How to cite:
Sola Gratia Wurry Andani, Emmanuel Satyo Yuwono (2024) Ketahanan Rasa Malu Perempuan
Jawa Korban Body Shaming, (06) 06, https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
KETAHANAN RASA MALU PEREMPUAN JAWA KORBAN BODY SHAMING
Sola Gratia Wurry Andani, Emmanuel Satyo Yuwono
Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia
Abstrak
Body shaming dapat terjadi karena didorong oleh tekanan sosial yang ada di masyarakat
termasuk kaum perempuan mengenai bentuk tubuh dan pola pikir yang baru membuat
individu cenderung impulsif. ada stereotip tentang bentuk tubuh ideal. Bahkan, citra tubuh
ideal tidak terlepas dari konteks budaya seperti dalam perspektif budaya Jawa. Dibutuhkan
proses ketahanan rasa malu yang berkontribuasi dalam penyembuhan, pemulihan, dan
pertumbuhan kepercayaan diri. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan ketahanan rasa
malu perempuan Jawa korban body shaming. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini merupakan
perempuan Jawa yang mengalami perlakuan body shaming yang diperoleh dari teknik
purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain observasi dan
wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan ketahanan rasa malu perempuan Jawa dalam
tiga tema utama yakni: adaptasi membentuk ketahanan rasa malu, dukungan sosial
menciptakan ketahanan rasa malu, dan juga peningkatan harga diri mengembangkan
ketahanan rasa malu yang dialami perempuan Jawa akibat perlakuan body shaming.
Kata kunci: ketahanan rasa malu; perempuan Jawa; body shaming
Abstract
Body shaming can occur because it is driven by social pressure in society, including women,
regarding new body shapes and thought patterns, making individuals tend to be impulsive.
there are stereotypes about the ideal body shape. In fact, ideal body image cannot be
separated from the cultural context, such as in the Javanese cultural perspective. It requires a
process of shame resilience that contributes to healing, recovery, and growth in self-
confidence. This research aims to describe the resilience of Javanese women who are victims
of body shaming. This research uses a qualitative research method with a phenomenological
approach. Participants in this research were Javanese women who experienced body shaming
treatment obtained from a purposive sampling technique. Data collection techniques used
include observation and interviews. The results of this research show the resilience of
Javanese women to shame in three main themes, namely: adaptation forms resilience to
shame, social support creates resilience to shame, and also increasing self-esteem develops
resilience to the shame experienced by Javanese women as a result of body shaming
treatment.
Keywords: shame resistance; Javanese women; body shaming
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Ketahanan Rasa Malu Perempuan Jawa Korban Body Shaming
Syntax Idea, Vol. 6, No. 04, Juni 2024 2675
PENDAHULUAN
Fenomena body shaming makin marak terjadi di beberapa negara seperti di Amerika
menganggap body shaming adalah sebuah perilaku perundungan, pelanggaran pribadi, dan
diskriminasi sebab mengomentari bentuk tubuh seseorang bukanlah sesuatu yang lazim
(Ramahardhila & Supriyono, 2022). Body shaming termasuk dalam perundungan secara
verbal ketika saling berinteraksi sehari-hari (Hernanto, Nugraha, & Permana, 2021; Yolanda,
Suarti, & Muzanni, 2022). Berdasarkan definisi tersebut, perilaku body shaming memiliki
ciri-ciri diantaranya; 1). Mengkritik penampilan sendiri dengan membandingkan dirinya
dengan orang lain; 2). Mengkritik penampilan orang lain di depan mereka; dan 3). Mengkritik
penampilan orang lain tanpa sepengetahuan mereka (Chairani, 2018). Body shaming dapat
terjadi karena didorong oleh tekanan sosial yang ada di masyarakat termasuk kaum
perempuan mengenai bentuk tubuh dan pola pikir yang baru membuat individu cenderung
impulsif (Kurniawati & Lestari, 2021).
Bahkan, citra tubuh ideal tidak terlepas dari konteks budaya seperti dalam perspektif
budaya Jawa. Salah satunya melalui cerita Arjuna Wiwaha yaitu cerita budaya Jawa karya
Mpu Kanwa yang ditulis pada masa pemerintahan Raja Airlangga (1019-1042) yang
menceritakan kedudukan para putri utama Jawa yang terdiri dari Dewi Wara Sumbadra, Dewi
Wara Srikandhi, Dewi Ulupi, Dewi Gandawati, dan Dewi Manohara (el Firdausy, 2014).
Ketetapan nilai yang telah diyakini dalam kisah tersebut mencerminkan perempuan Jawa yang
memiliki pinggul yang ramping, berambut lurus, berkulit putih, berbadan tinggi, dan bibir
tipis dan kecil berwarna merah menyulitkan posisi perempuan Jawa dalam menghadapi
masyarakat luas diluar dirinya karena adanya standarisasi dalam masyarakat. Hal tersebut
dapat berpotensi korban tidak mampu dikeluarkan tetapi memunculkan rasa malu. Perasaan
malu yang disebabkan dari perlakuan body shaming membuat seseorang yang merasa berada
di bawah masyarakat dan menghindari perbuatan buruk karena takut akan dihukum dan
memilih mengurung diri (Lipowska et al., 2019). Oleh karena itu, dibutuhkan strategi untuk
mengurangi perasaan malu dengan meningkatkan ketahanan rasa malu. Dengan kata lain,
berarti kemampuan untuk mempraktikkan keberanian, kasih sayang, dan terkoneksi secara
empati dengan orang lain dalam menjalani pengalaman rasa malu tanpa mengorbankan nilai-
nilai yang sudah diyakini oleh banyak orang (Andani, 2024).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi sebagai desain penelitian (La Kahija, 2017). Partisipan dalam penelitian ini
dipilih menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria yang peneliti buat.
Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen observasi dan wawancara. Analisis data
dapat dilakukan dengan pengumpulan data, redukasi data fenomonologis, variasi imajinatif,
pembuatan sintesis deskripsi tekstural dan deskripsi struktural, dan penarikan kesimpulan (La
Kahija, 2017).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah penelitian ini melewati proses hingga menghasilkan beberapa temuan tema
umum yang muncul pada kedua partisipan secara bersamaan tentang ketahanan rasa malu
perempuan Jawa korban body shaming, yaitu sebagai berikut:
Adaptasi Membentuk Ketahanan Rasa Malu
Tema adaptasi membentuk ketahanan rasa malu menjadi suatu gambaran tersendiri bagi
partisipan yang dimulai dengan membentuk pikiran positif dengan tujuan melindungi diri agar
Sola Gratia Wurry Andani, Emmanuel Satyo Yuwono
2676 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
tidak merasa malu yang terulang lagi. Berpikir positif ini dimaknai oleh partisipan bahwa
menyadari permasalahan yang dihadapi dan bagian dari mencoba untuk menerimanya. Sesuai
dengan penelitian Stuart dan Laraia dalam (Khoir, 2021) bahwa dengan menyadari
permasalahan dan mencoba menerimanya adalah bagian dari proses mengendalikan respon
emosional dalam rangka penyesuaian diri untuk menekan tekanan yang akan dihadapi. Karena
adaptasi adalah respon individu karena adanya tuntutan yang dibebankan kepada dirinya
(Fatimah, Dewi, & Nurdin, 2016). Hal ini menunjukkan konteks budaya yang diyakini oleh
masyarakat Jawa bahwa perempuan Jawa tidak terlepas dari nilai yang menjadi pondasi pada
diri seorang perempuan Jawa yaitu kanca wingking terdiri dari macak, manak, dan masak
sehingga menjadi sebuah tuntutan untuk perempuan Jawa dapat merawat diri dan bekerja.
Selain itu, merujuk pada gambaran ketahanan rasa malu perempuan Jawa korban body
shaming maka korban sebagai perempuan Jawa memiliki nilai sabar yang mampu menerima
segala sesuatu tanpa protes dan memberontak. Kondisi ini membantu seorang perempuan
Jawa dapat beradaptasi dengan lingkungannya walaupun terdapat tuntutan yang juga
mengikat pada dirinya (Nugroho, 2012).
Dukungan Sosial Menciptakan Ketahanan Rasa Malu
Dukungan sosial yang diterima partisipan dari keluarga dan teman-teman mereka.
Serupa dengan yang diungkapkan Broophy et. al. (Sulistiyoningrum, 2020)bahwa dukungan
sosial dapat bersumber dari keluarga, teman dekat, pasangan hidup, saudara, tetangga, serta
teman-teman dan guru-guru di sekolah. Relasi yang masih dibangun menjadi suatu dukungan
bagi partisipan agar tidak fokus dalam emosi negatif akibat pengalaman masa lalu. Perasaan
malu yang muncul dapat dikurangi dengan adanya dukungan sosial dari orang sekitar
partisipan. Karena dukungan sosial menjadi determinan utama dalam penyesuaian diri
individu ketika berhadapan dnegan situasi tertekan (Sulistiyoningrum, 2020). Temuan
dukungan sosial dalam penelitian ini juga ditandai dengan keinginan untuk mencari relasi
baru dengan cara berkegiatan yang sesuai minat dari partisipan. Dukungan sosial tersebut
diyakini dalam diri seorang perempuan Jawa bahwa dirinya membutuhkan kerukunan dalam
hidup yang dapat saling membantu untuk menghindari ketegangan dalam hubungan sosial
karena dukungan yang baik adalah dukungan yang dapat menghargai sesama walaupun
perempuan pernah mengalami perlakuan body shaming. Oleh karena itu, dukungan sosial
yang diterima dari orang-orang sekitar perempuan Jawa korban body shaming membentuk
sebuha kerukunan dalam hubungan sosial yang positif (Nugroho, 2012).
Peningkatan Harga Diri Mengembangkan Ketahanan Rasa Malu
Tema ini berkaitan dengan upaya partisipan meningkatkan harga diri mereka agar tetap
bertahan. Melalui peningkatan ini mampu mengembangkan ketahanan terhadap rasa malu
karena partisipan akhirnya melakukan hal-hal untuk menghargai dirinya. Temuan penelitian
dari partisipan adalah merawat diri, berolahraga, pola makan yang teratur dan sehat,
bergabung dalam kegiatan positif seperti komunitas pemberdayaan perempuan maupun
komunitas kecantikan lainnya (Putri, Sutardji, & Salamah, 2023). Ketika merasa malu akibat
pengalaman buruk di masa lalu menjadi sebuah evaluasi diri yang melibatkan perhatian
Ketahanan Rasa Malu Perempuan Jawa Korban Body Shaming
Syntax Idea, Vol. 6, No. 04, Juni 2024 2677
terhadap diri sendiri, bila rasa malu dianggap suatu emosi yang menyakitkan maka akan
menghancurkan diri sendiri yang memperburuk harga diri sehingga tidak memiliki nilai dalam
diri yang dapat dijaga (Budiarto & Helmi, 2021). Oleh karena itu, butuh peningkatan harga
diri yang dibuktikan melalui tindakan nyata agar menunjukkan harga diri perempuan Jawa
meskipun telah mengalami pengalaman body shaming di masa lalu. Harga diri perempuan
Jawa ditingkatkan karena menyakini bahwa perempuan Jawa nrima yaitu menerima
pengalama buruk yang dialami secara rasional dan bereaksi agar bangkit dari keterpurukan
melalui cara yang rasional juga tanpa melibatkan beban-beban mas alalu yang negatif
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dampak rasa malu yang dialami
perempuan Jawa akibat perlakuan body shaming yang pernah diterima mampu bertahan
dengan mengembangkan ketahanan tersebut. Tetapi butuh empati yang berasal dari
lingkungan sekitar dalam mengembangkan ketahanan tersebut. Oleh karena itu, digambarkan
dengan kesadaran perempuan Jawa korban body shaming telah mengalami pengalaman buruk
dan berusaha untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar dalam membentuk
ketahanan tersebut. Perubahan secara psikologis akan dialami ketika dukungan sosial
diberikan untuk melangsungkan kehidupan selanjutnya karena mampu menciptakan
ketahanan tersebut dan akhirnya dibuktikan dengan tindakan konkret terhadap diri untuk
meningkatkan harga diri di tengah masyarakat
.
BIBLIOGRAFI
Andani, Sola Gratia Wurry. (2024). Ketahanan Rasa Malu Perempuan Jawa Korban Body
Shaming.
Budiarto, Yohanes, & Helmi, Avin Fadilla. (2021). Shame and self-esteem: A meta-analysis.
Europe’s Journal of Psychology, 17(2), 131.
Chairani, Lisya. (2018). Body Shame dan Gangguan Makan Kajian Meta-Analisis. Buletin
Psikologi, 26(1), 1227.
el Firdausy, Syarifah Wardah. (2014). Putri Utama Jawa: Kecantikan Perempuan dalam
Perspektif Jawa.
Fatimah, Nur, Dewi, E. M., & Nurdin, Nur Hidayat. (2016). Penyesuaian diri wanita korban
kekerasan dalam berpacaran. Skripsi). Diakses Dari Http://Core. Ac. Uk.
Hernanto, Fauziah Fitri, Nugraha, Agung Putri Harsa Satya, & Permana, Roby Aji. (2021).
Hubungan Dukungan Sosial dengan Resiliensi Mantan Pecandu Narkoba di Surabaya.
NersMid: Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan, 4(2), 237244.
Khoir, Anan Bahrul. (2021). Radikalisme Dan Aparatur Sipil Negara: Faktor Penyebab Dan
Upaya Pemerintah Menangani Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara: Faktor
Penyebab dan Upaya Pemerintah Menangani Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara
di Indonesia. Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi, 12(2), 145162.
Kurniawati, Yunita, & Lestari, Sumi. (2021). Beauty bullying or body shaming? upaya
pencegahan body shaming pada remaja. PLAKAT (Pelayanan Kepada Masyarakat),
3(1), 6978.
La Kahija, Y. F. (2017). Penelitian fenomenologis: Jalan memahami pengalaman hidup. PT
kanisius.
Lipowska, Małgorzata, Truong Thi Khanh, Ha, Lipowski, Mariusz, Różycka-Tran, Joanna,
Sola Gratia Wurry Andani, Emmanuel Satyo Yuwono
2678 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Bidzan, Mariola, & Ha, Thu Tran. (2019). The body as an object of stigmatization in
cultures of guilt and shame: A PolishVietnamese comparison. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 16(16), 2814.
Nugroho, Hastanti Widy. (2012). Nilai-nilai kearifan perempuan Jawa. Unpublished Thesis).
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
Putri, Ronasari Mahaji, Sutardji, Sutardji, & Salamah, Salamah. (2023). MENUA DENGAN
SEHAT DAN BAHAGIA. UNITRI PRESS.
Ramahardhila, Destia, & Supriyono, Supriyono. (2022). Dampak Body Shaming Pada Citra
Diri Remaja Akhir Perempuan. Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Budaya, 8(3),
961970.
Sulistiyoningrum, Fadhilah. (2020). Relationship between Family Social Support with Student
Learning Motivation. Untag 1945 Surabaya.
Yolanda, Aprilia, Suarti, Ni Ketut Alit, & Muzanni, Ahmad. (2022). Pengaruh Body Shaming
Terhadap Kepercayaan Diri Siswa. Realita: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 6(2).
Copyright holder:
Sola Gratia Wurry Andani, Emmanuel Satyo Yuwono (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: