Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
2620 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
jambu biji (Psidium Guajava) adalah tanin, minyak atsiri, flavonoid, karoten, vitamin B1, B2,
B3, B6 dan vitamin C (Rizqina, 2014). Menurut Departemen Kesehatan, (1989) daun jambu
biji (Psidium Guajava) merupakan bagian tanaman yang sering dijadikan sebagai bahan untuk
membuat obat. Daun jambu biji (Psidium Guajava) diketahui mengandung 9–12% tanin,
minyak atsiri, asam lemak, dan asam malat (Yuliani, Udarno, & Hayani, 2015). Daun jambu
biji digunakan sebagai bahan utama teh celup karena daun ini masih banyak tersedia,
walaupun air rebusan dari daun jambu biji telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat
tradisional. Penelitian yang dilakukan oleh ALIFVIA, (2022) yang melakukan penelitian
terhadap aktivitas antioksidan daun jambu biji merah ekstrak etil asetat menggunakan metode
DPPH didapatkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai lC50 37,39 ppm. Daun
jambu biji juga memiliki nilai rata-rata antioksidan yang tinggi ketika diolah menjadi serbuk
teh yaitu memliki kemampuan menghambatan sebesar 43,66% (Dusun, Djarkasi, Thelma, &
Tuju, 2017).
Nama tanaman sirsak (Annona Muricata Linn.), berasal dari bahasa Belanda, yaitu
zuurzak yang artinya kantong asam. Daun sirsak memiliki banyak manfaat Kesehatan yaitu
dapat mengobati penyakit seperti asam Andes Peru, kejang dan diabetes di Arizona (Zuhud,
2011). Daun sirsak memiliki kandungan senyawa yaitu flavonoid, alkaloid, tannin,
steroid/terpenoid, dan kumarin. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan untuk penyakit
kanker, antivirus, dan antimikroba. Daun sirsak (Annona Muricata L.) memiliki banyak
antioksidan. Hal ini ditunjukkan dengan identifikasi kandungan senyawa aktif ekstrak metanol
daun sirsak menggunakan metode GC-MS. Ekstrak daun sirsak mengandung 20 senyawa
aktif, antara lain n-hexadecanoic acid, methyl ester, tetradecanoic acid, dan 3,7,11,15-
tetramethyl-2-hexadecane-1-ol, yang berfungsi sebagai antioksidan (Shibula & Velavan,
2015). Penelitian yang dilakukan oleh Naspiah, Iskandar, & Moektiwardoyo, (2014) yang
melakukan penelitian terhadap aktivitas antioksidan daun sirsak (Annona Muricata L.)
menggunakan metode DPPH didapatkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan
menggunakan ekstrak fraksi n-butanol dengan nilai lC50 sebesar 14,8 ppm.
Ada banyak cara untuk mengukur aktivitas antioksidan contohnya yaitu menggunakan
spektrofotometri dapat dilakukan dengan metode seperti 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH),
Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP), Cupric Ion Reducing Antioxidant Capacity
(CUPRAC), 2,2-Azinobis(3-etilbenzotiazolin-6- sulfonic acid (ABTS), Oxygen 2 Radical
Absorbance Capacity (ORAC) dan lain-lain. Diantara pengujian tersebut, DPPH, FRAP dan
metode CUPRAC paling umum digunakan untuk penentuan aktivitas antioksidan alami dan
sintetik (Deng et al., 2012). Metode DPPH merupakan metode yang menggunakan kolorimetri
untuk menguji aktivitas antiradikal yang efektif dan cepat. Uji DPPH sering digunakan dalam
penelitian untuk mengidentifikasi antioksidan fitokimia dan menguji ekstrak dan senyawa
murni untuk mengikat radikal bebas (Reynertson, 2007)
Penelitian uji aktivitas antioksidan teh celup dengan mengkombinasikan dua daun agar
memperoleh aktivitas antioksidan yang bagus. Kombinasi dari dua atau lebih jenis dan
sumber antioksidan kemungkinan dapat menghasilkan potensi aktivitas antioksidan yang lebih
tinggi (Lingga, 2014). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk membuat
formulasi teh celup dari daun jambu biji (Psidium Guajava) dan daun sirsak (Annona