How to cite:
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai (2024) Pembuatan Teh Celup Kombinasi
Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan,
(06) 06, https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
PEMBUATAN TEH CELUP KOMBINASI DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM
GUAJAVA) DAN DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA L.) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
Universitas Mulawarman, Indonesia
Abstrak
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menangkap radikal bebas dengan cara
reaksi oksidasi dihambat lajunya yang berfungsi untuk memberi perlindungan endogen
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sediaan teh celup kombinasi daun
jambu biji dan daun sirsak, dan mengetahui aktivitas antioksidan pada sediaan teh celup daun
daun jambu biji, sediaan teh celup sirsak, dan sediaan kombinasi teh celup daun jambu biji
dan daun sirsak. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental untuk membuat sediaan teh
celup kombinasi dari daun jambu biji (Psidium Guajava) dengan daun sirsak (Annona
Muricata L.). Data kadar air pada daun jambu biji 7,196% dan pada daun sirsak 7,043%. Data
kadar abu total daun jambu biji 5,733% dan daun sirsak 5,933%. Data kadar abu larut dalam
air didapatkan daun jambu biji sebesar 3,513% dan daun sirsak sebesar 2,842%. Data kadar
abu tidak larut asam didapatkan daun jambu biji sebesar 0,43% dan daun sirsak 0,44%. Data
uji pH pada seduhan teh formula 1:3 didapatkan pH 6,55; seduhan teh formula 1:1 didapatkan
pH 6,21; seduhan teh formula 3:1 didapatkan pH 6,25. Hasil penelitian yang telah dilakukan
didapatkan aktivitas antioksidan sediaan teh celup daun jambu biji sebesar 41,877 ppm,
sediaan teh celup daun sirsak sebesar 48,759 ppm, sediaan teh celup kombinasi daun jambu
biji dan daun sirsak pada perbandingan 1:3, 1:1, dan 3:1 berturut yaitu sebesar 27,214 ppm;
26,914 ppm; 23,536 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan teh celup kombinasi daun
jambu biji dan daun sirsak mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat.
Kata kunci: Antioksidan, Daun Jambu Biji (Psidium Guajava), Daun Sirsak (Annona
Muricata L.)
Abstract
Antioxidants are compounds that can capture free radicals by inhibiting oxidation reactions
that function to provide endogenous protection. This study aims to determine the
characteristics of a combination of guava leaves and soursop leaves teabags and to
determine the antioxidant activity of guava leaves teabags, soursop teabags, and a
combination of guava leaves and soursop leaves teabags. Data on moisture content in guava
leaves is 7.196% and in soursop leaves is 7.043%. Data on the total ash content of guava
leaves is 5.733% and soursop leaves is 5.933%. Water soluble ash content data obtained from
guava leaves amounted to 3.513% and soursop leaves amounted to 2.842%. Acid insoluble
ash content data was obtained for guava leaves at 0.43% and soursop leaves at 0.44%. The
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Pembuatan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2619
pH test data on tea brewing formula 1:3 obtained pH 6.55; tea brewing formula 1:1 obtained
pH 6.21; and tea brewing formula 3:1 obtained pH 6.25. The results of the research that has
been carried out obtained antioxidant activity of guava leaves teabag preparation of 41.877
ppm, soursop leaves teabag preparation of 48.759 ppm, combined teabag preparation of
guava leaves and soursop leaves (1:3) of 27.214 ppm, combined teabag preparation of guava
leaves and soursop leaves (1:1) of 26, 914 ppm, and combined teabag preparation of guava
leaves and soursop leaves (3:1) of 23.536 ppm. This shows that the preparation of tea bags
with a combination of guava leaves and soursop leaves has very strong antioxidant activity
Keywords: Antioxidant, Guava Leaves (Psidium Guajava), Soursop Leaves (Annona
Muricata L.)
PENDAHULUAN
Radikal bebas masuk ke dalam tubuh berasal dari makanan yang telah tercemar radikal
bebas, polutan, konsumsi rokok, dan mengkonsumsi minuman alkohol yang berlebih
(Kemenkes, 2011). Radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif, jika stres oksidatif
berlangsung terus-menerus maka akan menyebabkan kerusakan sel, yang menimbulkan
penyakit kanker, inflamasi, penuaan, iskemia, dan aterosklerosis (Szocs, 2004) (Suryohudoyo,
2000). Masyarakat banyak mengkonsumsi minuman fungsional untuk menjaga kesehatan agar
terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas. Contoh dari minuman fungsional
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat yaitu sediaan teh celup yang berasal dari daun yang
memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat
menangkap radikal bebas dengan cara reaksi oksidasi dihambat lajunya yang berfungsi untuk
memberi perlindungan endogen (Lai-Cheong & McGrath, 2017). Tubuh manusia dapat
menghasilkan antioksidan, namun terkadang tubuh tidak dapat melawan radikal bebas,
sehingga tubuh membutuhkan zat antioksidan dari luar. Antioksidan berperan dalam tubuh
untuk menghambat dan menetralisir reaksi oksidasi pada radikal bebas.
Teh merupakan minuman yang dapat diminum dengan keadaan dingin, hangat, ataupun
panas. Dapat dilihat dari rata-rata di setiap rumah sering menyediakan teh di rumahnya, serta
teh jadi salah satu minuman kesukaan selain kopi (Anggraini, 2017). Menurut (Dewi &
Dominika, (2008) teh sering dikonsumsi oleh masyarakat karena penyajiannya tidak
membutuhkan waktu yang cukup lama, karena hanya diseduh saja. Zaman sekarang teh saat
ini mulai beragam, antara lain teh yang terbuat dari kelopak bunga krisan, buah-buahan,
rempah-rempah, bahkan kelopak bunga chamomile, daun sirsak, dan lainnya. Penyajian
minuman teh seringkali berupa potongan daun kering (tubruk), serbuk dan teh celup (Susanti
& Putri, 2014). Sediaan teh celup tidak hanya dibuat dari daun teh, tetapi dapat menggunakan
dari daun lain yang memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh. Tanaman herbal banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai sumber antioksidan. Terutama pada
masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, biasanya masyarakat pedesaan untuk upaya
pencegahan penyakit dan penyembuhan lebih memilih mengkonsumsi tanaman herbal
dibandingkan mengkonsumsi obat-obatan. Contoh daun yang dapat dimanfaatkan sebagai
sediaan teh celup yang tinggi antioksidan yaitu seperti daun sirsak dan daun jambu biji.
Salah satu tumbuhan yang terdapat di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk
membuat teh adalah jambu biji (Psidium Guajava). Kandungan yang terdapat di dalam daun
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
2620 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
jambu biji (Psidium Guajava) adalah tanin, minyak atsiri, flavonoid, karoten, vitamin B1, B2,
B3, B6 dan vitamin C (Rizqina, 2014). Menurut Departemen Kesehatan, (1989) daun jambu
biji (Psidium Guajava) merupakan bagian tanaman yang sering dijadikan sebagai bahan untuk
membuat obat. Daun jambu biji (Psidium Guajava) diketahui mengandung 912% tanin,
minyak atsiri, asam lemak, dan asam malat (Yuliani, Udarno, & Hayani, 2015). Daun jambu
biji digunakan sebagai bahan utama teh celup karena daun ini masih banyak tersedia,
walaupun air rebusan dari daun jambu biji telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat
tradisional. Penelitian yang dilakukan oleh ALIFVIA, (2022) yang melakukan penelitian
terhadap aktivitas antioksidan daun jambu biji merah ekstrak etil asetat menggunakan metode
DPPH didapatkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai lC50 37,39 ppm. Daun
jambu biji juga memiliki nilai rata-rata antioksidan yang tinggi ketika diolah menjadi serbuk
teh yaitu memliki kemampuan menghambatan sebesar 43,66% (Dusun, Djarkasi, Thelma, &
Tuju, 2017).
Nama tanaman sirsak (Annona Muricata Linn.), berasal dari bahasa Belanda, yaitu
zuurzak yang artinya kantong asam. Daun sirsak memiliki banyak manfaat Kesehatan yaitu
dapat mengobati penyakit seperti asam Andes Peru, kejang dan diabetes di Arizona (Zuhud,
2011). Daun sirsak memiliki kandungan senyawa yaitu flavonoid, alkaloid, tannin,
steroid/terpenoid, dan kumarin. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan untuk penyakit
kanker, antivirus, dan antimikroba. Daun sirsak (Annona Muricata L.) memiliki banyak
antioksidan. Hal ini ditunjukkan dengan identifikasi kandungan senyawa aktif ekstrak metanol
daun sirsak menggunakan metode GC-MS. Ekstrak daun sirsak mengandung 20 senyawa
aktif, antara lain n-hexadecanoic acid, methyl ester, tetradecanoic acid, dan 3,7,11,15-
tetramethyl-2-hexadecane-1-ol, yang berfungsi sebagai antioksidan (Shibula & Velavan,
2015). Penelitian yang dilakukan oleh Naspiah, Iskandar, & Moektiwardoyo, (2014) yang
melakukan penelitian terhadap aktivitas antioksidan daun sirsak (Annona Muricata L.)
menggunakan metode DPPH didapatkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan
menggunakan ekstrak fraksi n-butanol dengan nilai lC50 sebesar 14,8 ppm.
Ada banyak cara untuk mengukur aktivitas antioksidan contohnya yaitu menggunakan
spektrofotometri dapat dilakukan dengan metode seperti 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH),
Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP), Cupric Ion Reducing Antioxidant Capacity
(CUPRAC), 2,2-Azinobis(3-etilbenzotiazolin-6- sulfonic acid (ABTS), Oxygen 2 Radical
Absorbance Capacity (ORAC) dan lain-lain. Diantara pengujian tersebut, DPPH, FRAP dan
metode CUPRAC paling umum digunakan untuk penentuan aktivitas antioksidan alami dan
sintetik (Deng et al., 2012). Metode DPPH merupakan metode yang menggunakan kolorimetri
untuk menguji aktivitas antiradikal yang efektif dan cepat. Uji DPPH sering digunakan dalam
penelitian untuk mengidentifikasi antioksidan fitokimia dan menguji ekstrak dan senyawa
murni untuk mengikat radikal bebas (Reynertson, 2007)
Penelitian uji aktivitas antioksidan teh celup dengan mengkombinasikan dua daun agar
memperoleh aktivitas antioksidan yang bagus. Kombinasi dari dua atau lebih jenis dan
sumber antioksidan kemungkinan dapat menghasilkan potensi aktivitas antioksidan yang lebih
tinggi (Lingga, 2014). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk membuat
formulasi teh celup dari daun jambu biji (Psidium Guajava) dan daun sirsak (Annona
Pembuatan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2621
Muricata L.). Hal ini dikarenakan pada kedua daun tersebut memiliki kandungan aktivitas
antioksidan yang tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan rumusan masalah dari penelitian ini yaitu (a)
Apakah aktivitas antioksidan dari masing-masing sediaan teh celup daun jambu biji (Psidium
Guajava) dan daun sirsak (Annona Muricata L.)? (b) Apakah aktivitas antioksidan dari
sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji (Psidium Guajava) dan daun sirsak (Annona
Muricata L.)? (c) Bagaimana karakteristik sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji
(Psidium Guajava) dan daun sirsak (Annona Muricata L.)?
Tujuan dilakukan penelitian yaitu untuk mendapatkan informasi tentang (a)
Mengetahui aktivitas antioksidan dari masing-masing sediaan teh celup daun jambu biji
(Psidium Guajava) dan daun sirsak (Annona Muricata L.) (b) Mengetahui aktivitas
antioksidan dari sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji (Psidium Guajava) dan daun
sirsak (Annona Muricata L.) (c) Mengetahui karakteristik sediaan teh celup kombinasi daun
jambu biji (Psidium Guajava) dan daun sirsak (Annona Muricata L.)
Manfaat dilakukan penelitian ini yaitu diharapkan didapatkan informasi mengenai
manfaat daun jambu biji (Psidium Guajava) dan daun sirsak (Annona Muricata L.) yang
berperan sebagai antioksidan, serta dapat memberikan inovasi kepada masyarakat untuk
memanfaatkan tanaman dari alam untuk dijadikan sediaan teh celup.
Gambaran umum metode penelitian yang dilakukan dalam pembuatan sediaan
kombinasi teh celup daun jambu biji (Psidium Guajava) dan daun sirsak (Annona Muricata
L.), dilakukan uji karakteristik terhadap sediaan teh celup yang dibuat yaitu uji organoleptik
(warna, aroma, dan rasa), kadar air, kadar abu total, kadar abu larut dalam air, dan pH sediaan.
Untuk pengujian aktivitas antioksidan sediaan teh celup tunggal maupun kombinasi dilakukan
menggunakan metode DPPH dengan spektrofotometri UV-Vis.
Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan aktivitas antioksidan sediaan teh celup
daun jambu biji nilai IC50 sebesar 41,877 ppm, sediaan teh celup daun sirsak sebesar 48,759
ppm, sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak pada perbandingan 1:3,
1:1, dan 3:1 berturut yaitu sebesar 27,214 ppm; 26,914 ppm; 23,536 ppm. Sediaan teh celup
kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak dengan perbandingan 1:3; 1:1; 3:1 mempunyai
nilai karakteristik yaitu warna kemerahan, aroma dan rasa yang sesuai dengan sampel yang
digunakan. Data kadar air, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam telah memenuhi
syarat SNI teh yaitu menggunakan SNI 4324:2014 sedangkan pada data kadar abu larut dalam
air tidak memenuhi standar SNI. Nilai pH pada sediaan teh kombinasi daun jambu biji daun
sirsak masih termasuk ke dalam rentang pH yang baik untuk bahan pangan yaitu 3,0-8,0.
Implikasi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan informasi bahwa
sediaan teh celup daun jambu biji, sediaan teh celup daun sirsak, dan sediaan teh celup
kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak dengan perbandingan 1:3; 1:1; dan 3:1 mempunyai
aktivitas antioksidan yang tergolong sangat kuat, sehingga berpotensi sebagai minuman
fungsional yaitu berupa sediaan teh celup karena memenuhi beberapa persyaratan mutu untuk
teh. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan bahwa jika suatu tanaman
dikombinasikan maka dapat memberikan efek yang baik. Dari banyaknya pengetahuan
mengenai pemanfaatannya ini dapat membantu produsen atau petani daun jambu biji dan
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
2622 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
daun sirsak untuk lebih mengutamakan cara membudidayakan daun jambu biji dan daun
sirsak dengan baik agar senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman daun jambu biji dan
daun sirsak tidak berkurang, sehingga pemanfaatannya menjadi lebih maksimal. Hasil
penelitian ini juga dapat dijadikan acuan sebagai informasi penggunaan antioksidan dan
kepada masyarakat dapat dimanfaatkan secara luas salah satunya dengan membudidayakan
tanaman daun jambu biji dan daun sirsak sebagai tanaman obat sehingga nantinya dapat
bekerja sama dengan perusahaan industri yang memakai kedua tanaman tersebut sebagai
bahan baku pembuatan sediaan teh celup dan hal ini dapat dijadikan acuan untuk
mengembangkan sediaan menjadi produk yang dapat dipasarkan secara luas kepada
masyarakat.. Peningkatan nilai ekonomi dapat mengakibatkan meningkatnya minat
masyarakat untuk membudidayakan kedua tanaman tersebut agar terpelihara dan lestari.
Kegiatan budidaya kedua tanaman ini memberikan manfaat dalam aspek lingkungan yaitu
pelestarian tanaman. Manfaat penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan yaitu diharapkan dapat
menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan daun jambu
biji dan daun sirsak madu sebagai jenis minuman fungsional lainnya yang berkhasiat sebagai
antioksidan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental untuk membuat sediaan teh celup
kombinasi dari daun jambu biji (Psidium Guajava) dengan daun sirsak (Annona Muricata L.).
Penelitian dimulai dengan mencari bahan yang akan digunakan yaitu daun jambu biji dan
daun sirsak, kemudian dilakukan pembuatan simplisia daun jambu biji dan daun sirsak.
Selanjutnya dilakukan pembuatan sediaan teh celup daun jambu biji dan daun sirsak, sediaan
teh celup diseduh. Kemudian dilakukan pengujian karakteristik pada sediaan teh celup
meliputi uji organoleptik (warna, aroma, dan rasa), uji kadar air, kadar abu total, kadar abu
larut dalam air, kadar abu tidak larut asam, dan uji pH. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas
antioksidan menggunakan metode DPPH dengan spektrofotometri UV-Vis. Penelitian ini
termasuk kedalam jenis penelitian kuantitatif eksperimental dikarenakan dilakukan
pembuatan sediaan teh celup dari daun jambu biji (Psidium Guajava) dan daun sirsak
(Annona Muricata L.) serta dilakukan uji karakteristik.
Bahan yang diteliti sebagai bahan baku sediaan teh celup adalah daun jambu biji
(Psidium Guajava) dan daun sirsak (Annona Muricata L.) yang memiliki warna hijau tua.
Kedua daun diperoleh dari Palaran kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.
Teknik pengambilan data Data nilai aktivitas antioksidan diperoleh dari mencatat hasil
nilai absorbansi menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Data pengujian karakteristik
organoleptik diperoleh dengan pengamatan warna, aroma, dan rasa. Uji kadar air diperoleh
dari melakukan penimbangan bobot simplisia sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan. Uji
kadar abu total diperoleh dari bobot cawan dan sampel yang telah diabukan dikurang dengan
bobot cawan kosong. Uji kadar abu larut dalam air diperoleh dari perhitungan bobot abu total
dikurang dengan bobot abu tak larut dalam air. Uji kadar abu tidak larut asam diperoleh dari
perhitungan bobot abu dikurang dengan bobot cawan kosong kemudian dibagi dengan berat
sampel. Uji pH dilakukan dengan mengukur ph menggunakan pH meter.
Pembuatan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2623
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung dari bulan Oktober 2023 hingga
Desember 2023 dan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan
Kefarmasian “FARMAKA TROPIS” Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman Samarinda,
Kalimantan Timur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sediaan teh celup tunggal dan juga
kombinasi menggunaan tanaman daun jambu biji dan daun sirsak. Hasil penelitian yang telah
dilakukan didapatkan aktivitas antioksidan sediaan teh celup daun jambu biji sebesar 41,877
ppm, sediaan teh celup daun sirsak sebesar 48,759 ppm, sediaan teh celup kombinasi daun
jambu biji dan daun sirsak (1:3) sebesar 27,214 ppm, sediaan teh celup kombinasi daun jambu
biji dan daun sirsak (1:1) sebesar 26, 914 ppm, sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji
dan daun sirsak (3:1) sebesar 23,536 ppm.
Hasil uji karakteristik sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak
(1:3) memiliki warna kemerahan, aroma khas daun sirsak, rasa pahit, dan pH 6,55. Sediaan
teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak (1:1) memiliki warna kemerahan, aroma
khas gabungan daun jambu biji dan daun sirsak, rasa pahit, dan pH 6,21. Sediaan teh celup
kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak (3:1) memiliki warna kemerahan, aroma khas
gabungan daun jambu biji dan daun sirsak, rasa pahit, dan pH 6,25. Hasil pengujian kadar air
pada simplisia daun jambu biji dan daun sirsak yaitu, hasil nilai rata-rata kadar air daun jambu
biji adalah 7,196% dan hasil nilai rata-rata daun sirsak adalah 7,043%. Hasil nilai rata-rata
kadar abu total daun jambu biji yaitu 5,733% dan hasil nilai rata-rata daun sirsak yaitu
5,933%. Hasil nilai rata-rata kadar abu larut dalam air daun jambu biji yaitu 3,513% dan hasil
nilai rata-rata daun sirsak yaitu 2,842%. Hasil nilai rata-rata kadar abu tidak larut asam daun
jambu biji yaitu 0,43% dan hasil nilai rata-rata daun sirsak yaitu 0,44%. Nilai aktivitas
antioksidan pada sediaan teh celup daun jambu biji yaitu 41,877 ppm dan sediaan teh celup
daun sirsak yaitu 48,759 ppm yang dimana menunjukkan bahwa sediaan teh celup tersebut
memiliki aktivitas antioksidan.
Tabel 1. Absorbansi pengujian sediaan teh celup daun jambu biji
Konsentrasi (µg/mL)
Ln Konsentrasi
Pengulangan
Rata-Rata
%Inhibisi
1
2
3
DPPH
-
0,493
0,493
0,493
0,493
-
20
2,995
0,266
0,281
0,282
0,276 ± 0,007
45,482
40
3,688
0,263
0,266
0,249
0,259 ± 0,007
49,439
60
4,094
0,243
0,248
0,250
0,247 ± 0,002
52,048
80
4,382
0,243
0,243
0,231
0,239 ± 0,005
53,741
100
4,605
0,231
0,221
0,242
0,231 ± 0,008
55,363
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
2624 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Gambar 2. Kurva aktivitas antioksidan sediaan teh celup daun jambu biji
Tabel 2. Absorbansi pengujian sediaan teh celup daun sirsak
Konsentrasi
(µg/mL)
Ln
Konsentrasi
Pengulangan
Rata-Rata
Sampel
%Inhibisi
1
2
3
DPPH
-
0,483
0,481
0,479
0,481
-
-
20
2,995
0,283
0,284
0,275
0,221 ±
0,019
0,260
43,456
40
3,688
0,247
0,247
0,262
0,240 ±
0,007
0,232
49,674
60
4,094
0,240
0,243
0,257
0,246 ±
0,007
0,226
50,831
80
4,382
0,235
0,241
0,246
0,252 ±
0,004
0,220
52,133
100
4,605
0,222
0,221
0,222
0,280 ±
0,0004
0,201
56,254
Gambar 2 Kurva aktivitas antioksidan sediaan teh celup daun sirsak
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
peredaman radikal DPPH terhadap sediaan teh celup daun jambu biji dan sediaan teh celup
daun sirsak. Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan adalah metode
Pembuatan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2625
serapan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) karena merupakan metode yang
sederhana, cepat, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu
yang singkat (Hanani, 2005). Kelebihan metode DPPH dibandingkan dengan metode lainnya
yaitu metode DPPH dapat menggambarkan sistem pertahanan tubuh terhadap radikal bebas
yang mewakili sistem biologis. Selain itu metode ini terbukti akurat dan praktis (Karadag
dkk., 2009).
Prinsip metode DPPH adalah mengamati perubahan warna larutan dari ungu tua
menjadi kuning pucat akibat aktivitas sampel yang mengandung antioksidan yang mempunyai
kemampuan menangkap dan meredam aktivitas radikal bebas. Perubahan warna dapat diamati
secara kualitatif dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan dapat diukur serapannya
(Juniarti, 2011). Prinsip kerja dari pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis adalah
adanya radikal bebas stabil yaitu DPPH yang dicampurkan dengan senyawa antioksidan yang
memiliki kemampuan mendonorkan hidrogen, sehingga radikal bebas dapat diredam. Jika
semua elektron DPPH berpasangan dengan elektron pada sampel ekstrak maka akan terjadi
perubahan warna sampel dimulai dari ungu tua hingga kuning terang.
Hasil pengukuran absorbansi sampel dapat dilihat pada tabel 6.1 dan 6.2. Seperti yang
ditunjukkan oleh data yang didapatkan, pengujian aktivitas antioksidan pada tabel 6.1 dan 6.2
menunjukkan peningkatan % inhibisi seiring dengan peningkatan konsentrasi. Hal ini
disebabkan karena adanya reduksi radikal DPPH yang dilakukan oleh antioksidan; semakin
tinggi konsentrasi, semakin banyak partikel senyawa antioksidan yang terkandung, yang
mengakibatkan peningkatan aktivitas antioksidan dan penurunan absorbansi (Talapessy dkk,
2013).
Antioksidan dikatakan sangat kuat apabila nilai IC50 <50 ppm, kuat apabila memiliki
IC50 antara 50-100 ppm, 101-150 ppm dikatakan sedang, dan >150 ppm merupakan kategori
lemah (Sami dkk., 2019). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu didapatkan nilai IC50
sediaan teh celup daun jambu biji yaitu 41,877 ppm . Nilai IC50 yang diperoleh pada sediaan
teh celup daun jambu biji yaitu diantara rentang 1-50 ppm digolongkan sebagai antioksidan
sangat kuat. Sediaan teh celup daun sirsak didapatkan nilai IC50 yaitu 48,759 ppm. Nilai
IC50 pada sediaan teh celup daun sirsak yaitu diantara rentang 1-50 digolongkan sebagai
antioksidan sangat kuat.
Daun jambu biji (Psidium Guajava L.) memiliki kandungan senyawa flavonoid, tanin,
alkaloid, terpenoid dan saponin yang mempunyai kemampuan sebagai antioksidan. Flavonoid
bekerja dengan cara menurunkan jumlah enzim yang menghasilkan radikal bebas, flavonoid
berfungsi sebagai antioksidan dengan menghentikan atau menghilangkan sepenuhnya
kerusakan oksidatif pada molekul target Daun jambu biji mempunyai senyawa fenol
markernya yaitu guajavin yang termasuk golongan flavonoid. Senyawa guajavin adalah
senyawa kimia yang ditemukan dalam tumbuhan guajava, atau lebih dikenal sebagai pohon
jambu biji. Guajavin termasuk dalam kelompok senyawa flavonoid, yang dikenal memiliki
berbagai manfaat bagi kesehatan manusia. Salah satu manfaat yang dilaporkan dari guajavin
adalah sebagai antioksidan, yang dapat membantu melawan radikal bebas dalam tubuh dan
mengurangi risiko penyakit yang terkait dengan oksidasi sel. Studi ilmiah juga telah
menunjukkan potensi aktivitas antiinflamasi dari guajavin (Dakappa dkk., 2013).
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
2626 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Flavonoid dan asetogenin terdapat pada daun sirsak. Flavonoid merupakan senyawa
yang terkenal dengan sifat antioksidannya. Senyawa flavonoid sebagai antioksidan yaitu
dengan mendonorkan atom hidrogen ke radikal bebas, sehingga radikal bebas dapat tereduksi
menjadi bentuk yang lebih stabil. Asetogenin dapat bertindak sebagai agen penangkap radikal
bebas dengan menyumbangkan elektron bebasnya untuk menetralkan radikal bebas yang tidak
stabil. Dengan cara ini, asetogenin membantu mencegah kerusakan yang mungkin terjadi pada
molekul lainnya (Yuswi, 2017). Salah satu senyawa flavonoid khusus yang ditemukan dalam
tanaman sirsak adalah annonacin. Annonacin adalah flavonoid yang ditemukan secara khusus
dalam buah sirsak (Annona Muricata L.). Sebuah studi yang dilakukan Dewi dkk., (2022)
penelitian ini menemukan bahwa kombinasi annonacin dan nanodiamonds mampu
memberikan efek yang lebih kuat dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara pada
tikus yang diinduksi kanker payudara dan menemukan bahwa hal itu meningkatkan efek
annonacin dalam menghambat tingkat ROS. ROS dapat merusak DNA, protein, dan lipid
dalam sel, yang dapat menyebabkan stres oksidatif dan berbagai penyakit terkait, seperti
penyakit jantung, kanker, dan penuaan dini. Oleh karena itu, menghambat ROS dapat
memberikan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif dan mencegah perkembangan
penyakit yang terkait dengan stres oksidatif (Winarti, 2010).
Terdapat perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ALIFVIA,
(2022) yang melakukan penelitian terhadap aktivitas antioksidan daun jambu biji merah
(Psidium Guajava) ekstrak etil asetat menggunakan metode DPPH didapatkan aktivitas
antioksidan yang sangat kuat dengan nilai lC50 37,39 ppm. Dan penelitian yang dilakukan
oleh (Naspiah et al., 2014) yang melakukan penelitian terhadap aktivitas antioksidan daun
sirsak (Annona Muricata L.) menggunakan metode DPPH didapatkan aktivitas antioksidan
yang sangat kuat dengan menggunakan ekstrak fraksi n-butanol dengan nilai lC50 sebesar
14,8 ppm. Perbedaan nilai IC50 dengan penelitian sebelumnya dikarenakan menggunakan
pelarut yang berbeda. Sediaan teh celup daun jambu biji dan daun sirsak memiliki nilai IC50
yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Jika, hasil IC50 (konsentrasi
inhibitor 50%) dari pengujian antioksidan menggunakan air tinggi, ini mungkin menunjukkan
bahwa air tidak efektif dalam mengekstraksi senyawa antioksidan yang ada dalam sampel.
Alasan mengapa hal ini bisa terjadi adalah kelarutan senyawa antioksidan dalam air rendah.
Beberapa senyawa antioksidan mungkin lebih larut dalam pelarut organik daripada dalam air.
Jika sampel mengandung senyawa-senyawa tersebut, penggunaan air mungkin tidak efektif
dalam mengekstraknya. Interaksi dengan komponen lain dalam sampel hal ini disebabkan
senyawa antioksidan terikat pada komponen lain dalam sampel, sehingga sulit diekstraksi
dengan air saja (Yashin dkk., 2011).
Pembuatan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2627
Tabel 3. Absorbansi pengujian sediaan teh celup kombinasi daun jambu dan daun
sirsak 1:3
Konsentrasi
(µg/mL)
Ln Konsentrasi
Pengulangan
Rata-Rata
Sampel
%Inhibisi
1
2
3
DPPH
-
0,492
0,492
0,492
0,492
-
-
20
2,995
0,291
0,289
0,290
0,290 ± 0,0008
0,224
47,343
40
3,688
0,273
0,265
0,267
0,268 ± 0,003
0,203
52,421
60
4,094
0,245
0,232
0,240
0,239 ± 0,005
0,173
59,296
80
4,382
0,233
0,233
0,227
0,231 ± 0,002
0,165
61,171
100
4,605
0,222
0,223
0,220
0,221 ± 0,001
0,156
63,359
Gambar 3 Kurva aktivitas antioksidan sediaan teh celup kombinasi daun jambu dan daun sirsak 1:3
Tabel 4. Absorbansi pengujian sediaan teh celup kombinasi daun jambu dan daun
sirsak 1:1
Konsentrasi
(µg/mL)
Ln
Konsentrasi
Pengulangan
Rata-Rata
Sampel
%Inhibisi
1
2
3
DPPH
-
0,483
0,481
0,479
0,481
-
-
20
2,995
0,260
0,268
0,269
0,265 ±
0,004
0,227
48,607
40
3,688
0,247
0,247
0,256
0,250 ±
0,004
0,212
52,144
60
4,094
0,242
0,243
0,242
0,242 ±
0,0004
0,204
53,875
80
4,382
0,235
0,235
0,233
0,234 ±
0,0009
0,196
55,680
100
4,605
0,223
0,223
0,227
0,224 ±
0,001
0,186
57,938
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
2628 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Gambar 4. Kurva aktivitas antioksidan sediaan teh celup kombinasi daun jambu dan daun sirsak 1:1
Tabel 5. Absorbansi pengujian sediaan teh celup kombinasi daun jambu dan daun
sirsak 3:1
Konsentrasi
(µg/mL)
Ln
Konsentrasi
Pengulangan
Rata-
Rata
Sampel
%Inhibisi
1
2
3
DPPH
-
0,493
0,493
0,493
0,493
-
-
20
2,995
0,253
0,254
0,269
0,258 ±
0,007
0,238
49,541
40
3,688
0,246
0,246
0,252
0,248 ±
0,002
0,228
51,797
60
4,094
0,239
0,240
0,240
0,239 ±
0,0004
0,219
53,558
80
4,382
0,237
0,235
0,234
0,235 ±
0,001
0,215
54,474
100
4,605
0,228
0,229
0,230
0,229 ±
0,0008
0,209
55,813
Gambar 6 Kurva aktivitas antioksidan sediaan teh celup kombinasi daun jambu
dan daun sirsak 3:1
Pengujian aktivitas antioksidan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak
menggunakan metode DPPH. Alasan menggunakan metode DPPH dibandingkan dengan
metode lainnya yaitu karena metode DPPH relatif sederhana dan cepat dilakukan, tidak
memerlukan peralatan laboratorium yang mahal atau prosedur yang rumit. Hal ini
membuatnya cocok untuk penggunaan di laboratorium dengan sumber daya yang terbatas atau
Pembuatan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2629
untuk analisis cepat. DPPH adalah senyawa yang stabil dan dapat disimpan dalam kondisi
penyimpanan yang tepat dalam jangka waktu yang lama. Ini memungkinkan penggunaan
yang fleksibel dari DPPH untuk mengukur aktivitas antioksidan dalam berbagai sampel tanpa
khawatir akan degradasi atau kerusakan. Metode DPPH memiliki sensitivitas yang tinggi
dalam mendeteksi aktivitas antioksidan dalam sampel. Ini memungkinkan untuk mendeteksi
efek antioksidan bahkan dalam konsentrasi senyawa antioksidan yang rendah, yang dapat
bermanfaat dalam penelitian atau analisis di mana sampel memiliki konsentrasi antioksidan
yang rendah. Metode DPPH dapat diterapkan pada berbagai jenis sampel, termasuk ekstrak
tumbuhan, minyak nabati, makanan, minuman, dan suplemen makanan. Ini membuatnya
menjadi alat yang serbaguna untuk mengukur aktivitas antioksidan dalam berbagai konteks.
Metode DPPH menunjukkan reproduktibilitas yang baik, artinya hasil yang diperoleh dari
berbagai percobaan yang dilakukan dengan metode ini cenderung konsisten dan dapat
diandalkan. Hal ini penting dalam memastikan validitas dan keandalan data yang diperoleh
dari penelitian antioksidan (Molyneux, 2004). Metode DPPH adalah salah satu uji kuantitatif
untuk mengetahui seberapa besar aktivitas kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak sebagai
antioksidan. Uji aktivitas antioksidan DPPH berdasarkan reaksi penangkapan radikal DPPH
oleh senyawa antioksidan melalui mekanisme donasi atom hidrogen sehingga akan dihasilkan
DPPH non radikal dan menyebabkan terjadinya penurunan intensitas warna ungu dari DPPH
(Windono, 2004).
Intensitas peredaman warna ungu dari DPPH dapat dilihat dari nilai absorbansi
menggunakan spektrofotometer. Untuk mengetahui tingkat peredaman warna sebagai akibat
adanya senyawa antioksidan yang mampu mengurangi intensitas warna ungu dari DPPH,
maka pengukuran reaksi warna dilakukan pada konsentrasi ekstrak yang berbeda-beda.
Semakin kecil nilai absorbansinya menunjukkan kapasitas antioksidan yang semakin besar
(Molyneux, 2004).
Peningkatan persentase inhibisi merupakan parameter yang penting dalam evaluasi
aktivitas antioksidan suatu sampel. Dalam penelitian ini, sediaan teh celup kombinasi daun
jambu biji dan daun sirsak menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam persentase
inhibisi. Tabel 6.3, 6.4, dan 6.5 dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa uji aktivitas
antioksidan terus menunjukkan peningkatan %inhibisi dengan meningkatnya konsentrasi.
Peningkatan persentase inhibisi yang signifikan menunjukkan bahwa sediaan teh celup
kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak memiliki efek yang kuat dalam melawan aktivitas
radikal bebas atau kerusakan oksidatif yang diinduksi. Hal ini karena adanya reduksi radikal
DPPH oleh antioksidan, semakin banyak partikel senyawa antioksidan yang ada, semakin
tinggi konsentrasinya, yang meningkatkan aktivitas antioksidan dan menurunkan absorbansi
(Talapessy, Suryanto, & Yudistira, 2013).
Nilai IC50 teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak pada formula 1 (1:3)
ditentukan dengan menggunakan analisis regresi linier nilai persen penghambatan dan nilai
konsentrasi masing-masing formula. Hasil nilai IC50 sebesar 27,214 ppm. Data aktivitas
antioksidan Formula 2 (1:1) menunjukkan nilai IC50 sebesar 26,914 ppm. Hasil aktivitas
antioksidan pada formula 3 (3:1), dimana nilai IC50 sebesar 23,536 ppm. Hasil dari pengujian
aktivitas tiga formula sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak yaitu
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
2630 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
didapatkan hasil nilai IC50 diantara rentang 1-50 ppm yang digolongkan sebagai antioksidan
sangat kuat. Hal ini didasarkan pada penggolongan aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai
IC50 < 50 ppm, kuat dari 50-100 ppm, sedang dari 100-150 ppm, lemah 150-200 ppm, dan
sangat lemah > 200 ppm (Molyneux, 2004).
Pengujian aktivitas antioksidan kombinasi teh celup daun jambu biji dan daun sirsak
bertujuan untuk mengetahui perbandingan terbaik kombinasi teh celup daun jambu biji dan
daun sirsak dan melihat apakah sediaan kombinasi teh celup daun jambu biji dan daun sirsak
mempunyai aktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan teh celup tunggal.
Aktivitas antioksidan dari sediaan teh celup tunggal daun jambu biji dan daun sirsak bila
dibandingkan dengan sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak
mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih lemah dibandingkan jika kedua daun tersebut
dikombinasikan. Dapat dilihat dari nilai IC50 sediaan teh celup kombinasi yang lebih kecil
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang semakin tinggi.
Sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji biji dan daun sirsak mempunyai nilai IC50
lebih kecil, hal ini dikarenakan pada daun jambu biji mempunyai senyawa fenol marker yaitu
guajavin sedangkan daun sirsak mempunyai senyawa marker annonacin yang termasuk
golongan flavonoid, yang berperan sebagai antioksidan, sehingga daun jambu biji dan daun
sirsak dikombinasikan mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Guajavin, yang
merupakan senyawa flavonoid yang ditemukan dalam tanaman jambu biji, cenderung larut
dalam pelarut organik seperti etanol atau metanol daripada air. Oleh karena itu, ekstraksi
guajavin biasanya dilakukan menggunakan pelarut organik yang lebih polar. Meskipun
demikian, dalam beberapa kasus, beberapa senyawa polar seperti flavonoid tertentu dapat
diekstraksi dengan menggunakan air sebagai pelarut. Namun, efisiensi ekstraksi dengan air
mungkin tidak seoptimal dengan penggunaan pelarut organik yang lebih polar. Selain itu,
perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti suhu ekstraksi, waktu ekstraksi, dan metode
ekstraksi yang digunakan untuk memaksimalkan hasil ekstraksi. Annonacin adalah senyawa
yang ditemukan dalam buah sirsak (Annona Muricata L). Secara umum, senyawa tersebut
lebih mudah larut dalam pelarut organik seperti etanol atau metanol daripada air (Yashin dkk.,
2011).
Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa annonacin juga dapat diekstraksi
dengan air, terutama jika dilakukan dengan metode ekstraksi yang sesuai. Meskipun air
kurang efektif dalam mengekstraksi senyawa-senyawa non-polar seperti annonacin, namun
dengan menggunakan teknik ekstraksi yang tepat seperti pemanasan, penggunaan air panas.
Sehingga pada sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak dengan
perbandingan 1:3; 1:1; 3:1 memiliki nilai IC50 yang lebih rendah dibandingkan dengan
sediaan teh celup tunggal sehingga dapat dikatakan memberikan efek sinergis yang berarti
memberikan efek peningkatan terhadap aktivitas antioksidannya dalam meredam radikal
bebas DPPH (Marianne, 2018).
Menurut Dehghan dkk., (2016), nilai IC50 yang lebih rendah menunjukkan bahwa
senyawa uji lebih efektif dalam menangkal radikal bebas. Oleh karena itu, aktivitas
antioksidan formula 3 jauh lebih tinggi dibandingkan formula 1 dan formula 2. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena kandungan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan dari
Pembuatan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2631
daun jambu biji lebih banyak dari daun sirsak. Formula 3 memiliki aktivitas antioksidan
dibanding formula lain dikarenakan pada daun jambu biji memiliki kadar vitamin c yang lebih
tinggi dibandingkan dengan daun sirsak (Maliku, 2019).
Sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak dengan nilai IC50 rendah
dalam konteks pengujian aktivitas antioksidan atau aktivitas biologis lainnya menunjukkan
bahwa sediaan tersebut memiliki efektivitas yang tinggi dalam menghambat atau mengurangi
aktivitas yang diuji. Nilai IC50 yang rendah menunjukkan bahwa konsentrasi yang diperlukan
dari sediaan tersebut untuk mencapai 50% efek inhibisi atau efek biologis yang diinginkan
adalah rendah, yang berarti sediaan tersebut sangat potensial. Sediaan teh celup kombinasi
daun jambu biji dan sirsak dapat dijadikan sebagai minuman fungsional yang dirancang untuk
memberikan manfaat kesehatan tambahan. Minuman fungsional yang mengandung
antioksidan dapat membantu dalam mencegah kerusakan sel dan jaringan oleh radikal bebas,
serta meningkatkan kesehatan secara umum. Konsumsi minuman yang kaya antioksidan juga
dapat membantu melindungi DNA sel dari kerusakan oksidatif, yang dapat memperlambat
proses penuaan dan mengurangi risiko terkena penyakit yang terkait dengan penuaan (Lai-
Cheong & McGrath, 2017).
Karakteristik Sediaan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji dan Daun Sirsak 1:3;
1:1; dan 3:1
Sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak dibuat dengan cara
simplisia kering dikemas dalam kantong teh celup yang tahan panas. Menurut S teh sering
dikonsumsi oleh masyarakat karena penyajiannya tidak membutuhkan waktu yang cukup
lama, karena hanya diseduh saja. Zaman sekarang teh saat ini mulai beragam, antara lain teh
yang terbuat dari kelopak bunga krisan, buah-buahan, rempah-rempah, bahkan kelopak bunga
chamomile, daun sirsak, dan lainnya. Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
karakteristik dari sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak 1:3; 1:1; dan
3;1
.
Tabel 6. Hasil pengujian organoleptik sediaan teh celup kombinasi
Sampel
Hasil Organoleptik
Warna
Rasa
Aroma
F1 (1:3)
Kemerahan
Pahit
Aroma khas daun Sirsak
F2 (1:1)
Kemerahan
Pahit
Aroma khas gabungan daun
jambu biji dan daun sirsak
F3 (3:1)
Kemerahan
Pahit
Aroma khas gabungan daun
jambu biji dan daun sirsak
Tabel 7. Hasil pengujian kadar air
Sampel
Perlakuan
Hasil
Syarat
R1
R2
R3
Daun Jambu Biji
8,06%
6,8%
6,73%
7,196% ± 0,610
≤ 10%
Daun Sirsak
7,53%
7,04%
6,56%
7,043% ± 0,396
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
2632 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Tabel 8. Hasil pengujian kadar abu total
Sampel
Perlakuan
Hasil
Syarat
R1
R2
R3
Daun Jambu
Biji
5,8%
5,1%
6,3%
5,733% ± 0,492
4-8%
Daun Sirsak
6,5%
5,8%
5,9%
5,933% ± 0,309
Tabel 9. Hasil pengujian kadar abu larut dalam air
Sampel
Perlakuan
Hasil
Syarat
R1
R2
R3
Daun Jambu Biji
2,5%
3,3%
4,7%
3,513% ± 0,909
≥ 40%
Daun Sirsak
2
,7`%
3
,5%
2
,3%
2,842%
± 0,498
Tabel 10. Hasil pengujian kadar abu tidak larut asam
Sampel
Perlakuan
Hasil
Syarat
R1
R2
R3
Daun Jambu
Biji
0,22%
0,64%
0,44%
0,43% ± 0,171
≤ 1%
Daun Sirsak
0,3%
0,6%
0,42%
0,44% ± 0,122
Tabel 11. Hasil pengujian pH
Sampel
Perlakuan
Hasil
Syarat
R1
R2
R3
F1 (1:3)
6,53
6,54
6,58
6,55 ± 0,021
3-8
F2 (1:1)
6,17
6,22
6,24
6,21 ± 0,029
F3 (3:1)
6,20
6,28
6,28
6,25 ± 0,037
Proses Analisis Data
Data hasil pengujian karakteristik organoleptik diperoleh dengan pengamatan warna,
aroma, dan rasa. Hasil pengujian kadar air diperoleh dari melakukan penimbangan bobot
simplisia sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan. Hasil pengujian kadar abu total
diperoleh dari bobot cawan dan sampel yang telah diabukan dikurang dengan bobot cawan
kosong. Hasil pengujian kadar abu larut dalam air diperoleh dari perhitungan bobot abu total
dikurang dengan bobot abu tak larut dalam air. Hasil pengujian kadar abu tidak larut asam
diperoleh dari perhitungan bobot cawan krusible yang berisi abu dikurang dengan bobot
cawan kosong dibagi dengan berat sampel. Uji pH dilakukan dengan mengukur ph
menggunakan pH meter.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Untuk memastikan layak tidaknya pembuatan teh celup dengan menggunakan campuran
daun jambu biji dan daun sirsak dilakukan karakterisasi. Penyortiran, penyaringan,
pengeringan, pengecilan ukuran, dan pengemasan semuanya dilakukan selama proses
pengolahan teh celup. Pada proses pengolahannya penting untuk mengetahui syarat teh yaitu
Pembuatan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2633
seperti uji organoleptik, kadar air, kadar abu total, kadar abu larut dalam air, kadar abu tidak
larut asam, dan pH.
Hasil karakteristik yaitu uji organoleptik sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji
dan daun sirsak dengan menggunakan perbandingan 1:3; 1:1; dan 3;1 dapat dilihat pada tabel
6.6. Sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak perbandingan 1:3 memiliki
warna kemerahan, rasa pahit, dan aroma khas daun sirsak. Sediaan teh celup kombinasi daun
jambu biji dan daun sirsak perbandingan 1:1 memiliki warna kemerahan, rasa pahit, dan
aroma khas gabungan daun jambu biji dan daun sirsak. Sediaan teh celup kombinasi daun
jambu biji dan daun sirsak perbandingan 3:1 memiliki warna kemerahan, rasa pahit, dan
aroma khas gabungan daun jambu biji dan daun sirsak.
Pengujian kadar air dilakukan untuk memberikan rentang atau batasan maksimal
besarnya kandungan air yang terkandung dalam sampel. Kadar air suatu bahan sangat
berpengaruh terhadap mutu suatu produk. Tujuan dilakukannya pengujian kadar yaitu agar
simplisia daun jambu biji dan daun sirsak tidak rusak jika nanti dimasukkan ke dalam kantong
teh celup, karena jamur atau mikroba dapat tumbuh pada simplisia jika simplisia dalam
keadaan lembab. Metode yang digunakan untuk penentuan kadar air yaitu dengan metode
pengeringan. Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air
dari bahan pangan sehingga daya simpan menjadi panjang. Oleh karena itu dapat digunakan
metode gravimetri dengan proses pemanasan di dalam oven dengan suhu 105 C sehingga
sampel akan kehilangan bobot kandungan air di dalamnya, saat sampel kehilangan bobot air
maka dapat ditentukan kadar air pada sampel teh yang diuji (Toruan & Intan Syahbanu,
2019).
Prinsip metode gravimetri yaitu berdasarkan penguapan yang ada dalam bahan dengan
jalan pemanasan, kemudian ditimbang sampai berat konstan. Pengurangan bobot merupakan
kandungan air yang terdapat dalam bahan. Metode ini relatif sederhana dan mudah dilakukan
dengan menggunakan peralatan laboratorium yang umum dan tersedia, seperti oven pengering
dan timbangan analitik. Hal ini membuatnya cocok untuk digunakan dalam berbagai
laboratorium, termasuk laboratorium yang memiliki sumber daya terbatas. Metode gravimetri
dapat memberikan hasil yang akurat jika dilakukan dengan hati-hati dan dengan
menggunakan prosedur standar yang tepat (Toruan & Intan Syahbanu, 2019). Hasil pengujian
kadar air pada simplisia daun jambu biji dan daun sirsak menggunakan metode gravimetri
dapat dilihat pada tabel 6.7, hasil nilai rata-rata kadar air daun jambu biji yaitu 7,196% dan
hasil nilai rata-rata daun sirsak yaitu 7,043%. Nilai kadar air pada daun jambu biji dan daun
sirsak telah memenuhi syarat kadar air menurut Farmakope Herbal Indonesia yaitu kurang
dari 10%. Penelitian penentuan kadar air telah dilakukan dan telah memenuhi standar,
sehingga dapat dibuktikan persiapan sampel seperti sortasi basah dan sortasi kering telah
dilakukan dengan baik
Kadar abu total pengujian dengan menggunakan alat tanur pemanasan suhu tinggi
hingga menghasilkan abu. Zat anorganik berupa abu ialah sisa hasil dari pembakaran bahan
organik. Pengabuan adalah proses pemanasan dalam beberapa lama dan menggunakan suhu
sangat tinggi sampai tersisa zat anorganik yang warnanya putih keabuan. Tanur sebagai alat
dalam proses pengabuan bersuhu tinggi maka terjadi kerusakan senyawa organik dan lebih
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
2634 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
cepat menguap. Sehingga abu tersebut membentuk senyawa mineral dan anorganik. Pengujian
kadar abu total dilakukan untuk memberikan rentang atau batasan maksimal besarnya
kandungan mineral yang terkandung dalam sampel. Tujuan dilakukannya pengujian kadar abu
total adalah sebagai parameter untuk menunjukkan seberapa banyak kandungan abu yang
tidak larut dan yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain. Faktor yang
mempengaruhi hasil yang memenuhi standar yaitu saat dilakukannya proses pembersihan
sampel dengan memisahkan kotoran dilakukan dengan teliti (Prabowo, Cahya, Arisanti, &
Samirana, 2019). Hasil pengujian kadar abu total pada simplisia daun jambu biji dan daun
sirsak dapat dilihat pada tabel 6.8, hasil nilai rata-rata kadar abu total daun jambu biji yaitu
5,733% dan hasil nilai rata-rata daun sirsak yaitu 5,933%. Nilai kadar abu total pada daun
jambu biji dan daun sirsak telah memenuhi syarat kadar abu total menurut SNI yaitu 4-8%.
Kandungan mineral berupa kalsium, magnesium, natrium dari bahan yang diperoleh dari
proses pengabuan (Toruan & Intan Syahbanu, 2019). Pengabuan dilakukan untuk menentukan
jumlah mineral yang terkandung dalam bahan. Tujuan penentuan parameter kadar abu total
sebagai parameter untuk mengukur kualitas dari suatu bahan. Faktor yang mempengaruhi
hasil yang memenuhi standar yakni saat proses pembersihan sampel dengan memisahkan
kotoran dilakukan dengan teliti.
Pengujian kadar abu larut dalam air dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral yang
dapat larut dalam air di suatu bahan. Hasil pengujian kadar abu larut dalam air pada simplisia
daun jambu biji dan daun sirsak dapat dilihat pada tabel 6.9, hasil nilai rata-rata kadar abu
larut dalam air daun jambu biji yaitu 3,513% dan hasil nilai rata-rata daun sirsak yaitu
2,842%. Nilai kadar abu larut dalam air pada daun jambu biji dan daun sirsak tidak memenuhi
syarat kadar abu larut dalam air menurut SNI yaitu 40%. Nilai kadar abu larut dalam air
daun jambu biji dan daun sirsak tidak memenuhi standar disebabkan karena pada daun jambu
biji dan daun sirsak mempunyai kandungan mineral yang tinggi yaitu seperti natrium dan
kalium sehingga. Natrium dan kalium merupakan mineral yang mudah larut dengan air,
sehingga ketika dilakukan pengujian kadar abu larut dalam air mineral yang terkandung dari
kedua daun tersebut rendah (Ma’roef, 1998). Daun yang digunakan tidak memenuhi syarat
pemetikan pucuk/daun tua untuk diolah juga merupakan salah satu penyebab hasil pengujian
kadar abu larut dalam air tidak memenuhi syarat (Balasooriya, Kooragoda, & Jayawardhane,
2019).
Kadar abu tidak larut asam dengan pengujian abu yang didapatkan selanjutnya
dipanaskan dengan HCl (asam klorida) encer diperoleh abu dengan bobot yang tetap
(Prabowo, 2019). Penggunaan HCl pada pengujian ini karena gas yang dihasilkan klorin (Cl
2
)
dapat mendestruksi abu dengan cepat. Sedangkan asam sulfat dibuktikan membutuhkan waktu
cukup lama dalam mendestruksi (Hulyadi, 2020). Pengujian kadar abu tidak larut asam
dilakukan untuk memberikan gambaran besarnya kandungan jumlah mineral yang tidak dapat
larut dalam asam di suatu bahan. Pengotor yang tersisa pada pengujian kadar abu tidak larut
asam yaitu seperti pasir dan silika. Silika berbahaya jika masuk ke dalam tubuh, karena silika
mempunyai senyawa seperti kaca yang dapat merusak dan merobek mukosa jaringan tubuh.
Apabila dikonsumsi saat ketika ada bahan tidak larut asam yang masih menempel pada bahan
uji (Hulyadi, 2020). Hasil pengujian kadar abu tidak larut asam pada simplisia daun jambu
Pembuatan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2635
biji dan daun sirsak dapat dilihat pada tabel 6.10, hasil nilai rata-rata kadar abu tidak larut
asam daun jambu biji yaitu 0,43% dan hasil nilai rata-rata daun sirsak yaitu 0,44%. Nilai
kadar abu tidak larut asam pada daun jambu biji dan daun sirsak telah memenuhi syarat kadar
abu tidak larut asam menurut SNI yaitu 1%.
Pengujian pH dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman dari suatu sediaan.
Menurut Buckle (1985), pH akan mempengaruhi daya tahan dari suatu produk dan pH pangan
yang baik yaitu yang memiliki pH mulai dari 3,0 sampai 8,0. Beberapa mikroorganisme
patogen atau pembusuk dapat tumbuh lebih baik dalam lingkungan dengan pH tertentu.
Pengukuran pH dapat membantu dalam mengontrol pertumbuhan mikroorganisme ini dan
memastikan keamanan sediaan minuman dari kontaminasi mikroba yang berpotensi
membahayakan kesehatan. Hasil pengujian pH pada sediaan teh celup kombinasi daun jambu
biji dan daun sirsak perbandingan 1:3; 1:1; dan 3:1 dapat dilihat pada tabel 6.12, hasil nilai
rata-rata pH sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak perbandingan 1:3
yaitu 6,55. Nilai rata-rata pH sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak
perbandingan 1:1 yaitu 6,21. Nilai rata-rata pH sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji
dan daun sirsak perbandingan 3:1 yaitu 6,25. Berdasarkan hasil pengujian pH tersebut, nilai
pH pada semua sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak telah sesuai
dengan pernyataan dari Buckle yaitu nilai pH yang baik untuk pangan berada direntang 3,0
sampai 8,0.
KESIMPULAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan aktivitas antioksidan sediaan sediaan
teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak (1:3) sebesar 27,214 ppm, sediaan teh
celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak (1:1) sebesar 26, 914 ppm, sediaan teh celup
kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak (3:1) sebesar 23,536 ppm. Berdasarkan data
aktivitas antioksidan yang didapatkan, sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun
sirsak yang mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi yaitu sediaan teh celup kombinasi
daun jambu biji dan daun sirsak (3:1).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik disimpulkan bahwa:
Aktivitas antioksidan sediaan teh celup daun jambu biji dilihat dari nilai IC50 sebesar 41,877
ppm dan sediaan teh celup daun sirsak sebesar 48,759 ppm. Aktivitas antioksidan dilihat dari
nilai IC50 sediaan sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak (1:3) sebesar
27,214 ppm, sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak (1:1) sebesar 26,
914 ppm, sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak (3:1) sebesar 23,536
ppm. Sediaan teh celup kombinasi daun jambu biji dan daun sirsak dengan perbandingan 1:3;
1:1; 3:1 mempunyai nilai karakteristik yaitu warna kemerahan, aroma dan rasa yang sesuai
dengan sampel yang digunakan. Data kadar air, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut
asam telah memenuhi syarat SNI teh yaitu menggunakan SNI 4324:2014 sedangkan pada data
kadar abu larut dalam air tidak memenuhi standar SNI 4324:2014. Nilai pH pada sediaan teh
kombinasi daun jambu biji daun sirsak masih termasuk ke dalam rentang pH yang baik untuk
bahan pangan yaitu 3,0-8,0..
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai
2636 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
BIBLIOGRAFI
Alifvia, Hernita. (2022). Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava
L.) Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, Dan Organoleptik Es Krim Buah Naga Merah.
Universita Jambi.
Anggraini, Tuty. (2017). Proses Dan Manfaat Teh. Erka.
Balasooriya, Ronali, Kooragoda, Mewan, & Jayawardhane, Pradeepa. (2019). Comparative
Analysis On Physical And Chemical Characteristics Of Commercially
Manufactured/Processed Green Tea In Sri Lanka. International Journal Of Food
Science And Nutrition, 4(4), 4347.
Deng, Gui Fang, Xu, Xiang Rong, Guo, Ya Jun, Xia, En Qin, Li, Sha, Wu, Shan, Chen, Feng,
Ling, Wen Hua, & Li, Hua Bin. (2012). Determination Of Antioxidant Property And
Their Lipophilic And Hydrophilic Phenolic Contents In Cereal Grains. Journal Of
Functional Foods, 4(4), 906914.
Dewi, Yohana S. K., & Dominika, Dominika. (2008). Aktivitas Antioksidasi Ekstrak Fenol
Umbi Sarang Semut (Hydnophytum Sp.) Pada Berbagai Suhu Penyeduhan. Agritech,
28(2).
Dusun, Citra Cintami, Djarkasi, G. S. Suhartati, Thelma, D., & Tuju, Jean. (2017).
Kandungan Polifenol Dan Aktivitas Antioksidan Teh Daun Jambu Biji (Psidium
Guajava L). Cocos, 1(7).
Hulyadi, Hulyadi. (2020). Analisa Jenis Asam Terhadap Kecepatan Destruksi Daun
Singkong. Jurnal Ilmiah Ikip Mataram, 7(1), 9599.
Kemenkes, R. I. (2011). Kementerian Kesehatan Ri. Buletin Jendela, Data Dan Informasi
Kesehatan: Epidemiologi Malaria Di Indonesia. Jakarta: Bhakti Husada.
Lai-Cheong, Joey E., & Mcgrath, John A. (2017). Structure And Function Of Skin, Hair And
Nails. Medicine, 45(6), 347351.
Lingga, Lanny. (2014). The Healing Power Of Antioxidant. Elex Media Komputindo.
Maliku, Rasnita Maharani. (2019). Penetapan Kadar Vitamin C Pada Buah Jambu Biji Merah
(Psidium Guajava L.) Dengan Metode Titrasi Na-2, 6 Dichlorophenol Indophenol
(Dcip). Media Farmasi, 13(2), 3035.
Naspiah, Nisa, Iskandar, Yoppi, & Moektiwardoyo, Moelyono. (2014). Artikel Ulasan:
Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr.), Tanaman Multiguna. Indonesian
Journal Of Applied Sciences, 4(2).
Prabowo, H., Cahya, Iapd, Arisanti, C. I. S., & Samirana, P. O. (2019). Standardisasi Spesifik
Dan Non-Spesifik Simplisia Dan Ekstrak Etanol 96% Rimpang Kunyit (Curcuma
Domestica Val.). Jurnal Farmasi Udayana, 8(1), 2935.
Reynertson, Kurt Allerslev. (2007). Phytochemical Analysis Of Bioactive Constituents From
Edible Myrtaceae Fruits. City University Of New York.
Rizqina, Nurul. (2014). Uji Efektivitas Antibakteri Infusum Daun Jambu Biji (Psidium
Guajava Linn.) Tehadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Karies Streptococcus Mutans
Secara In Vitro.[Skripsi] Padang: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas.
Skripsi. Universitas Andalas.
Shibula, K., & Velavan, S. (2015). Determination Of Phytocomponents In Methanolic Extract
Of Annona Muricata Leaf Using Gc-Ms Technique. International Journal Of
Pharmacognosy And Phytochemical Research, 7(6), 12511255.
Suryohudoyo, Purnomo. (2000). Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Jakarta: Cv.
Susanti, Yesi Ika, & Putri, Widya Dwi Rukmi. (2014). Pembuatan Minuman Serbuk Markisa
Merah (Passiflora Edulis F. Edulis Sims)(Kajian Konsentrasi Tween 80 Dan Suhu
Pengeringan). Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 2(3), 170179.
Pembuatan Teh Celup Kombinasi Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Sebagai Antioksidan
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2637
Szocs, K. (2004). Endothelial Dysfunction And Reactive Oxygen Species Production In
Ischemia/Reperfusion And Nitrate Tolerance. General Physiology And Biophysics, 23,
265296.
Talapessy, Selvian, Suryanto, Edi, & Yudistira, Adithya. (2013). Uji Aktivitas Antioksidan
Dari Ampas Hasil Pengolahan Sagu (Metroxylon Sagu Rottb). Pharmacon, 2(3).
Toruan, Ningsih Sepniar Lumban, & Intan Syahbanu, Nurlina. (2019). Pengaruh Penambahan
Asam Askorbat Pada Edible Coating Pektin Terhadap Kualitas Kerupuk Basah Selama
Penyimpanan. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 8(2).
Yuliani, Sri, Udarno, Laba, & Hayani, Eni. (2015). Kadar Tanin Dan Quersetin Tiga Tipe
Daun Jambu Biji (Psidium Guajava). Buletin Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat,
14(2).
Copyright holder:
Salsabila Jat Dwiningrum, Hajrah, Hifdzur Rashif Rijai (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: