN PEMBAHASAN
Digital Banking Dalam Sudut Pandang Teori Strukturasi Anthony Giddens
Tekhnologi digital mengalami perkembangan yang luar biasa dewasa ini, dimana
industri perbankan juga termasuk sektor yang mengembangkan tekhnologi digital dalam
layanannya. Pengembangan teknologi di industri perbankan ini merupakan jawaban atas
kebutuhan masyarakat yang saat ini mengalami tranformasi perilaku, terutama transformasi
dalam gaya hidup. Perubahan gaya hidup masyarakat yang terlihat secara nyata adalah
beralihnya berbagai aktifitas dari manual ke digital. Salah satu contoh perubahan perilaku
masyarakat saat ini adalah perubahan perilaku belanja, dahulu untuk memperoleh suatu
barang yang diinginkan maka seseorang harus pergi ke pasar atau ke tempat penjualan barang
tersebut, lalu bertemu dengan penjualnya dan kemudian terjadi kesepakatan jual beli baru
setelah itu barang tersebut dapat dibawa ke rumah pembeli. Saat ini proses berbelanja dengan
tekhnologi sudah sangat praktis, pembeli tidak perlu ke tempat penjual, hanya dengan
menggunakan gadget di tangannya pembeli bisa melakukan transaksi pembelian dan
pembayaran dalam satu kesempatan, selanjutnya barang yang diinginkan tinggal ditunggu di
rumah.
Hal di atas merupakan salah satu unsur yang mendorong perbankan untuk berevolusi
juga dalam layanannya dari manual ke digital, salah satu inovasi yang dilakukan antara lain
dengan menelurkan produk digital banking. Pandemi COVID-19 juga merupakan salah satu
penyebab percepatan perkembangan digitalisasi perbankan, dimana sebagaimana selama
pandemi tersebut berlangsung kegiatan dan aktifitas masyarakat banyak yang dibatasi, hal ini
akhirnya membuat masyarakat beradaptasi dan bertransaksi menggunakan media berbasis
digital.
Saat ini, pandemi telah berangsur-angsur membaik namun perkembangan digital
banking masih terus berlanjut. Perkembangan ini karena masyarakat merasakan manfaat nyata
atas layanan digital banking ini karena lebih praktis, lebih mudah, lebih personal, dan
ditengarai lebih aman. Hal ini mendorong perbankan untuk saling berkompetisi dalam inovasi
layanan digitalnya.
Digital banking dapat diartikan sebagai layangan perbankan dengan menggunakan
media sistem elektronik atau secara digital melalui media milik bank dan media milik
masyarakat atau nasabah dimana semua proses penggunaannya dapat dilakukan secara
mandiri dan otomasi. Menurut Forbes, digital banking adalah layanan dan produk perbankan
yang memungkinkan untuk diakses olah nasabah bank kapan saja dan dimana saja
dikarenakan menggunakan media dan berbasis internet dan digital.
Berdasarkan informasi Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan yang dikeluarkan
OJK tahun 2021, terdapat beberapa faktor yang memicu terjadinya transformasi layanan
perbankan menuju digitalisasi, yaitu : Pertama, terjadinya perubahan ekspektasi konsumen.
Nasabah mempunyai ekspektasi yang tinggi kepada layanan perbankan yaitu antara lain
keamanan dari produk yang mereka gunakan dan kemudahan layanan. Kedua, terdapat
penetrasi internet dan perangkat mobile. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya penggunaan
internet di kalangan masyarakat sehingga terjadi peningkatan penggunaan ponsel, laptop, dan
tablet yang terus berkembang. Ketiga, terjadinya pertumbuhan aplikasi mobile. Aplikasi
Digital Banking dalam Sudut Pandang Teori Strukturasi Anthony
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2455
mobile ini memicu terjadinya peningkatan transaksi perbankan, bahkan berbagai e-commerce
juga sudah terintegrasi dengan aplikasi digital banking perbankan. Keempat, model bisnis
konvensional yang ikut go digital. Kehadiran digital banking ini juga memicu bidang usaha
konvensional juga mengikuti jejak dengan masuk ke platform digital karena bisa membuat
bisnis tersebut lebih efektif dan efisien. Perubahan ini membuat jangkauan layanan perbankan
lebih menyentuh banyak lapisan dan kategori.
Setelah paparan di atas tentang definisi digital banking dan hal-hal yang memicu
terjadinya percepatan akses digital banking, berikut beberapa manfaat digital banking
menurut situs bri.co.id: Pertama, akses layanan tanpa batas (Fauzi et al., 2023). Dikarenakan
semua layanan dilakukan secara online, maka nasabah dapat melakukan transaksi
keuangannya kapan pun dan dimana pun selama ada jaringan internet tanpa terikat dengan
jam operasional perbankan. Kedua, tarif yang semakin hemat. Layanan digital perbankan
mampu mengurangi biaya yang harus ditanggung oleh nasabah, hal ini dimungkinkan karena
layanan digital banking tersebut telah terintegrasi dengan platform lainnya bahkan secara host
to host. Ketiga, fitur yang beragam. Industri perbankan saat ini berlomba-lomba memberikan
fitur layanan digital banking terbaik untuk nasabahnya seperti kemudahan transfer dana, tarik
tunai tanpa kartu, QRIS, pembayaran tagihan-tagihan rutin, dan lain sebagainya. Keempat,
keamanan. Tantangan kejahatan pada platform digital juga ikut berkembang seperti social
engineering (soceng) dengan memanfaatkan ketidaktahuan nasabah sehingga perbankan perlu
melakukan literasi dan penyebaran informasi kepada masyarakat agar terhindar dari kejahatan
cyber. Pertahanan keamanan transaksi digital banking saat ini tidak hanya PIN namun sudah
dilakukan secara bertingkat melalui OTP (on-time password). Kelima, alat kontrol keuangan
dan personalisasi. Layanan digital banking dapat memungkinkan nasabah memiliki kontrol
sepenuhnya pada transaksi keuangannya dan memilih jenis layanan yang sesuai dengan
kebutuhannya (Ihwanudin et al., 2023).
Pembahasan tulisan ini adalah bagaimana digital banking jika dipandang dari kacamata
Teori Strukturasi yang dicetuskan oleh Anthony Giddens. Menurut Giddens, pada Teori
Strukturasi terdapat dua kata kunci, yaitu struktur dan agensi. Dimana struktur adalah rules
and resources sedangkan agensi adalah individu atau manusia. Struktur pada studi kasus
digital banking bisa berupa aturan dan sistem yang melekat pada aplikasi tersebut, sedangkan
agensi adalah nasabah yang menggunakan aplikasi digital banking tersebut. Pada suatu
aplikasi digital banking melekat aturan dasar pada sistem tersebut berupa tata cara
penggunaan aplikasi, seperti syarat-syarat apa yang harus dipenuhi untuk menjadi pengguna
digital banking atau prasarana apa yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk dapat menjadi
pengguna digital banking pada suatu bank (Dluha & Ariska, 2021). Sebagai contoh, untuk
dapat memiliki m-banking suatu bank maka syarat yang harus dipenuhi adalah seseorang
harus menjadi nasabah bank terlebih dahulu dengan membuka rekening tabungan pada bank
tersebut. Setelah memiliki rekening tabungan, kemudian nasabah harus memiliki alat atau
gadget yang sesuai dengan spesifikasi agar gadget tersebut bisa mengunduh aplikasi mobile
banking itu. Setelah aplikasi m-banking sudah selesai diunduh maka nasabah harus mematuhi
berbagai aturan lain terkait penggunaan m-banking pada bank itu, sehingga di sini nasabah
dapat disebut sebagai agensi.
Shanty Dewi Fauzy
2456 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Selanjutnya Giddens menyatakan bahwa struktur dan agensi tidak bisa dipandang
sebagai hal yang terpisah, karena apabila dipandang secara terpisah akan terjadi dualisme
struktur agensi. Apabila kita kembali ke contoh di atas, maka dapat dikatakan bahwa aturan-
aturan pada m-banking merupakan satu kesatuan dengan nasabah sebagai agensi. Hal ini dapat
dikatakan karena tujuan aturan itu adalah untuk memberi kenyamanan dan keamanan bagi
agensi atau nasabah pengguna. Sedangkan di sisi lain nasabah menggunakan aplikasi m-
banking tersebut berdasarkan aturan dan petunjuk yang diberikan. Bank melalui aplikasi
produk dan layanannya membutuhkan nasabah agar binis bank tetap berjalan dan di sisi lain
nasabah juga membutuhkan m-banking untuk memenuhi kebutuhan transaksinya. Bila aturan-
aturan yang dibuat bank tidak dipatuhi nasabah tentu ia tidak akan bisa menikmati fasilitas
yang ada pada aplikasi tersebut, di sisi lain sebagus-bagusnya aplikasi m-banking pada suatu
bank namun bila masyarakat tidak tertarik menggunakannya maka tidak ada manfaat dari m-
banking tersebut (Fira, 2023).
Strukturasi dan agensi haruslah dipandang sebagai dualitas (duality), ibarat memandang
dua sisi mata uang. Maknanya struktur dan agensi itu selalu saling mempengaruhi dan
hubungan ini terjadi secara berkelanjutan dan terus menerus. Aplikasi m-banking harus selalu
tersedia untuk dapat diakses nasabah setiap saat, dimana untuk memastikan ketersediaan
aplikasi untuk dapat selalu diakses adalah tugas bank (Septiana, 2021). Hubungan
ketersediaan aplikasi untuk selalu diakses dan dapat ditransaksikan oleh nasabah adalah suatu
hubungan yang berkelanjutan dan terjadi secara terus menerus. Hubungan yang berkelanjutan
ini yang disebut sebagai dualitas strukturasi.
Giddens berpendapat bahwa peranan struktur dalam mempengaruhi agensi dapat dilihat
dari dua sisi yaitu : enabling dan constraining. Enabling dapat dipahami sebagai
memampukan, yaitu dengan menggunakan aplikasi m-banking maka nasabah merasakan
manfaatnya seperti transaksi dapat lebih cepat, mudah, lebih hemat biaya dan lain sebagainya.
Sehingga nasabah dapat merasakan kualitas hidup yang lebih baik karena tidak perlu pergi ke
kantor bank untuk bertransaksi sehingga lebih hemat waktu. Namun sebaliknya dengan
penggunaan aplikasi m-banking ini nasabah juga bisa merasakan was-was akan keamanan
transaki keuangannya karena merasa security system bank tidak berjalan dengan baik maka
dapat dikatakan hubungan pengaruh aplikasi m-banking terhadap nasabah bersifat
constraining.
Dengan demikian, Giddens berpendapat agensi dapat meninggalkan struktur dan tidak
selalu tunduk kepada struktur, agensi dapat keluar dari aturan dan ketentuan yang ada,
keadaan ini disebut dialectic of control. Keadaan ini dapat terjadi apabila nasabah tidak
merasakan manfaat yang sesuai dengan harapannya dalam penggunaan aplikasi m-banking
sehingga nasabah merasa kecewa dan berhak untuk tidak melanjutkan penggunaan aplikasi m-
banking tersebut atau bahkan nasabah juga berhak untuk tidak menjadi nasabah bank itu lagi
(Wibowo, 2018).
Untuk itu Giddens berpendapat bahwa dalam Teori Strukturasi yang menjadi hal
terpenting bukanlah struktur atau agensi, namun apa yang sebut Giddens sebagai social
practices, yaitu bagaimana orang menjalani kehidupannya sehari-hari. Untuk contoh kasus
aplikasi m-banking ini, social practices yang dimaksud Giddens dapat diartikan sebagai
Digital Banking dalam Sudut Pandang Teori Strukturasi Anthony
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2457
transaksi keuangan, yaitu bagaimana transaksi keuangan nasabah dapat berjalan lancar
sehingga kualitas kehidupan nasabah dapat membaik. Transaksi keuangan nasabah akan
selalu berulang, dari satu transaksi akan timbul transaksi-transaksi lainnya. Proses
keberulangan transaksi keuangan ini dapat dimaknai sebagai proses produksi dan reproduksi,
yang pada akhirnya apa yang diharapkan oleh bank tercapai yaitu nasabah yang loyal.
Bila sedikit dikaitkan dengan Vincent Mosco yang membahas tiga jenis proses pada
ekonomi politik yaitu Komodifikasi, Spasialisasi, dan Strukturasi. Komodifikasi adalah
konten yang menjual yang berujung pada iklan dan profit suatu entitas, maka m-banking
adalah komodifikasi pada industry perbankan, m-banking adalah konten yang dijualoleh
perbakan untuk memperoleh nasabah loyal yang berujung pada profit bank itu sendiri.
Spasialisasi adalah media yang digunakan bank untuk menyampaikan manfaat aplikasi m-
banking ini, dalam hal ini bank dan media mempunyai hubungan yang saling menguntungkan,
bank butuh media untuk mensyiarkan program-program bank itu, begitu juga media
membutuhkan bank sebagai salah satu sumber informasi. Dan strukturasi adalah hubungan
antara aplikasi m-banking sebagai struktur dengan nasabah sebagai agen. Hubungan ini tidak
dapat dipisahkan dan terjadi secara berulang-ulang dan berkelanjutan.
KESIMPULAN
Perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini mendorong pemanfaatan
teknologi juga pada layanan keuangan yang membawa perubahan yang cukup nyata terutama
pada industri perbankan. Salah satu penyebab utamanya adalah pergeseran pola konsumsi
masyarakat dari konvensional atau tatap muka ke arah digital, hal ini mendorong bank untuk
mempercepat layanan dalam bentuk produk-produk digital salah satunya adalah aplikasi m-
banking.
Anthony Giddens adalah seorang sosiolog yang berasal dari Inggris, perjalanan Panjang
karirnya dimulai setelah lulus dari Universitas Hulls lalu melanjutkan pendidikannya di
London School of Economic. Ketertarikan pada ilmu sosiologi muncul setelah Giddens
dibimbing oleh sosiolog Asher Troop. Selanjutnya Giddens menjadi pengajar di berbagai
kampus seperti Universitas Leicester Inggris, Universitas Simon Fraser Canada, Universitas
California Los Angeles, dan Universitas Cambridge Inggris. Pada tahun 2003 Giddens
menjadi Direktur London School of Economic dan meraih Profesor di sana.
Giddens menelurkan banyak karya ilmiah, baik berupa buku ataupun jurnal-jurnal yang
menjadi acuan pada ilmu sosiologi, salah satu yang terkenal adalah Teori Strukturasi, dan
buku The Third Way. Pada Teori Strukturasi terdapat dua kata kunci, yaitu struktur dan
agensi. Struktur adalah rules and resources sedangkan agensi adalah individu atau manusia.
Strukturasi dan agensi tidak bisa dipandang sebagai hal yang terpisah, karena apabila
dipandang secara terpisah akan terjadi dualisme struktur agensi. Strukturasi dan agensi
haruslah dipandang sebagai dualitas (duality), ibarat memandang dua sisi mata uang.
Hubungan struktur dan agensi berlanjut secara berkesinambungan secara terus menerus yang
disebut produksi dan reproduksi dan hubungan itu menghasilkan suatu proses sosial yaitu
aktifitas kehidupan sehari-hari. Namun agensi tidak terikat dengan struktur, agensi bisa keluar
dari struktur apabila agensi merasa ketidaksesuaian.
Shanty Dewi Fauzy
2458 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Pada digital banking, sistem dan aturan pada m-banking dipandang sebagai ‘struktur’
sedangkan nasabah pengguna aplikasi m-banking dipandang sebagai agensi’ dimana antara
struktur dan agensi menjadi satu kesatuan yang saling membutuhkan dan menghasilkan suatu
proses sosial yang disebut dengan transaksi. Transaksi tidak akan terjadi apabila tidak ada
sistem aplikasi m-banking dan nasabah pengguna. Hubungan ini terjadi secara berkelanjutan
yang disebut produksi dan reproduksi. Aplikasi m-banking dapat menjadi enabling atau
penunjang aktifitas nasabah karena banyak manfaat yang diperoleh, namun bisa menjadi
constraining jika nasabah tidak merasakan kemanan transaksi dan manfaat lainnya..
BIBLIOGRAFI
Abidin, Kurniati. (2022). Cakrawala Memahami Sosiologi. Trustmedia Publishing.
Adlini, Miza Nina, Dinda, Anisya Hanifa, Yulinda, Sarah, Chotimah, Octavia, & Merliyana,
Sauda Julia. (2022). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka. Edumaspul: Jurnal
Pendidikan, 6(1), 974980.
Ansori, Aan. (2016). Digitalisasi Ekonomi Syariah. Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Islam,
7(1).
Dluha, Mohammad, & Ariska, Yusi Ira. (2021). Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap
Nasabah Bank Pengguna Layanan Internet Banking Menurut Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Justness: Jurnal Hukum Politik Dan
Agama, 1(2), 85121.
Fauzi, Aditya Ahmad, Kom, S., Kom, M., Budi Harto, S. E., Mm, P. I. A., Mulyanto, M. E.,
Dulame, Irma Maria, Pramuditha, Panji, Sudipa, I. Gede Iwan, & Kom, S. (2023).
Pemanfaatan Teknologi Informasi Di Berbagai Sektor Pada Masa Society 5.0. Pt.
Sonpedia Publishing Indonesia.
Fira, Irzatul. (2023). Analisis Kebutuhan Masyarakat Terhadap Kualitas Layanan Aplikasi
Mobile Banking (Action)(Studi Pada Nasabah Bank Aceh Syariah Di Kota Banda Aceh).
Uin Ar-Raniry.
Hanifah, Rifka, Hamdani, Vinda Fauziah, & Utari, Ajeng Setia. (2021). Komodifikasi,
Spasialisasi, Dan Strukturasi Dalam Instagram (Studi Deskriptif Ekonomi Politik
Komunikasi Vincent Mosco Pada Instagram Anies Baswedan Terkait Covid-19). Jurnal
Komunikatio, 7(1), 57.
Ihwanudin, Nandang, Nugroho, Lucky, Bangun, Rejeki, Darmaningrum, Kurniawati,
Juliansyah, Rollis, Siska My, Ani, Dewi, Irra Chrisyanti, Nopiyani, Putu Eka, Krisnanik,
Erly, & Suganda, Asep Dadan. (2023). Ekonomi Dan Bisnis Digital. Penerbit Widina
Bhakti Persada Bandung.
Juliantono, Ferry J., & Munandar, Aris. (2016). Fenomena Kemiskinan Nelayan: Perspektif
Teori Strukturasi. Politik, 12(2), 18571866.
Mosco, Vincent. (2009). The Political Economy Of Communication. The Political Economy
Of Communication, 1280.
Novanto, Yusak. (2018). Kepuasan Hidup Akademisi Di Indonesia: Suatu Studi Kepustakaan.
Septiana, Ubah. (2021). Analisis Persepsi Generasi Milenial Dalam Menggunakan M-
Banking Pada Pt. Bank Syariah Indonesia (Bsi) Kcp Stabat. Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara Medan.
Subandi, Zera Edenzwo, & Sadono, Teguh Priyo. (2018). Komodifikasi, Spasialisasi, Dan
Strukturasi Dalam Media Baru Di Indonesia (Ekonomi Politik Komunikasi Vincent
Mosco Pada Line Webtoon). National Conference Of Creative Industry.
Syahri, Moch. (2015). Anthony Giddens Dan Teori Strukturasi. Makalah. Surabaya:
Digital Banking dalam Sudut Pandang Teori Strukturasi Anthony
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2459
Universitas Airlangga Surabaya. Https://Www. Researchgate.
Net/Publication/320998430_Strukturasi_Anthony_ Giddens.
Wibowo, Taufan Bayu Adjie. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Kepuasan
Nasabah Terhadap Layanan M-Banking. Jakarta: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Uin
Syarif Hidayatullah.
Copyright holder:
Shanty Dewi Fauzy (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: