How to cite:
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia (2024) Pengaruh Kelelahan
Kerja Stres Kerja Beban Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Profesional Pemberi
Asuhan Lainnya, (06) 05, https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
PENGARUH KELELAHAN KERJA STRES KERJA BEBAN KERJA DAN
MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA TENAGA PROFESIONAL PEMBERI
ASUHAN LAINNYA
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia
Universitas Terbuka, Indonesia
Abstrak
Perawatan pasien secara langsung di rumah sakit merupakan fungsi penting dari profesional
pemberi asuhan lainnya (OCP). Stres kerja, motivasi yang rendah, dan kinerja di bawah
standar adalah hasil umum dari beban kerja yang berat yang merupakan ciri khas tugas dan
kewajiban mereka. Tujuan dari studi kuantitatif ini adalah untuk menguji dampak dari
kelelahan kerja, stres, beban kerja, dan motivasi terhadap efisiensi dan efektivitas OCP yang
bekerja di RSUD BUMN di Distrik Selatan Timor-Leste. Kuesioner dan analisis regresi linier
berganda berbasis SPSS menjadi dasar strategi penelitian. Sebanyak 58 OCP dipilih untuk
studi ini dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil studi menunjukkan
bahwasanya stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja OCP (nilai-t = -2,792, yang lebih
besar dari nilai t-tabel 2,006) dan motivasi kerja berpengaruh positif (nilai-t = 2,547, yang
lebih besar dari nilai t-tabel 2,006). Di sisi lain, kinerja tidak terpengaruh oleh kelelahan kerja
(nilai-t = 0.283, t-tabel = 2.006) dan beban kerja (nilai-t = 1.015, t-tabel = 2.006). Semua
variabel independen mempengaruhi kinerja OCP secara signifikan (p=0,000) dengan adjusted
R-squared sebesar 0,264, menunjukkan bahwasanya variabel-variabel ini menjelaskan 26,4%
dari variasi kinerja; hal ini didukung oleh nilai F-value sebesar 6,114 yang lebih tinggi dari
nilai F-tabel sebesar 2,543. Berdasarkan hasil ini, manajemen RSUD BUMN harus
menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi stres karyawan dan meningkatkan motivasi
OCP untuk meningkatkan kinerja dan kualitas layanan kesehatan.
Kata kunci: Kelelahan Kerja, Stress Kerja, Beban Kerja, Motivasi Kerja dan Kinerja
Abstract
Direct patient care in hospitals is an essential function of other caring professionals (OCPs).
Job stress, low motivation, and subpar performance are common outcomes of the heavy
workloads that are typical of their duties and obligations. The purpose of this quantitative
study is to examine the impact of occupational weariness, stress, workload, and motivation on
the efficiency and effectiveness of OCPs working at RSUD SOE in the Selatan District of
Timor-Leste. Questionnaires and SPSS-based multiple linear regression analysis form the
basis of the research strategy. A total of 58 OCPs were chosen for the study using purposive
sampling methods. The results show that job stress has a negative effect on OCP performance
(t-value = -2.792, which is larger than the t-table value of 2.006) and that job motivation has
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Pengaruh Kelelahan Kerja Stres Kerja Beban Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Tenaga Profesional Pemberi Asuhan Lainnya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2365
a favourable effect (t-value = 2.547, which is larger than the t-table value of 2.006). On the
other hand, performance is unaffected by job tiredness (t-value = 0.283, t-table = 2.006) and
workload (t-value = 1.015, t-table = 2.006). All independent variables effect OCP
performance significantly (p=0.000) with an adjusted R-squared of 0.264, suggesting that
these variables explain 26.4% of the performance variation; this is supported by an F-value
of 6.114, which is higher than the F-table value of 2.543. Based on these results, RSUD SOE
management should implement measures to reduce employee stress and boost OCP
motivation in order to raise the bar on performance and healthcare service quality.
Keywords: Job Fatigue, Job Stress, Workload, Job Motivation, and Performance
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah sebuah lembaga kesehatan yang memiliki peran vital dengan
mengatur rawat inap, rawat jalan, dan perawatan darurat serta layanan kesehatan
komprehensif lainnya. Memberikan perawatan kepada pasien melalui upaya terkoordinasi
para ahli dari berbagai bidang adalah cita-cita utamanya. Diagnosis yang akurat dan
pengobatan yang berhasil untuk berbagai masalah medis individu adalah cita-cita dari
kemitraan ini. Anggota medis, keperawatan, diet, fisioterapi, farmasi, dan profesi kesehatan
terkait lainnya bekerja sama dalam tim multidisiplin. Dengan sedikit keberuntungan,
kemitraan yang kuat ini akan memungkinkan rumah sakit untuk merawat semua pasien
dengan standar setinggi mungkin (Azwar & Pelajar, 2016)
Kualitas tenaga kesehatan yang memberikan perawatan langsung kepada pasien sama
pentingnya dengan infrastruktur fisik rumah sakit, yang meliputi bangunan, fasilitas, dan
peralatan. Berbagai kredensial medis adalah bagian dari hal ini. Semua bidang keahlian ini
harus saling melengkapi dan bekerja sama untuk menjaga perawatan kesehatan pada tingkat
yang tinggi. Profesional Pemberi Perawatan Lainnya (OCP) memainkan peran penting di
antara semua pihak yang memberikan perawatan. Selain melaksanakan perintah dokter,
mereka juga berfungsi sebagai penghubung antara pasien dan penyedia layanan kesehatan.
Tim perawatan kesehatan yang merawat pasien secara langsung termasuk ahli medis
lainnya. Bidan, ahli gizi, fisioterapis, ahli radiologi, teknisi laboratorium, teknisi gigi, teknisi
gigi dan mulut, ahli anestesi, sanitasi, rekam medis, teknisi elektromedis, dan apoteker serta
teknisi farmasi termasuk dalam kelompok ini. Mereka semua terlibat langsung dalam
perawatan pasien dalam beberapa cara. Sejalan dengan spesialisasi mereka, semua PPA
lainnya memiliki keahlian dan otoritas klinis. Selain memberikan perawatan berkualitas
tinggi, mereka juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwasanya pasien aman dan
sehat. Dalam hal memenuhi kebutuhan individu pasien, PPA lainnya memainkan peran
penting berkat keahlian dan pengalaman mereka yang kaya di sektor ini. Dalam hal tujuan
pemberian layanan rumah sakit, para profesional pendamping memainkan peran utama.
Perawatan pasien yang sangat baik bergantung pada penyedia layanan kesehatan yang bekerja
dengan potensi tertinggi mereka (SAKIT, 2018).
Kemampuan fasilitas kesehatan untuk memberikan perawatan berkualitas tinggi sangat
bergantung pada seberapa baik departemen Sumber Daya Manusia (SDM) mereka, yang
meliputi PPA Lainnya, melaksanakan tugas mereka. Seberapa baik SDM dapat
menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan adalah ukuran efektivitas
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia
2366 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
kerja mereka. Keterampilan seperti memberikan perawatan pasien secara langsung, memantau
kondisi pasien secara cermat, dan berkolaborasi dengan tim perawatan kesehatan lainnya
adalah bagian dari PPA Lainnya. Ketika upaya mental dan fisik seseorang di tempat kerja
efisien, mereka dapat mencapai cita-cita mereka. (Kartika & Hastuti, 2011) menyatakan
bahwasanya efektivitas organisasi dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian cita-cita
organisasi. Tanda operasi yang efisien adalah ketika perusahaan mampu mencapai tujuannya.
(Mardiasmo, 2016) yang menyatakan bahwasanya efektivitas kerja adalah metrik penting
untuk mengevaluasi kinerja organisasi, memberikan kepercayaan pada gagasan ini.
Pencapaian efektivitas kerja dapat didefinisikan sebagai sejauh mana departemen Sumber
Daya Manusia (SDM) suatu organisasi dapat melaksanakan tugasnya secara kompeten dan
memberikan hasil yang diinginkan.
Kelelahan kerja termasuk faktor yang secara signifikan dapat berefek pada efektivitas
kerja. Telah terbukti bahwa lelah saat kerja tidak hanya berdampak pada keselamatan dan
kesehatan karyawan, tetapi juga dapat mengurangi produktivitas dan meningkatkan jumlah
kesalahan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Sebagaimana disampaikan oleh
(Setyawati, 2010) kelelahan kerja ialah perasaan letih, penurunan kesiapsiagaan, dan respons
seluruh individu terhadap stres psikososial yang dirasakan selama waktu tertentu. Kondisi ini
cenderung menurunkan kinerja, motivasi, serta produktivitas karyawan. Meskipun kelelahan
kerja sulit untuk didefinisikan secara pasti, dampaknya dapat dirasakan, sehingga
penilaiannya bersifat subjektif berdasarkan pengalaman pekerja. Kelelahan kerja juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Kelelahan kerja sendiri merupakan kondisi
yang menurunkan vitalitas dan produktivitas kerja, ditandai dengan penurunan kecepatan
reaksi dan timbulnya rasa letih, seperti yang dijelaskan oleh (Suma’mur, 2017), Meskipun
secara fisiologis kelelahan adalah mekanisme alami tubuh untuk mencegah kerusakan yang
lebih parah dan memungkinkan pemulihan dengan istirahat, namun kelelahan dapat
menurunkan kapasitas dan ketahanan kerja, serta mempengaruhi motivasi dan aktivitas kerja.
Stres kerja adalah fenomena yang sangat individual dan memiliki potensi merusak jika
tidak seimbang antara kekuatan mental seseorang dengan tanggungan yang dirasakannya.
Ketidakseimbangan antara beban kerja fisik dan mental dapat mengakibatkan penurunan
konsentrasi, kemampuan, dan efektivitas kerja, yang merupakan ciri-ciri dari kelelahan kerja.
Kelelahan yang berkelanjutan kemudian dapat berujung pada terjadinya stres kerja. Stres
kerja yaitu kondisi emosional yang muncul sebagai respon atas tekanan yang berasal dari
eksternal dan juga internal organisasi. Secara sederhana, stres kerja terkait dengan perasaan
negatif yang dialami karyawan terkait dengan pekerjaan mereka. Menurut Fatikhin, Hamid, &
Mukzam, (2017) stres kerja ialah kondisi ketika individu mengalami perasaan tegang yang
berujung pada perubahan kondisi pikiran, tubuh, dan emosi. Ketika stres dibiarkan, dapat
berefek pada kemampuan interaksi seseorang dengan lingkungan sekitar.
Salah satu kesulitan dalam manajemen sumber daya manusia di rumah sakit adalah
prevalensi stres di antara para profesional pemberi perawatan. Ketika seseorang berada di
bawah tekanan yang terlalu besar, baik secara internal maupun eksternal, hal ini disebut stres
kerja. Elemen biologis, psikologis, sosial, dan spiritual merupakan sumber stres yang
potensial. Istilah “stres kerja” mengacu pada tantangan mental dan emosional yang dihadapi
Pengaruh Kelelahan Kerja Stres Kerja Beban Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Tenaga Profesional Pemberi Asuhan Lainnya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2367
oleh PPA lain dalam pekerjaan sebagai akibat dari pengaruh eksternal, termasuk di tingkat
organisasi, individu, dan lingkungan. Cara orang menghadapi stres dalam pekerjaan
menentukan seberapa besar stres yang mereka alami.
Produktivitas profesional pengasuh anak lainnya (PPA Lainnya) dalam bekerja
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti motivasi kerja, penjadwalan shift, dan tanggungan
kerja. Motivasi kerja, yang didefinisikan sebagai “dorongan atau rangsangan untuk mencapai
cita-cita yang telah ditetapkan,” sangat penting dalam meningkatkan efektivitas kerja,
menurut Hasibuan Malayu S.P. Selain itu, Hasibuan mengklarifikasi bahwasanya keinginan
dan dorongan seseorang untuk bekerja adalah komponen dari motivasi kerja, dengan masing-
masing motif memiliki cita-cita yang berbeda. Beban kerja merupakan salah satu variabel
yang dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya penurunan kinerja. Jika tidak ada cukup
PPA lain untuk menangani jumlah perawatan pasien yang dibutuhkan, maka tanggungan kerja
dapat meningkat (Simamora, Harapan, & Kesumawati, 2020). Munandar (2016)
mengemukakan definisi beban kerja sebagai suatu keadaan kerja yang melibatkan beberapa
tugas yang harus diselesaikan dalam batasan waktu tertentu.
Kelelahan akibat tanggungan kerja yang tinggi dan jam kerja yang panjang merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja para pemberi layanan kesehatan. Tekanan
untuk memberikan layanan terbaik kepada pasien merupakan sumber stres yang umum terjadi
pada profesi pemberi perawatan lainnya. Kurangnya antusiasme terhadap tugas seseorang
dapat mengakibatkan hasil yang di bawah standar. Yang juga merugikan efisiensi mereka
adalah tanggungan kerja yang terlalu berat yang tidak memungkinkan alokasi sumber daya
manusia yang memadai. Perawat di Rumah Sakit Islam Fatimah di Kabupaten Cilacap
melaporkan tingkat kelelahan yang tinggi (63,8%), menurut studi (Baroka, Pondaag, &
Hamel, 2017). Beberapa penyebab utama berkontribusi terhadap hal ini, dan saat ini belum
ada solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang ditimbulkannya. Analisis kegiatan yang
dialokasikan untuk perawat menunjukkan bahwasanya, seperti halnya profesional pemberi
perawatan lainnya, mereka mengalami kelelahan karena tanggungan kerja yang tinggi.
Menurut studi yang dilaksanakan oleh (Dwi, 2017) di RSUD Dr. Sayidiman Magetan,
kinerja perawat sangat dipengaruhi oleh stres kerja. Kinerja yang buruk ditunjukkan oleh
37,5% dari 24 responden yang dilaporkan mengalami stres. Korelasi antara tingkat stres
perawat dan kinerja mereka semakin didukung oleh temuan ini. Tingkat stres yang tinggi
memiliki efek yang merugikan pada kinerja responden. Akibatnya, kemampuan tenaga
kesehatan lainnya untuk memberikan layanan berkualitas tinggi di rumah sakit tergantung
pada kemampuan mereka untuk mengelola stres mereka sendiri. Menurut studi yang
dilakukan oleh Astuti, Lesmana, & Prima, (2018) , kinerja perawat di Rumah Sakit Umum
Mitra Medika Medan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh tingkat motivasi kerja
mereka. Istilah “motivasi kerja” mengacu pada faktor-faktor yang mendorong orang untuk
benar-benar menyelesaikan pekerjaan mereka. Perawat lebih cenderung memberikan upaya
terbaik mereka ketika mereka memiliki motivasi yang tinggi, baik secara internal maupun
eksternal (misalnya, oleh rumah sakit). Pentingnya motivator intrinsik dalam meningkatkan
kinerja keperawatan digarisbawahi oleh penemuan ini, yang juga menyoroti perlunya
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia
2368 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
meningkatkan motivasi di tempat kerja di fasilitas perawatan kesehatan untuk menyediakan
layanan berkualitas tinggi secara berkelanjutan.
Shift kerja berhubungan dengan tingkat stres kerja perawat, menurut studi (Khoirunnisa,
Nurmawaty, Handayani, & Vionalita, 2021). Hingga 82% perawat yang bekerja dengan
sistem shift melaporkan tingkat stres yang tinggi. Menurut studi ini, perawat yang bekerja
shift, khususnya di Rumah Sakit Asy-Syifa Sumbawa Barat, cenderung memiliki gaya hidup
yang tidak menentu dibandingkan dengan perawat yang tidak bekerja shift. Tingkat stres yang
sudah tinggi yang dialami perawat dalam pekerjaannya dapat diperburuk oleh pilihan gaya
hidup yang tidak menentu. Lebih lanjut, (Ramli & Tamsah, 2016) menemukan bahwasanya di
antara variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja perawat perempuan di ruang rawat inap
RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur, beban kerja adalah yang paling signifikan.
Menurut pola hubungan yang terbentuk, persentase kinerja yang baik di antara perawat
perempuan adalah 68,8% ketika beban kerja mereka ideal, dibandingkan dengan 44,7% ketika
beban kerja mereka berat. Hal ini menunjukkan bahwasanya perawat berkinerja lebih baik
ketika beban kerja mereka dioptimalkan.
RSUD BUMN Kabupaten Timor Tengah Selatan memainkan peran penting dalam
sistem layanan kesehatan di wilayah tersebut. Layanan gawat darurat, rawat jalan, dan rawat
inap disediakan oleh RSUD SOE, sebuah rumah sakit kelas C yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan dasar. Judul yang diusulkan bertujuan untuk menguji efek
dari faktor-faktor seperti kelelahan, stres, kurangnya motivasi, dan beban kerja yang
berlebihan terhadap kinerja Tenaga Kesehatan Lainnya di RSUD BUMN di Kabupaten Timor
Tengah Selatan. Namun, belum ada studi yang dilaksanakan hingga saat ini tentang topik
khusus ini.
Tabel 1 Penelitian Terdahulu
No
Penulis/Tahun
Judul Artikel
Metode Penelitian
1.
(Hakman,
Suhadi, &
Yuniar, 2021)
“Pengaruh Beban
Kerja, Stres Kerja,
Motivasi Kerja
Terhadap Kinerrja
Perawat Pasien Covid-
19”.
“Tujuan dari studi cross-
sectional ini adalah untuk
menyelidiki bagaimana 77
tenaga kesehatan dari Rumah
Sakit Kota Kendari
dipengaruhi oleh beban kerja,
tingkat stres dalam pekerjaan,
dan tingkat kepuasan kerja
dalam pekerjaan. Kuesioner
digunakan untuk
mengumpulkan data, yang
kemudian dianalisis
menggunakan uji chi-square.“
2.
(Barahama,
Katuuk, &
Oroh, 2019)
“Hubungan Beban
Kerja dengan
kepuasan kerja
perawat di ruangan
perawatan dewasa rsu
gmim pancaran kasih
Manado”
“Para peneliti dari RSU
GMIM Pancaran Kasih
Manado menganalisis
hubungan antara beban kerja
perawat dan kepuasan kerja
dengan menggunakan teknik
cross-sectional. Dengan
menggunakan teknik
Pengaruh Kelelahan Kerja Stres Kerja Beban Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Tenaga Profesional Pemberi Asuhan Lainnya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2369
pengambilan sampel lengkap,
58 perawat menjadi sampel.
Ambang batas signifikansi
0,05 digunakan untuk analisis
data dalam uji Chi-square.”
3.
(Elizar, 2019)
“Pengaruh Stres Kerja
Beban Kerja dan
Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja
Perawat di Ruang
Rawat Inap Rsud Datu
Beru Takengon Tahun
2019”
“Para peneliti dalam studi ini
menggunakan desain cross-
sectional dan metode survei
analitik. Di RSUD Datu Beru
Takengon, terdapat 304
perawat yang terdaftar, dan
75 di antaranya menjadi
sampel.”
4.
(Astuti et al.,
2018)
“Pengaruh Motivasi
dan Beban kerja
terhadap kinerja
perawat pada Rumah
sakit Umum Mitra
Medika Medan”
“Di Rumah Sakit Mitra
Medika Medan, studi ini
melihat bagaimana motivasi
perawat mempengaruhi
pekerjaan mereka. Kuesioner,
studi dokumentasi, dan
wawancara mendalam
digunakan untuk
mengumpulkan data dari 32
perawat unit perawatan
intensif.
5.
(Mudayana,
2020)
“Pengaruh motivasi
dan beban kerja
terhadap kinerja
karyawan di Rumah
Sakit Nur Hidayah
Bantul”
Para peneliti dalam studi ini
mengukur motivasi dan
kinerja karyawan dengan
menggunakan metode
kuantitatif berdasarkan
metodologi survei. Sebuah
daftar periksa digunakan
untuk mengevaluasi kinerja,
sementara kuesioner
digunakan untuk mengukur
motivasi.
6.
(Widodo,
Sulisno, &
Suryawati,
2020)
“Pengaruh Penerapan
perilaku syariah dalam
pelayanan
keperawatan, beban
kerja dan
kepemimpinan
terhadap kepuasan
kerja perawat di
rumah sakit”
Studi ini menggunakan
pendekatan cross-sectional
untuk menilai dampak dari
perilaku syariah, beban kerja,
dan kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja perawat di
Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang. Keempat
variabel diukur dengan
menggunakan kuesioner.
Untuk korelasi bivariat, kami
menggunakan rank Spearman,
dan untuk analisis multivariat,
kami menggunakan regresi
linier berganda.
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia
2370 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
7.
(Widodo et al.,
2020)
“Pengaruh beban
kerja, kepuasan kerja,
dan motivasi kerja
terhadap kinerja
perawat di instalasi
rawat inap rsup
dr.Tadjuddin Chalid
dan rsud Kota
Makasar”
Dampak dari beban kerja,
kepuasan kerja, dan motivasi
terhadap kinerja perawat di
Rumah Sakit Kota Makassar
dan Rumah Sakit Dr.
Tadjuddin Chalid diselidiki
dalam studi ini. Untuk studi
ini, 167 perawat dipilih secara
acak dengan menggunakan
desain cross-sectional dan
metodologi kuantitatif.”
8.
(Zainaro, 2017)
“Pengaruh sarana
prasarana, penddikan
dan masa kerja
perawat terhadap
kepuasan kerja dan
kinerja perawat di
ruang rawat inap
rumah sakit umum
daerah dr. A. Dadi
tjokrodipo Bandara
Lampung”
“Dengan menggunakan
analisis jalur, studi ini melihat
bagaimana infrastruktur,
pendidikan, dan masa kerja di
Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Dr. A. Dadi
Tjokrodipo Bandar Lampung
mempengaruhi kepuasan
kerja dan kinerja perawat.
Sampel terdiri dari 35
perawat yang dipilih dengan
menggunakan metode total
sampling.”
9.
(Barahama et
al., 2019)
“Hubungan Beban
Kerja dengan
Kepuasan Kerjaa
Perawat”
“Meneliti hubungan antara
beban kerja perawat dan
kepuasan kerja adalah tujuan
dari studi kuantitatif yang
menggunakan metodologi
korelasi deskriptif. Enam
puluh perawat eksekutif
dipilih secara acak dari
populasi dengan
menggunakan metode total
sampling. Kuesioner
didistribusikan selama
wawancara untuk
mengumpulkan data. Uji Chi-
square digunakan untuk
analisis.”
10.
(Maladewi,
Kurniati, &
Sulaeman,
2022)
“Pengaruh Fungsi
Kepimpinan dan
Lingkungan Kerja
terhadap Kepuasan
Kerja dan Berdampak
kepada Kinerja
Perawat Pelaksana
“Seratus sembilan puluh
sembilan perawat eksekutif
berpartisipasi dalam studi
cross-sectional ini. Kuesioner
digunakan untuk
mengumpulkan data, yang
kemudian dianalisis
menggunakan analisis jalur
Smart PLS.”
Pengaruh Kelelahan Kerja Stres Kerja Beban Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Tenaga Profesional Pemberi Asuhan Lainnya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2371
METODE PENELITIAN
Para peneliti menggunakan metode cross-sectional untuk studi observasional mereka. Di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) BUMN di Timor Tengah Selatan, petugas kesehatan
tambahan disurvei untuk menentukan dampak stres di tempat kerja, beban kerja, motivasi
kerja, dan kelelahan kerja terhadap kinerja mereka. Pada bulan Maret hingga April 2024, para
peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) BUMN di Timor Tengah Selatan (Jl.
Boegenville No. 7) melakukan survei terhadap para peserta.
Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner, dengan jumlah sampel sebanyak 100
orang. Populasi sampel mencakup semua Professional Care Givers di Rumah Sakit BUMN,
termasuk bidan, apoteker, ahli gizi, fisioterapis, radiografer, ahli teknologi laboratorium
medik, teknisi transfusi darah, ahli refraksionis optisien, teknisi gigi dan mulut, ahli anestesi,
petugas sanitasi, petugas rekam medis, dan teknisi elektromedis. Dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel non-probabilitas, sebanyak 58 orang dipilih untuk studi ini. Studi ini
menggunakan strategi sampel purposif dengan beberapa batasan, seperti hanya menyertakan
responden yang memenuhi kriteria tertentu atau yang diketahui memiliki pengetahuan yang
dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran & Bougie, 2013)
Informasi dikumpulkan melalui survei. Personil PPA lainnya diberikan Google Form
untuk diberikan kepada para peserta, yang diminta untuk menilai setiap pertanyaan dengan
skala Likert dari 1 sampai 5. Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan statistik
dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 21, yang meliputi
pengujian data seperti uji reliabilitas, validitas, uji parsial, uji simultan, dan uji analisis
berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menganalisis uji validitas, kami menggunakan SPSS versi 21 dan korelasi
bivariat Pearson (product moment). Hasilnya ditampilkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1
Hasil Uji Valididtas
Item
r-hitung
r-tabel
Keterangan
1
0,778
>
0,218
Valid
2
0.869
>
Valid
3
0.849
>
Valid
4
0.846
>
Valid
5
0.946
>
Valid
6
0.959
>
Valid
7
0.935
>
Valid
8
0.870
>
Valid
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia
2372 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
9
0.848
>
Valid
10
0.847
>
Valid
11
0.840
>
Valid
12
0.890
>
Valid
13
0.824
>
Valid
14
0.800
>
Valid
15
0.847
>
Valid
16
0.858
>
Valid
17
0.850
>
Karena r hitung (nilai koefisien korelasi) pada komponen penilaian item 1 sampai 17 >
r tabel, maka keputusannya dengan menggunakan tingkat signifikansi atau α = 5%,
kuesioner yang ada adalah VALID.
Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 2.
Hasil Uji Reliabilitas
Reliability statistics
Cronbach’s Alpha
N of items
763
17
Tingkat Signifikansi
α = 5% = 0,05
Dasar Keputusan :
r hitung (cronbach alpha) > r tabel = Reliabel (Konsisten)
r hitung (cronbach alpha) < r tabel = Tidak Reliabel (Konsisten)
Karena r hitung (cronbach alpha) secara keseluruhan (0.763) > r tabel (0.2181) maka
keputusannya dengan menggunakan tingkat signifikansi atau α = 5%, kuesioner yang ada
adalah RELIABEL (KONSISTEN).
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficients
a
Model
Unstandardized
coefficients
Standardized
coefficients
t
Sig
B
Std.
Error
Betta
Constant
16.281
.2.467
6.599
.000
Kelelahan
kerja
0,62
.218
.025
.283
.778
Stress
kerja
-591
.212
-563
-2.792
.007
Beban
kerja
.228
.224
215
1,015
.315
Motivasi
kerja
.390
.153
311
2.547
.014
a. Dependent variable : kinerja
Pengaruh Kelelahan Kerja Stres Kerja Beban Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Tenaga Profesional Pemberi Asuhan Lainnya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2373
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2024
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh hasil persamaan
regresi sebagai berikut :
Y = 16,281 + 0,062X
1
+ -0,591X
2
+ 0,228X
3
+ 0,390X
4
+ e
Berikut ini dapat disimpulkan dari persamaan regresi sebelumnya, yang
menggambarkan hubungan antara variabel independen dan dependen:
1. Pada persamaan regresi tersebut, nilai konstanta adalah 16,281. Pada nilai 0 atau tanpa
pengaruh, semua variabel independen (kelelahan kerja, stres kerja, beban kerja, dan
motivasi) diasumsikan memiliki pengaruh rata-rata terhadap variabel dependen (kinerja).
Artinya, staf PPA lainnya di Rumah Sakit BUMN dapat mengharapkan nilai kinerja
sebesar 16.281 dengan asumsi tidak ada faktor lain yang mempengaruhi kinerja.
2. Kelelahan Kerja merupakan variabel yang memiliki koefisien regresi sebesar 0,062. Jika
semua faktor independen lain nilainya tetap, hal ini menunjukkan seberapa besar pengaruh
kenaikan satu unit Kelelahan Kerja terhadap nilai rata-rata variabel dependen (kinerja).
Karyawan dalam peran PPA Lainnya di Rumah Sakit BUMN harus mengantisipasi
peningkatan kinerja sebesar 0,062 poin untuk setiap kenaikan satu unit dalam variabel
Kelelahan Kerja.
3. Koefisien regresi untuk variabel stres kerja adalah -0,591. Dengan asumsi semua variabel
independen lainnya tetap konstan, hal ini menunjukkan prediksi perubahan nilai rata-rata
variabel dependen (kinerja) untuk setiap kenaikan satu unit variabel Stres Kerja.
Diperkirakan akan terjadi penurunan rata-rata kinerja pegawai PPA Lainnya di Rumah
Sakit BUMN sebesar 0,591 satuan untuk setiap kenaikan satu satuan pada variabel Stres
Kerja, seperti yang ditunjukkan oleh angka negatif ini.
4. Variabel Beban Kerja memiliki koefisien regresi sebesar 0,228. Dengan asumsi semua
variabel independen lainnya tetap konstan, hal ini menunjukkan jumlah dimana nilai rata-
rata variabel dependen (kinerja) diproyeksikan akan bervariasi ketika variabel Beban Kerja
meningkat satu unit. Jika variabel Beban Kerja dinaikkan sebesar satu satuan, maka rata-
rata kinerja karyawan PPA Lainnya di Rumah Sakit BUMN diproyeksikan naik sebesar
0,228, sesuai dengan nilai positif tersebut.
5. Variabel Motivasi Kerja memiliki koefisien regresi sebesar 0,390. Jika semua variabel
independen lain nilainya tetap, hal ini menunjukkan seberapa besar kenaikan satu satuan
pada variabel Motivasi Kerja diprediksi akan berdampak pada nilai rata-rata variabel
dependen (kinerja). Peningkatan satu satuan pada variabel Motivasi Kerja diperkirakan
akan menghasilkan kenaikan rata-rata kinerja sebesar 0,390 untuk tenaga PPA Lainnya di
Rumah Sakit BUMN, sesuai dengan angka yang positif ini.
Hasil Uji t Parsial
(Manurung, Situmeang, Ginting, & Pardede, 2015) menyatakan bahwasanya nilai t
digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial dari empat variabel independen terhadap
variabel dependen yaitu motivasi kerja (X4), kelelahan kerja (X1), stres kerja (X2), dan beban
kerja (X3). Apakah faktor-faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
kinerja (Y) atau tidak, dengan tingkat kesalahan 5%. Kolom signifikansi untuk setiap variabel
independen diperiksa untuk melakukan pengujian ini, yang mensyaratkan tingkat signifikansi
kurang dari 0,05. Tabel berikut ini menampilkan hasil uji-t :
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia
2374 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Tabel 4. Hasil Uji t (Parsial)
Coefficients
a
Model
Unstandardized
coefficients
Standardized
coefficients
t
Sig
B
Std.
Error
Betta
Constant
16.281
.2.467
6.599
.000
Kelelahan
kerja
0,62
.218
.025
.283
.778
Stress
kerja
-591
.212
-563
-2.792
.007
Beban
kerja
.228
.224
215
1,015
.315
Motivasi
kerja
.390
.153
311
2.547
.014
a. Dependent variable : kinerja
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2024
Hal ini dijelaskan dengan melihat baris, kolom t, dan sig pada tabel di atas :
Pengaruh Kelelahan Kerja terhadap Kinerja tenaga PPA Lainnya di RSUD SOE
Variabel kelelahan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja tenaga
PPA Lainnya di RSUD SOE. Hal ini terlihat dari signifikan kelelahan kerja (X1) 0,778 >
0,05. Selain itu nilai t
tabel
= t (α/2;n-k-1 = t (0,05/2 ; 58-4-1) = (0,025 ; 53) = 2,006. Berarti
nilai t
hitung
(0,283) < t
tabel
(2,006), maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga hipotesis yang
berbunyi tidak ada pengaruh kelelahan kerja terhadap kinerja tenaga PPA Lainnya di RSUD
SOE secara parsial diterima. yang artinya variabel kelelahan kerja (X1) tidak signifikan secara
statistik dalam mempengaruhi variabel kinerja (Y) tenaga PPA Lainnya di RSUD SOE.
Hasil studi ini sejalan dengan studi yang dilaksanakan oleh Basalamah (2021), tentang
pengaruh kelelahan kerja, stres kerja, motivasi kerja dan beban kerja terhadap kinerja perwat
di RSUD Makasar. Hasil studinya menunjukkan bahwasanya uji statistik menggunakan
regresi logistik memberikan nilai r = 0.156 dan nilai p = 0.122. Berdasarkan hasil uji tersebut,
tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara kelelahan kerja dan kinerja perawat di
rumah sakit tersebut. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah pasien yang berkurang dan
dibatasi selama masa pandemi COVID-19, sehingga perawat tidak terlalu merasakan
kelelahan kerja seperti masa sebelum pandemi. Sedangkan, kelelahan kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja tenaga PPA Lainnya di RSUD SOE, terdapat beberapa
kemungkinan yang dapat menjelaskan mengapa tidak ada pengaruh signifikan yang terlihat.
Kemungkinan pertama adalah bahwasanya tenaga PPA Lainnya telah terbiasa dengan
Pengaruh Kelelahan Kerja Stres Kerja Beban Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Tenaga Profesional Pemberi Asuhan Lainnya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2375
tuntutan pekerjaan dan telah mengembangkan strategi untuk mengelola kelelahan mereka
dengan baik, seperti beristirahat cukup dan mengatur pola makan yang sehat. Meskipun
mengalami kelelahan, motivasi dan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas mungkin
membuat kinerja mereka tetap baik. Dukungan organisasi dan lingkungan kerja yang baik
dapat membantu mengurangi dampak kelelahan pada kinerja. Terdapat juga faktor-faktor lain
yang mungkin lebih dominan dalam mempengaruhi kinerja, seperti kepuasan kerja atau gaya
kepemimpinan. Selain itu, jenis pekerjaan yang dilaksanakan mungkin tidak terlalu berat
secara fisik atau mental, sehingga kelelahan yang dialami tidak cukup signifikan untuk
mempengaruhi kinerja. kinerja dan kesehatan mereka.
Studi yang dilakukan oleh (Noor, Alfiannor, & Dewi, 2022) menunjukkan temuan yang
berbeda dengan studi yang dilaksanakan di RSUD SOE. Dalam studi tersebut, Alfiannor
menemukan bahwasanya kelelahan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan di PT. Smart Refinery Tarjun. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh konteks
lingkungan kerja yang berbeda antara rumah sakit (RSUD SOE) dan perusahaan swasta (PT.
Smart Refinery Tarjun). Lingkungan kerja di perusahaan swasta mungkin memiliki dinamika
yang berbeda, seperti tekanan kerja yang lebih tinggi, target kinerja yang ketat, atau
kurangnya dukungan organisasi dalam mengelola kelelahan kerja. Sebaliknya, di RSUD SOE,
faktor-faktor seperti dukungan organisasi atau kebiasaan yang terbentuk dalam mengelola
kelelahan kerja mungkin berkontribusi pada ketidaksignifikan pengaruhnya terhadap kinerja
tenaga PPA.
Pengaruh Stress Kerja terhadap Kinerja tenaga PPA Lainnya di RSUD SOE
Kinerja karyawan PPA lainnya di Rumah Sakit BUMN secara signifikan dipengaruhi
oleh elemen stres kerja. Nilai kelelahan kerja (X2) yang signifikan sebesar 0,007 < 0,05
menunjukkan hal ini.
Selanjutnya, t tabel = t (α/2; n-k-1), yang sama dengan t (0,05/2; 58-4-1), sama dengan
(0,025; 53) = 2,006. Penerimaan hipotesis secara parsial bahwasanya stres kerja berpengaruh
terhadap kinerja tenaga PPA lainnya di Rumah Sakit BUMN menunjukkan bahwasanya
variabel stres kerja (X2) signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel kinerja (Y)
tenaga PPA lainnya di Rumah Sakit BUMN, karena nilai t hitung (2.792) > t tabel (2.006).
Oleh karena itu, H0 ditolak dan H1 diterima.
Konsisten dengan studi lain, penelitian ini menemukan hal yang sama (2021) di RSUD
Kota Makassar, para peneliti menemukan bahwasanya kinerja perawat berkorelasi positif dan
signifikan dengan tingkat stres kerja. Secara khusus, mereka menemukan bahwasanya tingkat
stres kerja perawat paling tinggi ketika mereka diberi otonomi yang besar dalam pekerjaan
mereka dan ketika mereka diharuskan untuk menghadapi kejadian baru atau tidak terduga.
Perawat melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi ketika mereka menghadapi situasi yang
tidak terduga atau merasa dibatasi dalam kemampuan mereka untuk bekerja secara mandiri.
Masalah-masalah di luar pekerjaan dapat memperkuat efek negatif dari stres terhadap
kemampuan perawat untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Stres dalam pekerjaan
di Rumah Sakit BUMN mempengaruhi kinerja PPA dalam beberapa hal, termasuk yang
melibatkan pikiran, perasaan, interaksi dengan rekan kerja, dan bahkan tubuh mereka. Sebagai
poin pertama, stres dalam pekerjaan dapat menambah ketegangan emosional dan mental pada
pekerja PPA, yang mengarah pada kekhawatiran, ketegangan, dan kesedihan yang dapat
mengganggu pekerjaan mereka. Selain itu, mereka mungkin mengalami gangguan kognitif
yang menyulitkan mereka untuk melaksanakan tugas secara efisien, seperti kehilangan
ingatan atau kesulitan dalam mengambil keputusan. Lebih jauh lagi, gangguan emosional
yang disebabkan oleh stres kerja, seperti pesimisme atau kelelahan emosional, dapat
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia
2376 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
mengurangi motivasi dan kegembiraan dalam bekerja. Selain itu, stres juga berpotensi
memengaruhi hubungan mereka dengan pasien dan rekan kerja, yang pada gilirannya dapat
menghambat kolaborasi dan standar perawatan yang diberikan. Secara fisik, mereka mungkin
mengalami masalah tidur, masalah pencernaan, atau sistem kekebalan tubuh yang melemah
sebagai akibat dari stres kerja kronis, yang pada gilirannya berdampak pada kesehatan dan
produktivitas mereka secara umum.
Sebaliknya, penelitian Sofyan (2019) di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa
Timur III di Malang tidak menemukan adanya hubungan antara stres kerja dan kinerja
karyawan. Rumah Sakit BUMN dan Kanwil Ditjen Pajak memiliki lingkungan kerja yang
cukup berbeda, yang merupakan salah satu kemungkinan penyebab perbedaan ini. Korelasi
antara stres kerja dan produktivitas bisa jadi lebih atau kurang kuat tergantung pada kondisi
spesifik kantor pajak. Bagaimana stres dikelola dan pengaruhnya terhadap produktivitas dapat
bervariasi tergantung pada sifat pekerjaan, misalnya, antara kantor pajak dan rumah sakit.
Penjelasan lain yang mungkin untuk perbedaan temuan antara kedua situs adalah bahwasanya
budaya, gaya manajemen, dan dinamika interpersonal kedua organisasi berbeda.
Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja tenaga PPA Lainnya di RSUD SOE
Di Rumah Sakit BUMN, kinerja anggota staf PPA lainnya tidak terpengaruh oleh
variabel beban kerja. Signifikansi beban kerja (X3) 0.315 > 0.05 menunjukkan hal ini benar.
Selain itu, nilai t pada tabel adalah 2.006, yang sama dengan t(α/2; n-k-1) dipangkatkan
0.05 dibagi 58-4-1, atau (0.025; 53). Hal ini menunjukkan bahwasanya nilai t hitung (1,015)
lebih kecil dari nilai t tabel (2,006), yang berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Oleh karena itu,
hipotesis yang menyatakan bahwasanya tenaga PPA lain di Rumah Sakit BUMN terhadap
kinerja diterima secara parsial, yang mengindikasikan bahwasanya variabel beban kerja (X3)
tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap variabel kinerja (Y).
Temuan dari studi ini konsisten dengan penelitian Jannah (2021). Menurut temuannya,
beban kerja pegawai PDAM Tirta Darha Kota Kediri tidak memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap kinerjanya. Studi ini menemukan bahwasanya beban kerja tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja petugas PPA di PDAM Tirta Darha Kota Kediri dan RSUD
BUMN, meskipun beban kerja merupakan komponen yang umum dipertimbangkan dalam
menentukan kinerja karyawan. Kemungkinan penyebabnya antara lain adaptasi karyawan
yang kurang terhadap tuntutan pekerjaan, taktik manajemen tanggungan kerja yang kurang
efektif, atau adanya faktor lain yang lebih kuat pengaruhnya terhadap kinerja.
Namun demikian, menurut Rolos (2018), terdapat korelasi yang jelas antara beban kerja
dan kinerja karyawan di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Manado Kota. Potensi kinerja pekerja
dipengaruhi secara negatif oleh peningkatan tanggungan kerja dan secara positif dipengaruhi
oleh penurunan tanggungan kerja. Tanggungan kerja seperti sistem pencapaian target,
pembuatan brosur penjualan, dan pembinaan dan bimbingan calon agen baru diketahui
memiliki pengaruh tersebut. Beban kerja merupakan salah satu dari beberapa faktor yang
secara signifikan mempengaruhi kinerja karyawan di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Manado
Kota, namun demikian, penelitian ini tidak menjelaskan semua faktor yang secara signifikan
mempengaruhi kinerja. Produktivitas pekerja dapat terpukul ketika mereka berada di bawah
tekanan konstan, yang pada gilirannya menyebabkan gangguan, kelelahan, dan stres. Hasil
dan kualitas pekerjaan dapat menurun sebagai akibatnya. Membebani pekerja dengan terlalu
banyak pekerjaan dapat berdampak negatif pada produktivitas mereka karena stres,
fragmentasi perhatian, dan kelelahan yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, untuk mencapai
kinerja puncak, manajemen harus memperhatikan metode untuk mengelola tanggungan kerja
karyawan.
Pengaruh Kelelahan Kerja Stres Kerja Beban Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Tenaga Profesional Pemberi Asuhan Lainnya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2377
Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja tenaga PPA Lainnya di RSUD SOE
Kinerja karyawan PPA lainnya di Rumah Sakit BUMN dipengaruhi secara signifikan
oleh elemen motivasi kerja. Nilai insentif kerja (X4) yang cukup besar yaitu 0,014, yang lebih
kecil dari 0,05, menunjukkan hal ini dengan jelas.
Selain itu, nilai t pada tabel adalah 2.006, yang sama dengan t(α/2; n-k-1) yang
dipangkatkan 0.05 dibagi 58-4-1, atau (0.025; 53). Hipotesis yang menyatakan bahwasanya
motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja tenaga PPA lainnya di Rumah Sakit BUMN
secara parsial dapat diterima karena nilai t hitung (2,547) > t tabel (2,006). Hal ini
menunjukkan bahwasanya variabel motivasi kerja (X4) signifikan secara statistik dalam
mempengaruhi variabel kinerja (Y) tenaga PPA lainnya di Rumah Sakit BUMN, dan kami
menolak H0 dan menerima H1.
Hasil ini konsisten dengan hasil studi Mahardika (2013), yang juga menemukan
bahwasanya motivasi intrinsik berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT Axa
Financial Indonesia. Motivasi kerja, baik yang berasal dari dalam diri (intrinsik) maupun dari
luar (ekstrinsik), dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap kinerja. Motivasi kerja
merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kinerja personil PPA, menurut studi yang
dilaksanakan di Rumah Sakit BUMN. Singkatnya, hasil studi ini menunjukkan bahwasanya
salah satu hal terpenting yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja PPA di RSUD
BUMN dan tempat kerja lainnya adalah dengan memperhatikan dan memupuk keinginan
mereka untuk bekerja. Metode yang sangat baik untuk mencapai cita-cita organisasi dan
meningkatkan kualitas layanan adalah dengan berusaha meningkatkan motivasi staf.
Sebaliknya, penelitian Putra (2021) menemukan bahwasanya dorongan intrinsik tidak
memiliki dampak yang nyata terhadap produktivitas di tempat kerja. Hal ini menunjukkan
adanya perbedaan temuan antara studi yang dilakukan oleh Mahardika (2013) dan Putra
(2021) di Rumah Sakit BUMN. Faktor-faktor seperti budaya organisasi, praktik manajemen
sumber daya manusia, dan sifat-sifat karyawan tertentu mungkin menjelaskan perbedaan hasil
ini. Hal ini menyoroti pentingnya memperhitungkan keadaan dan sifat unik dari bisnis dan
individu ketika mencoba memahami hubungan antara motivasi intrinsik dan efektivitas di
tempat kerja. Kompleksitas hubungan antara motivasi kerja dan kinerja karyawan disoroti
oleh beragamnya hasil studi. Hal ini menyoroti perlunya mempertimbangkan keseluruhan
konteks ketika mengembangkan teknik untuk meningkatkan kinerja melalui motivasi intrinsik
di berbagai jenis organisasi dan lingkungan kerja.
Hasil Uji F Simultan
Uji F dapat digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan dari faktor-faktor
independen terhadap variabel dependen (Y), seperti yang dinyatakan oleh Perdede &
Manurung (2014:28). Jika variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen secara
bersama-sama. Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel, kita dapat menentukan
apakah model yang kita buat sudah tepat. Dengan memeriksa Ftabel = f(k; n-k), kita dapat
menentukan apakah model regresi akurat dan apakah pengaruhnya substansial jika nilai F
hitung lebih besar dari F tabel. Dengan margin of error 5%, F dihitung sebagai (4;58 - 4), dan
F tabel adalah (4;54) = 2,543. Hasil uji F ditampilkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 5 Hasil Uji F Simultan
Anova
a
Model
Sum of square
Df
Mean square
F
Sig
1
Regresion
109.785
4
27.446
6.114
.000
b
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia
2378 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Residual
237.939
53
4.489
Total
347.724
57
a. Dependent variable : kinerja
b. Predictors : (constant), motivasi kerja, beban kerja, kelelahan kerja, stres kerja
Sumber : data primer setelah diolah, 2024
Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel di atas, dan terlihat jelas bahwasanya nilai F
hitung sebesar 6,114 lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,543. Hal ini berarti 6,114 > 2,543,
dan tingkat signifikansinya adalah 0,000, yang lebih kecil dari 0,05. Oleh karena itu, kita
dapat menolak H0 dan menerima H1. Hal ini membawa kita pada kesimpulan bahwasanya
kinerja tenaga PPA lainnya di Rumah Sakit BUMN Kabupaten Timor Tengah Selatan
dipengaruhi secara signifikan oleh variabel kelelahan kerja (X1), stres kerja (X2), beban kerja
(X3), dan motivasi kerja (X4) secara bersama-sama.
Pada Rumah Sakit BUMN di Kabupaten Timor Tengah Selatan, kinerja karyawan PPA
dipengaruhi oleh kombinasi dari kelelahan kerja (X1), stres kerja (X2), beban kerja (X3), dan
motivasi kerja (X4), sesuai dengan hasil uji F. Nilai F hitung yang diperoleh sebesar 6,114
lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,543. Variabel-variabel ini tampaknya menjelaskan
sebagian besar varians dalam data kinerja pekerja PPA. Lebih lanjut, dengan alpha 0,05,
tingkat signifikansi yang dicapai adalah 0,000, yang secara signifikan lebih rendah. Hasilnya
sangat signifikan dari sudut pandang statistik. Oleh karena itu, kami menerima H1-
bahwasanya motivasi kerja, beban kerja, stres kerja, dan kelelahan kerja, semuanya
berpengaruh terhadap kinerja pekerja PPA-dan menolak H0-bahwasanya faktor-faktor
tersebut tidak berpengaruh. Dengan demikian, cukup beralasan untuk menyimpulkan
bahwasanya kinerja PPA Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Timor Tengah
Selatan secara signifikan dipengaruhi oleh interaksi antara kelelahan kerja, stres kerja, beban
kerja, dan motivasi. Dalam rangka meningkatkan kualitas kerja dan produktivitas pekerja PPA
di lingkungan rumah sakit, sangat penting untuk mengendalikan aspek-aspek ini secara
efektif, seperti yang ditunjukkan oleh data ini.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sejauh mana model dapat menjelaskan varians yang diamati dalam variabel dependen
secara efektif diukur dengan koefisien determinasi (R2). Nilai 0 dan 1 adalah koefisien
determinasi. Ketika nilai R2 rendah, hal ini menunjukkan bahwasanya variabel-variabel
independen hanya dapat menjelaskan sebagian kecil dari variasi variabel dependen. Ketika
angkanya mendekati satu, ini menunjukkan bahwasanya variabel-variabel independen secara
praktis mencakup semua basis ketika datang untuk memprediksi perubahan dalam variabel
dependen. Hasil uji R2, yang mengukur koefisien determinasi, ditampilkan pada tabel di
bawah ini :
Tabel 6 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model
R
R square
Adjusted R square
Std. Error of the estimate
1
562
a
.316
.264
2.119
a. Predistors : (constant) motivasi kerja, beben kerja, kelelahan kerja, stress kerja
Sumber : data primer setelah diolah, 2024
Adjusted R squared sebesar 0,264 yang merupakan koefisien determinasi (R2 ), seperti
yang terlihat pada tabel di atas. Hal ini mengindikasikan bahwasanya faktor-faktor
independen dalam studi ini hanya menjelaskan 26,4% dari variasi variabel dependen,
sedangkan variabel lain menjelaskan sisanya sebesar 73,6% (1 - 0,264).
.
Pengaruh Kelelahan Kerja Stres Kerja Beban Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Tenaga Profesional Pemberi Asuhan Lainnya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2379
KESIMPULAN
Uji t secara parsial menunjukkan bahwasanya kinerja karyawan PPA lainnya di Rumah
Sakit BUMN dipengaruhi secara signifikan dan agak dipengaruhi oleh variabel stres kerja.
Hasil studi menunjukkan hal ini dengan koefisien regresi negatif sebesar -0,591, nilai
signifikansi 0,007 < 0,05, dan nilai t hitung -2,792 < -t tabel -2,006. Sementara itu, perbedaan
kinerja petugas PPA secara parsial dipengaruhi oleh variabel motivasi kerja di Rumah Sakit
BUMN. Hal ini didukung oleh koefisien regresi yang bernilai positif sebesar 0,390, nilai t
hitung sebesar 2,547 > t tabel 2,006, dan nilai signifikansi sebesar 0,014 < 0,05. Kinerja
karyawan PPA lainnya di Rumah Sakit BUMN tidak terpengaruh, setidaknya sebagian, oleh
kelelahan kerja dan beban kerja. Pada saat yang sama, karyawan PPA lainnya di Rumah Sakit
BUMN ditemukan secara signifikan dipengaruhi oleh kombinasi kelelahan kerja, stres kerja,
beban kerja, dan motivasi kerja, sesuai dengan temuan uji F simultan. Sebagai buktinya,
perhatikan hal-hal berikut: nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai F sebesar 6,114 > 2,543
pada tabel F. Nilai adjusted R-squared sebesar 0,264, atau 26,4%, juga ditunjukkan pada hasil
uji koefisien determinasi. Dengan demikian, variabel lain yang tidak dibahas dalam studi ini
menjelaskan 73,6% variasi variabel dependen (kinerja tenaga PPA lainnya di Rumah Sakit
BUMN), sedangkan kelelahan kerja, stres kerja, beban kerja, dan motivasi hanya menjelaskan
26,4%.
Stres kerja memiliki pengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap kinerja
tenaga PPA Lainnya di RSUD SOE, sedangkan motivasi kerja memiliki pengaruh positif dan
signifikan secara parsial. Sementara itu, kelelahan kerja dan beban kerja tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap kinerja tenaga PPA Lainnya di RSUD SOE. Hasil uji F
simultan menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap kinerja tenaga PPA Lainnya di RSUD SOE. Selain itu, koefisien
determinasi menunjukkan bahwa variabel independen dapat menjelaskan sekitar 26,4%
variasi kinerja tenaga PPA Lainnya, sementara sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dibahas dalam penelitian ini. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stres kerja
dan motivasi kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja tenaga PPA Lainnya
di RSUD SOE, sementara kelelahan kerja dan beban kerja tidak signifikan secara parsial.
BIBLIOGRAFI
Astuti, Rini, Lesmana, Oki Prima Anugrah, & Prima, Oki. (2018). Pengaruh Motivasi dan
Beban Kerja terhadap Kinerja Perawat pada Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan.
Jurnal Ilman, 6(2), 4250.
Azwar, S., & Pelajar, Pustaka. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Barahama, Kifly Franco, Katuuk, Mario, & Oroh, Wenda M. (2019). Hubungan beban kerja
dengan kepuasan kerja perawat di ruangan perawatan dewasa rsu gmim pancaran kasih
manado. Jurnal Keperawatan, 7(1).
Baroka, Siti, Pondaag, Linnie, & Hamel, Rivelino. (2017). Hubungan Kelelahan Kerja
Perawat dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruangan Irina C RSUP
Prof. Dr. RD Kandou Manado. JURNAL KEPERAWATAN, 5(1).
Dwi, Kartika Sari. (2017). Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat di Rawat Inap.
Elizar, Erma. (2019). Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja Dan Kepuasan Kerja Terhadap
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia
2380 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud Datu Beru Takengon Tahun 2019. Institut
Kesehatan Helvetia.
Fatikhin, Ferdian, Hamid, Djamur, & Mukzam, M. Djudi. (2017). Pengaruh Konflik Kerja
Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Cabang Soekarno Hatta Malang) (Vol. 47). Brawijaya University.
Hakman, Hakman, Suhadi, Suhadi, & Yuniar, Nani. (2021). Pengaruh Beban Kerja, Stres
Kerja, Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pasien Covid-19. Nursing Care and
Health Technology Journal (NCHAT), 1(2), 4754.
Kartika, Hayu, & Hastuti, Tri. (2011). Analisa Pengaruh Sikap Kerja 5S dan Faktor
Penghambat Penerapan 5S Terhadap Efektivitas kerja Departemen Produksi di
Perusahaan Sepatu. Jakarta: Jurnal Ilmiah PASTI, 1, 4754.
Khoirunnisa, Giri Arum, Nurmawaty, Dwi, Handayani, Rini, & Vionalita, Gisely. (2021).
Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Umum Holistic Purwakarta. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 2(01), 110.
Maladewi, Maladewi, Kurniati, Tri, & Sulaeman, Suhendar. (2022). Pengaruh Fungsi
Kepimpinan dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja dan Berdampak kepada
Kinerja Perawat Pelaksana. Jurnal Keperawatan, 14(3), 775784.
Manurung, Posman, Situmeang, Rudy, Ginting, Ediman, & Pardede, Indra. (2015). Synthesis
and characterization of titania-rice husk silica composites as photocatalyst. Indonesian
Journal of Chemistry, 15(1), 3642.
Mardiasmo, M. B. A. (2016). PERPAJAKANEdisi Terbaru. Penerbit Andi.
Mudayana, Ahmad Ahid. (2020). Pengaruh motivasi dan beban kerja terhadap kinerja
karyawan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 4(2), 24851.
Noor, Muhammad Irwan Khairin, Alfiannor, Alfiannor, & Dewi, Tusiana. (2022). Analisis
Kepuasan Konsumen (Studi Komparatif Pembelian Makanan Melalui Offline dan Online
di Rumah Makan Wong Solo Banjarmasin). Seminar Nasional Sistem Informasi
(SENASIF), 6, 35403546.
Ramli, Herawati, & Tamsah, Hasmin. (2016). Pengaruh Konflik Peran Ganda, Beban Kerja
Dan Kelelahan Kerja (Burnout) Dengan Kinerja Perawat Wanita di RSUD I Lagaligo
Kabupaten Luwu Timur. Jurnal Mirai Management, 1(1), 119135.
SAKIT, KOMISI AKREDITASI RUMAH. (2018). Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta.
Sekaran, Uma, & Bougie, Roger. (2013). Edisi 6. Research Methods for Business.
Setyawati, Karlina. (2010). Studi eksploratif mengenai faktor-faktor penyebab dan dampak
sosial kekerasan dalam pacaran (dating violence) di kalangan Mahasiswa.
Simamora, Tohol, Harapan, Edi, & Kesumawati, Nila. (2020). Faktor-faktor determinan yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan
Supervisi Pendidikan), 5(2), 191205.
Suma’mur, P. K. (2017). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (HIPERKES).
Widodo, Panggah, Sulisno, Madya, & Suryawati, Chriswardani. (2020). Pengaruh penerapan
perilaku syariah dalam pelayanan keperawatan, beban kerja, dan kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja perawat di rumah sakit. LINK, 16(1), 2330.
Zainaro, Muhammad Arifki. (2017). Pengaruh sarana prasarana, pendidikan dan masa kerja
perawat terhadap kepuasan kerja dan kinerja perawat di ruang rawat inap rumah sakit
umum daerah dr. A. Dadi tjokrodipo bandar lampung. Holistik Jurnal Kesehatan, 11(1),
3441.
Pengaruh Kelelahan Kerja Stres Kerja Beban Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Tenaga Profesional Pemberi Asuhan Lainnya
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2381
Copyright holder:
Gundrad Amisai Taneo, Achmad Fauzi, Rustanto, Yumiansi Minovia (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: