How to cite:
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar (2024t) Uji Aktivitas Inhibitor Enzim
Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga Mawar (Rosa Damascena Mill) Dengan Fraksi Umbi
Bengkuang (Pachyrizus Erosus), (06) 06, https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
UJI AKTIVITAS INHIBITOR ENZIM TIROSINASE KOMBINASI EKSTRAK
BUNGA MAWAR (ROSA DAMASCENA MILL) DENGAN FRAKSI UMBI
BENGKUANG (PACHYRIZUS EROSUS)
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar
Universitas Mulawarman, Indonesia
Abstrak
Enzim tirosinase adalah enzim yang bertanggung jawab atas terjadinya biosintesis melanin
dalam pembentukan warna pigmen kulit dan penyebab hiperpigmentasi. Bunga mawar (Rosa
damascena mill) dan umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus) mengandung senyawa yang
memiliki aktivitas inhibitor enzim tirosinase. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk
mengetahui berapa besar aktivitas inhibitor enzim tirosinase dari ekstrak bunga mawar, fraksi
umbi bengkuang, dan kombinasinya dengan perbandingan 1:1, 1:2, 2:1, 1:3 dan 3:1. Metode
penelitian dilakukan dengan ekstraksi maserasi bunga mawar dengan etanol 70% dan
ekstraksi umbi bengkuang dengan metode sokletasi dengan petroleum eter dan metanol, lalu
difraksinasi cair-cair dengan etil asetat. Dari hasil ekstraksi diperoleh rendemen ekstrak bunga
mawar 15,17% dan fraksi umbi bengkuang 12,5%. Hasil skrining fitokimia menunjukkan
bahwa ekstrak etanol bunga mawar mengandung alkaloid, flavonoid, kuinon dan fenol,
sedangkan fraksi umbi bengkuang mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, fenol dan
steroid. Pengujian aktivitas inhibitor enzim tirosinase menggunakan substrat L-tirosin dan
kontrol positif asam kojak dengan pengukuran serapan menggunakan microplate reader pada
panjang gelombang 492 nm. Hasil penelitian aktivitas inhibitor enzim tirosinase menunjukkan
bahwa ekstrak bunga mawar memiliki nilai IC50 262,882 ppm dan fraksi umbi bengkuang
dengan nilai IC50 43,148 ppm. Hasil penelitian inhibitor enzim tirosinase kombinasi ekstrak
bunga mawar dengan fraksi umbi bengkuang dengan perbandingan 1:1; 1:2; 2:1; 1:3 dan 3:1
memiliki nilai IC50 secara berurutan yakni sebesar 26,598 ppm; 23,348 ppm; 29,880 ppm;
20,305 ppm dan 34,742 ppm.
Kata kunci: Inhibitor, Enzim Tirosinase, Ekstrak Mawar, Fraksi Bengkuang
Abstract
The tyrosinase enzyme is an enzyme that is responsible for the biosynthesis of melanin in the
formation of skin pigment color and causes of hyperpigmentation. Rose flowers (Rosa
damascena mill) and yam bean (Pachyrhizus erosus) contain compounds that have tyrosinase
enzyme inhibitor activity. The aim of this research was to determine the value of the
tyrosinase enzyme inhibitor activity of rose flower extract, yam bean fraction, and their
combination at a ratio of 1:1, 1:2, 2:1, 1:3 and 3:1. The research method was carried out by
maceration extraction of rose flowers with 70% ethanol and extraction of yam bean using the
soxhletation method with petroleum ether and methanol, then liquid-liquid fractionation with
ethyl acetate. From the extraction results, the yield of rose flower extract was 15.17% and the
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga Mawar (Rosa Damascena
Mill) Dengan Fraksi Umbi Bengkuang (Pachyrizus Erosus)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2639
yam bean fraction was 12,5%. The results of phytochemical screening showed that the
ethanol extract of roses contained alkaloids, flavonoids, quinones and phenols, while the yam
bean fraction contained alkaloids, flavonoids, saponins, phenols and steroids. Tyrosinase
enzyme inhibitor activity assay used the substrate L-tyrosine and positive control kojic acid by
measuring absorption using a microplate reader at a wavelength of 492 nm. The results of
research on the activity of tyrosinase enzyme inhibitors showed that the rose flower extract
had an IC50 value of 262,882 ppm and the yam bean fraction had an IC50 value of 43,148
ppm. The results of the research on the tyrosinase enzyme inhibitor were a combination of
rose flower extract and yam bean fraction in a ratio of 1:1; 1:2; 2:1; 1:3 and 3:1 have IC50
values respectively of 26,598 ppm; 23,348 ppm; 29,880 ppm; 20,305 ppm and 34,742 ppm
Keywords: Inhibitor, Tyrosinase Enzyme, Rose Extract, Yam Bean Fraction
PENDAHULUAN
Enzim tirosinase adalah enzim yang bertanggung jawab atas terjadinya biosintesis
melanin dalam pembentukan warna pigmen kulit. Akumulasi dari melanin yang berlebihan
dapat menyebabkan berbagai gangguan dermatologis termasuk, melasma dan bintik-bintik
penuaan. Enzim tirosinase ini pengatur utama dalam peran melanogenesis pada sel melanosit.
Sintesis melanin diprekursor oleh quinone yang dikatalis oleh enzim tirosinase (Mukherjee et
al., 2018). Hiperpigmentasi merupakan dampak akibat produksi melanin yang berlebihan,
yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti genetik dan ekstrinsik yang merupakan dampak
radiasi UV dan senyawa kimia tertentu (Hidayat, 2021). Hiperpigmentasi sudah lama menjadi
masalah estetika dan juga masalah dermatologi. Salah satu agen penyebab hiperpigmentasi
adalah adanya paparan radiasi UV (Gazali, Zamani, & Batubara, 2014). Hiperpigmentasi pada
kulit dapat dicegah dengan senyawa-senyawa yang memiliki fungsi sebagai inhibitor
tirosinase, diantaranya merkuri, hidrokuinon, arbutin, alpha-hydroxy acid (AHA), asam kojak,
asam askorbat dan senyawa alami dengan turunan fenol (Westerhof & Kooyers, 2005).
Senyawa-senyawa alami dapat diperoleh dari metabolit sekunder yang terkandung
dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa metabolit sekunder dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok utama, yaitu flavonoid, fenol, terpenoid dan alkaloid (RIPALDO, 2020). Flavonoid
dan turunannya, mampu bertindak sebagai inhibitor tirosinase alami ((Chang, 2009). Senyawa
dengan kemampuan antioksidan tinggi seperti polifenol dan flavonoid mampu menurunkan
aktivitas dari reactive oxygen species (ROS) pada kulit. ROS di kulit seperti oksigen singlet
dan anion superoksida, meningkatkan kerusakan biologis pada jaringan yang terpapar melalui
reaksi oksidatif yang dikatalisis besi. Radikal ini memainkan peran penting dalam aktivasi
tirosinase pada kulit manusia dan karenanya meningkatkan biosintesis melanin melalui
induksi proliferasi melanosit (Wang et al., 2006).
Bunga mawar (Rosa damascena mill.) dalam beberapa penelitian dinyatakan bahwa
petal bunga mawar memiliki kandungan metabolit sekunder yang dilaporkan memiliki
aktivitas antioksidan, metabolit sekunder pada petal bunga mawar ini diketahui mengandung
vitamin C yang tinggi yang berpotensi sebagai antioksidan (Sengui, Sener, & Ercisli, 2017;
Zawiślak & Michalczyk, 2018). Penelitian tersebut menyebutkan bahwa antosianin mayor
yang terdapat pada petal bunga mawar merah adalah senyawa Cyanidin 3,5-di-O-glucoside
yang menunjukkan aktivitas antioksidan DPPH tinggi dengan kadar nilai IC50 55,2 µg/mL
(Choiriyah, 2020). Antosianin pada petal bunga mawar merupakan salah satu turunan dari
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar
2640 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
turunan flavonoid. Flavonoid maupun beberapa turunannya dilaporkan dapat menghambat
enzim tirosinase. Ini kemungkinan besar karena kemampuan flavonoid dan polifenol untuk
membentuk kompleks dengan tembaga, sehingga menghambat oksidasi enzimatik L-DOPA
(Kim & Uyama, 2005).
Bengkuang (Pachyrhizus erosus) dilaporkan memiliki senyawa isoflavon, yaitu
daidzein, daidzein-n-7-o-β-glukopiranosa, 5-OH-daidzei n-7-o-β-glukopiranosa dan 8,9-
furanyl-pteroc arpan-3-ol. Senyawa tersebut memiliki aktivitas yang baik terhadap
penyerapan sinar UV, dan telah diteliti aktivitasnya pada antioksidan dan enzim tirosinase.
Hasil fraksi umbi bengkuang dengan etil asetat mampu mengekstraksi daidzen dengan baik,
dengan nilai inhibitor enzim tirosinase IC50 sebesar 158,13 ppm (Lukitaningsih, 2014).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada paragraf-paragraf sebelumnya,
maka didapatkan rumusan masalah dari penelitian ini, sebagai berikut : (a) berapa berat
rendemen yang diperoleh dari ekstrak bunga mawar (Rosa damascena mill) dan umbi
bengkuang (Pachyrhizus erosus)? (b) apa kandungan metabolit sekunder yang terkandung
dalam ekstrak bunga mawar (Rosa damascena mill) dan fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus
erosus)? (c) berapa besar aktivitas penghambatan enzim tirosinase ekstrak bunga mawar
(Rosa damascena mill) dan fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus)? (d) berapa besar
aktivitas penghambatan enzim tirosinase kombinasi ekstrak bunga mawar (Rosa damascena
mill) dan fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus)? (e) berapa besar potensi kombinasi
ekstrak bunga mawar (Rosa damascena mill) dengan fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus
erosus) dibandingkan dengan kontrol positif asam kojak?
Berdasarkan rumusan masalah yang didapat, dapat disimpulkan bahwa tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (a) mengetahui berat rendemen yang diperoleh dari
ekstrak bunga mawar (Rosa damascena mill) dan fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus
erosus), (b) mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak bunga
mawar (Rosa damascena mill) dan fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus), (c)
mengetahui berapa besar aktivitas penghambatan enzim tirosinase ekstrak bunga mawar
(Rosa damascena mill) dan fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus), (d) mengetahui
berapa besar aktivitas penghambatan enzim tirosinase kombinasi ekstrak bunga mawar (Rosa
damascena mill) dan fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus) (e) mengetahui berapa
besar potensi kombinasi ekstrak bunga mawar (Rosa damascena mill) dengan fraksi umbi
bengkuang (Pachyrhizus erosus) dibandingkan dengan kontrol positif asam kojak.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, penelitian ini diharapkan memiliki
beberapa manfaat, berupa dapat memberikan informasi tentang keterbaharuan produk bahan
alam secara kombinasi yang menghasilkan sebuah sediaan atau produk dengan efikasi yang
sangat baik serta melengkapi data ilmiah tentang manfaat bunga mawar (Rosa damascena
mill), umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus) dan kombinasinya terhadap aktivitas inhibitor
tirosinase.
Metode penelitian ini diawali dengan proses ekstraksi petal bunga mawar (Rosa
damascena mill) dan umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus), kemudian dilanjutkan dengan
penentuan hasil rendemen ekstrak dan fraksi. Pengujian metabolit sekunder adalah proses
selanjutnya yang dilakukan pada ekstrak bunga mawar dan fraksi umbi bengkuang
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga Mawar (Rosa Damascena
Mill) Dengan Fraksi Umbi Bengkuang (Pachyrizus Erosus)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2641
menggunakan pereaksi tertentu. Pengujian aktivitas inhibitor tirosinase dilakukan terhadap
masing-masing ekstrak, yaitu ekstrak bunga mawar dan fraksi umbi bengkuang dengan variasi
konsentrasi. Pengujian selanjutnya uji aktivitas inhibitor enzim tirosinase kombinasi ekstrak
bunga mawar dengan fraksi umbi bengkuang dengan berbagai variasi perbandingan berat per
berat. Pengujian ini menggunakan asam kojak sebagai pembanding atau kontrol positif.
Langkah selanjutnya adalah identifikasi penghambatan tirosinase pada instrument ELISA
dengan panjang gelombang tertentu. Sehingga didapatkan nilai absorbansi yang nantinya akan
dikalkulasikan dengan % penghambatan tirosinase dan IC50, lalu diperoleh hasil terbaik
inhibitor tirosinase. Selanjutnya pengukuran potensi dengan program SPSS.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, berupa nilai rendemen ekstrak bunga mawar
sebesar 15,17%, sedangkan pada fraksi umbi bengkuang sebesar 12,5%. Pengujian
identifikasi senyawa kandungan metabolit sekunder, pada ekstrak bunga mawar positif
mengandung alkaloid, flavonoid, kuinon dan fenol, sedangkan pada fraksi umbi bengkuang
mengandung alkaloid, flavonoid, fenol, saponin dan steroid. Selanjutnya pengujian aktivitas
inhibitor enzim tirosinase untuk ekstrak bunga mawar dengan varian konsentrasi 150, 200,
250, 300 dan 350 ppm diperoleh nilai IC50 sebesar 262,882 ppm yang masuk dalam kategori
sedang, pada fraksi umbi bengkuang dengan variasi konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm
diperoleh nilai IC50 sebesar 43,148 yang masuk dalam kategori kuat, sesangkan pada kontrol
positif asam kojak, dengan variasi konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm diperoleh nilai IC50
sebesar 13,688 yang masuk dalam kategori kuat. Pada pengujian inhibitor enzim tirosinase
kombinasi ekstrak bunga mawar dengan fraksi umbi bengkuang, dengan perbandingan 1:1;
1:2; 2:1; 1:3; dan 3:1 dengan masing-masing variasi konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm
secara berat per berat, diperoleh nilai IC50 berturut-turut sebesar 26,598 ppm, 23,348 ppm,
29,880 ppm, 20,305 ppm dan 34,742 ppm, yang menunjukkan kekuatan inhibitor enzim
tirosinase dalam semua variasi kombinasi termasuk dalam kategori kuat. Pada pengujian
potensi aktivitas inhibitor enzim tirosinase menggunakan uji hipotesis independent t test
diperoleh nilai kombinasi 1:3 yang dibandingkan dengan asam kojak memiliki nilai sig. (2-
tailed), sebesar 0,256 yang melebihi nilai >0,05, sehingga sampel kombinasi ekstrak bunga
mawar dengan fraksi umbi bengkuang memiliki potensi yang mirip.
Implikasi atau dampak yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar mendorong
motivasi penelitian selanjutnya, khususnya pada pembuatan produk bahan alam terbaru
terutama dalam hal-hal yang berhubungan dengan inhibitor tirosinase agar meningkatkan
minat produsen kosmetik untuk menggunakan bahan-bahan dari alam
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini diawali dengan ekstraksi bunga mawar (Rosa damascena mill)
dan umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus), lalu dilanjutkan dengan penentuan rendemen.
Selanjutnya penentuan metabolit sekunder ekstrak bunga mawar (Rosa damascena mill) dan
fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus) menggunakan reagen tertentu. Proses
selanjutnya pengujian aktivitas inhibitor tirosinase masing-masing ekstrak, yaitu ekstrak
bunga mawar (Rosa damascena mill) dan fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus).
Proses pengujian dilakukan dari berbagai konsentrasi, sehingga akan diketahui konsentrasi
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar
2642 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
terbaik penghambatan tirosinase. Proses selanjutnya pengujian aktivitas inhibitor tirosinase
dengan kombinasi kedua ekstrak, konsentrasinya ditentukan dari hasil konsentrasi terbaik
masing-masing ekstrak. Sehingga dapat ditentukan perbandingan yang akan digunakan.
Pengujian ini menggunakan asam kojak sebagai pembanding. Setelah dilakukan penentuan
konsentrasi dan perbandingan kedua ekstrak, langkah selanjutnya identifikasi penghambatan
tirosinase pada instrumen ELISA. Sehingga didapatkan nilai absorbansi yang akan
dikalkulasikan dengan % penghambatan tirosinase dan IC50, lalu diperoleh hasil terbaik
inhibitor tirosinase. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental kuantitatif dengan
pengamatan terhadap aktivitas inhibitor enzim tirosinase dan didukung dengan peralatan atau
instrumen laboratorium
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini terdapat perbedaan proses dalam pemerolehan metabolit sekunder pada
bunga mawar dan umbi bengkuang. Ekstraksi pada bunga mawar dilakukan dengan metode
maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Etanol dipilih karena merupakan pelarut yang
bersifat polar, sehingga dapat melarutkan senyawa polar. Selain itu etanol juga merupakan
pelarut yang aman, tidak mudah terbakar, bersifat inert, aman dikonsumsi manusia sebagai
pelarut bahan alami baik untuk keperluan pangan maupun pengobatan alami (Sinambela,
2003). Etanol digunakan untuk mengekstraksi senyawa turunan fenolik dari bahan alami
dengan hasil yang baik. Pelarut etanol dengan polaritas tinggi, seperti etanol 70% memiliki
kemampuan mengekstrak golongan senyawa dengan polaritas yang lebih luas. Hal ini dapat
memungkinkan senyawa polar non-fenolik seperti karbohidrat dan protein dapat terlarut
selama proses ekstraksi, sehingga menghasilkan peningkatan hasil ekstraksi (Do, Strathe,
Ostersen, Pant, & Kadarmideen, 2014).
Senyawa-senyawa fenolik seperti flavonoid terekstrak lebih baik dengan etanol 70%
dibandingkan etanol 50% dan 96%, sehingga dapat meningkatkan hasil dari rendemen. Hal
tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni dkk, pada tahun 2021, pada
bunga mawar yang cenderung memiliki nilai rendemen yang lebih tinggi bila diekstraksi
dengan pelarut etanol 70% dibandingkan dengan konsentrasi etanol 50% dan 96%, hal
tersebut serupa dengan penelitian Wu et al, pada tahun 2022 bahwa kandungan flavonoid
paling banyak terekstraksi menggunakan etanol 70%. Hal ini dikarenakan, adanya gugus
hidroksil pada molekul etanol dan air yang telah tercampur dalam konsentrasi etanol 70%.
Gugus hidroksil pada etanol 70% akan menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen dengan
komponen zat aktif (Chayati, Hariati, Alimuddin, Taqwa, & Ilham, 2022).
Metode pemerolehan ekstrak pada penelitian ini menggunakan metode maserasi pada
mawar. Maserasi merupakan salah satu jenis proses ekstraksi padat cair yang paling
sederhana. Metode maserasi adalah metode ekstraksi cara dingin dan metode ini yang paling
sederhana dimana cairan penyari akan menembus dinding sel tanaman dan akan masuk ke
rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga zat aktif yang merupakan larutan terpekat
akan didesak keluar dari sel karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif yang
didalam sel dengan yang diluar sel (Wahyulianingsih, Handayani, & Malik, 2016).
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga Mawar (Rosa Damascena
Mill) Dengan Fraksi Umbi Bengkuang (Pachyrizus Erosus)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2643
Proses maserasi dilakukan menggunakan pelarut etanol 70% sebanyak 4 liter dan
dilakukan perendaman selama 72 jam yang dilakukan pengadukan setiap 12 jam, hingga
diperoleh larutan bening. Semakin banyak pelarut yang digunakan dalam maserasi akan
semakin besar keterkaitan senyawa dalam ekstrak. Hal ini dikarenakan semakin tinggi rasio
pelarut, semakin besar perbedaan konsentrasi antara pelarut dan senyawa dalam sampel,
akibatnya rendemen akan semakin meningkat (Hasbullah & Nofriati, 2006). Proses maserasi
dengan waktu yang lama dapat meningkatkan jumlah senyawa dalam ekstrak, karena bahan
dengan pelarut akan terus berinteraksi hingga mencapai titik jenuh pelarut. Namun, waktu
maserasi yang melewati waktu optimum (72 jam), dapat menyebabkan penurunan kandungan
senyawa yang diekstrak, akibatnya meskipun waktu maserasi tetap dilanjutkan, pelarut yang
digunakan dalam bahan sudah tidak maksimum. Hal ini disebabkan bahan dan pelarut yang
digunakan memiliki kemampuan yang terbatas dalam menarik kandungan senyawa (Subakti
& Prasetya, 2021; Yulianti, Djatmika, & Santoso, 2016).
Ekstraksi terhadap umbi bengkuang berbeda dengan ekstraksi yang dilakukan terhadap
bunga mawar pada penelitian ini. Umbi bengkuang diekstraksi menggunakan metode
sokletasi hingga dilanjutkan ke tahap fraksinasi cair-cair. Proses sokletasi menggunakan
pelarut petroleum eter yang dilanjutkan dengan metanol, fraksinasi cair-cair menggunakan etil
asetat dan aquades. Penggunaan petroleum eter karena sifatnya non-polar yang dapat
melarutkan senyawa-senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran yang rendah. Petroleum
eter juga dilaporkan memiliki selektivitas yang tinggi, yang mana dapat mengekstraksi
komponen-komponen tertentu dari campuran dengan tingkat keberhasilan yang tinggi
dibandingkan dengan pelarut non-polar lainnya (Andriana & Broto, 2023). Petroleum eter
dapat melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat kurang polar pada selubung sel dan dinding
sel seperti, lemak-lemak hingga klorofil (Lifton, 2007). Petroleum eter juga cepat menguap
dengan titik didih 30-70
o
C sehingga dapat mempercepat waktu ekstraksi (Malasari,
Sutamihardja, & Syawaalz, 2017). Pelarut yang digunakan selanjutnya adalah metanol.
Metanol adalah pelarut yang bersifat semi-polar yang dapat melarutkan senyawa polar
maupun non-polar. Metanol dapat menarik daidzein yang ada pada bengkuang, yang
dilaporkan memiliki sifat inhibitor enzim tirosinase (Lukitaningsih, 2014).
Fraksinasi cair-cair merupakan teknik untuk memisahkan senyawa berdasarkan tingkat
kepolaran berbeda dalam dua pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda pula.
Fraksinasi cair-cair dilakukan dengan pengocokan pada corong pemisah. Prinsip pemisahan
proses fraksinasi didasarkan pada perbedaan tingkat kepolaran dan perbedaan bobot jenis
antara dua fraksi Etil asetat yang digunakan dalam fraksinasi memiliki sifat semi-polar dan
diharapkan mampu menyari daidzein (Pratiwi, Nuryanti, Fera, Warsinah, & Sholihat, 2016).
Daidzein adalah senyawa aglikon isoflavon yang telah dilaporkan dan diteliti memiliki
aktivitas inhibitor enzim tyrosinase (Lukitaningsih, 2014; Ningsih, Wardhani, Nuryuanda,
Puspitasari, & Hidayat, 2022). Aglikon dari isoflavon, atau daidzein dapat diekstrak
menggunakan pelarut semi polar (Herbert, 1995).
Hasil rendemen dari suatu sampel diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak
ekstrak yang diperoleh saat ekstraksi. Hasil rendemen juga dapat berhubungan dengan
senyawa aktif dari suatu sampel. Apabila nilai rendemen tinggi maka senyawa aktif yang
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar
2644 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
terkandung dalam ekstrak juga tinggi (Hasnaeni & Wisdawati, 2019). Rendemen yang
dikatakan baik jika nilainya lebih dari 10% (Wardaningrum, dkk., 2019). Rendemen bunga
mawar 15,17% dan fraksi umbi bengkuang 12,5%. Perbedaan jumlah rendemen dari ekstrak
kasar dan fraksinya disebabkan oleh perbedaan kandungan dan komposisi kimia senyawa
yang terlarut. Berdasarkan prinsip like dissolves like, senyawa bersifat polar cenderung larut
dalam pelarut polar dan sebaliknya senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar
(Cikita et al., 2016).
Berdasarkan hasil penyarian sampel yang telah didapatkan dan diolah, maka dapat
disimpulkan bahwa nilai rendemen ekstrak bunga mawar (Rosa damascena mill) sebesar
15,17% dan rendemen fraksi umbi bengkuang (Pachyrhizus erosus) sebesar 12,5%. Saran dari
penelitian ini adalah perlunya dilakukan pengolahan kembali terhadap ekstraksi senyawa
bunga mawar dan fraksi umbi bengkuang dengan sampel yang banyak untuk memperoleh
hasil yang lebih tinggi.
Uji Skrining Fitokimia Metabolit Sekunder
Tabel 1 Identifikasi Metabolit Sekunder
No
Golongan Metabolit
Sekunder
Ekstrak bunga mawar (Rosa
damascena mill)
Fraksi umbi bengkuang
(Pachyrhizus erosus)
1
Alkaloid
+
+
2
Flavonoid
+
+
3
Kuinon
+
-
4
Saponin
-
+
5
Fenol
+
+
6
Steroid
-
+
7
Terpenoid
-
-
Ket : (+) mengandung metabolit sekunder, (-) tidak mengandung metabolit sekunder
Proses Analisis Data Setiap Tujuan Khusus
Data dalam Tabel 1 analisis data yang dilakukan dengan cara menggunakan analisis
visual dengan melihat perubahan warna dan pembentukan endapan melalui penambahan
reagen-reagen tertentu. Reagen yang digunakan dalam pengujian alkaloid menggunakan
Mayer dan Dragendorf, flavonoid menggunakan Mg dan HCl, kuinon menggunakan NaOH,
saponin menggunakan air panas dengan HCl, fenol menggunakan FeCl 5% dan steroid atau
terpenoid menggunakan Liebermen Bouchardad.
Pembahasan Hasil Penelitian Setiap Tujuan Khusus
Pengujian uji skrining metabolit sekunder merupakan suatu metode yang
dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak
tanaman. Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan reagen pendeteksi golongan
senyawa seperti flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, terpenoid, dan lain-lain (Putri dkk. 2013).
Ekstrak dan fraksi yang mengandung alkaloid, flavonoid dan senyawa dengan gugus fenolik
(alkaloid, flavonoid, kuinon, saponin, glikon dan aglikon dari isoflavon) dilaporkan memiliki
aktivitas inhibitor enzim tirosinase (Montes & Wilkomirsky, 1980 ; Munoz et al., 2001).
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga Mawar (Rosa Damascena
Mill) Dengan Fraksi Umbi Bengkuang (Pachyrizus Erosus)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2645
Pengujian alkaloid dilakukan dengan tiga pereaksi, yaitu mayer, dragendorff dan
bouchardat. Hasil positif pada mayer ditandai dengan terbentuknya endapan putih atau lapisan
putih, senyawa alkaloid dapat berinteraksi dengan ion tetraiodomerkurat (II) sehingga
membentuk senyawa kompleks dan mengendap. Hal ini dikarenakan ion merkuri merupakan
ion logam berat yang mampu mengendapkan senyawa alkaloid yang bersifat basa. Pada
dragendorf, senyawa alkaloid dapat membentuk endapan coklat, hingga oranye karena
berinteraksi pada ion tetraiodobismutat (III). Hasil positif pada bouchardad jika terbentuk
endapan coklat karena terjadi ikatan kovalen koordinasi antara ion logam K+ dengan alkaloid
sehingga terbentuk kompleks kalium dengan alkaloid yang dapat mengedap (Sulistyarini,
dkk., 2020).
Pengujian flavonoid menggunakan Mg dan HCl pekat. Senyawa flavonoid dapat
tereduksi dengan Mg dan HCl sehingga menghasilkan warna merah, kuning, jingga,
sedangkan pada kuinon hasil positif menunjukkan perubahan warna merah yang
menggunakan pereaksi NaOH 1 N yang berfungsi mendeprotonasi gugus fenol pada kuinon
sehingga terbentuk ion fenolat yang menyerap cahaya dan menimbulkan warna merah
(Harborne, 1987).
Pengujian saponin positif jika terbentuk busa. Penambahan HCl pada pengujian ini
dapat membuat busa akan lebih mantap terbentuk dan stabil. Busa yang timbul diakibatkan
karena senyawa saponin mengandung senyawa yang sebagian larut dalam air (hidrofilik) dan
senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar (hidrofobik) sebagai surfaktan yang dapat
menurunkan tegangan permukaan. Saat akan digojok, gugus hidrofil akan berikatan dengan
air sedangkan gugus hidrofobik akan berikatan dengan udara sehingga membentuk buih
(Sulistyarini, dkk., 2020).
Pengujian fenolik akan terbentuk warna hijau, hijau kehitaman atau biru kuat jika
sampel diberikan FeCl 5%. Perubahan warna disebabkan karena reaksi FeCl dengan salah
satu gugus hidroksil yang mengandung tannin yang merupakan polifenol. Perubahan yang
disebabkan FeCl akan menunjukkan adanya tannin yang terkondensasi (Manongko, dkk.,
2020).
Pengujian steroid atau terpenoid dilakukan dengan pereaksi liebermen-bouchardad,
yang menghasilkan terpenoid jika terbentuk warna merah atau ungu. Sedangkan pada steroid
hasil positif dihasilkan bila muncul warna hijau. Liebermen bouchardad berisi asam asetat
anhidrat dengan H
2
SO
4.
Perubahan warna terbentuk karena terjadinya oksidasi pada senyawa
steroid/terpenoid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi. Reaksi yang terjadi
adalah ketika steroid dengan asam asetat anhidrat terjadi asetilasi pada gugus OH
-
(Sulistyarini, dkk., 2020).
Berdasarkan hasil uji fitokimia metabolit sekunder bunga mawar menghasilkan adanya
metabolit sekunder jenis alkaloid, flavonoid, kuinon dan fenol, hasil tersebut serupa dengan
penelitian Simatupang et al (2021), yang menyatakan bahwa bahwa bunga mawar
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan senyawa fenol lainnya. Kandungan flavonoid
pada bunga mawar dilaporkan memiliki sejumlah manfaat dan aktivitas farmakologi, salah
satunya, adalah aktivitas penghambat enzim tirosinase (Solimine et al., 2015), sebagai sumber
antioksidan alami (Baydar & Hasan, 2013), dan aktivitas antibakteri (Windi, 2014). Alkaloid
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar
2646 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
dilaporkan memiliki aktivitas farmakologi berupa pelindung dari radiasi UV, antioksidan dan
aktivitas antibakteri. Sedangkan senyawa fenol merupakan gugus yang dimiliki metabolit-
metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, kuinon dan lainnya (Dai & Mumper, 2010).
Senyawa-senyawa fenolik pada bunga mawar dilaporkan memiliki sejumlah aktivitas
farmakologi, diantaranya, penghambatan terhadap enzim, efek antioksidan dan efek
antiinflamasi pasca paparan sinar UV (Bella, 2016).
Berdasarkan hasil uji fitokimia metabolit sekunder fraksi etil asetat umbi bengkuang
menghasilkan adanya metabolit sekunder jenis alkaloid, flavonoid, fenol dan steroid. Hasil
tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Chandra dkk, (2023), yang melaporkan
hasil positif pada alkaloid, flavonoid, fenol, saponin dan steroid. Umbi bengkuang telah
diteliti terhadap aktivitas antioksidan, dan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Senyawa-
senyawa yang dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan tersebut, yaitu flavonoid dan
saponin. Umbi bengkuang juga dilaporkan memiliki kandungan saponin yang dapat
menghambat pembentukan dari melanin (Rukmana & Yudirachman, 2014 ; Asben, dkk.,
2018). Kandungan saponin pada umbi bengkuang dilaporkan merupakan tabir surya alami
dalam mencegah kerusakan kulit akibat paparan radikal bebas akibat penyerapan sinar ultra
violet (Sandler, 2005). Bengkuang mengandung 86-90% air dan senyawa fenolik
(Lukitaningsih, 2009). Senyawa fenolik dapat digunakan sebagai agen depigmentasi, karena
struktur kimia yang mirip dengan tirosin (Wang et al., 2006).
Berdasarkan hasil dari pengujian metabolit sekunder yang dilakukan terhadap ekstrak
bunga mawar dan fraksi umbi bengkuang, maka dapat disimpulkan bahwa bunga mawar
positif memiliki kandungan metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, kuinon dan fenol,
sedangkan pada fraksi umbi bengkuang positif memiliki metabolit sekunder alkaloid,
flavonoid, saponin, fenol dan steroid.
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Ekstrak Bunga Mawar (Rosa damascena mill),
Fraksi Umbi Bengkuang (Pachyrhizus erosus) dan Asam Kojak
Tabel 2 Pengujian Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Ekstrak Bunga Mawar
Ln Konsentrasi
Absorbansi
% Inhibisi
IC
50
-
0,337
-
262,882
-
0,066
-
5,857
0,143
57%
5,703
0,155
54%
5,521
0,183
45%
5,298
0,189
44%
5,010
0,209
37%
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga Mawar (Rosa Damascena
Mill) Dengan Fraksi Umbi Bengkuang (Pachyrizus Erosus)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2647
Tabel 3 Pengujian Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Fraksi Umbi Bengkuang
Ln Konsentrasi
Absorbansi
% Inhibisi
IC
50
-
0,380
-
43,148
-
0,022
-
3,912
0,185
51%
3,688
0,192
49%
3,401
0,202
46%
2,995
0,216
43%
2,302
0,231
39%
Tabel 4 Pengujian Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Asam Kojak
Ln Konsentrasi
Absorbansi
% Inhibisi
IC
50
-
0,380
-
13,688
-
0,022
-
3,912
0,065
82%
3,688
0,091
75%
3,401
0,132
65%
2,995
0,143
62%
2,302
0,221
41%
Gambar 2 Grafik Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Bunga Mawar
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar
2648 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Gambar 3 Grafik Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Umbi Bengkuang
Gambar 4 Grafik Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Asam Kojak
Pengujian aktivitas inhibitor enzim tirosinase ekstrak bunga mawar dilakukan dengan
menggunakan seri konsentrasi 150, 200, 250, 300 dan 350 ppm. Sedangkan, untuk pengujian
aktivitas inhibitor enzim tirosinase fraksi umbi bengkuang menggunakan seri konsentrasi 10,
20, 30, 40 dan 50 ppm. Sampel yang diuji diinkubasi selama 40 menit dalam suhu ruang. Hal
ini dilakukan agar enzim tirosinase dapat bereaksi dengan sampel maupun substrat L-tirosin.
Jika sampel dapat menduduki atau menginhibisi enzim tirosinase, maka larutan campuran
tidak akan menampakkan warna atau bening. Jika enzim tirosinase dapat berinteraksi dengan
substrat L-tirosin maka campuran larutan dapat berubah warna menjadi kecoklatan atau
keunguan, atau dapat disebut terbentuknya dopakrom (Sagala & Telaumbanua, 2020).
Pengujian ini menggunakan microplate reader karena relatif sederhana dan memiliki
sensitivitas yang cukup tinggi dengan sampel yang sedikit. Pemilihan substrat L-tirosin
karena enzim tirosinase dapat mengkatalis tirosin menjadi dopakrom yang menghasilkan
warna coklat (Rina, dkk., 2020 ; Zolghadri et al., 2019). Dari hasil yang diperoleh dapat
diketahui bahwa nilai % inhibisi berbanding lurus, namun berbanding terbalik dengan nilai
absorbansinya. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi konsentrasi sampel yang digunakan,
maka semakin besar juga sampel dapat menghambat enzim, sehingga nilai absorbansi akan
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga Mawar (Rosa Damascena
Mill) Dengan Fraksi Umbi Bengkuang (Pachyrizus Erosus)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2649
semakin kecil, dan nilai absorbansi yang tinggi dapat dikatakan bahwa enzim tirosinase telah
bereaksi dengan tirosin membentuk dopakrom (Furi et al., 2022).
Penggunaan kontrol positif atau pembanding, yaitu asam kojak karena merupakan
inhibitor enzim tirosinase yang sangat baik, dengan menginhibisi sisi enzim tirosinase secara
kompetitif dan membentuk kelat tembaga pada sisi aktif enzim (Chang, 2009). Asam kojak
mengkelat ion logam transisi, seperti Fe
2+
dan Cu
2+
. Dengan kemampuan tersebut, asam kojak
dapat menghambat enzim tirosinase dengan berikatan atau mengkelat sisi aktif enzim
tirosinase yang terdapat ion Cu
2+
, sehingga menghalangi kedudukan tirosin (Burdock et al.,
2001). Dalam sebagian besar penelitian yang dilakukan untuk menemukan inhibitor enzim
tirosinase yang baru, inhibitor tirosinase yang terkenal seperti asam kojak sering digunakan
sebagai standar positif (Chang, 2009). Asam kojak sangat disarankan sebagai pembanding
karena kekuatan inhibisi tirosinase yang baik, dan dengan kestabilan yang tinggi (Kurniasari,
2018).
Berdasarkan nilai IC
50
yang mana menunjukkan besarnya konsentrasi bahan uji yang
dapat menginhibisi aktivitas enzim tirosinase sebesar 50%. Nilai IC
50
dibawah nilai 100 ppm
menunjukkan potensi penghambatan enzim tirosinase yang paling kuat, nilai IC
50
100-450
menunjukkan potensi inhibitor enzim tirosinase yang sedang, nilai 450-700 ppm
menunjukkan potensi aktivitas inhibitor enzim tirosinase yang lemah, nilai >700 ppm
menunjukkan tidak adanya aktivitas (Furi et al., 2022). Semakin kecil nilai IC
50
yang
diperoleh, maka semakin kuat aktivitas inhibitor enzim tirosinase yang dimiliki.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lukitaningsih dan Holzgrabe, (2014),
diperoleh nilai IC
50
pada fraksi umbi bengkuang sebesar 158,13 ppm yang termasuk kategori
yang sedang, sedangkan pada empat senyawa yang diisolasi dari fraksi etil asetat umbi
bengkuang, yaitu 8,9-Furanyl-pterocarpan3-ol, daidzein, Daidzein-7-O-ß-glucopyranose dan
5-Hydroxy-daidzein-7-O-ßglucopyranose memiliki nilai IC
50
berturut-turut sebesar 22,20
ppm, 7,19 ppm, 5,35 ppm dan 4,38 ppm yang merukapan kategori kuat. Penelitian tersebut
menggunakan L-Dopa sebagai susbtrat dan menggunakan konsentrasi dan metode penelitian
yang berbeda.
Penelitian mengenai ekstrak bunga mawar yang diteliti oleh Husna, (2019),
melaporkan bahwa ekstrak bunga mawar memiliki nilai IC
50
antioksidan sebesar 39,810 ppm
yang merupakan kategori kuat, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Baydar dan
Hasan, (2013), ekstrak bunga mawar melaporkan memiliki nilai IC50 antioksidan sebesar
75,51 yang merupakan kategori kuat.
Antioksidan berkaitan dengan aktivitas enzim tirosinase. Kerja enzim tirosinase
tergantung pada intensitas sinar UV yang masuk. Semakin banyak paparan sinar UV terus
menerus mengenai kulit, semakin besar juga kemampuan dan intensitas enzim tirosinase
dalam memproduksi melanin dengan pigmen coklat, dalam proses pembentukan melanin ini
terdapat beberapa proses, salah satunya proses oksidasi, antioksidan dapat menangkap radikal
bebas dan dapat menghentikan reaksi oksidasi pada enzim tirosinase (Andriana & Broto,
2023; Elisabet Yunaeti Anggraeni, 2017; Fitriani, 2015; Nugrahaeni, 2020).
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan maka didapatkan nilai IC
50
inhibitor
enzim tirosinase ekstrak bunga mawar sebesar 262,882 ppm yang masuk dalam kategori
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar
2650 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
sedang, nilai %inhibisi yang didapatkan dari seri konsentrasi 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm,
300 ppm dan 350 ppm berturut-turut sebesar 37%, 44%, 45%, 54% dan 57%. Sedangkan,
pada fraksi etil asetat umbi bengkuang didapatkan nilai IC
50
inhibitor enzim tirosinase sebesar
43,148 ppm, yang masuk dalam kategori kuat, nilai %inhibisi yang didapatkan dari seri
konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm berturut-turut sebesar 39%, 43%,
46%, 49% dan 51%. Kontrol positif atau kontrol pembanding yang dilakukan dengan asam
kojak menyatakan hasil IC
50
inhibitor enzim tirosinase berada pada nilai 13,688 ppm yang
masuk dalam kategori kuat, nilai %inhibisi yang didapatkan dari seri konsentrasi 10 ppm, 20
ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm berturut-turut sebesar 41%, 62%, 65%, 75% dan 82%.
Efek inhibisi enzim tirosinase ini dapat disebabkan oleh adanya senyawa alam yang
memiliki kemampuan dalam menghambat enzim tirosinase, salah satunya ialah senyawa
flavonoid dan senyawa lain dengan gugus fenolik. Kemampuan senyawa flavonoid dalam
dipegmentasi kulit dengan cara menghambat secara langsung aktivitas enzim tirosinase.
Senyawa flavonoid dapat menghambat enzim tirosinase dengan mekanisme inhibitor
kompetitif yang dapat meniru substrat tirosinase dengan cara mengkelat sisi aktif enzim
tirosinase (Kim & Uyama, 2005). Sedangkan senyawa lain dengan gugus fenol, seperti
alkaloid, kuinon dan steroid juga memiliki kemampuan mengkelat sisi tembaga Cu
2+
atau Fe
2+
yang merupakan sisi aktif pada enzim tirosinase yang mana sebagai kofaktor dalam
membantu enzim tirosinase berikatan dengan substrat. Hilangnya kofaktor enzim
mengarahkan hilangnya kemampuan enzim tirosinase berikatan dengan substratnya sehingga
tidak terbentuk melanin (Furi et al., 2022; Rina Mustika, Hindun, & Auliasari, 2020).
Jumlah gugus hidroksil juga berperan penting dalam proses penghambatan enzim
tirosinase, struktur kimia, jumlah, posisi gugus hidroksi dan metil pada cincin juga dapat
berpengaruh pada penghambatan enzim tirosinase. Semakin banyak gugus hidroksil yang
tersubtitusi dalam molekul, maka kemampuan penangkapan radikal bebas juga semakin kuat
pada aktivitas antioksidan terhadap penghambatan enzim tirosinase karena semakin banyak
atom hidrogen yang dapat didonorkan pada radikal bebas (Dea Mustika & Ain, 2020). Oleh
sebab itu, hasil aktivitas inhibitor enzim tirosinase pada umbi bengkuang lebih kuat
dibandingkan ekstrak bunga mawar. Berdasarkan hasil uji fitokimia metabolit sekunder yang
dilakukan, fraksi umbi bengkuang memiliki keunggulan dalam banyaknya jenis senyawa yang
diperoleh, yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, fenol hingga steroid, dibandingkan dengan
bunga mawar yang positif terhadap alkaloid, flavonoid, kuinon dan fenolik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh, Muhtadi, (2019) menyatakan bahwa
turunan flavonoid, yaitu sisi glikon dan aglikon isoflavon, yang berupa daidzein dapat
menghambat sisi aktif enzim tirosinase, yaitu Cu
2+
secara irreversible. Hal tersebut
dibenarkan dengan pengujian in silico yang dilakukan oleh penelitian Lukitaningsih dkk.,
(2015), yang melakukan docking dengan sisi aktif enzim tirosinase Aspergillus oryzae
(TyrAo). Sisi aktif enzim yang dilakukan docking adalah pada bagian Cu
2+
. Nilai score pada
in silico dinyatakan sebagai energy based score yang mana semakin rendah nilainya
menandakan semakin stabil interaksi ligan dengan reseptor, sehingga afinitas ligan dengan
reseptor dikatakan semakin kuat. Interaksi yang terjadi antara sisi aktif enzim dan senyawa
aktif umbi bengkuang, yaitu ikatan logam, hydrogen dan hidrofobik. Sedangkan nilai score
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga Mawar (Rosa Damascena
Mill) Dengan Fraksi Umbi Bengkuang (Pachyrizus Erosus)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2651
pada percobaan tersebut bernilai -0,8366, yang merupakan korelasi yang baik (Buda &
Jarynowski, 2010; Miller, Kim, & Roberts, 2010). Hasil tersebut menandakan bahwa
penelitian secara in vitro memberikan korelasi yang baik dan sesuai dengan penelitian in
silico pada percobaan uji aktivitas inhibitor enzim tirosinase dengan umbi bengkuang,
sehingga akan memiliki hasil yang serupa (Lukitaningsih, 2014). Dengan hasil penelitian
tersebut, maka dapat dikatakan umbi bengkuang memiliki aktivitas inhibitor enzim tirosinase
yang lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak bunga mawar. Selain itu, menurut (Dhita
Wahyu Anggraeni, Mustika, Widyastuti, & Devi, 2020), perbedaan terhadap wilayah tumbuh
mengakibatkan kandungan senyawa serta aktivitas farmakologi yang berbeda. Oleh karena
itu, aktivitas inhibitor enzim tirosinase yang peneliti peroleh dapat berbeda dengan penelitian-
penelitian sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan jumlah senyawa metabolit
sekunder dari sampel yang di uji.
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga Mawar (Rosa
damascena mill) dengan Fraksi Umbi Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
Tabel 7 Pengujian Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga
Mawar : Umbi Bengkuang (1:1)
Ln Konsentrasi
Absorbansi
% Inhibisi
IC
50
-
0,337
-
26,598
-
0,066
-
4,605170186
0,026
92%
4,382026635
0,064
80%
4,094344562
0,086
74%
3,688879454
0,149
55%
2,995732274
0,185
45%
Tabel 8 Pengujian Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga
Mawar : Umbi Bengkuang (1:2)
Konsentrasi
(ppm)
Ln
Konsentrasi
Absorbansi
% Inhibisi
IC
50
Blanko
-
0,337
-
23,348
Dapar fosfat
-
0,066
-
100
4,605170186
0,014
95%
80
4,382026635
0,057
82%
60
4,094344562
0,078
76%
40
3,688879454
0,139
58%
20
2,995732274
0,170
49%
Tabel 9 Pengujian Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga
Mawar : Umbi Bengkuang (2:1)
Konsentrasi
(ppm)
Ln Konsentrasi
Absorbansi
% Inhibisi
IC
50
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar
2652 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Blanko
-
0,337
-
29,880
Dapar fosfat
-
0,066
-
100
4,605170186
0,018
94%
80
4,382026635
0,044
86%
60
4,094344562
0,080
76%
40
3,688879454
0,144
57%
20
2,995732274
0,213
36%
KESIMPULAN
Implikasi pada penelitian yang telah dilakukan yaitu, penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan informasi, bahwa ekstrak bunga mawar, fraksi umbi bengkuang dan
kombinasinya memiliki potensi dalam inhibitor enzim tirosinase. Kita ketahui bahwa inhibitor
enzim tirosinase dari luar atau alam sangat bermanfaat bagi tubuh dalam proses membantu
melawan hiperpigmentasi akibat sinar UV yang merugikan. Sehingga, diharapkan masyarakat
dapat membudidayakan tanaman bunga mawar dan umbi bengkuang.
Selain itu, implikasi dari penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan secara umum
adalah dapat digunakan sebagai bahan informasi bahwa kombinasi ekstrak bunga mawar
dengan fraksi umbi bengkuang memiliki aktivitas inhibitor enzim tirosinase yang kuat, hal ini
dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan formulasi sediaan farmasi khususnya
kosmetik dengan menggunakan konsentrasi perbandingan terbaik dari kombinasi ekstrak
bunga mawar dengan fraksi umbi bengkuang. Oleh sebab itu, diharapkan kombinasi ekstrak
bunga mawar dengan fraksi umbi bengkuang dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk
formulasi farmasi yang mengandung senyawa inhibitor enzim tirosinase yang berasal dari
alam, sehingga aman untuk digunakan dan mengurangi efek samping yang ditimbulkan.
BIBLIOGRAFI
Andriana, Riski, & Broto, R. T. D. Wisnu. (2023). Optimization of Soxhlet Extraction Papaya
Seed Oil (Carica papaya L.) with Petroleum Ether. Journal of Vocational Studies on
Applied Research, 5(1), 1722.
Anggraeni, Dhita Wahyu, Mustika, Suzzana Winda Artha, Widyastuti, Theresia, & Devi,
Natalia Regina. (2020). Pembekalan Bagi Anak Para Migran Dari Timor Leste. Jurnal
Abdimas Musi Charitas, 4(1), 1317.
Anggraeni, Elisabet Yunaeti. (2017). Pengantar sistem informasi. Penerbit Andi.
Buda, Andrzej, & Jarynowski, Andrzej. (2010). Life time of correlations and its applications.
Andrzej Buda Wydawnictwo NiezaleĹĽne.
Chang, Te Sheng. (2009). An updated review of tyrosinase inhibitors. International Journal
of Molecular Sciences, 10(6), 24402475.
Chayati, Nurul, Hariati, Feril, Alimuddin, Alimuddin, Taqwa, Fadhila Muhammad Libasut, &
Ilham, Muhammad. (2022). Perencanaan Stabilitas Lereng Timbunan untuk Perbaikan
Saluran Irigasi Sugih, Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kab. Bogor. Rona Teknik
Pertanian, 15(1), 112.
Choiriyah, Nurul Azizah. (2020). Kandungan antioksidan pada berbagai bunga edible di
Indonesia. AGRISAINTIFIKA: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 4(2), 136143.
Do, Duy N., Strathe, Anders B., Ostersen, Tage, Pant, Sameer D., & Kadarmideen, Haja N.
(2014). Genome-wide association and pathway analysis of feed efficiency in pigs reveal
candidate genes and pathways for residual feed intake. Frontiers in Genetics, 5, 307.
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Kombinasi Ekstrak Bunga Mawar (Rosa Damascena
Mill) Dengan Fraksi Umbi Bengkuang (Pachyrizus Erosus)
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2653
Fitriani, Furi Kamalia. (2015). Pengaruh penyuluhan media lembar balik gizi terhadap
peningkatan pengetahuan ibu balita gizi kurang di Puskesmas Pamulang, Tangerang
Selatan Tahun 2015.
Furi, Mustika, Alfatma, Ainun, Dona, Rahma, Fernando, Armon, Aryani, Fina, Utami,
Rahayu, Muharni, Septi, Suhery, Wira Noviana, & Octaviani, Melzi. (2022). Uji
Inhibitor Enzim Tirosinase Ekstrak dan Fraksi Daun Kedabu (Sonneratia ovata Backer)
Secara In-Vitro. Jurnal Ilmiah Manuntung, 8(2), 201214.
Gazali, Mohamad, Zamani, Neviaty P., & Batubara, Irmanida. (2014). Potensi limbah kulit
buah nyirih Xylocarpus granatum sebagai inhibitor tirosinase. Depik, 3(3).
Hasbullah, Rokhani, & Nofriati, Desy. (2006). Kajian Sistem Pengemasan Bunga Mawar
Potong (Rosa Hybrida) Selama Penyimpanan untuk Memperpanjang Masa Pajangan.
Jurnal Keteknikan Pertanian, 20(1).
Hidayat, Rahmat Nur. (2021). Bawang tiwai (Eleutherine americana) sebagai krim tabir surya
mencegah melanogenesis. OISAA Journal of Indonesia Emas, 4(2), 5458.
Kim, Y. J., & Uyama, H. (2005). Tyrosinase inhibitors from natural and synthetic sources:
structure, inhibition mechanism and perspective for the future. Cellular and Molecular
Life Sciences CMLS, 62, 17071723.
Lukitaningsih, Endang. (2014). Bioactive compounds in bengkoang (Pachyrhizus erosus) as
antioxidant and tyrosinase inhibiting agents. Indonesian Journal of Pharmacy, 25(2), 68.
Malasari, Nur, Sutamihardja, R. T. M., & Syawaalz, Amry. (2017). Uji Sifat Fisika-Kimia
Dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar Hasil Ekstraksi Pelarut.
Jurnal Sains Natural, 7(2), 91103.
Miller, Terry, Kim, Anthony B., & Roberts, James. (2010). 2010 index of economic freedom.
Wall Street Journal.
Muhtadi, Burhanuddin. (2019). Politik Uang dan New Normal dalam Pemilu Paska-Orde
Baru. Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS, 5(1), 5574.
Mukherjee, Pulok K., Biswas, Rajarshi, Sharma, Akanksha, Banerjee, Subhodip, Biswas,
Sayan, & Katiyar, C. K. (2018). Validation of medicinal herbs for anti-tyrosinase
potential. Journal of Herbal Medicine, 14, 116.
Mustika, Dea, & Ain, Siti Quratul. (2020). Peningkatan Kreativitas Mahasiswa Menggunakan
Model Project Based Learning dalam Pembuatan Media IPA Berbentuk Pop Up Book.
Jurnal Basicedu, 4(4), 11671175.
Mustika, Rina, Hindun, Siti, & Auliasari, Nurul. (2020). Potensi tanaman sebagai pencerah
wajah alami. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 2(4), 558562.
Ningsih, Indah Yulia, Wardhani, Lisa Kusuma, Nuryuanda, Annisa Ragdha Eka, Puspitasari,
Endah, & Hidayat, Mochammad Amrun. (2022). Genistein Content and Tyrosinase
Inhibitory Activity of Edamame (Glycine max) Extracts. Journal of Tropical Pharmacy
and Chemistry, 6(2), 92100.
Nugrahaeni, Ardhina. (2020). Pengantar anatomi fisiologi manusia. Anak Hebat Indonesia.
Pratiwi, Hening, Nuryanti, Nuryanti, Fera, Vitis Vini, Warsinah, Warsinah, & Sholihat, Nia
Kurnia. (2016). Pengaruh edukasi terhadap pengetahuan, sikap, dan kemampuan
berkomunikasi atas informasi obat. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(1), 1015.
RIPALDO, FIRGANTA. (2020). Uji Aktivitas Inhibitor Enzim Tirosinase Dan Uji
Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Harendong (Melastoma malabathricum L.) Secara In
Vitro. Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal, 5(1), 341712.
Sengui, M., Sener, Derya, & Ercisli, Sezai. (2017). The determination of antioxidant
capacities and chemical properties of rosa (Rosa damascena Mill.) products. Acta
Scientiarum Polonorum. Hortorum Cultus, 16(4), 6372.
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar
2654 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Sinambela, Elizar. (2003). Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap
Kinerja Manajerial. Universitas Sumatera Utara.
Subakti, Hani, & Prasetya, Kiftian Hady. (2021). Analisis pembelajaran daring bahasa
Indonesia melalui pemberian tugas pada siswa kelas tinggi SDN 024 Samarinda Utara.
Jurnal Basataka (JBT), 4(1), 4653.
Wahyulianingsih, Wahyulianingsih, Handayani, Selpida, & Malik, Abd. (2016). Penetapan
kadar flavonoid total ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr & Perry).
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 3(2), 188193.
Wang, Kuo Hsien, Lin, Rong Dih, Hsu, Feng Lin, Huang, Yen Hua, Chang, Hsien Chang,
Huang, Ching Yi, & Lee, Mei Hsien. (2006). Cosmetic applications of selected
traditional Chinese herbal medicines. Journal of Ethnopharmacology, 106(3), 353359.
Westerhof, Wiete, & Kooyers, T. J. (2005). Hydroquinone and its analogues in dermatology
a potential health risk. Journal of Cosmetic Dermatology, 4(2), 5559.
Yulianti, Silvy Dwi, Djatmika, Ery Tri, & Santoso, Anang. (2016). Pendidikan karakter kerja
sama dalam pembelajaran siswa sekolah dasar pada kurikulum 2013. Jurnal Teori Dan
Praksis Pembelajaran IPS, 1(1), 3338.
Zawiślak, Agnieszka, & Michalczyk, Magdalena. (2018). Changes in quality indicators of
minimally processed wrinkled rose (Rosa rugosa Thunb.) petals during storage. Acta
Scientiarum Polonorum. Hortorum Cultus, 17(5), 167178.
Copyright holder:
Anas Dzikri Imanullah, Hajrah Hajrah, Vita Olivia Siregar (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: