How to cite:
Aji Damanuri, Eva Rosyidah (2024) Kontekstualisasi Filsafat Ekonomi Islam dalam SDGs, (06) 06,
https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
KONTEKSTUALISASI FILSAFAT EKONOMI ISLAM DALAM SDGS
Aji Damanuri, Eva Rosyidah
Institut Agama Islam Negri Ponorogo, Indonesia
Abstrak
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, Sustainable Development Goals (SDGs) menjadi
pedoman krusial bagi upaya global dalam mengatasi tantangan ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Filsafat ilmu ekonomi Islam, sebagai suatu kerangka kerja alternatif yang
didasarkan pada nilai-nilai etika Islam, menawarkan potensi besar dalam mendukung
implementasi dalam konteks penerapan SDGs. Metode penelitian yang di gunakan adalah
penelitian pustaka dan menganalisis konsep-konsep ekonomi Islam dalam kaitannya dengan
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Populasi penelitian melibatkan literatur-
literatur, artikel ilmiah, buku, dan dokumen-dokumen terkait ekonomi Islam dan SDGs.
Melalui analisis yang mendalam, penelitian ini menguraikan keterkaitan antara prinsip-prinsip
ekonomi Islam, seperti keadilan, keberlanjutan, dan pemberdayaan sosial, dengan tujuan-
tujuan konkret SDGs. Meskipun begitu, pemahaman tentang kontribusi konkret filsafat ilmu
ekonomi Islam dalam penerapan SDGs masih terbatas. Dengan memahami landasan filosofis
ini, dapat diidentifikasi strategi dan kebijakan yang mendukung integrasi nilai-nilai Islam ke
dalam praktik ekonomi yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan. Kesimpulan dari
penelitian ini dapat menjadi dasar bagi langkah-langkah konkret dalam mengarahkan sistem
ekonomi yang lebih adil, berkelanjutan, dan berorientasi pada pemberdayaan, sesuai dengan
tujuan universal SDGs
.
Kata kunci: Filsafat, ekonomi Islam, SDGs (Sustainable Development Goals)
Abstract
In the context of sustainable development, the Sustainable Development Goals (SDGs) are
crucial guidelines for global efforts to address economic, social and environmental
challenges. The philosophy of Islamic economics, as an alternative framework based on
Islamic ethical values, offers great potential in supporting implementation in the context of
implementing the SDGs. The research method used is literature research and analyzes
Islamic economic concepts in relation to achieving sustainable development goals. The
research population involved literature, scientific articles, books, and documents related to
Islamic economics and SDGs. Through in-depth analysis, this research outlines the linkages
between Islamic economic principles, such as justice, sustainability, and social empowerment,
and the concrete goals of the SDGs. However, there is limited understanding of the concrete
contribution of Islamic philosophy of economics to the implementation of the SDGs. By
understanding this philosophical foundation, strategies and policies that support the
integration of Islamic values into economic practices oriented towards sustainable
development can be identified. The conclusions of this research can be the basis for concrete
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Aji Damanuri, Eva Rosyidah
2518 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
steps in directing a more just, sustainable and empowerment-oriented economic system, in
accordance with the universal goals of the SDGs.
Keywords: philosophy, Islamic economic, SDGs (Sustainable Development Goals)
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi saat ini, tentangan pembangunan berkelanjutan menjadi semakin
mendesak, dan masyarakat internasional menyadari perlunya mengambil tindakan kolektif.
Dalam hal ini Sustainable Develompment Goals (SDGs) telah menjadi panduan utama bagi
komunitas internasional dalam merancang dan melaksanakan kebijakan pembangunan. SDGs
mencakup berbagai dimensi, termasuk ekonomi, pengentasan kemiskinan, pemeliharaan
lingkungan, ketahanan pangan dan keadilan sosial (Fleetwood, 2020). Ekonomi Islam muncul
sebagai suatu paradigma yang unik dan bermanfaat dalam merespons panggilan untuk
pembangunan berkelanjutan. Filsafat ilmu ekonomi Islam menawarkan kerangka kerja yang
kaya nilai, dengan akar-akarnya yang terletak dalam prinsip-prinsip etika dan keadilan Islam.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang peran filsafat ilmu ekonomi Islam dalam
penerapan SDGs menjadi penting untuk memastikan bahwa tujuan pembangunan
berkelanjutan tidak hanya diwujudkan secara ekonomis, tetapi juga sesuai dengan nilai-nilai
keadilan, berkelanjutan, dan kemanusiaan (Wahanisa & Adiyatma, 2021). Namun, meskipun
potensi tersebut telah diakui, terdapat kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memahami secara
lebih rinci bagaimana filsafat ilmu ekonomi Islam dapat diintegrasikan secara konkret dalam
pelaksanaan SDGs. Oleh karena itu, tinjauan ini bertujuan untuk menganalisis peran kritis
filsafat ilmu ekonomi Islam dalam penerapan SDGs, serta bagaimana prinsip-prinsipnya dapat
di implementasikan secara efektif dalam kerangka kerja pembangunan berkelanjutan secara
global. Dengan memahami keterkaitan antara nilai-nilai Islam dan tujuan pembangunan
berkelanjutan, dapat ditemukan cara-cara praktis untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip
ekonomi Islam kedalah kebijakan dan praktik ekonomi yang mendukung pencapaian SDGs
secara efektif dan berkesinambungan (Kurniawan, 2022).
Pentingnya kontekstualisasi filsafat ilmu ekonomi Islam dalam SDGs terletak pada
kemampuannya untuk mengakomodasi nilai-nilai Islam ke dalam praksis ekonomi
kontemporer (Nasrin & Siddiqui, 2023). Hal ini memperkaya gagasan pembangunan
berkelanjutan dengan perspektif yang holistik, yang tidak hanya memperhatikan aspek
ekonomi, tetapi juga dimensi sosial, lingkungan, dan spiritual. Filsafat ekonomi Islam
menekankan konsep-konsep seperti keadilan, keseimbangan, dan berkelanjutan, yang secara
intrinsik terkait dengan SDGs (Muthmainnah, Mustansyir, & Tjahyadi, 2020). Prinsip-prinsip
ini dapat memberikan panduan dalam merancang kebijakan ekonomi yang mempromosikan
distribusi kekayaan yang adil, perlindungan lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam konteks SDGs, filsafat ilmu ekonomi Islam menawarkan model pembangunan yang
mengintegrasikan aspek-aspek ekonomi dan kesejahteraan sosial, menghindari
ketidakselarasan ekonomi yang dapat menghambat pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan (Ibrahim, Mahmud, & Wantu, 2023). Selain itu, filsafat ilmu ekonomi Islam
juga mengajarkan konsep keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan. Prinsip-prinsip seperti kepemilikan bersama, tanggung jawab sosial, dan larangan
Kontekstualisasi Filsafat Ekonomi Islam dalam SDGs
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2519
eksploitasi berlebihan terhadap alam, memberikan dasar untuk pembangunan yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dalam konteks yang lebih luas, pengintegrasian
difilsafat ekonomi Islam dalam SDGs juga dapat menjadi jembatan untuk memperkuat antar
bangsa dan memperkaya wawasan global terhadap konsep pembangunan berkelanjutan yang
inklusif dan berbasis nilai. Dengan demikian, kontekstualisasi filsafat ekonomi Islam dalam
SDGS bukan hanya merupakan langkah pening untuk mewujudkan tujuan pembangunan
berkelanjutan, tetapi juga merupakan panggilan untuk menggabungkan kearifan lokal dengan
perspektif global guna mencapai hasil yang lebih baik bagi mat manusia dan bumi kita yang
tercinta.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang di gunakan adalah penelitian pustaka dan menganalisis konsep-
konsep ekonomi Islam dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan. Populasi penelitian melibatkan literatur-literatur, artikel ilmiah, buku, dan
dokumen-dokumen terkait ekonomi Islam dan SDGs (Adlini, Dinda, Yulinda, Chotimah, &
Merliyana, 2022).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterkaitan antara filsafat ilmu ekonomi Islam dengan implementasinya terhadap
Sustainaible Development Goals (SDGs) dapat mengidentifikasi secara konsep-konsep dalam
filsafat ilmu Ekonomi Islam yang dapat berperan sebagai dasar bagi kebijakan dan praktik
ekonomi yang mendukung SDGs (Ridwan, 2022). Melalui pemahaman yang mendalam
terhadap prinsip-prinsip ini, diharapkan dapat diidentifikasi secara integrasi yang lebih efektif
antara nilai-nilai Islam dan tujuan pembangunan berkelanjutan yang diinginkan. Dengan
menganalisis dampak konkret filsafat ilmu ekonomi Islam dalam pembentukan kebijakan
ekonomi berkelanjutan dapat mengukur sejauh mana filsafat ilmu ekonomi Islam dapat
menjadi pengaduan dalam membangun sistem ekonomi yang responsif terhadap SDGs,
dengan fokus pada pencapaian keadilan sosial, keberlanjutan ekonomi dan pemberdayaan
masyarakat (Natalia & Maulidya, 2023).
Dengan menganalisis keselarasan nilai-nilai ekonomi Islam pada tujuan-tujuan konkret
yang terdapat dalam Sustainable Development Goals (SDGs) akan menjelaskan sejauh mana
konsep ini dapat menjadi panduan efektif dalam mendukung agenda pembangunan
berkelanjutan (Khan & Haneef, 2022). Dalam review ini akan menguraikan secara rinci
prinsip-prinsip inti ekonomi Islam, seperti larangan riba, keadilan, dan tanggung jawab sosial.
Dengan memberikan pemahaman yang mendalam terhadap dasar-dasar filsafat ilmu ekonomi
Islam, diharapkan pembaca dapat menilai relevansi dan potensi kontribusi positifnya terhadap
pencapaian tujuan SDGs. Untuk mengevaluasi kontribusi potensial ekonomi Islam terhadap
SDGs maka perlu review dengan cakupan analisis mendalam terhadap sejauh mana
penerapan prinsip-prinsip ekonomi Islam dapat memperkuat upaya pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan yang diinginkan oleh komunitas global. Selain itu review ini
akan menyelidiki tantangan dan peluang implementasi konsep-konsep ekonomi Islam dalam
konteks SDGs. Dengan mengidentifikasi hambatan-hambatan potensial dan peluang
Aji Damanuri, Eva Rosyidah
2520 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
perbaikan, tujuan ini berusaha memberikan wawasan yang tepat kepada pembuat kebijakan,
pemangku kepentingan dan para praktisi dalam menerapkan konsep ini secara efektif dalam
mendukung pencapaian SDGs (Kurnia, Alamsyahbana, Chartady, Arifin, & Sesaria, 2023).
Tujuan utama dari review ini adalah memberikan landasan konseptual untuk penelitian
lebih lanjut. Dengan menyajikan pandangan komprehensif tentang hubungan antara ekonomi
Islam dan tujuan pembangunan berkelanjutan, kami berharap mendorong penelitian lebih
lanjut yang dapat memperkaya pemahaman kita tentang peran ekonomi Islam dalam mencapai
SDGs. Selain itu, tujuan utama dari tinjauan ini adalah untuk menganalisis keselarasan nilai-
nilai ekonomi Islam dengan tujuan konkret yang ditetapkan oleh PBB dalam SDGs. Fokus
utama tinjauan ini adalah mengeksplorasi sejauh mana prinsip-prinsip ekonomi Islam secara
positif mempengaruhi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama dalam
konteks keadilan sosial, pengentasan kemiskinan, dan keberlanjutan lingkungan.
Tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) dirancang untuk mengatasi
berbagai tantangan global dan mempromosikan perkembangan ekonomi, sosial dan
lingkungan yang berkelanjutan di seluruh dunia. SDGs ini terdiri dari seperangkat 17 tujuan
pembangunan berkelanjutan sebagai bagian dari agenda di tahun 2030 untuk pembangunan
berkelanjutan yang meliputi : (1) Tidak ada kemiskinan (No poverty), (2) Tidak ada kelaparan
(Zero Hunger), (4) Kesehatan dan kesejahteraan (Good Helath and Well-Being), (5)
Pendidikan berkualitas (Quality Education), (6) Kesetaraan Gender (Gender Equality), (6) Air
bersih dan sanitasi (Clean Water and Sanitation), (7) Energi Bersih dan Terjangkau
(Affordable and Clean energy), (8) Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (Decent Work
and Economic Growth), (9) Industri, Inovasi, dan Infrastruktur ( Industry, Innovation, and
Infrastructure), (10) Ketidakselarasan mengurang (Reduced Inequalities), (11) Kota dan
Permukiman yang berkelanjutan (Sustainable Cities an Comunities), (12) Konsumsi dan
Produksi yang bertanggung jawab (Responsible Consumption and Production), (13) Tindakan
untuk Iklim (Climate Action), (14) Kehidupan di bawah air (Life Below Water), (15)
Kehidupan di daratan (Life on land), (16) Perdamaian , keadilan, dan lembaga yang kuat
(Peace, Justice, and Strong Indtitutions), (17) Kemitraan untuk tujuan (Partnerships for the
Goals). Setiap tujuan SDGs memiliki target-target khusus yang harus dicapai untuk mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia. SDGs bertujuan untuk menciptakan
dunia yang lebih adil, berkelanjutan, dan damai untuk semua manusia (Winkel et al., 2019).
Filsafat Ekonomi Islam
Filsafat ilmu ekonomi Islam muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk
mengembangkan kerangka kerja ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Perkembangan filsafat ekonomi Islam dapat dilihat sebagai suatu upaya untuk
mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etika Islam ke dalam domain ekonomi (Janah &
Ghofur, 2018). Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap munculnya filsafat ekonomi
Islam (Istiqomah, 2019), datarannya:
1. Ajaran Islam, prinsip-prinsip ekonomi Islam muncul dari ajaran alquran dan hadis, yang
memberikan panduan tentang cara hidup muslim dalam berbagai aspek kehidupan,
Kontekstualisasi Filsafat Ekonomi Islam dalam SDGs
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2521
termasuk ekonomi. Nilai-nilai seperti keadilan, keseimbangan, dan distribusi yang adil
menjadi dasar bagi pengembangan filsafat ekonomi Islam.
2. Perkembangan perdagangan dan keuangan Islam, pada masa awal Islam, terutama pada
abad ke-7 dan ke-8 Masehi, masyarakat muslim terlibat dalam perdagangan yang luas dan
kompleks. Hal ini memicu pengembangan prinsip-prinsip ekonomi Islam untuk mengatasi
tantangan dan masalah ekonomi yang muncul.
3. Karya ulama dan cendekiawan Islam, sejumlah ulama dan mengembangkan konsep-
konsep ekonomi Islam. Karya-karya seperti “Kitab al-Amwal” karya Abu Ubaid al-Qasim
Ibnu Sallam dan “Kitab al-kharaj” karya Abu Yusuf, yang merupakan murid Imam Abu
Hanifah, menjadi sumber inspirasi untuk perkembangan ekonomi Islam (Wajdi & Lubis,
2021).
4. Pengaruh pemikiran filsafat dan etika, konsep-konsep filsafat dan etika Islam, termasuk
prinsip tauhid, keadilan, dan kebijaksanaan dalam pengelolaan sumber daya. Turut
berkontribusi pada munculnya filsafat ekonomi Islam.
5. Pengaruh kekhalifahan Islam, pada masa kekhalifahan Islam, terutama pada masa khalifah
Umar Ibnu Al-Khattab, diterapkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang didasarkan pada
prinsip-prinsip Islam, seperti distribusi tanah kepada kaum kafir dan miskin.
Munculnya filsafat ekonomi Islam juga terus berkembang sering waktu dan mengalami
revitalisasi pada abad ke-20 dan ke-21 (Sugiharto, 2019). Sejalan dengan upaya untuk
memahami dan merespons tantangan ekonomi modern. Beberapa negara dengan mayoritas
penduduk muslim telah mencoba mengimplementasikan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam
sistem keuangan mereka.
Filsafat ekonomi Islam mencerminkan kerangka konseptual yang unik, yang didasarkan
pada prinsip-prinsip utama dari ajaran agam Islam. Pada intinya, filsafat ini menekankan pada
konsep distribusi keadilan, keberkahan dan keberlanjutan ekonomi (Muzakki, 2023). Prinsip
dasar filsafat ekonomi islami teretak pada konsep utama seperti syariah (hukum Islam),
akhlak (moralitas) dan adil (keadilan) (Javaid & ul Hassan, 2013). Pertama syariah
membentuk landasan utama dengan mengatur norma-norma etika dan hukum yang harus
diikuti dalam aktivitas ekonomi. Kedua, akhlak memainkan peran penting dengan
menekankan pentingnya etika bisnis, kejujuran dan kewajiban sosial sebagai bagian tak
terpisahkan dari aktivitas ekonomi. Terakhir, prinsip keadilan menciptakan landasan untuk
distribusi yang adi dari kekayaan dan sumber daya, dengan memberikan perhatian khusus
kepada kaum yang kurang mampu. Dengan demikian, filsafat ekonomi Islam tidak hanya
merinci prinsip etika bisnis, tetapi juga memberikan pandangan holistik yang menekankan
tanggung jawab sosial dan keadilan dalam setiap aspek kehidupan ekonomi.
Konteks sejarah dan pengembangan filsafat ekonomi Islam
Sejarah dan perkembangan filsafat ekonomi Islam merentang jauh ke masa lampau,
mencerminkan warisan intelektual yang kaya dari peradaban Islam. Akarnya dapat ditelusuri
hingga ke masa hidup Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang memberikan
pedoman awal bagi sistem ekonomi yang mencerminkan nilai-nilai moral dan etika Islam.
Selanjutnya masa khalifah Rasyidin juga menyaksikan penerapan prinsip-prinsip ekonomi
Aji Damanuri, Eva Rosyidah
2522 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Islam dalam bentuk zakat, wakaf, dan distribusi keadilan (Muhtadi et al., 2023). Kemudian,
karya-karya ulama terkenal seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Khaldun memberikan
kontribusi besar terhadap pengembangan teori ekonomi Islam selama periode kejayaan
intelektual Islam. Selam berabad. Abad, para ilmuan pada pemikir muslim terus memperkaya
filsafat ekonomi Islam, mengintegrasikan ide-ide dari berbagai aliran pemikiran ekonomi,
seperti ekonomi politik dan teori keadilan distributor. Pemikir ekonomi Islam jua tumbuh
melali tulisan-tulisan ulama kontemporer, yang merespons tantangan dan dinamika ekonomi
modern (Muhtadi et al., 2023). Oleh karena itu konteks sejarah dan perkembangan filsafat
ekonomi Islam mencerminkan perjalanan panjang dan warisan intelektual yang kaya, yang
terus berkembang sejalan dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Peran Ideologi Dalam Munculnya Ekonomi Islam
Kemunculan ilmu ekonomi Islam sangat dipengaruhi adanya sebuah ideologi karena
ideologi tersebut membentuk dasar filosofi dan nilai-nilai yang menjadi landasan bagi
penyelidikan dan perkembangan konsep ekonomi dalam tradisi Islam. Ideologi Islam, yang
mencangkup prinsip-prinsip agama, etika, dan hukum Islam, memberikan arahan dalam
merancang suatu sistem ekonomi yang memadukan kebutuhan ekonomi dengan nilai-nilai
moral dan sosial (Ahadiya, 2022). Berikut adalah beberapa poin pentingnya ideologi dalam
munculnya ilmu ekonomi Islam:
1. Mengarahkan prinsip-prinsip etis, ideologi Islam menyediakan kerangka kerja etis yang
membimbing perilaku ekonomi. Prinsip-prinsip seperti keadilan, keberlanjutanmu dan
kebersamaan menjadi pedoman dalam menentukan bagaimana sumber daya dan kekayaan
ekonomi harus dikelola.
2. Menyeimbangkan peran individu dan masyarakat, ideologi Islam mengajarkan konsep
tanggung jawab sosial dan peran masyarakat dalam mendukung kesejahteraan bersama.
Ilmu ekonomi Islam, berdasarkan ideologi ini, mencoba mengintegrasikan nilai-nilai ke
dalam analisis ekonomi.
3. Memahami peran individu dan masyarakat, ideologi Islam mengajarkan konsep tanggung
jawab sosial dan peran masyarakat dalam mendukung kesejahteraan bersama. Ilmu
ekonomi Islam, berdasarkan ideologi ini, mencoba mengintegrasikan nilai-nilai ini
kedalah analisis ekonomi.
4. Memberikan alternatif untuk sistem ekonomi, ideologi Islam memberikan dasar untuk
merancang suatu sistem ekonomi alternatif yang tidak hanya memprioritaskan
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga keadilan dan keberlanjutan.
5. Menyesuaikan diri dengan prinsip hukum Islam, ilmu ekonomi Islam berakar pada prinsip
hukum Islam, yang mencangkup larangan riba (bunga), larangan spekulasi yang tidak
jelas, dan orientasi pada keadilan kontrak . ini memberikan dasar hukum etis bagi praktik
ekonomi Islam.
6. Memberikan konteks spiritual, ideologi Islam menambah dimensi spiritual dalam
pemahaman ekonomi. Konsep-konsep seperti zakat (sumbangan wajib) dan keadilan
ekonomi menjadi bagian integral dari pemikiran ekonomi Islam yang diilhami dari
pemikiran ekonomi Islam yang bernilai agama.
Kontekstualisasi Filsafat Ekonomi Islam dalam SDGs
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2523
7. Mendorong inovasi dan penelitian, ideologi Islam memberikan dorongan untuk
mengembangkan pemikiran ekonomi yang unik dan relevan dengan konteks budaya dan
agama. Hal ini mendorong inovasi dan penelitian dalam ilmu ekonomi Islam.
Pentingnya ideologi dalam konteks ilmu ekonomi Islam mengilhami kerangka kerja
yang holistik dan terintegrasi, yang bukan hanya mencangkup aspek ekonomi, tetapi juga
mempertimbangkan dimensi etika, sosial, dan spiritual dalam pengembangan konsep ekonomi
yang lebih adil dan berkelanjutan.
Konsep ekonomi Islam tidak secara eksklusif diatribusikan kepada satu filsuf atau
pemikir tunggal, melainkan lebih merupakan hasil dari interpretasi dan penerapan prinsip-
prinsip ekonomi Islam yang muncul dari ajaran Alquran dan hadis. Pemikiran ekonomi Islam
berkembang sepanjang sejarah Islam dan melibatkan kontribusi banyak filosof, ulama, dan
pemikir ekonomi Islam. Beberapa tokoh kunci yang memberikan kontribusi signifikan
terhadap pengembangan konsep ekonomi Islam.
Unsur dan Kaidah Ekonomi Islam
unsur dan kaidah ekonomi Islam membentuk fondasi yang kuat dalam sistem ekonomi
Islam, menciptakan kerangka yang berlandaskan prinsip-prinsip etika dan hukum Islam. Salah
satu unsur utama adalah larangan terhadap riba (bunga), yang diintegrasikan dalam Alquran
sebagai praktik yang merugikan masyarakat dan melanggar prinsip keadilan. Kaidah ini
memandang uang sebagai alat tukar dan penyimpanan nilai, bukan sebagai komoditas yang
menghasilkan keuntungan tanpa adanya risiko (Mansur, 2009). Selanjutnya, unsur keadilan
sosial menjadi pijakan penting dalam ekonomi Islam, salah satu tujuan utama Islam adalah
pelaksanaan keadilan karena keadilan sosial tertanam dalam Islam (Rahim, 2013). Prinsip
pembagian kekayaan secara adil, dikena sebagai zakat, infak, dan sadaqah, memastikan
distribusi yang merata dan mengurang kesenjangan sosial. Pemahaman ini merangkul konsep
kepemilikan umum atas sumber daya alam dan produksi untuk mencegah konsentrasi
kekayaan pada kelompok tertentu. Dengan memahami dan menerapkan unsur dan kaidah
ekonomi Islam, masyarakat yang mengimplementasikan SDGs diharapkan dapat memperkuat
dimensi etis dan berkelanjutan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan
secara menyeluruh. Ini tidak hanya menciptakan ekonomi yang lebah adil, tetapi jaga
berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan, mendukung visi
SDGs untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan.
SDGS : Pengenalan dan konteks global
SDGs atau tujuan pembangunan berkelanjutan adalah serangkaian target global yang
disepakati oleh anggota perserikatan bangsa-bangsa (PBB) untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan secara menyeluruh hingga tahun 2030. SDGs berfokus pada berbagai aspek
pembangunan, termasuk ekonomi, sosial dan lingkungan. Terdapat 17 tujuan pembangunan
berkelanjutan, yang dirancang untuk mengatasi tantangan global dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat di seluruh dunia (Ngoyo, 2015).
1. Tidak ada kemiskinan: Mengakhiri kemiskinan dalam semua bentuk di seluruh dunia.
Aji Damanuri, Eva Rosyidah
2524 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
2. Tidak ada kelaparan: Mengakhiri kelaparan, mencapai kesehatan pangan, gizi yang baik
dan promosi pertanian berkelanjutan.
3. Kesehatan yang baik dan kesejahteraan: menjaga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
serta memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.
4. Pendidikan berkualitas: memastikan akses universal terhadap pendidikan berkualitas,
promosi kesetaraan gender, dan fasilitas kesempatan pembelajaran sepanjang hayat.
5. Kesetaraan gender: mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan serta
anak perempuan.
6. Air bersih dan sanitasi: memastikan ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan
7. Energi terjangkau dan bersih: memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, bersih,
dan berkelanjutan.
8. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi: mencapai pertumbuhan ekonomi yng inklusif,
pekerjaan layak, dan produktivitas ekonomi yang berkelanjutan.
9. Industri, inovasi, dan infrastruktur: meningkatkan infrastruktur, promosi industrialisasi
berkelanjutan dan mendorong inovasi.
10. Kurangi ketidakselarasan: mengurangi ketidakselarasan di dalam dan di antara negara.
11. Kota dan pemukiman yang berkelanjutan: membuat kota dan pemukiman inklusif, aman,
tahan bencana, dan berkelanjutan.
12. Kosumsi dan produksi yang berkelanjutan: memastikan konsumsi dan produksi yang
berkelanjutan.
13. Tindakan terhadap perubahan iklim: mengambil tidakkan mendesak untuk mengatasi
perubahan iklim dan dampaknya.
14. Kehidupan di bawah air: melestarikan kehidupan di bawa air dan ekosistem laut.
15. Kehidupan di darat: melindungi, memulihkan, dan mempromosikan pengelolaan
berkelanjutan bagi ekosistem darat.
16. Perdamaian, keadilan, dan institusi yang kuat: mempromosikan perdamaian, keadilan, dan
lembaga-lembaga yang efektif.
17. Kemitraan untuk tujuan: memperkuat aliansi global untuk mencapai tujuan pembangunan.
SDGs mencerminkan komitmen global untuk mengatasi tantangan kompleks yang
dihadapi dunia saat ini, dan tujuan-tujuan tersebut saling terkait untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan secara menyeluruh.
Fokus penting agenda pembangunan global dalam tujuan sdgs
Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan
memiliki peran krusial di dalam agenda pembangunan global. Beberapa acara SDGs menjadi
fokus penting dalam pembangunan global (Ishatono & Raharjo, 2016). Dalam pendekatan
Holistik, SDGs mencangkup berbagai aspek pembangunan, termasuk ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Pendekatan holistik ini memastikan bahwa pembangunan tidak hanya
memperhatikan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga kesejahteraan sosial dan kelestarian
lingkungan. Selain itu, universalitas dan kesetaraan, SDGs dirancang untuk mencangkup
semua negara dan masyarakat, tanpa memandang tingkat pembangunan atau ukuran ekonomi.
Prinsip kesetaraan ini memastikan bahwa setiap negara memiliki tanggung jawab untuk
Kontekstualisasi Filsafat Ekonomi Islam dalam SDGs
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2525
mencapai tujuan pembangunan sesuai kapasitasnya. Pentingnya kerja sama internasional
SDGs menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam mencapai tujuan-tujuan
tersebut. Negara-negara diharapkan bekerja sama, berbagai sumber daya, dan mengatasi
tantangan bersama untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Serta pemberdayaan
masyarakat yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat dan inklusivitas. Melibatkan
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, meningkatkan akses terhadap pendidikan
dan layanan kesehatan, serta memastikan keadilan gender adalah bagian integral dari tujuan-
tujuan tersebut (Nhamo, Dube, & Chikodzi, 2020).
Tanggung jawab sektor swasta tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi
juga mengajak sektor swasta untuk kontribusi. Keterlibatan bisnis dalam praktik bisnis
berkelanjutan, investasi yang bertanggung jawab, dan inovasi yang mendukung tujuan-tujuan
SDGs menjadi hal penting. Penanganan tantangan global bersama merespons tantangan global
yang kompleks, seperti perubahan iklim, ketidakselarasan, dan kemiskinan. Dengan
menyatukan upaya global, SDGs menciptakan platform untuk menanggapi masalah-masalah
ini secara bersama-sama. Setiap SDGs memiliki indikator kerja yang terukur. Hal ini
memungkinkan pemantauan progres dan evaluasi dampak, sehingga dapat dilakukan
penyesuaian strategi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Dengan fokus pada
tujuan-tujuan ini, SDGs menjadi roadmap yang kuat untuk membimbing negara-negara dan
organisasi dalam upaya mereka mencapai pembangunan berkelanjutan menciptakan dunia
yang lebih adil, berkelanjutan dan inklusif (ESCAP, 2020).
Keterkaitan antara filsafat ekonomi islam dan SDGs
Tabel 1 analisis mengenai sejauh mana nilai-nilai ekonomi Islam mendukung atau
mencocokkan dengan tujuan SDGs
No.
Tujuan SDGs
Ekonomi Islam
SDGs
1.
Penghapusan
kemiskinan
Zakat, salah satu pilar utama
ekonomi Islam, secara langsung
mendukung pengentasan
kemiskinan melalui distribusi
kekayaan yang adil.
Nilai ini mencocokkan dengan
tujuan untuk mengakhiri
kemiskinan dengan memastikan
bahwa keuntungan ekonomi
didistribusikan secara adil dan
efektif.
2.
Kesehatan yang
baik dan
kesejahteraan
Mendorong pendekatan yang
memperlihatkan kesejahteraan
masyarakat, termasuk akses
universal terhadap layanan
kesehatan dan ketahanan
pangan.
Memastikan kesehatan yang baik
dan kesejahteraan bagi semua,
menekankan pencegahan
penyakit dan akses layanan
kesehatan yang merata.
3.
Pendidikan
berkualitas
Memberdayakan masyarakat
melalui pendidikan dan
pengetahuan sebagai investasi
jangka panjang.
Mengadvokasi pendidikan
berkualitas dan pemerataan akses
terhadap pendidikan.
4.
Kesejahteraan
dan kesetaraan
Gender
Mendorong kesetaraan gender
dan perlindungan hak-hak
perempuan dalam transaksi
Mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan perempuan dan
anak perempuan.
Aji Damanuri, Eva Rosyidah
2526 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
No.
Tujuan SDGs
Ekonomi Islam
SDGs
ekonomi.
5.
Air bersih dan
sanitasi
Menyongkong prinsip
keberlanjutan dalam
pengelolaan sumber daya air dan
sanitasi.
Menargetkan akses universal
terhadap air bersih dan sanitasi
yang aman.
6.
Energi
terjangkau dan
bersih
Mendorong pengembangan
sumber energi yang terjangkau
dan berkelanjutan.
Menekankan akses terhadap
energi terjangkau, bersih, dan
berkelanjutan.
7.
Pekerjaan layak
dan pertumbuhan
ekonomi
Menekankan keadilan dalam
hubungan pekerjaan dan
pertumbuhan ekonomi yang
inklusif.
Mencapai pekerjaan layak dan
pertumbuhan ekonomi yang
Inklusif.
Melalui analisis ini, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai ekonomi Islam memiliki
potensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian SDGs. Dalam
keseluruhan, kesejajaran antara prinsip-prinsip ekonomi Islam dan tujuan-tujuan SDGs
menciptakan kesempatan untuk kolaborasi yang lebih besar dan mencapai pembangunan
berkelanjutan secara menyeluruh.
Studi kasus atau contoh konkret yang mengilustrasikan implementasi prinsip ekonomi
Islam dalam mencapai SDGs.
Salah satu contoh nyata yang dapat mengaplikasikan prinsip ekonomi Islam dalam
mencapai SDGs dapat ditemukan dalam penelitian yang dilakukan pada salah satu Bank
Syariah. Dalam studi tersebut, Bank Syariah terlibat dalam pembiayaan produktif untuk
UMKM sebagai upaya mencapai SDGs. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, melibatkan
berbagai pihak, di antaranya lembaga yang relevan dan sejalan dengan SDGs, seperti lembaga
keuangan mikro syariah. Keduanya memilik tujuan serupa, yaitu memberikan tujuan untuk
mencapai kesetaraan ekonomi, dan kehadiran lembaga keuangan mikro syariah memberikan
akses pemerataan layanan keuangan bagai masyarakat kelas bawah. Salah satu pencapaian
yang ingin dicapai dalam SDGs dalam bidang ekonomi adalah kesejahteraan dan pemerataan
kesejahteraan. Bank syariah menjadi bagian yang dapat mewujudkan tujuan SDGs tersebut
dengan meningkatkan perannya sebagai lembaga keuangan syariah yang dapat menyalurkan
pembiayaan produktif untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Melalui
pembiayaan produktif untuk UMKM, bank syariah tidak hanya memberikan akses layanan
keuangan tetapi juga memberikan peluang untuk perkembangan ekonomi masyarakat bawah.
Pembiayaan produktif yang diberikan kepada para pelaku UMKM akan meningkatkan
pendapatan ekonomi dan kesejahteraan, sehingga perputaran ekonomi tidak hanya dinikmati
oleh para pengusaha besar saja (Trimulato, Syamsu, & Octaviany, 2021).
Keunggulan dan tantangan Implementasi filsafat ekonomi Islam dalam pembangunan
berkelanjutan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan prinsip ekonomi Islam dalam mencapai
SDGs ada pada penerapan prinsip ekonomi Islam dalam mencapai tujuan pembangunan
Kontekstualisasi Filsafat Ekonomi Islam dalam SDGs
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2527
berkelanjutan (SDGs) memberikan sejumlah manfaat yang dapat membantu mempercepat
progres pembangunan berkelanjutan. Dalam prinsip keadilan sosial ekonomi dalam ekonomi
Islam memastikan distribusi kekayaan yang lebih merata, mengurangi kesenjangan ekonomi,
dan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat terhadap peluang ekonomi. Konsep
keberlanjutan dalam ekonomi Islam mendorong praktik bisnis yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan, membantu menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi saat ini dan masa
depan. Begitu juga zakat sebagai sah satu pilar ekonomi Islam menyediakan dana untuk
mendukung pembangunan sosial dan kesejahteraan masyarakat, termasuk peningkatan akses
pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Prinsip transparansi dan akuntabilitas
dalam ekonomi Islam dapat memperkuat tata kelola yang baik, mengurangi korupsi, dan
meningkatkan kepercayaan publik. Penerapan prinsip ekonomi Islam tidak hanya
menciptakan fondasi ekonomi yang kuat , tetapi juga secara substansial mendukung upaya
global dalam mencapai SDGs untuk mewujudkan upaya global dalam mencapai SDGs untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Selain itu prinsip ekonomi Islam juga dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian SDGs dengan menciptakan
kerangka kerja inklusif, berkelanjutan, dan adil. Ini mencerminkan keselarasan antara nilai-
nilai ekonomi Islam dan tujuan-tujuan pembangunan global yang bertujuan untuk
menciptakan dunia yang lebih adil, berkelanjutan, dan damai.
Tantangan dan hambatan yang mungkin muncul dalam mengintegrasikan nilai-nilai
ekonomi Islam dengan agenda pembangunan berkelanjutan
Mengintegrasikan nilai-nilai ekonomi Islam dengan agenda pembangunan berkelanjutan
tidaklah tanpa tantangan.
Tabel 2 tantangan dan hambatan yang mungkin muncul dalam upaya ini (Puadi &
Alvito, 2023)
No.
Tantangan
Hambatan
1.
Kurangnya pemahaman dan
kesadaran masyarakat,
pemimpin, dan pelaku bisnis
terhadap prinsip-prinsip
ekonomi Islam.
Tidak adanya kesadaran dapat
menghambat penerapan nilai-nilai
ekonomi Islam karena pihak
terkait mungkin tidak memahami
manfaatnya secara menyeluruh.
2.
Beberapa negara mungkin
tidak memiliki kerangka
hukum yang jelas atau
mendukung bagi lembaga
keuangan dan bisnis berbasis
ekonomi Islam.
kurangnya kepastian hukum dapat
menjadi hambatan untuk
perkembangan institusi ekonomi
Islam dan investasi berdasarkan
prinsip-prinsip ekonomi Islam
3.
Kurangnya infrastruktur
keuangan syariah yang
memadai, termasuk lembaga
keuangan dan instrumen
investasi yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ekonomi
Keberhasilan penerapan ekonomi
Islam memerlukan infrastruktur
keuangan yang kuat untuk
mendukung aktivitas perbankan,
pembiayaan, dan investasi Syariah.
Aji Damanuri, Eva Rosyidah
2528 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
No.
Tantangan
Hambatan
Islam.
4.
Dominasi sistem keuangan
dan bisnis konvensional yang
mungkin menghambat
perkembangan ekonomi
Islam.
Perbedaan dalam pendekatan
bisnis dan keuangan konvensional
dapat membuat sulit bagi prinsip-
prinsip ekonomi Islam untuk
mendapatkan tempat yang setara
atau mendapatkan dukungan yang
cukup.
5.
Kurangnya pendidikan dan
literasi ekonomi Islam di
kalangan masyarakat,
termasuk pelaku bisnis dan
pengambil kebijakan.
Tanpa pemahaman yang memadai,
masyarakat dan plakku bisnis
mungkin tidak dapat
memanfaatkan sepenuhnya potensi
nilai-nilai ekonomi Islam.
6.
Faktor eksternal seperti
perubahan iklim atau krisis
keuangan dapat
mempengaruhi stabilitas
ekonomi dan keberlanjutan
implementasi nilai-nilai
ekonomi Islam.
Tantangan ini dapat memerlukan
adaptasi dan respons yang cepat
untuk memastikan kelangsungan
prinsip-prinsip ekonomi Islam
ditengahi dinamika global.
7.
Pengukuran dan penilaian
kerja organisasi berbasis
ekonomi Islam mungkin
sulit, terutama ketika
menggunakan kerangka kerja
yang lebih umum untuk
menilai dampak
pembangunan berkelanjutan
Kesulitan ini dapat menghambat
kemampuan untuk membuktikan
dan mengkomunikasikan dampak
positif dari penerapan prinsip-
prinsip ekonomi Islam.
Melalui pemahaman dan penanganan tantangan ini, implementasi nilai-nilai ekonomi
Isam dalam agenda pembangunan berkelanjutan dapat menjadi lebih efektif dan
berkelanjutan. Kesadaran, edukasi, dan dukungan regulatif yang memadai akan menjadi kunci
untuk mengatasi hambatan ini.
Pemikiran kritis terhadap keterkaitan filsafat ekonomi Islam dan SDGs
Pemikiran kritis terhadap keterkaitan filsafat ekonomi Islam dan SDGs memunculkan
kebutuhan untuk menjalani analisis mendalam terhadap berbagai aspek yang merangkai
keduanya. Dalam hal keadilan sosial dan redistribusi ekonomi, filsafat ekonomi Islam
menekankan konsep zakat, infak, dan Sadakah sebagai instrumen utama (Sarkawi, Abdullah,
& Dali, 2016). Sejauh mana prinsip-prinsip ini mampu merespons tantangan ketidakselarasan
dan kemiskinan yang dikejar oleh SDGs. Sementara itu, dalam dominan sistem keuangan dan
investasi berkelanjutan, yang diadvokasi oleh ekonomi Islam melibatkan penghindaran riba
dan investasi yang sesuai dengan prinsip etika. Bagaimana kontribusi sistem keuangan ini
dapat memperkaya kerangka investasi berkelanjutan yang menjadi fokus SDGs. Selanjutnya,
Kontekstualisasi Filsafat Ekonomi Islam dalam SDGs
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2529
aspek lingkungan dan etika pengelolaan sumber daya alam dalam ekonomi Islam menawarkan
pandangan yang unik. Sejauh mana konsep khalifah dan etika lingkungan dapat berkontribusi
pada tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya terkait dengan perlindungan lingkungan.
Melalui analisis kritis terhadap pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan partisipasi
masyarakat, kita dapat mengevaluasi sejauh mana nilai-nilai ekonomi Islam dapat mendukung
pencapaian SDGs terkait dengan aspek-aspek ini. Dengan demikian, pemikiran kritis ini
memberikan landasan untuk memahami potensi sinergi dan tantangan yang harus diatasi
dalam menggabungkan nila-nilai Islam dengan upaya global mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan.
Pandangan atau pemikiran yang mungkin kontroversial atau kontes di bidang ini
Pemikiran kritis terhadap keterkaitan filsafat ekonomi Islam dan Sustainable
Development Goals (SDGs) mungkin mencuatkan pandangan kontroversial terkait dengan
implementasi prinsip-prinsip Islam dalam konteks pembangunan global. Sebagai contoh,
sebagai kritikus dapat menyoroti bahwa aspek-aspek seperti larangan riba dan konsep
distribusi kekayaan melalui zakat, meskipun sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, mungkin
kurang sesuai atau praktis dalam skala pembangunan ekonomi yang besar. Mereka mungkin
muncul dalam konteks pemberdayaan perempuan, di mana beberapa kalangan dapat
menganggap bahwa interpretasi nilai-nilai Islam mungkin tidak sejalan sepenuhnya dengan
pandangan kesertaan gender sebagaimana diusung oleh SDGs. Oleh karena itu, pemikiran
kritis ini tidak hanya mencari sinergi, tetapi juga menghadapi pertanyaan kritis tentang sejauh
mana filsafat ekonomi Islam dapat disesuaikan dan diintegrasikan secara harmonis dengan
tujuan pembangunan berkelanjutan global, yang mungkin melibatkan negosiasi dan
interpretasi ulang nilai-nilai tradisional dalam konteks kontemporer yang kompleks.
Selain itu, dalam pandangan kritis terhadap keterkaitan filsafat ekonomi Islam dan
Sustainable Development Goals (SDGs) oleh tokoh-tokoh Islam juga ikut serta andil dalam
kontekstualisasinya. Berikut adalah tokoh-tokoh yang andil dalam hal ini, yaitu:
Baqir Al-Sadr (1935-1980), Muhammad Baqir al-Sadr adalah seorang cendekiawan dan
pemikir ekonomi Islam yang memberikan kontribusi penting terhadap pengembangan
pemikiran ekonomi Islam pada abad ke-20. Pemikiran kritis terhadap keterkaitan filsafat ilmu
ekonomi Islam dan Sustainable Development Goals (SDGs) dapat menghadirkan pandangan
yang munhkin kontroversial. Baqir as sadr dikenal karena konsepnya tentnag “Wilayah
Agama” yang menekankan bahwa semua aspek kehidupan, termasuk ekonomi, harus diatur
oleh prinsip-prinsip Islam. Perspektif ini mungkin memunculkan pertanyaan tentang sejauh
mana level intervensi dan regulasi pemerintah dalam ekonomi sesuai dengan prinsi[-prinsip
pasar bebas yang dianut oleh SDGs.
Selain itu, Baqir as sadr juga menyoroti pentingnya kepemilikan umum atas sumber
daya dan produksi untuk mencapai keadilan ekonomi. Konsep ini dapat menimbulkan
pertentangan dengan mdel ekonomi yang lebih mementingkan kepemilikan pribadi dan pasar
yang efisien, sebagaimana diusung oleh sebagian pendekatan pembangunan berkelanjutan.
Pandangan Baqir As sadr juga menekankan pentingnya mengatasi ketidaksetaraan dan
distribusi kekayaan yang adil. Ini mungkin menentang sistem ekonomi global yang terkadang
Aji Damanuri, Eva Rosyidah
2530 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
cenderung memperpetuasi ketidaksetaraan. Sadr memperkenalkan sistem dan metode
ekonomi Islam yang mandiri, yang tidak mencatek metode kapitalis maupun sosialis. Sadr
memperkenalkan apa yang disebut “iqtishaduna (ekonomi kita, ekonomi Islam)”. Terminologi
iqtishad tersebut memang belum terlalu populer. Iqtishad dapat berarti lurus, mencari
keuntungan tanpa menindas orang (golongan) lain, mengutamakan keadilan dan
keseimbangan dalam masyarakat yang tingkat ekonominya berbeda-beda (Byarwati &
Sawarjuwono, 2013). Oleh karena itu, pandangan As sadr dapat mengeskplorasi konsep
ekonomi Islam yang lebih radikal dan kontroverssial dalam rangka mencapai tujuan SDGs,
terutama dalam konteks global yang heterogen dan kompleks. Meskipun Sadr tidak secara
eksplisit membahas SDGs, pemikiran yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi Islam
dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk mencapai beberapa tujuan SDGs. Pemikirannya
menyoroti pentingnya nilai-nilai etis dalam ekonomi dan kebutuhan untuk menciptakan
sistem ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.
Ibnu Khaldun (abad ke-14), pemikiran kritis terhadap keterkaitan filsafat ekonomi Islam
dan Sustainable Development Goals (SDGs) dapat menghindarkan pandangan kontroversial
jika dilihat melalui lensa pemikiran Ibnu Khaldun, seseorang cendekiawan muslim abad ke-14
yang terkenal dengan karyanya “Muqodimah”. Ibnu Khaldun memilik pandangan bahwa
kejayaan dan kemunduran suatu peradaban bergantung pada konsep “As Abiyyah” atau
soliditas sosial. Dalam konteks ekonomi, Ibnu Khaldun mungkin menyoroti bahwa
implementasi prinsip-prinsip Islam, seperti zakat dan larangan riba, hanya akan berhasil jika
masyarakat memiliki tingkat kesatuan dan solidaritas yang cukup tinggi. Pandangannya ini
dapat memunculkan kontroversi karena mengajukan pertanyaan tentang sejauh mana
masyarakat muslim saat ini memiliki tingkat kesatuan dan kepatuhan yang memadai terhadap
nilai-nilai Islam untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, Ibn Khaldun
juga menyoroti bahwa peradaban cenderung mengalami siklus kenaikan dan penurunan, yang
bisa saja mempertanyakan ketahanan implementasi nilai-nilai ekonomi Islam dalam jangka
panjang (Huda, 2013). Oleh karena itu, pandangan ibn Khaldun memberikan dimensi kritis
yang mengajak untuk merefleksikan filsafat ekonomi Islam dan SDGs, yang pada gilirannya
dapat menimbulkan perdebatan tentang relevansi dan implementasi konsep-konsep tersebut
dalam realitas kontemporer.
Ibn Taymiyyah (abad ke-14), Pemikiran kritis terhadap keterkaitan filsafat ekonomi
Islam dan Sustainable Development Goals (SDGs) melalui perspektif pemikiran Ibn
Taymiyyah, seseorang ulama dan filosof Islam abad ke-14, mungkin mencetuskan pandangan
kontroversial. Ibn Taymiyyah dikenal karena pandangan konservatifnya dan penekanannya
pada interpretasi tekstual hukum Islam. Dalam konteks ekonomi, pandangan Ibn Taymiyyah
mungkin menekankan pada kesederhanaan dan kepatuhan yang ketat terhadap prinsip-prinsip
syariah. Ini dapat menciptakan ketegangan dengan beberapa elemen SDGs yang menekankan
pada pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Misalnya, padangan ketat
terhadap larangan riba mungkin menciptakan ketidaksepakatan, karena strategi keuangan
modern yang terkadang melibatkan instrumen keuangan yang dapat dianggap ribawi (Awalia,
2022). Pandangan Ibn Taymiyya yang lebih konservatif dan teologis juga dapat memunculkan
pertanyaan tentang sejauh mana pemberdayaan perempuan dan aspek-aspek kehidupan sosial
Kontekstualisasi Filsafat Ekonomi Islam dalam SDGs
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2531
yang diusung SDGs dapat disesuaikan dengan tafsir tradisional Islam. Dengan demikian,
pemikiran kritis yang melibatkan pandangan Ibn Taymiyya dalam keterkaitan ini dapat
menimbulkan kontroversi dan menantang pemahaman lebih luas tentang bagaimana filsafat
ekonomi Islam dapat berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan global.
Pandangan masa depan dan rekomendasi
eksplorasi potensi peran ekonomi Islam dalam mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan dimasa depan menjanjikan kontribusi signifikan terhadap kerangka global
pembangunan. Dengan nilai-nilai inti seperti keadilan sosial, etika, dan keberlanjutan
lingkungan, ekonomi Islam dapat menjadi kekuatan penggerak transformasi positif. Salah satu
aspek kunci yang perlu dieksplorasi adalah pengembangan instrumen keuangan Islam yang
Inovatif, yang tidak hanya mematuhi prinsip-prinsip syariah tetapi juga mendukung investasi
berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, peningkatan kesadaran dan pendidikan mengenai
prinsip-prinsip ekonomi Islam di tingkat global juga dapat menjadi kunci untuk membangun
pemahaman bersama dan mendorong integrasi yang lebih baik. Selain itu, kerja sama antar
negara dan lembaga keuangan Islam dapat diperkuat untuk menciptakan ekosistem ekonomi
yang saling mendukung. Rekomendasi praktis mencakup pembentukan regulasi yang
mendukung ekonomi Islam, penguatan infrastruktur keuangan syariah dan promosi investasi
yang sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Dalam hal ini, kolaborasi antara negara-
negara dengan sistem ekonomi Islam dan lembaga-lembaga global, termasuk badan-badan
pembangunan, akan menjadi kunci keberhasilan. Dengan langkah-langkah ini,, potensi peran
ekonomi Islam dapat menjadi pendorong penting dalam mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan dimasa depan.
Untuk mengoptimalkan kontribusi ekonomi Islam dalam mendukung Sustainable
Development Goals (SDGs), beberapa langkah kebijakan regulasi yang mendukung ekonomi
Islam perlu diutamakan. Pemerintah perlu merancang dan melaksanakan kebijakan yang
memberikan insentif dan perlindungan hukum bagi lembaga keuangan syariah serta
memastikan bahwa prinsip-prinsip ekonomi Islam diakomodasikan dalam regulasi ekonomi
nasional. Kedua, pendidikan dan pemahaman tentang ekonomi Islam perlu ditingkatkan
secara luas, program-program pendidikan formal dan informal harus mengintegrasikan
konsep-konsep ekonomi Islam untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan profesional
terkait. Hal ini dapat membantu menghilangkan stereotip dan meningkatkan penerimaan
terhadap model ekonomi ini. Selanjutnya, perlu diberikan dukungan substansial untuk
pengembangan produk dan instrumen keuangan Islam inovatif yang mendukung SDGs..
lembaga-lembaga keuangan Islam dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan
konvensional dan badan-badan pembangunan untuk merancang produk-produk yang
mempromosikan investasi berkelanjutan, inklusi keuangan, dan pengentasan kemiskinan.
Kemudian advokasi dan diplomasi ekonomi Islam di tingkat internasional juga penting.
Pemerintah dan lembaga keuangan Islam dapat memainkan peran aktif dalam
mempromosikan kerja antar negara, pertukaran pengetahuan, dan harmonisasi kebijakan yang
mendukung prinsip-prinsip ekonomi Islam serta pencapaian DGs secara global. Terakhir,
pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat sipil, perlu
Aji Damanuri, Eva Rosyidah
2532 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
terlibat dalam dialog terbuka untuk menyusun dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
ini, kolaborasi lintas sektor dan partisipasi aktif dapat memperkuat implementasi langkah-
langkah ini dan menjadikan ekonomi Islam sebagai kekuatan yang efektif dalam mewujudkan
tujuan pembangunan berkelanjutan.
KESIMPULAN
Dalam kesimpulan, kontekstualisasi filsafat ekonomi Islam daam Sustainable
Development Goals (SDGs) menghasilkan temuan-temuan signifikan yang dapat membentuk
pandangan holistik terhadap implementasi prinsip-prinsip Islam dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan global. Temuan utama mencangkup kontribusi ekonomi Islam
dan tokoh-tokoh atau cendekiawan muslim terhadap pencapaian SDGs, seperti pengentasan
kemiskinan, larangan riba sehingga dapat meningkatkan kesetaraan dan distribusi kekayaan,
mendukung inklusi keuangan, serta keadilan sosial dan distribusi kekayaan yang ditekankan
oleh ekonomi Islam memperkuat upaya menuju SDGs terkait tidaksetaraan dan pengentasan
kemiskinan. Selain itu, prinsip keberlanjutan lingkungan dalam ekonomi Islam memiliki
implikasi positif terhadap tujuan SDGs terkait dengan perlindungan lingkungan dan
pengelolaan sumber daya alam.
Meskipun telah dilakukan upaya untuk menggabungkan filsafat ini ke dalam agenda
global SDGs, ajakan untuk penelitian lebih lanjut dan tindakan lanjutan tetap relevan.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi implikasi dan efektivitas
implementasi prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam mencapai setiap target SDGs secara rinci.
Perkembangan lebih lanjut dalam literatur dan riset dapat memberikan wawasan yang lebih
mendalam tentang bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diadaptasi dan diimplementasikan
secara optimal dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Kontekstualisasi filsafat ekonomi
Islam dalam SDGs menawarkan panggung untuk transformasi positif dalam cara kita
memahami dan menerapkan pembangunan berkelanjutan. Dalam menyongsong masa depan,
undangan untuk penelitian lebih lanjut dan tindakan konkret harus menjadi landasan bagi
upaya bersama menuju ekonomi yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
BIBLIOGRAFI
Adlini, Miza Nina, Dinda, Anisya Hanifa, Yulinda, Sarah, Chotimah, Octavia, & Merliyana,
Sauda Julia. (2022). Metode penelitian kualitatif studi pustaka. Edumaspul: Jurnal
Pendidikan, 6(1), 974980.
Ahadiya, Ikrima Amira. (2022). Implementasi Pemikiran Politik Al Maududi Dalam
Dinamika Politik Kontemporer. Politea: Jurnal Politik Islam, 5(1), 1736.
Awalia, Riska. (2022). Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah. Al Iqtishod: Jurnal Pemikiran
Dan Penelitian Ekonomi Islam, 10(1), 6378.
Byarwati, Anis, & Sawarjuwono, Tjiptohadi. (2013). Ekonomi Islam atau Iqtishad? Imanensi:
Jurnal Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi Islam, 1(1), 1424.
ESCAP, U. N. (2020). Third South Asia Forum on the Sustainable Development Goals
Dhaka, 8-9 December 2019.
Fleetwood, Janet. (2020). Social justice, food loss, and the sustainable development goals in
the era of COVID-19. Sustainability, 12(12), 5027.
Huda, Choirul. (2013). Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam; Ibnu Khaldun.
Kontekstualisasi Filsafat Ekonomi Islam dalam SDGs
Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024 2533
Economica: Jurnal Ekonomi Islam, 4(1), 103124.
Ibrahim, Nurinda, Mahmud, Ramli, & Wantu, Sastro M. (2023). Pelaksanaan Program
Keluarga Harapan (Pkh) Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan Di Kelurahan
Wongkaditi Timur Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. JIM: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 8(4), 53605374.
Ishatono, Ishatono, & Raharjo, Santoso Tri. (2016). Sustainable development goals (SDGs)
dan pengentasan kemiskinan. Share: Social Work Journal, 6(2), 159.
Istiqomah, Lailatul. (2019). Telaah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Al-Iqtishod: Jurnal
Ekonomi Syariah, 1(1), 119.
Janah, Nasitotul, & Ghofur, Abdul. (2018). Maqashid as-ayariʻah sebagai dasar
pengembangan ekonomi Islam. International Journal Ihya’‘Ulum Al-Din, 20(2), 167
192.
Javaid, Omar, & ul Hassan, Mehboob. (2013). A comparison of Islamic and capitalist
conception of economic justice. International Journal of Economics, Management and
Accounting, 21(1).
Khan, Foyasal, & Haneef, Mohamed Aslam. (2022). Religious responses to sustainable
development goals: An islamic perspective. Journal of Islamic Monetary Economics and
Finance, 8(2), 161180.
Kurnia, Sri, Alamsyahbana, Muhammad Isa, Chartady, Rachmad, Arifin, Surya Violita, &
Sesaria, Mohammad Iqbal. (2023). Circular Solutions for Decent Work and Economic
Growth: Lessons from Sustainable Development Goals (SDG) 8. Academia Open, 8(1),
1021070.
Kurniawan, Toni. (2022). Strategi Kebijakan Pembangunan Sosial Melalui Gerakan Filantropi
Islam Di Kabupaten Belitung. Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial Dan Budaya, 7(2),
116133.
Mansur, Ahmad. (2009). Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam dan Ekonomi
Konvensional. Al-Qanun: Jurnal Pemikiran Dan Pembaharuan Hukum Islam, 12(1),
155179.
Muhtadi, Ridan, Luthfi, Faishol, Rukmana, Arief Yanto, Hamilunniám, Moh, Nugroho,
Lucky, & Sunjoto, Arie Rachmat. (2023). Menelusuri Jejak Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam. Get Press Indonesia.
Muthmainnah, Lailiy, Mustansyir, Rizal, & Tjahyadi, Sindung. (2020). Meninjau Ulang
Sustainable Development: Kajian Filosofis Atas Dilema Pengelolaan Lingkungan Hidup
di Era Post Modern. Jurnal Filsafat, 30(1), 2345.
Muzakki, Zubairi. (2023). Integrasi Ilmu Ekonomi Islam dan Pendidikan Agama Islam Era
Society 5.0. I-BEST: Islamic Banking & Economic Law Studies, 2(1), 5174.
Nasrin, & Siddiqui, Mohammad Shaheer. (2023). Need a Philosophy of Teacher Education:
Perusing the Praxis and Policies. In Teaching and Teacher Education in India:
Perspectives, Concerns and Trends (pp. 4959). Springer.
Natalia, Angga, & Maulidya, Erine Nur. (2023). Aktualisasi Empat Pilar Sustainable
Development Goals (SDGs) Di Perdesaan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 8(1), 2141.
Ngoyo, Muhammad Fardan. (2015). Mengawal sustainable development goals (SDGs);
meluruskan orientasi pembangunan yang berkeadilan. Sosioreligius: Jurnal Ilmiah
Sosiologi Agama, 1(1).
Nhamo, Godwell, Dube, Kaitano, & Chikodzi, David. (2020). Sustainable development goals:
Concept and challenges of global development goal setting. Handbook of Global Health,
140.
Aji Damanuri, Eva Rosyidah
2534 Syntax Idea, Vol. 6, No. 06, Juni 2024
Puadi, Ruslan, & Alvito, Romy Fajar. (2023). Peran Agama Islam Dalam Perkembangan
Ekonomi Di Indonesia. Religion: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya, 1(4), 689699.
Rahim, Shafinah. (2013). Distributive justice: a perspective from islamic economics literature.
Journal of Emerging Economies and Islamic Research, 1(3), 7799.
Ridwan, Irwan Fauzy. (2022). Filantropi Islam: Peran dan Problematika Dalam Pencapaian
Sustainable Development Goals. La Zhulma| Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 1(1), 1
16.
Sarkawi, Azila Ahmad, Abdullah, Alias, & Dali, Norimah Md. (2016). The concept of
sustainability from the Islamic perspectives. International Journal of Business,
Economics and Law, 9(5), 112116.
Sugiharto, Bambang. (2019). Kebudayaan dan kondisi post-tradisi: Kajian filosofis atas
permasalahan budaya abad ke-21. PT Kanisius.
Trimulato, Trimulato, Syamsu, Nur, & Octaviany, Mega. (2021). Sustainable Development
Goals (SDGs) Melalui Pembiayaan Produktif UMKM di Bank Syariah. Islamic Review:
Jurnal Riset Dan Kajian Keislaman, 10(1), 1938.
Wahanisa, Rofi, & Adiyatma, Septhian Eka. (2021). Konsepsi Asas Kelestarian Dan
Keberlanjutan Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Nilai
Pancasila. Bina Hukum Lingkungan, 6(1), 93118.
Wajdi, Farid, & Lubis, Suhrawardi K. (2021). Hukum Ekonomi Islam: Edisi Revisi. Sinar
Grafika (Bumi Aksara).
Winkel, Georg, Galloway, Glenn, Colfer, Carol J. Pierce, de Jong, Wil, Katila, Pia, &
Pacheco, Pablo. (2019). The impacts of the sustainable development goals on forests and
peopleConclusions and the way forward. Sustainable Development Goals: Their
Impacts on Forests and People, 601617.
Copyright holder:
Aji Damanuri, Eva Rosyidah (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: