Peran Person-Organization Fit dan Pemberdayaan Psikologis terhadap Totalitas Kerja
generasi Z yang bekerja di Jakarta Selatan melalui variabel moderator Keseimbangan
Kerja dan Hidup
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2021
dalam pengambilan keputusan dapat membantu dalam memahami potensi sumber
frustrasi dan stres ini. Manajer yang mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan
pemberdayaan di tempat kerja dapat meningkatkan kesejahteraan dan motivasi
karyawan secara signifikan. Dan secara paradoks, hal ini berarti menerapkan
mekanisme struktural untuk memastikan pemberdayaan dan otonomi, serta
akuntabilitas, di tempat kerja” (SMH.com.au, 2020).
Hal diatas dibuktikan juga yang dilansir oleh Waspada Online (2023) bahwa
“Mengacu pada penelitian terkini Mercer Marsh Benefits berjudul Health on Demand
2023 mereka melaksanakan penelitian pada >17.500 karyawan di 16 pasar penjuru
belahan bumi tidak terkecuali di Indonesia, temuan 26% pekerja di Indonesia mengakui
mendapat tekanan stres pada keseharian. Selanjutnya, menurut studi Champion Health
UK disimpulkan pada The Workplace Health Report 2023 diterangkan sebab stres di
lingkup kerja ialah dampak terbebani pekerjaan yang cenderung banyak, lelah, serta
WFH, bagi pekerja wanita cenderung reaktif mendapati kecemasan serta depresi
dibandingkan pekerja laki-laki. Dilansir Corporate Wellness Magazine, work-life
balance atau keseimbangan kerja atau hidup berperan untuk kesejahteraan serta
kebahagiaan pekerja dikarenakan tak hanya menekan rendah tingkat stres, mendorong
kesehatan fisik serta mental, mendorong produktivitas, serta memperkuat dalam
komunikasi sesama”. Hal tersebut mempertegas bahwa work life balance adalah faktor
dalam mensukseskan dilingkungan kerja dan kesehatan mental karyawan dalam
mencapai totalitas kerja.
Work life balance atau (keseimbangan kerja dan kehidupan) pada akhirnya juga
yang paling fenomenal isu melekat dengan totalitas kerja gen Z. Konstruk psikologi
yang menggambarkan hal tersebut keseimbangan kerja dan kehidupan. Menurut Hudson
(2005) keseimbangan kerja dan kehidupan adalah bentuk kepuasan individu dalam
mencapai keseimbangan kehidupan dalam pekerjaannya. Hudson mengartikan
keseimbangan kerja dan hidup sebagai kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan
antara waktu yang dihabiskan untuk bekerja dengan waktu yang dihabiskan untuk
kehidupan pribadi, termasuk waktu bersama keluarga, aktivitas rekreasi, dan
pemenuhan kebutuhan pribadi lainnya. Ini menekankan pentingnya mencapai
keseimbangan yang memuaskan antara aspek pekerjaan dan kehidupan pribadi agar
individu dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Khalayak umum berpendapat
pekerjaan dapat dengan mudah mengambil alih kehidupan seseorang dan ketika hal itu
terjadi, maka akan berdampak pada kinerja secara keseluruhan, kelelahan di tempat
kerja, dan memburuknya hubungan keluarga. Dengan generasi muda yang terus-
menerus terhubung dengan teknologi, batas antara pekerjaan dan kehidupan menjadi
kabur. Salah satu pendekatannya adalah perpaduan antara pekerjaan dan kehidupan,
yaitu tempat kerja di mana karyawan bebas untuk mengatasi masalah kehidupan selama
jam kerja dengan memberikan fleksibelitas yang dibutuhkan. Hanya dengan
menunjukkan bahwa kepemimpinan mengakui adanya sisi lain dari seorang karyawan -
kehidupan mereka - merupakan langkah besar ke depan. Seperti yang dilansir dalam
portal kerja talentics (2021) bahwa diterangkang “Dalam sebuah penelitian oleh Forbes,