How to cite:
Hesti Perwatih (2024) Aspirasi Karir Bagi Remaja SMK, (06) 05, https://doi.org/10.36418/syntax-
idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
ASPIRASI KARIR BAGI REMAJA SMK
Hesti Perwatih
Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
Abstrak
Aspirasi karir meruoakan salah satu pilihan karir tertentu yang diiginkan individu pada tahap
perkembangan karirnya atau bisa juga disebut sebagai keinginan individu untuk memiliki
pekerjaan pada bidang yang mereka minati. Pentingnya aspirasi karir bagi remaja agar mereka
dapat memutuskan atau menjatuhkan pilihan pada karir sejak dini, agar tidak ada kebingungan
dalam memutuskan arah karir remaja tersebut di kemudian hari. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana aspirasi karir bagi remaja yang menenpuh Pendidikan di tingkat
SMK, mengingat tingkat SMK adalah Pendidikan lanjutan tingkat atas yanng sudah memiliki
spesifikasi jurusan sesuai dengan minat yang mereka miliki. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif deskriftif, yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Teknik
Pengumpulan data menggunakan cara trianggulasi atau gabungan. Data dikumpulkan dengan
observasi, wawancara, dokumentasi. Dari hasil penelitian menunjukkan ada beberapa factor
yang mempengaruhi aspirasi karir remaja SMK yaitu, factor lingkungan sekitar (Keluarga,
social), factor Pendidikan orang tua, factor bakat yanng dimiliki, factor trauma dengan
keluarga.
Kata kunci: karir, remaja, aspirasi karir.
Abstract
Career aspiration is one of the specific career choices that individuals desire at this stage of
their career development or can also be referred to as an individual's desire to have a job in
their field of interest. The importance of career aspirations for adolescents so that they can
decide or make choices on careers early, so that there is no confusion in deciding the career
direction of these teenagers in the future. The purpose of this study is to find out how career
aspirations for adolescents who have education at the vocational level, considering that the
vocational level is upper level further education that already has major specifications
according to the interests they have. This research uses a descriptive qualitative approach,
which is a research method used to examine natural object conditions where researchers are
the key instrument. Data collection techniques use trianggulation or combined methods. Data
are collected by observation, interviews, documentation. From the results of the study, it
shows that there are several factors that affect the career aspirations of vocational school
adolescents, namely, environmental factors (family, social), parental education factors, talent
factors that are owned, trauma factors with family.
Keywords: career, youth, career aspirations
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Hesti Perwatih
2244 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
PENDAHULUAN
Pesatnya laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada dekade terakhir
telah menggiring sebuah perubahan besar yang mempengaruhi perilaku masyarakat. Ledakan
informasi di era globalisasi ternyata berdampak pada perubahan perkembangan karier
masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan karier individu adalah
aspirasi karier. Pada era ini, aspirasi karier masyarakat juga telah mengalami pergeseran
paradigma. Paradigma lama didominasi pandangan bahwa karier lebih berorientasi pada aspek
keamanan, mulai dari keamanan jabatan kerja sampai pada keamanan ekonomi. Sedangkan
paradigma baru lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kenyamanan dalam bekerja. Individu
cenderung memilih kariernya berdasarkan rasa nyaman, tanpa tekanan dan sesuai dengan
gairah hidupnya. Hal tersebut berdampak dengan munculnya kondisi yang membuat para
remaja tersebut tidak terlalu merencanakan aspirasi karirnya dengan baik, sehingga
menyebabkan remaja tersebut masih menyimpan kebingung terhadap aspirasi karirnya
tersebut walaupun mereka sudah berada pada Pendidikan tingkatan SMA/SMK.
Sehubungan dengan fenomena kurangnya pemahaman aspirasi karier pada remaja
tersebut, dalam sebuah kesempatan penulis mencoba untuk berbincang dengan beberapa
remaja mengenai aspirasi karirnya, dan hasilnya banyak dari remaja tersebut menjawab
aspirasi karirnya dengan jawaban yang sifatnya umum, seperti “ingin menjadi orang yang
lebih baik”, “ingin sukses”, “ingin bekerja di perusahaan yang besar (namanya)”. Berdasarkan
jawaban-jawaban singkat itu membuat peneliti berasumsi jika aspirasi karir remaja tersebut
belum terbentuk atau terencana dengan baik. Jika didasarkan pada teori erikson, dimana tahap
ke 5 dari 8 tahap perkembangan adalah identity versus identity confusion. Pada tahap ini
terjadi pada saat fase remaja. Pada tahap ini individu dihadapkan pada pertanyaan siapa
mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka akan menuju dalam hidupnya. Pada
fase ini remaja seharusnya dapat mengeksplorasi peran yang berbeda, dan jika dalam proses
eksplorasi tersebut dilalui dengan cara yang sehat maka suatu identitas yang positif akan
terbentuk dan hal ini akan berpengaruh dalam hal merencanakan aspirasi karir remaja
tersebut.
Fase remaja merupakan fase peralihan dari masa kanak-kanak sebelum lanjut
memasuki tahap kedewasaan. Dalam hal ini, menurut Winkel salah satu tugas perkembangan
remaja adalah mencapai kematangan dalam pilihan karier remaja tersebut yang nantinya akan
dikembangkan lebih lanjut dalam memasuki fase dewasa (Hadi, 2013). Aspek karir
merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan oleh seseorang. Salah satu aspek
dalam karir yang juga memiliki peran besar bagi perkembangan karir remaja adalah aspirasi
karir.Aspirasi dapat didefinisikan sebagai suatu keinginan atau tekad menuju ke arah yang
lebih baik dalam mencapai impian agar sukses di masa depan (Riant Nugroho, 2018).
Adapun aspirasi karir merupakan keinginan atau ambisi untuk mendapatkan pekerjaan di
bidang pekerjaan yang diminati (Sari, Setyawan, Retnowati, & Pratiwi, 2019). Aspirasi karir
adalah suatu pemahaman individu menuju tujuan karir yang diinginkan sesuai keadaan atau
harapan yang diinginkannya (Kadafi & Ambarsari, 2016). Santrock mengidentifikasi ciri
aspirasi karir sebagai individu-individu yang sudah siap ketika ingin menentukan kariernya,
yang mana remaja akan dihadapkan pada penentuan siapa mereka, keadaan mereka, dan
Aspirasi Karir Bagi Remaja SMK
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2245
kemana arah hidup mereka (Sari et al., 2019). Kemudian Baker menjelaskan aspirasi karir
dipandang sebagai cerminan dari efikasi diri, dalam hal ini mencakup efikasi dalam
pengambilan keputusan karir dan mediator penting motivasi dan pengembangan karir (Akbar
& Hamzah, 2022). Aspirasi karir ikut mempengaruhi individu dalam menentukan tindakan
yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan atau keberhasilan seseorang, termasuk di
dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi (Sa’idah, Atmoko, & Muslihati,
2021).
Beberapa paparan tersebut di atas menyatakan bahwa aspirasi karir merupakan hal
penting yang harus dimiliki oleh remaja apalagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Dimana seharunya dengan memilih sekolah vokasi, mereka sudah memiliki aspirasi karir
yang baik, karena dengan demikian peserta didik SMK akan mampu termotivasi memiliki
untuk mewujudkan cita cita yang diharapkan oleh peserta didik itu sendiri. Aspirasi karir juga
dapat mengarahkan remaja agar bisa melakukan usaha yang maksimal dalam menyiapkan
kehidupan karirnya kelak. Beberapa penelitian juga memperkuat bahwa aspirasi karir
memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan seseorang. Hasil penelitian menemukan
bahwa aspirasi karir mampu meningkatkan kepercayaan diri (Li, Yuan, Geng, Li, & Sheng,
2021) mampu menjadi titik fokus pada konsep diri (Andreassen et al., 2016), serta mampu
meningkatkan regulasi diri (Dewi, Haryanto, & De Yong, 2018).
Namun pada kenyataannya kondisi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang telah
dipaparkan diatas karena seringkali ditemukan realita yang kontradiktif. Masih banyak remaja
yang belum mempunyai aspirasi karir yang baik dan matang. Adanya perbedaan keinginan
antara siswa dan orang tua juga terkadang membuat aspirasi karir remaja tersebut tidak
terarah dengan baik. Orang tua terkadang memaksakan harapannya yang kurang bisa diterima
oleh remaja itu sendiri. Apabila melihat temuan hasil penelitian yang telah dilakukan
mengungkap bahwa keluarga pada dasarnya berperan besar dalam membentuk aspirasi karir
seseorang (Nurhayati, 2012). Terjadinya interaksi atau komunikasi yang baik antara anak dan
orang tua akan memberikan pengenalan aspirasi karir yang relative optimal bagi anak
tersebut. Masalah klasik yang sering terjadi adalah remaja yang merasa bingung untuk
menentukan arah karir yang harus mereka lalui, memilih jurusan pendidikan lanjutan,
menentukan ataupun menjawab cita-cita karir apa yang akan mereka capai, akses yang
cenderung terbatas dalam mendapatkan kesempatan untuk membuat peluang karir yang lebih
menjanjikan, tidak atau sulitnya mendapat informasi pekerjaan, pendidikan lanjutan atau
pelatihan dalam bidang kompetensi tertentu yang harus dipilih setelah menamatkan SMK
nantinya. Adanya rasa solidaritas antar teman kelompok juga dapat mempengaruhi aspirasi
karir remaja tersebut.
METODE PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini yaitu peserta didik yang saat ini berada di kelas X dan XI di
SMKN 2 Penajam Paser Utara. Subjek ditetapkan berdasarkan kriteria berikut:
1. Peserta didik kelas X atau kelas XI di SMKN 2 Penajam Paser Utara baik laki-laki maupun
perempuan.
2. Subjek memiliki kedekatan emosional dengan peneliti.
Hesti Perwatih
2246 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
3. Subjek bersedia berpartisipasi dalam penelitian
Untuk memudahkan memasuki setting penelitian, maka peneliti mula-mula akan
berbincang mengenai pembahasan pembahasan umum kemudian menjelaskan maksud dan
tujuan peneliti kepada subyek, memberikan gambaran apa yang hendak dilakukan dan
kemungkinan kemungkinan pertemuan yang berulang kali apabila dirasa ada data yang akan
hendak digali lagi. Setelah maksud dan tujuan dipahami oleh, barulah akan memulai
mengumpulkan data yang diperlukan, tentunya dengan tetap membina hubungan baik yang
telah terjalin (Sigit Nugroho & Umanto, 2017).
Teknik Pengumpulan
Data Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah:
teknik utama digunakan indeph interview, sebagai pendukung digunakan observasi dan
analisis dokumen.
Analisis Data
Pola analisis data yang akan digunakan adalah etnografik, yaitu dari catatan lapangan
(field note) kemudian akan dilakukan pengkodean, kategorisasi atau klasifikasi kemudian
disusun secara sistematis dan selanjutnya akan disusun tema-tema berdasarkan hasil analisis
data tersebut. Sebagai bahan pijakan sekaligus pisau analisis bila perlu digunakan teori-teori
yang relevan dan hasil penelitian terdahulu yang mendukung (Vivi Silvia, 2020).
Keabsahan Data
Untuk menghindari kesalahan data yang akan di analisis, maka keabsahan data perlu
diuji dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Pengumpulan data secara terus menerus pada subyek penelitian yang sama.
2. Triangulasi pada sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan, dan bila perlu
3. Pengecekan oleh subyek penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Wawancara yang dilakukan kepada ke -5 informan, pada prinsipnya untuk menggali
data tentang aspirasi karir remaja
Informan 1
I.S (Remaja berusian 16 tahun jurusan Teknik computer jaringan), I.S kesehariannya
dikenal sebagai peserta didik yang berprestasi. Pada awalnya I.S bercita-cita ingin menjadi
dokter, tetapi hal tersebut tidak dilanjutkan dikarenakan informan takut terhadap darah. I.S
kemudian tertarik dengan dunia computer karena keseharian pada masa kecil sudah terbiasa
melihat orang-orang dewasa sekitarnya menggunakan computer dalam bekerja atau
melakukan aktivitas lainnya dan juga melihat kondisi terdahulu saudara-saudara informan
mengambil jurusan TKJ. Ibu informan yang seorang guru juga membuat informan tertarik
untuk melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi selepas lulus smkn. Untuk
kegiatan yang dilakukan selain kegiatan sekolah informan juga mengikuti kegiatan kursus
Bahasa inggris.
Aspirasi Karir Bagi Remaja SMK
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2247
Informan 2
F.I ( Remaja berusia 16 tahun, jurusan design komunikasi Visual), F.I merupakan
peserta didik yang aktiv dalam organisasi intra sekolah (osis), Pada awalnya informan
memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, karena pengalaman masa kecil pernah melihat
beberapa kerabat yang terbantu dengan kehadiran seorang dokter untuk sembuh dari sakit.
Pada saat informan memasuki sekolah SMP, dimana pada saat itu terdapat mata pelajaran
informatika, sejak saat itu informan yang memang senang nermain game menjadi tertarik
untuk memperdalam ilmu tentang IT denga lebih baik lagi. Keseharian informan selain
aktivitas sekolah adalah membantu ayahnya yang merupakan pekerja di bidang bangunan (
pemborong), dalam mengawasi tukang, atau dalam proses membeli bahan -bahan bangunan.
Informan juga menemukan aspirasi karir nya melalui kegiatan tersebut dan berpikir jika IT
akan bisa membuat pekerjaan ayahnya bisa lebih berkembang, contoh untuk bidang bangunan
untuk membuat design dll diperlukam kemampuan atau skill IT yang baik. Basic informan
yang pernah tinggal di pulau jawa juga mempengaruhi aspirasi karir informan tersebut karena
lebih banyak referensi sekolah lanjutan dll. Rencana informan dalam beberapa tahun kedepan
adalah kuliah dengan mengambil jurusan perfilman dan animasi, karena informan merasa
tertarik dengan dunia tersebut. Saat ini informan juga sudah sering mengikuti project-project
pembuatan video atau film pendek untuk keperluan sekolah, dari kegiatan tersebut informan
merasa dapat mengasah bakat yang dimilikinya tersebut. Selain mengikuti kegiatan-kegiatan
project disekolah, informan juga sering belajar atau memperkaya pengetahuan tentang IT
memlaui social media (baik itu youtube atau tiktok). Informan merasa melalui jurusan DKV
ini lingkup pekerjaannya lebih luas
Informan 3
C.L ( Remaja usia 16 tahun, jurusan design komunikasi Visual)
Informan merupakan anak yang diasuh oleh single parents (hanya seorang ibu), Ibu nya
merupakan tenaga honorer dan kondisinya sudah bercerai dengan ayah informan yang saat ini
tinggalnya di luar pulau Kalimantan. Informan mengatakan jika saat ini informan belum
memiliki cita-cita secara konkret, karena setelah lulus SMK masih berpikir ingin membuka
usaha makanan kecil-kecilan dirumah. Kebetulan informan memiliki bakat memasak yang
diturunkan dari nenek informan. Keseharian informan selepas pulang sekolah tidak atau
jarang berkumpul dengan teman-teman sebayanya, informan lebih suka membantu orang tua
mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak dan mengurus kucing (kebetulan
informan menyukai kucing). Untuk cita-cita informan lebih mengarah kepada pekerjaan
kantoran (PNS/Honorer) karena melihat kondisi ibu informan. Selain itu informan tidak bisa
memiliki rencana karir yang lebih dikarenakan ibu informan juga tidak mengizinkan informan
untuk melanjutkan/bekerja di luar kota. Informan juga sebenarnya dulu lebih memilih sekolah
di SMA daripada di SMK, tetapi karena tidak mampu bersaing dalam seleksi masuk SMA
oleh karenanya informan mendaftar di SMK.
Informan 4
Hesti Perwatih
2248 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
R.O (Remaja usia 15 tahun, jurusan perhotelan)
Informan merupakan anak single parent dikarenakan ayahnya telah meninggal dunia.
Informan mempunyai komunikasi yang tidak terlalu dekat dengan saudara dan ibu informan
dikarenakan jarang bertemu, Posisi kakak informan sudah bekerja dan tinggal di tempat
terpisah, sedangkan kondisi ibu informan bekerja menjual makanan, dimana waktu bertemu
dengan informan sering tidak pas (Informan pulang sekolah posisi ibu masih bekerja), jadi
bertemunya hanya pagi itu pun sangat sebentar sekali mengingat informan harus berangkat
kesekolah. Selain kegiatan sekolah informan juga mengikuti kegiatankursus Bahasa inggris
seminggu sebanyak 3 kali, karena informan merasa kemampuan Bahasa inggrisnya sangat
baik. Informan juga sering mengikuti ajang ajang perlombaan yang berhubungan dengan
Bahasa inggri dan beberapa kali mendapat juara pertama. Hal itu dilakukan informan untuk
mengasah kemampuan Bahasa inggrisnya agar terus berkembang. Didasarkan dengan
kemampuan Bahasa inggris yang baik itu lah informan memiliki cita cita bekerja di bidang
pariwisata, karena bidang pariwisata pasti harus memiliki skill salah satunya kemampuan
Bahasa inggris yang baik. Informan saat ini memilih sekolah di jurusan perhotelan. Informan
memilih SMK karena di SMK ada program magang, dan informan sudah memplaningkan
untuk bisa memulai karirnya kelak melaui program magang tersebut dan berharap setelah
magang informan bisa melanjutkan menjadi karyawan di temoat magang tersebut
Informan 5
T.N (Remaja usia 15 tahun, jurusan tata boga)
TN menyatakan memiliki cita-cita menjadi enterpreuner, agar bisa mandiri dan tidak
bergantung dengan orang lain. TN merupakan remaja yang memiliki trauma terhadap
ayahnya, sehingga hubungan TN dengan ayahnya tidak berjalan dengan baik. Disekolah TN
selain melakukan aktivitas belajar juga biasanya berjualan disekolah. Kegiatan TN dirumah
biasanya membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dll.
TN memiliki rencana untuk melanjutkan Pendidikan ke perguruan tinggi jurusan ahli gizi. Ini
yang mendasari informan memilih jurusan tata boga pada saat menjadi peserta didik SMK
saat ini. Informan memiliki rencana jangka Panjang untuk memiliki usaha toko roti atau diet
catering. TN sudah memulai untuk belajar mencari uang sendiri melalui berjualan kosmetik
Pembahasan
Pemilihan karir dan pekerjaan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan remaja.
Karier yang dijalani seseorang akan menentukan gaya dan pola hidupnya (Aryani & Rais,
2017). Hal ini karena karier berkaitan langsung dengan kepentingan ekonomis, status sosial,
dan pemenuhan kebutuhan manusia. Herr dan Cramer (1984) menyebutkan beberapa alas an
yang mendasari seseorang untuk bekerja dan memilih pekerjaan, yaitu (1) kebutuhan untuk
berhubungan dan bersahabat dengan orang lain, (2) ingin memperoleh status sosial untuk diri
dan keluarga, (3) ingin merasa berharga untuk orang lain, (4) ingin merasa dibutuhkan oleh
orang lain, dan (5) ingin memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan.
Pernyataan Herr dan Cramer tersebut sejalan dengan pendapat Maslow (Firosad, 2018) yang
menyatakan bahwa seluruh aktivitas manusia (termasuk dalam memilih karier) dimotivasi
Aspirasi Karir Bagi Remaja SMK
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2249
oleh pemenuhan lima kebutuhan dasar, yakni : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri.
Individu yang memiliki aspirasi karier yang bermakna bagi dirinya akan menciptakan
tujuan yang menantang untuk masa depan mereka (Gregor & O’Brien, 2016). Berdasarkan
data yang telah terhimpun, aspirasi karir dibentuk melalui beberapa factor yaitu :
1. Faktor lingkungan sekitar (lingkungan keluarga, lingkungan social /teman bergaul)
Pertemanan dengan lingkup yang lebih dewasa bisa membuat aspirasi karir remaja
muncul, terlihat dari informan F.R yangn lebih sering menghabiskan waktunya dalam
membantu pekerjaan ayahnya dan sering bergaul dengan rekan-rekan kerja ayahnya
membuat F.R secara mental lebih siap dalam memasuki dunia kerja
2. Faktor Pendidikan orang tua
Orang tua yang berpendidikan akan lebih bisa memberikan sebuah model bagi
seorang anak dalam mengejar atau mengarahkan aspirasi karir anaknya, bisa mengambil
keputusan dan pilihan aspirasi karir yang baik. Terlihat dari I.S yang awalnya ingin
menjadi seorang dokter, tetapi tidak bisa diwujudkan karena I.S tidak bisa melihat darah,
sehingga I.S tetapi bisa merencanakan karir yang lain, yang juga terinspirasi dari
lingkungan keluarganya
3. Faktor bakat yang telah dimiliki
Bakat anak juga mempengaruhi aspirasi karir tersebut, terlihat dari informan R.A
yang sudah amenyadari bakat menonjolnya pada bisang Bahasa inggris dan hal itu yang
membuat R.A memutuskan untuk memilih jurusan perhotelan karena merasa jurusan
kemampuan Bahasa inggrisnya tersebut sangat menunjang dalam bidang perhotelan
tersebut.
4. Faktor trauma dengan keluarga
Tidak ingin bergantung dengan keluarga terlalu lama sehingga berusaha
menrencanakan aspirasi karirnya agar kemandirian secara ekonominya lebih cepat. Adanya
trauma dengan orang tua terutama ayahnya menjadikan T.N sudah verusaha untuk
mencoba mandiri secara ekonomi sejak berada di bangku kuliah, hal ini sebenarnya
menarik mengingat bisanaya anak yang berada dalam kondisi keluarga yang tidka
harmonis biasanya akan mengalami kegagalan dalam Pendidikan yang nantinya akan
berimbas pada karirnya. Tetapi hal tersebut justru menjadi pemicu untuk segera bisa
mandiri secara ekonomi
KESIMPULAN
Masa-masa remaja yang selalui dikaitkan dengan masa-masa pencarian jati diri dimana
para remaja tersebut mengalami masa transisi antara meninggalkan masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Adanya perubahan pola pikir karena merasa mereka bukan anak-anak lagi
sehingga adannya keinginan untuk mulai belajar agar mandiri secara ekonomi membuat
mereka berpikir untuk mulai melakukan hal-hal yanng menunjang aspirasi karir mereka
dikemudian. Akan tetapi dalam prosesnya tidaklah semudah yang mereka pikirkan, banyak
factor atau hal-hal yang mempengaruhi aspirasi karir tersebut yaitu factor lingkungan sekitar
Hesti Perwatih
2250 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
yanng mencakup lingkungan masyarakat, perteman dan juga keluarga secara umum,
kemudian factor Pendidikan orang tua dimana semakin tinggi Pendidikan orang tua maka
akan membuat aspirasi karir mereka semakin baik karena mereka melihat figure dari orang
tua mereka sendiri, factor bakat yang telah mereka miliki juga menjadi dasar untuk aspirasi
karir mereka, karena mereka berpikir dengan bakat yangn mereka miliki maka akan semakin
mudah dalam menjalankan proses aspirasi karir mereka, tidak perlu belajar dari awal karena
tingga mengembangkan dan mengasah apa yanng sudah ada dalam diri mereka, factor trauma
dengan keluarga juga menjadikan remaja serius dan focus dalam aspirasi karir mereka, karena
keinginan mereka sangat kuat untuk cepat keluar dari ketergantungan ekonomi dari orang tua
atau keluarga mereka, karena mereka berpikir jika keluarga bukanlah tempat yanng nyaman
lagi, hal ini bisa diisebabkan dari orang tua yang selalu berkonflik, bercerai, atau telah
memiliki keluarga baru masing-masing
BIBLIOGRAFI
.Akbar, Alif Nahdatul, & Hamzah, Hamzah. (2022). Gambaran tingkat aspirasi karir siswa
sekolah menengah atas. Orien: Cakrawala Ilmiah Mahasiswa, 2(1), 2732.
Andreassen, Cecilie Schou, Billieux, Joël, Griffiths, Mark D., Kuss, Daria J., Demetrovics,
Zsolt, Mazzoni, Elvis, & Pallesen, Ståle. (2016). The relationship between addictive use
of social media and video games and symptoms of psychiatric disorders: A large-scale
cross-sectional study. Psychology of Addictive Behaviors, 30(2), 252.
Aryani, Farida, & Rais, Muhammad. (2017). Model e-peminatan: Solusi praktis
merencanakan karier masa depan. Badan Penerbit UNM.
Dewi, Savitri Kartika, Haryanto, Elvina Kurniawati, & De Yong, Sherly. (2018). Identifikasi
Penerapan Design Thinking Dalam Pembelajaran Perancangan Desain Interior Kantor.
Seminar Nasional Seni Dan Desain 2018, 3338. State University of Surabaya.
Firosad, Ahmad Masrur. (2018). Menilik Kajian Konseling Karir. Jurnal Al-Taujih: Bingkai
Bimbingan Dan Konseling Islami, 4(2), 104115.
Gregor, Margo A., & O’Brien, Karen M. (2016). Understanding career aspirations among
young women: Improving instrumentation. Journal of Career Assessment, 24(3), 559
572.
Hadi, Atok Masofyan. (2013). Pengaruh pembelajaran problem based learning (PBL)
terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep biologi siswa SMA Negeri
di kota Malang. Universitas Negeri Malang.
Kadafi, Asroful, & Ambarsari, B. Tika. (2016). IMPROVING PROSOCIAL BEHAVIORBY
HOPSCOTCH GAMEBASED ON JAVANESE CULTURE OF KINDERGARTEN
STUDENTS. ISQAE 20165 INTERNATIONAL SEMINAR ON QUALITY &
AFFORDABLE, 73.
Li, Zheng Hao, Yuan, Li, Geng, Yi Kun, Li, Na, & Sheng, Guo Ping. (2021). Evaluating the
effect of gradient applied voltages on antibiotic resistance genes proliferation and
biogas production in anaerobic electrochemical membrane bioreactor. Journal of
Hazardous Materials, 416, 125865.
Nugroho, Riant. (2018). Kebijakan Membangun Karakter Bangsa. Elex Media Komputindo.
Nugroho, Sigit, & Umanto, Ferdinand D. Dan Eko. (2017). Metode kuantitatif. UNIB Press.
Nurhayati, Iis. (2012). Peran Permainan Tradisional Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini
(Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya). EMPOWERMENT: Jurnal Ilmiah
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, 1(2), 3948.
Aspirasi Karir Bagi Remaja SMK
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2251
Sa’idah, Ishlakhatus, Atmoko, Adi, & Muslihati, Muslihati. (2021). Aspirasi Karier Generasi
Milenial. Edu Consilium: Jurnal Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam, 2(1), 62
89.
Sari, Retno, Setyawan, Dwi, Retnowati, Dini, & Pratiwi, Ririn. (2019). Development of
andrographolide‑chitosan solid dispersion system: Physical characterization, solubility,
and dissolution testing. Asian Journal of Pharmaceutics, 13(1), 59.
Vivi Silvia, S. E. (2020). Statistika Deskriptif. Penerbit Andi.
Copyright holder:
Zamdedy Hesti Perwatih (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: