How to cite:
Sukeksi Dyah Intanningrum, Iswinarti (2024) Perceived Barrier Perawatan Gigi Jangka Panjang
pada Pasien Anak di Instalasi Gigi dan Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, (06) 05,
https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
PERCEIVED BARRIER PERAWATAN GIGI JANGKA PANJANG PADA PASIEN
ANAK DI INSTALASI GIGI DAN MULUT RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
Sukeksi Dyah Intanningrum, Iswinarti
Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
Abstrak
Banyak sekali terdapat hambatan ketika seseorang ingin melakukan sebuah usaha ke arah
sehat bagi dirinya. Perceived barrier/hambatan dalam menuju sehat tersebut sangat jamak
ditemukan. Penelitian ini berusaha menggali informasi tentang hal-hal apa saja yang dapat
menjadi hambatan dalam menjalani rekomendasi sehat dari profesional. Penelitian tentang
perceived barrier dalam perawatan gigi pada anak yang menjalani perawatan jangka panjang
ini mengambil subjek penelitian dari orang tua pasien anak yang sedang menjalani perawatan
gigi dan mulut jangka panjang di Instalasi Gigi dan Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi. Validasi data dengan menggunakan uji kredibilitas, transferabilitas,
dependabilitas, dan konfirmabilitas. Teknik analisa data melalui pengkodean,
pengkategorisasian, dan interpretasi data melalui proses induktif. Hasil yang didapat dari
penelitian mengenai perceived barrier pada perawatan jangka panjang di Instalasi Gigi dan
Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang adalah adanya perceived barrier (hambatan) orang tua
pasien anak yang menyebabkan terjadinya penundaan dalam menjalani perawatan jangka
panjang. Terdapat beberapa faktor perceived barrier yang ditemukan yaitu terganggunya
pembelajaran anak di sekolah, jarak antara rumah dengan pusat layanan kesehatan dan
pengetahuan orang tua terkait perawatan gigi dan mulut jangka panjang.
.
Kata kunci: Perceived barrier, perawatan gigi jangka panjang, penyakit gigi dan mulut.
Abstract
There are so many obstacles when someone wants to make an effort in a healthy direction for
himself. Perceived barriers to health are very common. This study seeks to explore
information about what things can be obstacles in undergoing healthy recommendations from
professionals. This research on perceived barriers in dental care in children undergoing
long-term care took research subjects from parents of pediatric patients who were
undergoing long-term dental and oral care at the Dental and Oral Installation of Dr. Saiful
Anwar Hospital Malang. Data collection techniques by conducting observations, in-depth
interviews, and documentation. Data validation using credibility, transferability,
dependability, and confirmability tests. Data analysis techniques through coding,
categorization, and interpretation of data through an inductive process. The results obtained
from research on perceived barriers in long-term care at the Dental and Oral Installation of
Dr. Saiful Anwar Hospital Malang are the perceived barrier (barriers) of parents of child
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Sukeksi Dyah Intanningrum, Iswinarti
2234 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
patients that cause delays in undergoing long-term care. There are several perceived barrier
factors found, namely disruption of children's learning at school, distance between home and
health care centers and parents' knowledge regarding long-term dental and oral care.
Keywords: Perceived barrier, long-term dental care, dental and oral diseases
.
PENDAHULUAN
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak dijumpai
di masyarakat. Menurut data Riskesdas Jawa Timur tahun 2018 dilaporkan bahwa kota
Malang proporsi masalah gigi dan mulut mencapai 70% sedangkan yang mendapat
penanganan hanya sekitar 20 %. Penyakit gigi dan mulut menjadi 10 besar penyakit yang
sering dikeluhkan oleh masyarakat (Aldilawati, Wijaya, & Hasanuddin, 2021). Penyakit gigi
dan mulut merupakan penyakit yang mudah sekali menyerang semua kelompok masyarakat,
baik usia anak-anak maupun dewasa. Lebih lanjut menurut data Riskesdas tahun 2018
menyatakan bahwa karies gigi pada kelompok umur 5-9 tahun mencapai 92,6 %, sedangkan
pada kelompok umur 10-14 tahun mencapai 73,4 % (Depkes, 2011). Dari gambaran
prosentase tersebut menunjukkan masih begitu tingginya prevalensi angka kesakitan karies
gigi pada anak-anak. Penyakit gigi dan mulut ini secara umum biasanya muncul disebabkan
karena berbagai faktor. Karies gigi sering dihubungkan dengan kebiasaan yang dilakukan
seseorang. Abai terhadap kebersihan rongga mulut merupakan hal yang jamak terjadi.
Kesadaran yang kurang akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut
menjadi hal yang biasa terjadi di masyarakat. Kesadaran bahwa rongga mulut merupakan
pusat masuknya segala penyakit belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat. Serta
minimnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut menjadi beberapa hal yang
menyebabkan penyakit gigi dan mulut banyak dijumpai. Karies gigi dikorelasikan dengan
gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat, serta perilaku menjaga higinitas yang harus terus-
menerus dilakukan oleh masyarakat (Manu, Ratu, & Hane, 2022).
Pada perawatan gigi anak tingkat keparahan rongga mulut akan sangat menentukan
perawatan yang akan dijalani oleh anak. Terdapat banyak jenis perawatan yang bisa dilakukan
pada anak dan salah satunya adalah perawatan jangka panjang yaitu suatu perawatan yang
dilakukan dengan jangka waktu yang lama dan berulang (Bluestone, 2014). Perawatan ini
biasanya diberikan pada gigi dengan diagnose pulpitis irreversible dan gangrene pulpa. Jenis
perawatan ini salah satunya adalah perawatan saluran akar yang dilakukan sebayak 4-8 kali
kunjungan dengan periode kontrol satu minggu sekali. Atau perawatan ortodonsi dan
apeksifikasi adalah beberapa dari perawatan jangka panjang yang dilakukan pada anak.
Perawatan ini cukup menyita waktu, tenaga, dan biaya bagi orang tua maupun anak yang
menjalaninya. Namun sesuai dengan pengalaman peneliti terdapat kemauan dan motivasi
yang kuat dari orang tua dan anak untuk tetap melakukan dan melanjutkan perawatan sampai
akhir.
Terdapat tiga hal penting dalam mengubah perilaku sehat individu, yakni terdapatnya
pengetahuan, persepsi dan sikap yang sangat fundamental untuk dapat mempengaruhi
perilaku seseorang untuk menjadi sehat. Beberapa penelitian terkait hal tersebut telah
Perceived Barrier Perawatan Gigi Jangka Panjang pada Pasien Anak di Instalasi Gigi dan
Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2235
dilakukan, dan hasilnya mengindikasikan bahwa terdapat kurangnya pengetahuan dari
individu terkait masalah-masalah kesehatan yang ada. Hal ini sangat penting karena
pengetahuan akan kesehatan dapat mempengaruhi sikap seseorang untuk berperilaku
(Ratnapradipa, Brown, Middleton, & Wodika, 2011). Health Belief Model (HBM) merupakan
sebuah teori yang dapat menjembatani seseorang untuk berperilaku sehat untuk mendukung
kualitas hidupnya. Terdapat 4 konstruk yang dibangun dalam teori ini , yakni perceive
severity (keparahan), perceive susceptibility (kerentanan), perceive barrier (penghalang),
perceive benefit (manfaat). Keempat konstruk tersebut akan dapat mempengaruhi seseorang
untuk berperilaku ke arah sehat atau tidak (Janz & Becker, 1984).
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui persepsi orang tua dengan pendekatan health
belief model (HBM) dengan perceive barrier dan faktor-faktornya sebagai fokus penelitian
terhadap kemungkinan adanya potensi hambatan dalam melakukan perawatan gigi anak yang
bersifat jangka panjang yang akan berhubungan dengan motivasi mereka untuk tetap
melanjutkan perawatan sesuai dengan instruksi dari dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak.
Fokus penelitian ini ditujukan pada orang tua pasien dan pasien anak yang melakukan
perawatan gigi di Instalasi Gigi dan Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang untuk
mendapatkan gambaran deskriptif dan naratif mengenai perceived barrier yang dialami orang
tua pasien dan pasien serta faktor-faktor penyebabnya.
Perceived barrier sering dialami orang tua dan pasien anak ketika dihadapkan pada
perawatan gigi jangka panjang yang membutuhkan ketersediaan waktu untuk melakukan
perawatan gigi berkala Di sisi lain, Perawatan gigi jangka panjang diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang baik dari perawatan gigi yang ideal. Keadaan ini akan menimbulkan
kesenjangan dan kegagalan perawatan gigi yang disebabkan ketidakberlanjutan perawatan
gigi pada pasien anak karena adanya perceived barrier. Oleh karena itu pertanyaan dalam
penelitian ini adalah apakah terdapat perceived barrier yang dialami orang tua dan pasien anak
selama menjalani perawatan gigi dan mulut di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Apakah
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceived barrier.
Untuk mengetahui bagaimana persepsi orang tua terhadap perawatan gigi yang bersifat
long term/jangka panjang yang berkaitan dengan perceive barrier orang tua dan faktor-faktor
untuk tetap melanjutkan perawatan gigi anak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak. Sebagai bahan rekomendasi berkelanjutan
untuk mendapatkan model perawatan yang terbaik dengan mempertimbangkan perceived
barrier pada orang tua pasien dan pasien anak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan penjelasan secara deskriptif dan naratif
mengenai persepsi orang tua yang berkaitan dengan motivasinya untuk melanjutkan
perawatan jangka panjang pada anak di Istalasi Gigi dan Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang dan mencoba untuk mencari pola perawatan kesehatan gigi dan mulut yang baik.
Dengan demikian cakupan penelitian ini terbatas pada apa saja yang terjadi di dalam Instalasi
Gigi dan Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang sedang diteliti. Maka dari itu,
penelitian ini memiliki design penelitian kualitatif dengan studi kasus. Studi kasus merupakan
Sukeksi Dyah Intanningrum, Iswinarti
2236 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
suatu design penelitian kualitatif yang memiliki strategi penelitian berupa melakukan
eksplorasi mendalam terhadap suatu program, kejadian, aktifitas, proses pada satu atau
beberapa individu pada lokasi tertentu dan terbatas pada satu kurun waktu tertentu (Bloor &
Wood, 2006; Creswell & Creswell, 2017).
Pada Instalasi Gigi dan Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar terdapat 5 departemen. Yang
salah satunya adalah departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA/Pediatric Dentistry).
Menurut WHO ruang lingkup kerja departemen ini adalah pasien-pasien anak di bawah 18
tahun. Di departemen IKGA terdapat dua orang dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak dan
satu orang dental assistant. Pelayanan yang diberikan meliputi:
1. Pelayanan bedah anak (pelayanan komprehensif dengan general anastesi, pelayanan bedah
minor, contohnya eksisi polip, ekstirpasi mucocele, dan lain-lain)
2. Pelayanan non bedah anak (pelayanan komprehensif rawat jalan/ di poli gigi berupa
pelayanan promotive/DHE, pelayanan preventif yaitu ortho fixed pada anak-anak untuk
mencegah terjadinya anomali gigi dan rahang, pelayanan kuratif, yaitu penumpatan,
perawatan saluran akar, dan lain-lain, serta pelayanan rehabilitative contohnya pembuatan
gigi tiruan pada anak, dan lain-lain).
Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua pasien anak yang melakukan perawatan
komprehensif di Instalasi Gigi dan Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Data berasal dari
berbagai sumber data yaitu berupa deskripsi dan narasi yang di dapat oleh peneliti melalui
wawancara, observasi terhadap kondisi rongga mulut anak serta dokumen-dokumen terkait
seperti E-RM, SOP, dan lain-lain.
Teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, obeservasi partisipatif, dan
dokumentasi (Sugiono, 2019). Terdapat empat kriteria dalam menguji keabsahan data untuk
meningkatkan nilai kepercayaan dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Kredibilitas (credibility) yaitu dengan menggunakan metode triangulasi sumber data
2. Transferabilitas (Transferability) yaitu dengan menyediakan deskripsi yang cukup tentang
kontek penelitian yang dilakukan
3. Dependabilitas (Depandability) yaitu dengan menguji data temuan untuk memeriksa
konsistensi
4. Konfirmabilitas (confirmability) yaitu dengan memastikan bahwa kredibilitas,
transferabilitas, dan dependabilitas tercapai (Lincoln & Guba, 2013).
Analisa data pada penelitian kualitatif adalah sebuah proses yang sistematis melalui
pengkodean, pengkategorisasian, dan interpretasi data untuk memberikan penjelasan tentang
satu fenomena dengan melakukan proses induktif melalui pengorganisasian data ke dalam
kategori dan mengidentifikasi pola dan hubungan antarkategori (Flick, 2013; Maxwell, 2018;
McMillan & Schumacher, 2010)
Perceived Barrier Perawatan Gigi Jangka Panjang pada Pasien Anak di Instalasi Gigi dan
Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2237
Gambar 1: kerangka berfikir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data Penelitian
Sesuai dengan prosedur penelitian, peneliti melakukan pengumpulan data dari berbagai
sumber data dengan melakukan wawancara pada orang tua pasien, observasi partisipatif, dan
penelaahan dokumen seperti E-RM, SOP, dan lain-lain. Data tersebut dilakukan uji
kredibilitas data menggunakan metode triangulasi untuk memastikan keabsahan data
penelitian (Trustworthiness).
Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada orang tua pasien anak yang melakukan
perawatan komprehensif di Instalasi Gigi dan Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang untuk
mendapatkan jawaban penelitian.
Gambar 2 Wawancara dengan orang tua pasien anak
Observasi
Observasi atau pengamatan langsung dan pastisipatif terhadap orang tua dan pasien
anak selama menjalani perawatan untuk mencari informasi lebih mendalam tentang tema tema
yang sudah didapatkan dari hasil wawancara. Seluruh informasi dari observasi diberi
pengkodean untuk mendapatkan makna-makna yang terkait dengan topik penelitian. Makna-
Sukeksi Dyah Intanningrum, Iswinarti
2238 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
makna tersebut kemudian dilakukan analisis tematik dengan melakukan kategorisasi tema dan
dihubungkan dengan hasil yang diperoleh dari wawancara.
Dokumentasi
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelahaaan dokumen terkait dengan hasil
elektronik rekam medis pasien anak, standar prosedur pelayanan (SOP), dan data diri orang
tua/pasien anak (tempat tinggal, pendidikan, dan lain lain)
Temuan Penelitian
Wawancara
Wawancara dilakukan pada orang tua pasien sebagai wali anak yang mengurus
perawatan gigi anak di RSUD Dr. Saiful Anwar, yang diharapkan dapat memberikan
gambaran secara deskriptif dan naratif mengenai perceived barrier yang dialami oleh orang
tua dari pasien anak dan faktor-faktor perceived barriernya serta motivasinya untuk tetap
melanjutkan atau tidak melanjutkan perawatan gigi anak. Berikut temuan hasil penelitian:
Perceived Barrier Orang Tua Pasien Anak
Wawancara dilakukan kepada 5 orang tua pasien anak mengenai potensi kendala
(perceived barrier) orang tua terhadap perawatan gigi jangka panjang/long term yang sedang
dijalani oleh pasien. Dari 5 orang tua, 3 orang tua pasien anak menyatakan tidak keberatan
dan 2 orang orang tua pasien anak keberatan atas prosedur perawatan jangka Panjang yang
diperlukan.
Berikut kutipan pernyataan orang tua:
“Nggak, asal sembuh anaknya”…...P1
“Saya enggak ada pikiran gitu. Kan yang tahu kan dokter, yang punya ilmunya
dokter bukan saya. Kalau dokternya bilang 7 kali karena” memang itu standarnya seperti
itu prosedur pengobatannya seperti itu ya dijalani aja”……P2
“Nggak apa-apa dok”…”Nggak, asal sembuh anaknya”…...P3
Sedangkan 2 orang tua pasien menyatakan keberatannya akan kunjungan untuk
perawatan gigi yang berulang dengan berbagai alasan. Berikut kutipan pernyataan orang tua:
“Yang praktis gitu, maksud saya. Kalau maksudnya orang tua kan, ndang mari, ndang
wes, gitu. Soalnya saya repot kalau bolak-balik gini”….P4
“Kalau saya nggak repot sih. Cuma sekolahannya itu lho kan terganggu kalau sering
kesini. Ya jadi agak perlu perlu usaha yang jelas ngerepotin. Harusnya kan nggak bolos
sekolah, akhirnya harus bolak-balik kesini. Ya, gitu ya. Jadi mau nggak mau nih”….P5
Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa perceived barrier atau hambatan untuk
menunjang keberhasilan perawatan gigi pasien anak masih ditemukan pada sebagian pasien
anak yang akan menyebabkan orang tua tidak melanjutkan atau menunda perawatan sehingga
perawatan ideal yang seharusnya dilakukan tidak terjadi.
Perceived Barrier Perawatan Gigi Jangka Panjang pada Pasien Anak di Instalasi Gigi dan
Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2239
Faktor-faktor Perceived Barrier
Hasil wawancara dengan 5 orang tua pasien anak menunjukkan bahwa ada beberapa hal
yang menyebabkan terjadinya perceived barrier yaitu antara lain:
Terganggunya pembelajaran sekolah anak
Terganggunya jam belajar di sekolah menjadi faktor perceived barrier yang akan
mempengaruhi orang tua pasien anak untuk melanjutkan atau menunda perawatan gigi pasien
anak karena anak akan sering ijin untuk meninggalkan pelajarannya. Berikut kutipan
pernyataan orang tua pasien anak:
“Kalau saya nggak repot sih. Cuma sekolahannya itu lho kan terganggu kalau sering
kesini. Ya jadi agak perlu perlu usaha yang jelas ngerepotin. Harusnya kan nggak bolos
sekolah, akhirnya harus bolak-balik kesini. Ya, gitu ya. Jadi mau nggak mau nih”…….P5
“Kalau sekolahnya saya sudah izin sama ustadz Kurnia kemarin saya bilang, Pak ini
nanti kata dokternya perawatannya sampai 7 kali dan banyak gigi. Saya ijin hari rabu tiap
minggu, soalnya jadwal dokternya adanya hari itu. Oke bu, monggo…gitu dok kata gurunya.
Terus yang enggak pakai surat dokter juga katanya enggak apa-apa, monggo. Ya sayang
pelajarannya jadi ketinggalan”…..P2
Jarak tempat tinggal dengan RSUD Dr. Saiful Anwar
Jarak antara rumah dengan RSUD Dr. Saiful Anwar menjadi faktor perceived barrier
yang akan mempengaruhi orang tua untuk melanjutkan atau menunda perawatan gigi pasien
anak karena memerlukan kelonggaran waktu orang tua dan biaya untuk mengantarkan
berobat. Berikut kutipan pernyataan orang tua pasien anak:
“Yang praktis gitu, maksud saya. Kalau maksudnya orang tua kan, ndang mari, ndang
wes, gitu. Soalnya saya repot kalau bolak-balik gini”……P4
Pengetahuan orang tua
Pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi menjadi perceive barrier untuk
melanjutkan perawatan atau menunda perawatan karena ketidaktahuan orang tua mengenai
gigi yang sakit merupakan gigi susu atau gigi permanen sehingga menganggap pengobatan
dan perawatan dengan pencabutan sudah cukup untuk menunjang kesehatan gigi anak,
padahal kurangnya pengetahuan ini mengakibatkan berkurangnya fungsi gigi karena adanya
pencabutan gigi permanen. Berikut kutipan pernyataan orang tua pasien anak:
”Nah, ini mungkin saya yang lalai, dok. Jadi waktu itu saya anggap masih gigi susu,
karena pemahaman saya waktu itu kalau gigi geraham itu tumbuhnya paling akhir sendiri.
Dan saya juga, waktu itu mungkin saya enggak terlalu memperhatikan, apakah ini gigi
susunya kok belum tanggal gitu, lho, dok!”…………..(pernyataan lanjutan)…. Terus
akhirnya, ya udah deh nanti apa namanya, biar lepas sendiri aja kan nanti tumbuh gigi baru,
gitu. Ternyata waktu di dokter, puskesmas bilang, kalau ini sih sudah gigi permanen. Ya saya
kaget kan, lhoalah pemahaman saya kok salah.”……P2
Observasi
Hasil dari observasi partisipatif peneliti yang juga sebagai dokter gigi spesialis
kedokteran gigi anak adalah adanya pasien yang datang ke dokter gigi sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan, namun ada pula pasien yang datang tidak sesuai dengan jadwal dan
Sukeksi Dyah Intanningrum, Iswinarti
2240 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
arahan dari dokter gigi yang merawatnya. Pengamatan dalam obeservasi pada pasien baik
dengan diagnosa kasus yang sama ataupun berbeda, dan jarak rumah/sekolah yang dekat atau
jauh dengan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, waktu kontrol di pagi hari yang dapat
mengganggu jadwal sekolah/tidak, dan waktu kontrol yang dapat mengganggu jadwal kerja
orang tua/tidak sebagai pengantar. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat perceived
barrier pada sebagian responden yang berjarak jauh antara rumah/sekolah dengan RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang, dan jadwal sekolah/kerja dari pasien atau orang tua.
Dokumentasi
Penelaahan dokumen dilakukan pada E-RM (elektronik Rekam Medis) yang menjadi
data pasien yang menjalani perawatan di RSSA. Data tersebut menunjukkan adanya
penundaan/keterlambatan perawatan terutama pada pasien-pasien yang bertempat
tinggal/sekolah jauh dari pusat layanan kesehatan/RSSA.
PEMBAHASAN
Perceived Barrier
Dari wawancara yang dilakukan, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat
barrier/hambatan pada orang tua pasien untuk melakukan perawatan gigi jangka panjang pada
anak sesuai yang disarankan oleh dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa beberapa partisipan merasa keberatan untuk melanjutkan perawatan
karena harus setiap minggu datang ke RSUD Dr. Saiful Anwar selama 4 8 minggu
tergantung dari kondisi gigi yang menyebabkan perawatan gigi pada anak menjadi tidak ideal.
Menurut [24] dalam lingkup Health Belief Models terdapat perceived barrier/hambatan yang
dirasakan oleh seseorang untuk merubah perilakunya. Perceived barrier ini memiliki
pengertian sebuah potensi negatif dari suatu tindakan kesehatan tertentu. Hambatan yang
terjadi adalah merupakan hambatan yang dialami seseorang dalam upaya untuk melakukan
rekomendasi sehat yang disarankan. Selanjutnya (Setiawan, Kendhawati, & Agustiani, 2019)
menjelaskan bahwa persepsi orang tua dan perilaku berpengaruh pada perceived
barrier/hambatan dalam melaksanakan rekomendasi perawatan gigi.
Faktor-faktor Perceived Barrier
Hasil wawancara dalam penelitian ini menunjukkan beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya perceived barrier pada orang tua pasien, yaitu antara lain:
1. Terganggunya terganggunya pembelajaran sekolah anak
Hasil wawancara menunjukkan bahwa terganggunya pembelajaran anak di sekolah
menjadi alasan orang tua keberatan atas perawatan jangka panjang perawatan gigi jangka
panjang pasien anak. Pemahaman ini terbentuk karena kurangnya informasi yang diterima
oleh orang tua terkait kesehatan gigi dan mulut yang secara jangka panjang akan
berpengaruh terhadap kualitas hidup anak. Menurut (Lee et al., 2018) menyatakan bahwa
jarak antara sekolah dan pusat layanan kesehatan serta terbatasnya tenaga professional
Perceived Barrier Perawatan Gigi Jangka Panjang pada Pasien Anak di Instalasi Gigi dan
Mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2241
dokter gigi di wilayah tersebut menyebabkan potensi halangan untuk melakukan perawatan
gigi dan mulut secara ideal seperti yang disarankan oleh tenaga kesehatan (dokter gigi).
2. Jarak antara tempat tinggal dengan RSUD Dr. Saiful Anwar
Hasil wawancara menunjukkan jauhnya jarak tempat tinggal dengan RSUD Dr.
Saiful Anwar menjadi alasan orang tua untuk tidak melanjutkan atau menunda perawatan
gigi. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan transportasi dan kelonggaran waktu orang tua
untuk melakukan perawatan gigi pasien anak di RSUD Dr. Saiful Anwar. Menurut [26]
hambatan terkait biaya ke dokter gigi yang mahal, jarak yang jauh, transportasi, dan
kurangnya informasi tentang kesehatan gigi dan mulut menjadi penyebab terjadinya
perceived barrier. Dengan kondisi hambatan yang terjadi individu akan melakukan suatu
tindakan pencegahan dan pemeliharaan kesehatan apabila dalam diri individu terdapat
keyakinan bahwa manfaat yang akan diperoleh dari suatu tindakan jauh lebih besar apabila
dibandingkan dengan rintangan yang mungkin dialami ketika memutuskan untuk
melakukan tindakan tersebut (Davies & Macdowall, 2006)
3. Pengetahuan orang tua
Hasil wawancara menunjukkan pengetahuan orang tua menjadi alasan orang tua
untuk melanjutkan atau menunda perawatan gigi. Orang tua yang mempunyai pengetahuan
yang kurang terkait dengan kesehatan gigi hanya mendasarkan atas keluhan anak dan
kondisi lain. Dalam penelitian ini faktor pengetahuan yang kurang terkait dengan
perkembangan gigi anak mendasari orang tua untuk mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan kuratif dengan pencabutan gigi permanen anak yang dikira sebagai
gigi susu. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk mempercepat penyelesaian keluhan gigi
anak dan tidak berulang ke tempat pelayanan kesehatan. Menurut (Sumanti, Widarsa, &
Duarsa, 2013) partisipasi dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut sebagai cerminan
perilaku kesehatan individu dipengaruhi sikap dan motivasi yang muncul karena tingkat
pengetahuan yang baik.
KESIMPULAN
Temuan hasil penenelitian mengenai perceive barrier perawatan gigi jangka panjang
pasien anak di instalasi gigi dan mulut RSUD Dr. Saiful Anwar Malang menunjukkan dua hal
yaitu antara lain bahwa Perceived barrier orang tua pasien anak masih ditemukan pada
perawatan gigi jangka panjang pasien anak yang menyebabkan orang tua memutuskan untuk
tidak melanjutkan atau menunda perawatan sehingga perawatan ideal yang seharusnya
dilakukan tidak terjadi. Faktor-faktor penyebab perceived barrier, yaitu Terganggunya
pembelajaran sekolah anak. Jarak antara tempat tinggal dengan RSUD Dr. Saiful Anwar.
Pengetahuan orang tua
BIBLIOGRAFI
Aldilawati, Sari, Wijaya, Muhammad Fajrin, & Hasanuddin, Nur Rahmah. (2021). Upaya
Peningkatkan Status Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Masyarakat dengan
Metode Penyuluhan FlipChart dan Video di Desa Lanna. Idea Pengabdian Masyarakat,
1(03), 3640.
Sukeksi Dyah Intanningrum, Iswinarti
2242 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Bloor, Michael, & Wood, Fiona. (2006). Keywords in qualitative methods: A vocabulary of
research concepts.
Bluestone, Charles D. (2014). Pediatric otolaryngology. PMPH-USA.
Creswell, John W., & Creswell, J. David. (2017). Research design: Qualitative, quantitative,
and mixed methods approaches. Sage publications.
Davies, Maggie, & Macdowall, Wendy. (2006). Health promotion practice. McGraw-Hill
Education (UK).
Depkes, R. I. (2011). Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar.
Flick, Uwe. (2013). The SAGE handbook of qualitative data analysis. Sage.
Janz, Nancy K., & Becker, Marshall H. (1984). The health belief model: A decade later.
Health Education Quarterly, 11(1), 147.
Lee, C‐Y, Ting, C‐C, Wu, J‐H, Lee, K‐T, Chen, H‐S, & Chang, Y‐Y. (2018). Dental visiting
behaviours among primary schoolchildren: Application of the health belief model.
International Journal of Dental Hygiene, 16(2), e88e95.
Lincoln, Yvonna S., & Guba, Egon G. (2013). The constructivist credo. The constructivist
credo. Left Coast Press, Inc. California. https://doi. org/10.4324/9781315418810.
Manu, Apri A., Ratu, Antonius Radja, & Hane, Stefania Misela. (2022). Peran Orang Tua
dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Prasekolah di Masa Pandemi
Covid19 di RT 33 RW 09 Kelurahan Liliba Kecamatan Oebobo Kota Kupang. ULIL
ALBAB: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(9), 29892993.
Maxwell, Joseph A. (2018). Collecting qualitative data: A realist approach. The SAGE
Handbook of Qualitative Data Collection, 1932.
McMillan, James H., & Schumacher, Sally. (2010). Research in education: Evidence-based
inquiry. pearson.
Ratnapradipa, Dhitinut, Brown, Stephen L., Middleton, Wendi K., & Wodika, Alicia B.
(2011). Measuring Environmental Health Perception among College Students. Health
Educator, 43(2), 1320.
Setiawan, Arlette Suzy, Kendhawati, Lenny, & Agustiani, Hendriati. (2019). Relational model
between parental dental belief and formation of dental fear among preschool children in
Indonesia. European Journal of Dentistry, 13(03), 426431.
Sugiono. (2019). Metode penelitian kuantitatif kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumanti, Vivin, Widarsa, I. Ketut Tangking, & Duarsa, Dyah Pradnyaparamita. (2013).
Faktor yang berhubungan dengan partisipasi orang tua dalam perawatan kesehatan gigi
anak di Puskesmas Tegallalang I. Public Health and Preventive Medicine Archive, 1(1),
3539.
Copyright holder:
Sukeksi Dyah Intanningrum, Iswinarti (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: