Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�����
Vol. 2, No. 6, Juni 2020
PENGEMBANGAN
KARIR DAN INTENSI TURNOVER KARYAWAN MILLENIAL
DI PT TEY YOGYAKARTA
Irma Suwaning
Dyastuti dan Sarsono
Universitas Mercubuana Yogyakarta
Email: [email protected] dan [email protected]
�
Abstrak
Dibalik potensi sumber daya
manusia yang dimiliki, perusahaan di indonesia mempunyai acuan untuk mengelola sumber daya manusia khususnya generasi Y atau
milenial. Semakin meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan perusahaan di
Indonesia berdampak positif bagi masyarakat dengan semakin meluasnya peluang kerja sehingga akan mengurangi tingkat
pengangguran. Namun hal ini akan berakibat semakin besar kompetisi antar perusahaan. Hal ini mengakibatkan perusahaan yang ingin bertahan dalam persaingan menuntut karyawannya
untuk bisa memberikan kontribusi
maksimal untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Permasalahan terbesar Perusahaan-perusahaan
masa sekarang ialah bagaimana cara menjaga,
mempertahankan serta menekan intensi turnover. Satu diantara upaya
mempertahankan karyawan yakni perusahaan harus memperhatikan pengembangan karir
bagi setiap karyawannya, terutama untuk karyawan generasi milenial yang mempunyai
kinerja yang baik. Terdapat macam-macam persoalan dalam proses pengembangan
karir di perusahaan yang menjadi objek penelitian, karyawan yang tidak bisa
mengembangkan karirnya di perusahaan tempat dia bekerja, padahal karyawan merasa
telah melaksanakan pekerjaannya dengan baik (sumber karyawan TEY). Metode
Penelitian : metode penelitian dalam penelitian ini ialah metode observasi dan wawancara serta memberikan
kuisioner kepada subjek penelitian, subjek penelitian dalam penelitian ini yakni karyawan generasi milenial di PT TEY . penelitian
dilakukan 29 juni 2019 � 1 juli 2019
Hasil penelitian : hasil
penelitian ini memperihatkan yakni pengembangan karir mempunyai peran penting untuk karyawan.
Kata
kunci: karyawan
millennials, intensi turnover dan pengembangan karir
Pendahuluan
Sumber daya manusia dipandang
sebagai aset perusahaan yang penting, karena manusia merupakan sumber daya yang
dinamis dan selalu dibutuhkan dalam setiap proses produksi barang maupun jasa (Dessler,
2008). Proses pengembangan SDM
adalah salah satu kunci dari keberhasilan perusahaan. Walaupun sebetulnya
banyak faktor yang bisa meningkatkan daya saing perusahaan, namun pengelolaan
sumber daya manusia adalah bagian dari standar operasional perusahaan jika
perusahaannya menginginkan brandnya meningkat. Banyak hal yang bisa dicapai
ketika perusahaan dapat mengembangkan dan memberdayakan SDM. Misalnya saja pada
aspek tujuan organisasi, pencapaiannya bisa lebih maksimal. Karena dalam tujuan
organisasi melingkupi societal objective (tujuan sosial masyarakat), organizational
objective (tujuan organisasi), functional objective (tujuan
fungsional), serta personal objective
(tujuan personal). Dengan demikian pemberdayaan SDM memiliki cakupan yang lebih
luas dalam meningkatkan daya saing perusahaan. Secara keseluruhan perusahaan
dapat bersaing secara baik sehingga menghasilkan produk yang bagus dari segala
sisi (Saridawati,
2018).
Perusahaan
harus dapat mempertahankan karyawan selama mungkin, terlebih bila karyawan
tersebut membawa dampak yang positif bagi perusahaan. Harapan berpindah
seseorang berhubungan erat dengan peluang karier, kepuasan gaji, kepuasan
kerja, hubungan kerja, baik lingkungan kerja ataupun beban kerja (Zeffane, 1994).
Mondy menegaskan bahwa manusia adalah sumber daya yang berperan penting dalam bidang industri serta organisasi, oleh sebab itu pengelolaan sumber daya meliputi penyediaan tenaga kerja yang bermutu, mempertahankan kualitas dan
mengendalikan biaya ketenagakerjaan. (Mondy,
2008). Disamping sumber daya alam dan
sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki peran yang penting guna
mencapai tujuan dan kesuksesan perusahaan. Fenomena yang muncul serta sering
terjadi dalam perusahaan ialah jikalau kinerja perusahaan yang sudah baik dapat
menjadi rusak atau bahkan buruk, baik secara tidak lagsung ataupun secara
langsung oleh berbagai kompleknya perilaku karyawan.
Wujudnya dari perilaku itu merupakan keinginan pindah/keluar dari pekerjaan (turnover intention)
karena berbagai macam alasan serta sebab. Beberapa kasus yang terjadi mendadak karyawan yang paling loyal serta berkompeten di perusahaan secara tiba-tiba menyatakan keinginannya untuk pindah atau
keluar dari pekerjaan. Tentu hal ini menjadi permasalahan bagi para pengusaha ataupun jajaran
manajer sumber daya manusia (SDM) perusahaan, baik perusahaan kecil ataupun
perusahaan besar yang pernah mengalami karyawannya dengan tiba-tiba mengajukan surat
pindah atau keluar dengan mendadak. Pertanyaan
besar yang sering muncul berkaitan dengan hal ini ialah apakah soal ini semata hanya karena
soal uang atau finansial. Kenyataan yang sering kita lihat dari para pengusaha ataupun
manajer sumber daya manusia (SDM) di perusahaan, terkadang lebih memilih untuk
menaikan gaji atau tunjangan untuk karyawan. Terkadang tak disadari bahwa tidak
hanya karena faktor finansial namun banyak karyawan melakukan
pindah atau keluar disebabkan dari faktor-faktor
non-finansial.
Menurut Tower Watson dengan penelitiannya yang pernah dilakukan 2013
silam di salah satu perusahaan konsultan ternama berbasis di New York Amerika
Serikat, mengatakan 80% karyawan resign atau berhenti
dengan alasan berupa non-finansial, dengan macam-macam bentuk mulai dari hubungan kepada
atasan, pelanggan (customer), antar rekan kerja, tidak ada ruang
pengembangan karir bagi karyawan, suasana atau lingkungan kerja yang kurang
mendukung, adanya tantangan baru serta berbagai alasan lainnya.
Saat ini generasi yang sering
menjadi sorotan dalam manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah generasi
Millenial. Menurut (Korn,
2010), terdapat empat generasi
angkatan kerja dalam perusahaan, yaitu: matures yang lahir antara tahun 1920
hingga 1939, Boomers lahir tahun 1940 hingga 1959, Xers lahir tahun 1960 hingga
1979 dan Generation Y atau milenial yang lahir tahun 1980 hingga akhir tahun
2000. Generasi Y terkenal dengan sebutan generasi millenial atau
millennium, ungkapan generasi Y mulai digunakan pada editorial koran besar
Amerika Serikat Agustus 1993 silam. Generasi ini banyak memanfaatkan teknologi komunikasi instan misalnya email, SMS, instant messaging dan media sosial seperti
facebook dan twitter, dengan kata lain� generasi Y merupakan generasi yang tumbuh pada era internet booming (Lyons,
2004). Berdasarkan definisi tersebut
bisa ditarik kesimpulan bahwa generasi milenial merupakan generasi yang lahir diantara tahun 1980-2000 saat terjadi kemajuan
teknologi yang pesat. Apabila dilihat dari kelompok umur,
generasi milenial adalah generasi yang kini berusia kisaran 19�39 tahun.
Dari potensi sumber daya manusia
yang mereka miliki, perusahaan di Indonesia mempunyai tantangan dalam mengelola sumber daya
manusia khususnya generasi Y atau milenial. Tantangan terbesar perusahaan-perusahaan sekarang yakni bagaimana cara menjaga,
mempertahankan serta menekan intensi turnover. Menurut (Zeffane,
1994) turnover intention merupakan kecondongan atau niat karyawan dalam berhenti bekerja dari pekerjaannya. Intensi merupakan niat atau keinginan yang muncul dalam diri individu guna melakukan sesuatu, sedangkan turnover ialah berhentinya atau penarikan diri
seseorang karyawan dari tempat bekerja.
Pergantian karyawan adalah persoalan yang penting baik untuk perusahaan ataupun karyawan. Dari sudut pandang perusahaan,
pergantian karyawan bisa memberikan gambaran berkenaan dengan biaya yang tidak sedikit perihal nilai perekrutan, pelatihan serta biaya yang sudah dikeluarkan guna mengatasi pergantian karyawan serta berbagai biaya tidak langsung
seperti kehilangan karyawan yang sudah mengerti tentang berbagai pekerjaan
dalam perusahaan tersebut. Dari sudut pandang karyawan, pergantian karyawan bisa menyebabkan konsekuensi positif ataupun negatif (Wahyuni,
Zaika, & Anwar, 2015).
Faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan yaitu pengembangan karir. menurut (Hani, 2008) mengemukakan
bahwa pengembangan karir merupakan upaya-upaya yang dilakukan pribadi seorang
karyawan guna tercapainya
suatu rencana karir. Pada dasarnya pengembangan karir berorientasi dalam
perkembangan perusahaan atau
organisasi dalam menjawab tantangan bisnis di masa yang akan datang.
Setiap organisasi harus menerima kenyataan, yakni ekstensinya di masa depan bergantung
pada SDM yang kompetitif, suatu
organisasi akan mengalami kemunduran serta akhirnya bisa tersisih karena
ketidakmampuan menghadapi pesaing. Kondisi seperti ini mengharuskan organisasi untuk melakukan
pembinaan karier untuk
pekerja, yang harus dilakukan secara berencana serta berkelanjutan. Dengan kata lain, pembinaan karier merupakan salah
satu kegiatan menejemen SDM, harus
dilakukan
sebagai kegiatan formal yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan SDM yang lain.
Akan tetapi tidak semua
perusahaan memikirkan bahwa pengembangan karir karyawan adalah sesuatu hal yang
harus dipikirkan, karena salah satu yang mendasari kemajuan serta perkembangan
perusahaan dipengaruhi oleh pengembangan karir karyawan-karyawannya. Agar
pengembangan karir karyawan dapat dipenuhi oleh perusahaan maka perusahaan harus memiliki personalia yang baik dalam menilai kinerja
karyawannya, sehingga karyawan berlomba-lomba untuk menghasilkan kinerja yang
baik agar bisa mendapatkan reward berupa pengembangan karir.
Dari penelitian awal yang
dilakukan dengan mewawancarai beberapa orang karyawan PT. TEY, ditemukan beberapa
faktor yang sedang menjadi isu di dalam perusahaan yang kemungkinan berpengaruh
terhadap besarnya turnover yang terjadi di PT. TEY. Dari beberapa isu
tersebut yang paling menonjol dan yang menimbulkan ketidakpuasan karyawan
yaitu� pengembangan karir karyawan.
Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah pengembangan
karir berperan penting bagi intensi turnover
pada karyawan generasi milenial di PT. TEY
Metode Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di PT TEY dengan subjek karyawan
generasi milenial sebanyak 95 orang. Metode yang dilakukan adalah dengan metode observasi,
wawancara, dan pengisian kuisioner yang diisi oleh subjek penelitian. Hasil yang didapat dari kuisioner
diubah menjadi bentuk angka-angka kemudian diolah menggunakan SPSS
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil deskriptif
data
Tabel
1 Descriptive
Statistics |
|
||||||
|
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std.
Deviation |
Variance |
|
IT |
95 |
51 |
75 |
63.16 |
4.702 |
22.113 |
|
PK |
95 |
55 |
86 |
72.55 |
5.779 |
33.399 |
|
Valid N (listwise) |
95 |
|
|
|
|
|
|
Analisis statistik deskriptif menunjukan bahwa
skor rata-rata intensi turnover adalah 63,16 dan skor rata-rata
pengembangan karir adalah 72,55
B. Uji Asumsi
1.
Uji Normalitas
Tabel
2 One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test |
|
|||
|
|
IT |
PK |
|
N |
95 |
95 |
||
Normal
Parametersa |
Mean |
1.29 |
9.38 |
|
Std. Deviation |
0.989 |
0.989 |
||
Most Extreme
Differences |
Absolute |
.092 |
.064 |
|
Positive |
.092 |
.058 |
||
Negative |
-.077 |
-.064 |
||
Kolmogorov-Smirnov
Z |
.897 |
.627 |
||
Asymp. Sig.
(2-tailed) |
.597 |
.826 |
||
a. Test distribution is
Normal. |
|
|
||
a.
Hasil Uji normalitas untuk turnover intention (Y) diperoleh nilai P
sebesar 0.597 dinyatakan normal karena nilai p>0,05
b.
Hasil Uji normalitas untuk pengembangan karir (x) diperoleh nilai P sebesar 0.826 dinyatakan
normal karena nilai p>0,05
2.
Uji Linearitas
Tabel
3 ANOVA
Table |
|||||||
|
|
|
Sum
of Squares |
df |
Mean
Square |
F |
Sig. |
IT * PK |
Between Groups |
(Combined) |
528.496 |
24 |
22.021 |
.994 |
.000 |
Linearity |
9.778 |
1 |
9.778 |
9.778 |
.000 |
||
Deviation from
Linearity |
518.718 |
23 |
22.553 |
1.018 |
.000 |
||
Within Groups |
1550.136 |
70 |
22.145 |
|
|
||
Total |
2078.632 |
94 |
|
|
|
Tabel 4
Measures of Association
|
R |
R
Squared |
Eta |
Eta
Squared |
IT * PK |
-.869 |
.755 |
.504 |
.254 |
Dari output diatas dapat diketahui bahwa nilai F variabel pengembangan
karir sebesar 9,778 dan nilai (p) sebesar
0,00. Dari data output ini terlihat
bahwa tingkat signifikansi pada linearity
kurang dari 0,05 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel
intensi turnover dan pengembangan
karir terdapat hubungan yang linear
C.
Uji Hipotesis
Tabel 5 Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std.
Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
6.445 |
9.294 |
|
7.365 |
.000 |
PK |
.856 |
.085 |
-.849 |
.565 |
.000 |
|
|
|
|
|
|
|
|
Dependent Variable: IT |
|
|
|
|
Pengembangan karir nilai T 0,565 dengan nilai sig. adalah sebesar 0,000., maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh pengembangan karir terhadap intensi turnover secara mandiri atau parsial cukup meyakinkan atau signifikan
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang
pengembangan karir pada karyawan millenial di PT TEY didapatkan hasil bahwa
pengembangan karir berperan penting bagi karyawan. (Marihot
Tua Efendi Hariandja, 2002) mengatakan bila seorang
karyawan merasa pengembangan karirnya terhambat dan tidak berkembang sehingga
tujuan karirnya tidak mungkin dicapainya dalam perusahaan tersebut maka
karyawan tersebut mungkin tidak akan memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak
termotivasi untuk bekerja, dan bahkan akan berkeinginan untuk mengundurkan diri
atau keluar dari perusahaan.
Pengembangan karir sebagai
derajat persepsi karyawan tentang adanya program perencanaan karir untuk
membantu anggotanya mencapai tujuan karir mereka. Kepercayaan pada organisasi
memiliki pengaruh negatif terhadap tunrover intention. Penelitian
dilakukan oleh� (Hafiz,
Parizade, & Hanafi, 2016) dengan judul pengaruh
pengembangan karir terhadap turnover
intention, dengan hasil penelitian ada pengaruh antara pengembangan karir
dengan intensi turnover.
BIBLIOGRAFI
Dessler, Garry.
(2008). Human Resource Management Edisi Sebelas. Pearson Education, Inc.
New Jersey.
Hafiz,
Jauhari, Parizade, Badia, & Hanafi, Agustina. (2016). Pengaruh Pengembangan
Karir Terhadap Keinginan Berpindah (Turnover Intention)(Studi Kasus Pada
Karyawan PT. BFI Finance. Tbk Cabang Palembang). Jembatan: Jurnal Ilmiah
Manajemen, 13(2), 103�112.
Hani,
Handoko T. (2008). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, edisi kedua. Penerbit:
BPFE, Yogyakarta.
Korn,
Kevin J. Mlodzik. (2010). A second look at generational differences in the
workforce: Implications for HR and talent management. People and Strategy,
33(2), 50.
Lyons,
Sean. (2004). An exploration of generational values in life and at work.
Carleton University.
Marihot
Tua Efendi Hariandja, Hariandja. (2002). Manajemen sumber daya manusia.
Grasindo.
Mondy,
R. Wayne. (2008). SDM Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Saridawati,
Saridawati. (2018). Pengelolaan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Pt.
Atmoni Shamasta Prezki. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(9),
107�122.
Wahyuni,
Ana Sri, Zaika, Yulvi, & Anwar, Ruslin. (2015). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi turnover intention (keinginan berpindah) karyawan pada perusahan
jasa konstruksi. Rekayasa Sipil, 8(2), 89�95.
Zeffane,
Rachid M. (1994). Understanding employee turnover: The need for a contingency
approach. International Journal of Manpower.