How to cite:
Anwar Faris, Wachyudin (2024) Melacak Jejak Sejarah: Analisis Naskah 'Ayahku Pulang' Sebagai
Warisan Seni Teater Indonesia, (06) 05, https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i6.1227
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
MELACAK JEJAK SEJARAH: ANALISIS NASKAH 'AYAHKU PULANG'
SEBAGAI WARISAN SENI TEATER INDONESIA
Anwar Faris, Wachyudin
Universitas Islam Nusantara, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melacak jejak sejarah melalui analisis mendalam terhadap
naskah teater berjudul "Ayahku Pulang" karya Usmar Ismail, sebagai bagian integral
dari warisan seni teater Indonesia. Metode penelitian melibatkan analisis karakter,
panggung, setting, waktu, dialog, tema, plot, gaya penulisan, serta elemen musik dan
suara dalam naskah. Hasil penelitian mengungkap perkembangan karakter yang kaya,
deskripsi panggung yang mendukung atmosfer cerita, dan relevansi kontekstual yang
menarik dalam menyampaikan pesan moral dan sosial. Gaya penulisan Usmar Ismail
memperkaya ekspresi artistik naskah, sementara elemen musik dan suara menambah
dimensi emosional yang mendalam. Kesimpulan penelitian ini menyoroti pentingnya
naskah "Ayahku Pulang" sebagai cerminan kekayaan seni teater Indonesia dan
pemahaman mendalam terhadap sejarah budaya. Dengan demikian, penelitian ini
memberikan kontribusi pada pengembangan wawasan seni, sekaligus mendorong
apresiasi terhadap nilai-nilai historis dalam seni pertunjukan.
Kata kunci: seni teater Indonesia, analisis naskah, jejak sejarah, warisan budaya.
Abstract
This research aims to trace historical traces through an in-depth analysis of the theater
script entitled "Ayahku Pulang" by Usmar Ismail, as an integral part of Indonesia's
theater art heritage. The research method involves analyzing the characters, stage,
setting, time, dialogue, theme, plot, writing style, as well as musical and sound elements
in the script. The results reveal rich character development, stage descriptions that
support the atmosphere of the story, and interesting contextual relevance in conveying
moral and social messages. Usmar Ismail's writing style enriches the artistic expression
of the script, while the musical and sound elements add a deep emotional dimension.
The conclusion of this study highlights the importance of the script "Ayahku Pulang" as
a reflection of the richness of Indonesian theater art and a deep understanding of
cultural history. Thus, this research contributes to the development of artistic insights,
while encouraging an appreciation of historical values in the performing arts
Keywords: Indonesian theatre arts, script analysis, historical traces, cultural heritage
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 05, Mei 2024
Anwar Faris, Wachyudin
2008 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
PENDAHULUAN
Seni teater telah menjadi sarana yang kuat untuk menyampaikan cerita, nilai, dan
ekspresi budaya dalam masyarakat (Santoso, 2022; Thrift, 2000). Dalam konteks seni
teater Indonesia, karya Usmar Ismail, seperti naskah "Ayahku Pulang," mengemban
peran penting sebagai bagian dari warisan seni teater yang kaya. Penelitian ini bertujuan
untuk melacak jejak sejarah melalui analisis mendalam terhadap naskah tersebut,
dengan fokus pada pengembangan karakter, pengaturan panggung, dan pesan yang
disampaikan oleh penulis. Seni teater Indonesia memiliki tradisi panjang yang
mencerminkan keberagaman budaya dan sejarah negara (Supatmo, 2021). Karya Usmar
Ismail, seorang tokoh penting dalam perfilman dan teater Indonesia pada era 1950-an,
memiliki dampak signifikan dalam membentuk wajah seni pertunjukan nasional.
Naskah "Ayahku Pulang" mencerminkan visi seniman tersebut dalam merangkai cerita
yang kompleks, memadukan unsur-unsur dramatik, dan mengeksplorasi berbagai aspek
manusia dan Masyarakat (Cahyadi & Ds, 2020).
Naskah dalam seni teater bukan sekadar sekumpulan kata, melainkan pintu
gerbang menuju pemahaman mendalam terhadap karakter, tema, dan pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis (Maulana, 2019). Analisis naskah bukan hanya menggali
estetika sastra, tetapi juga menafsirkan makna-makna tersembunyi yang dapat meresap
ke dalam jiwa penonton (Septiari, Marmoah, Nurhasanah, & Wicaksana, 2023). Oleh
karena itu, melacak jejak sejarah melalui analisis naskah "Ayahku Pulang" menjadi
esensial dalam menghargai dan memahami perjalanan seni teater Indonesia. Sejumlah
penelitian terdahulu telah mengeksplorasi berbagai aspek seni teater dan karya Usmar
Ismail, namun belum sepenuhnya menelusuri jejak sejarah yang terkandung dalam
naskah "Ayahku Pulang." Penelitian ini berupaya melengkapi kesenjangan tersebut
dengan memberikan fokus pada aspek-aspek tertentu dalam naskah, seperti karakter,
panggung, setting, dialog, dan pesan moral.
Penelitian ini menjadi relevan dalam mengisi celah pengetahuan terkait dengan
sejarah seni teater Indonesia, khususnya berkaitan dengan karya Usmar Ismail. Dengan
menggali aspek-aspek kunci dalam naskah "Ayahku Pulang," diharapkan dapat terbuka
wawasan baru terhadap nilai-nilai budaya, moral, dan estetika yang terkandung dalam
karya seni tersebut. Penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Abbott (2008)
menyoroti pentingnya karakter dalam memahami naratif. Pengembangan karakter
menjadi kunci untuk memahami perubahan yang terjadi dalam alur cerita dan
memahami lebih dalam pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
Penelitian oleh Polkinghorne (1991) menekankan pengaruh setting dan waktu
dalam pengembangan cerita. Deskripsi panggung dan penempatan waktu dapat
memengaruhi atmosfer keseluruhan cerita, yang pada gilirannya memahami latar
belakang dan konteks peristiwa. Sebagai contoh, penelitian oleh Hermans et al. (1992)
membahas peran dialog dalam menggambarkan karakter dan memajukan plot. Gaya
bahasa, penokohan, dan pengungkapan emosi melalui dialog menjadi elemen kunci
dalam merinci komunikasi antar karakter.
Melacak Jejak Sejarah: Analisis Naskah 'Ayahku Pulang' Sebagai Warisan Seni Teater
Indonesia
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2009
Penelitian oleh Lanser (2014) menyoroti pentingnya tematik dan pesan moral
dalam naskah. Mengidentifikasi tema-tema utama dan pesan moral dapat membuka
pintu pemahaman terhadap maksud penulis dan tujuan menyampaikan cerita. Penelitian
oleh Magalhães (2022) memberikan wawasan tentang penggunaan musik dalam
pertunjukan teater. Identifikasi penggunaan musik, suara adzan, dan elemen suara
lainnya dapat memberikan dimensi emosional yang mendalam dalam pengalaman teater
(Hadipratama, 2017).
Penelitian ini diinisiasi oleh kesadaran akan kekayaan seni teater Indonesia dan
peran kritis naskah dalam memahami sejarah dan budaya. Dengan melacak jejak sejarah
melalui analisis mendalam terhadap naskah "Ayahku Pulang," diharapkan dapat
memberikan sumbangan berharga dalam menggali makna seni teater Indonesia dan
memperluas pemahaman kita terhadap sejarah budaya. Dengan pendekatan
multidimensional terhadap aspek-aspek kunci naskah, penelitian ini bertujuan untuk
memberikan wawasan yang komprehensif dan mendalam terhadap karya Usmar Ismail
serta melibatkan pembaca dalam perjalanan penelusuran makna dan nilai-nilai yang
terkandung dalam naskah tersebut.
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan telaah terhadap naskah teater "Ayahku Pulang" karya Usmar
Ismail, pendekatan metodologis dapat mencakup berbagai aspek untuk merinci dan
memahami karya ini secara komprehensif (Assingkily, 2021). Pertama, analisis karakter
menjadi landasan penting dengan meneliti karakter-karakter utama seperti Raden Saleh,
Tina, Gunarto, Maimun, dan Mintarsih. Fokus pada perkembangan karakter dari awal
hingga akhir naskah memberikan wawasan mendalam terhadap dinamika tokoh.
Selanjutnya, analisis panggung mengarah pada pemahaman deskripsi panggung
dalam naskah, mengevaluasi pengaturan ruangan dan objek-objek panggung untuk
mendukung atmosfer cerita. Analisis setting dan waktu melibatkan penelitian terhadap
konteks dan latar belakang cerita, serta bagaimana setting dan waktu memengaruhi alur
cerita dan karakter. Dialog menjadi fokus penting dengan menelaah komunikasi dan
hubungan antar karakter, mengidentifikasi gaya bahasa, penokohan, dan pengungkapan
emosi melalui dialog. Analisis tema dan pesan memunculkan tema-tema utama dalam
naskah serta pesan moral atau sosial yang ingin disampaikan oleh penulis (Hamali et al.,
2023).
Struktur plot menjadi elemen esensial dengan menganalisis puncak konflik,
klimaks, dan penyelesaian cerita, sambil menilai apakah struktur tersebut mendukung
pengembangan karakter dan penyampaian pesan (Asfar & Taufan, 2019). Gaya
penulisan Usmar Ismail menjadi fokus tersendiri dengan menelaah penggunaan bahasa,
metafora, dan gaya sastra lainnya. Aspek audiovisual diperhatikan melalui analisis
musik dan suara, mengidentifikasi penggunaan musik, beduk, takbir, dan suara adzan
dalam naskah, serta menilai bagaimana elemen-elemen suara menambah dimensi
artistik dan emosional. Relevansi kontekstual menilai sejauh mana cerita dan pesan
Anwar Faris, Wachyudin
2010 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
naskah tetap relevan dalam konteks sosial dan budaya masa penulisannya, sambil
menganalisis apakah tema dan isu yang diangkat masih relevan saat ini.
Terakhir, analisis respons emosional dan intelektual membahas dampak yang
dihasilkan oleh naskah pada pembaca atau penonton, menilai sejauh mana naskah
mampu merangsang pemikiran dan perasaan. Metode-metode ini secara komprehensif
membantu dalam memahami dan mengapresiasi nilai seni serta pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis melalui naskah teater "Ayahku Pulang".
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Karakter
1. Raden Saleh (Ayah): Karakter ini digambarkan sebagai seorang yang telah
mengalami perubahan signifikan dalam hidupnya. Dulu, dia adalah seorang saudagar
kaya di Singapura, namun sekarang, setelah kegagalan dan kehilangan, dia kembali
dalam keadaan yang sulit. Meskipun memiliki dosa-dosanya, terlihat bahwa dia ingin
memperbaiki kesalahan masa lalunya dan mendekati keluarganya. Dia terlihat malu
dan sedih atas kesalahannya, tetapi juga terlihat tegar menghadapi penolakan dari
anak-anaknya.
2. Tina (Ibu/Isteri Raden Saleh): Ibu ini digambarkan sebagai sosok yang tegar,
meskipun menghadapi perubahan besar dalam hidupnya. Dia memiliki perasaan
campuran terhadap kembalinya Raden Saleh. Meskipun terlihat gugup dan ragu-ragu,
dia mencoba memberikan kesempatan pada suaminya untuk memperbaiki kesalahan
masa lalunya.
3. Gunarto: Sebagai anak tertua, Gunarto merupakan karakter yang keras dan tegas. Dia
merasa sangat terluka oleh kepergian Ayahnya dan menganggapnya sebagai
penyebab penderitaan keluarganya. Sikap keras dan dinginnya terhadap Ayahnya
mencerminkan perasaan kecewa dan kemarahan yang dalam.
4. Maimun: Karakter ini tampak lebih terbuka terhadap kemungkinan memaafkan
Ayahnya. Meskipun Gunarto menunjukkan ketidaksetujuannya, Maimun mencoba
melihat sisi positif dan kemanusiaan dalam diri Ayahnya yang telah menua dan
menghadapi kesulitan.
5. Mintarsih: Meskipun ikut merasakan perasaan sedih dan kecewa keluarganya
terhadap Ayah, Mintarsih terlihat sebagai karakter yang lebih bijak dan penuh kasih
sayang. Dia mencoba untuk membawa kedamaian dan memahami situasi dengan
lebih baik.
Secara keseluruhan, naskah ini mengeksplorasi konflik emosional dan dinamika
keluarga yang kompleks, dengan setiap karakter mewakili sikap dan perasaan yang
berbeda terhadap kehadiran kembali Ayah yang lama menghilang.
Analisis Panggung
Naskah "Ayahku Pulang" menggambarkan panggung sebagai sebuah ruangan
dalam sebuah rumah yang sangat sederhana. Panggung disusun dengan detail,
memberikan gambaran tempat yang kental dengan nuansa kehidupan sehari-hari.
Melacak Jejak Sejarah: Analisis Naskah 'Ayahku Pulang' Sebagai Warisan Seni Teater
Indonesia
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2011
Ruangan tersebut memiliki jendela tua di sebelah kiri dengan pintu di sebelah kanan,
menambahkan elemen keaslian pada panggung. Adanya meja dan kursi yang agak tua di
sebelah kiri ruangan, serta meja makan kecil dengan cangkir teh, kue-kue, dan peralatan
lainnya di sebelah kanan, menciptakan atmosfer intim yang cocok untuk meresapi
dialog dan situasi dramatis yang terjadi.
Deskripsi panggung juga menciptakan latar belakang suara adzan yang memberikan
indikasi saat berbuka puasa, menambah dimensi waktu pada panggung. Selain itu,
pengaturan panggung dengan latar belakang suara beduk, takbir, dan suasana Idul Fitri
menghadirkan elemen religius yang memberi warna pada cerita. Panggung juga menjadi
saksi dialog antara karakter-karakter utama, seperti Gunarto dan Ibunya, yang
memperkuat naratif cerita. Desain panggung yang sederhana ini memberikan fokus pada
interaksi antar karakter dan mendukung pengembangan alur cerita yang penuh emosi.
Adanya suara adzan, beduk, dan takbir sebagai latar belakang juga memberikan
kedalaman pada suasana panggung, mengaitkan cerita dengan konteks budaya dan
keagamaan.
Elemen panggung pada naskah ini memiliki peran yang cukup signifikan dalam
menciptakan atmosfer dan nuansa cerita. Deskripsi panggung yang disajikan di awal
membentuk gambaran rumah sederhana yang hangat dan penuh dengan nuansa
kehidupan sehari-hari. Panggung yang menggambarkan ruangan dalam rumah dengan
kursi, meja makan, dan peralatan lainnya memberikan kesan keintiman dan
kebersamaan keluarga.
Selain itu, penggunaan suara-suara latar seperti adzan, bedug, dan takbir sejak awal
sandiwara memberikan kesan bahwa cerita ini berlatar waktu pada hari raya Idul Fitri.
Suara-suara ini menciptakan atmosfer yang kental dengan nilai-nilai keagamaan dan
kebersamaan keluarga, yang dapat memengaruhi emosi penonton.
Pada intinya, panggung dengan deskripsi yang mendetail dan suara-suara latar
tersebut berhasil memberikan dasar yang kuat untuk membangun atmosfer cerita.
Ketika tokoh-tokoh mulai berbicara, elemen panggung terus memberikan dukungan
visual dan auditif yang mendalam. Misalnya, ketika Gunarto mengungkapkan
ketidaksetujuannya terhadap kedatangan Ayahnya, panggung mungkin bisa
menunjukkan ekspresi wajah yang mencerminkan ketegangan, dan suara panggung
dapat menekankan emosi yang terlibat.
Ketika Raden Saleh tiba-tiba muncul, atmosfer cerita berubah secara dramatis.
Panggung harus mampu menciptakan momen kejutan yang sesuai dengan narasi.
Kemudian, dialog dan ekspresi wajah para tokoh akan semakin memperkuat atmosfer,
terutama ketika mereka mulai menyadari identitas Ayah mereka.
Dengan demikian, deskripsi panggung dalam naskah "Ayahku Pulang" tidak hanya
berfungsi sebagai latar fisik bagi peristiwa cerita, tetapi juga sebagai elemen penunjang
nuansa dan emosi dalam drama yang dipresentasikan oleh Usmar Ismail. Elemen
panggung dalam naskah ini memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung
atmosfer dan nuansa cerita. Keseluruhan pengaturan panggung, pencahayaan, dan
Anwar Faris, Wachyudin
2012 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
elemen-elemen visual lainnya dapat berkontribusi untuk menciptakan pengalaman teater
yang mendalam dan menggugah emosi penonton.
Analisis Konflik
Dalam sandiwara "Ayahku Pulang" karya Usmar Ismail, konflik utama muncul
melalui hubungan antara Gunarto dan Ayahnya, Raden Saleh. Gunarto menunjukkan
penolakan terhadap kehadiran Ayahnya dan merasa bahwa kepergian Ayahnya dua
puluh tahun lalu telah membawa penderitaan bagi keluarga. Konflik ini memberikan
dimensi emosional yang mendalam pada kisah keluarga ini.
Gunarto, anak laki-laki tertua, digambarkan sebagai sosok yang keras dan penuh
tekad. Dia menjadi tulang punggung keluarga setelah kepergian Ayahnya, bekerja keras
untuk menyokong keluarganya. Namun, ketika Ayahnya tiba-tiba muncul, Gunarto
menunjukkan ketidaksetujuan dan ketidaksukaannya. Dia menyalahkan Ayahnya atas
penderitaan keluarga mereka dan menolak mengakui kembali hubungan ayah-anak.
Ibu, yang diperankan oleh Tina, mencoba untuk menjaga kedamaian dan menghibur
anak-anaknya. Meskipun Ibu mencoba mengingatkan tentang masa lalu yang sulit dan
menyatakan bahwa Ayah masih bisa merasa sayang kepada mereka, Gunarto tetap teguh
pada pandangannya. Dia tidak bersedia memberikan pengampunan kepada Ayahnya
yang sudah lama pergi.
Maimun, adik laki-laki Gunarto, dan Mintarsih, adik perempuan, memberikan
perspektif yang berbeda terhadap kehadiran Ayah. Maimun menunjukkan keterbukaan
dan keinginan untuk merawat Ayah yang telah tua, sedangkan Mintarsih lebih merasa
sedih dan terguncang oleh konflik tersebut.
Konflik ini mencapai puncaknya ketika Raden Saleh, sang Ayah, tiba di rumah.
Pertemuan mereka dipenuhi dengan ketidaknyamanan, kekecewaan, dan penderitaan
emosional. Gunarto menolak memberikan air minum untuk Ayahnya dan menegaskan
bahwa mereka tidak membutuhkan Ayah yang baru muncul setelah lama menghilang.
Dengan penggunaan simbol-simbol seperti suara bedug dan takbir yang mengiringi
pertunjukan, penulis menciptakan atmosfer dramatis yang memperkuat suasana hati
para karakter. Keseluruhan, "Ayahku Pulang" menjadi sebuah narasi kompleks yang
menggambarkan dinamika rumah tangga yang terpengaruh oleh kepergian dan
kembalinya seorang Ayah, serta bagaimana masing-masing anggota keluarga
meresponsnya secara berbeda.
Perkembangan Karakter
Gunarto mengalami perkembangan karakter yang signifikan dalam naskah "Ayahku
Pulang" karya Usmar Ismail. Dari awal cerita yang penuh kekesalan terhadap Ayahnya
yang meninggalkan keluarganya, Gunarto kemudian menunjukkan perubahan yang
lebih terbuka pada akhirnya, terutama setelah intervensi Maimun. Awalnya, Gunarto
mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap Ayah yang meninggalkan mereka dalam
Melacak Jejak Sejarah: Analisis Naskah 'Ayahku Pulang' Sebagai Warisan Seni Teater
Indonesia
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2013
keadaan sengsara, tanpa meninggalkan sepatah kata pun. Dia menggambarkan masa
kecilnya yang sulit dan perjuangan keras Ibu untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Namun, ketika Ayah muncul kembali setelah dua puluh tahun, Gunarto menolak
mengakui Ayahnya, menganggapnya sebagai beban masa lalu yang tidak diinginkan.
Gunarto menunjukkan sikap keras dan dingin, tidak menerima Ayahnya kembali ke
dalam hidupnya. Meskipun Maimun dan Ibu berusaha meyakinkannya bahwa Ayah
mereka perlu diampuni, Gunarto tetap bertahan dalam keyakinannya bahwa mereka
tidak memerlukan Ayah yang telah meninggalkan mereka. Konflik ini mencapai
puncaknya ketika Ayah berusaha menggambarkan penyesalannya dan keinginan untuk
memperbaiki kesalahannya, namun Gunarto tetap teguh pada sikapnya yang keras.
Dalam naskah "Ayahku Pulang" karya Usmar Ismail, tergambar dinamika keluarga
yang dipenuhi oleh kehidupan sederhana dan penuh kesulitan. Analisis mengenai
karakter Maimun, anak kedua dari Ayah dan Ibu yang menjadi sorotan, mengungkapkan
sifatnya yang lebih menerima Ayahnya. Meskipun Ayahnya kembali setelah lama
meninggalkan keluarga, Maimun menunjukkan sikap penyayang dan penerimaan.
Dalam adegan tersebut, Maimun muncul sebagai tokoh yang menyimpan
kebahagiaan atas kedatangan Ayahnya. Meskipun Ayahnya kembali dalam keadaan tua
dan terpuruk, Maimun menunjukkan kehangatan dan keinginan untuk memelihara
hubungan keluarga. Sikapnya yang senang dan antusias menciptakan kontrast dengan
reaksi keras dan dingin yang ditunjukkan oleh Gunarto, kakak Maimun.
Gunarto, anak tertua keluarga, menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap
kedatangan Ayahnya. Dalam dialognya, Gunarto mengekspresikan ketidakpuasannya
terhadap Ayah yang pernah meninggalkan mereka dalam kesengsaraan. Persoalannya
menggambarkan rasa pahit yang masih melekat pada karakter Gunarto, yang merasa
tidak memerlukan kehadiran Ayah dalam hidupnya.
Sementara itu, Ibu dan Mintarsih menunjukkan reaksi yang kompleks terhadap
kedatangan Ayah. Ibu terlihat gelisah, menciptakan atmosfer konflik internal di antara
anggota keluarga. Mintarsih, adik bungsu, menunjukkan perasaan haru dan penyesalan
melalui tangisannya. Ini menciptakan dinamika yang rumit dalam hubungan keluarga, di
mana setiap anggota keluarga memiliki respons dan perasaan yang berbeda terhadap
kedatangan Ayah.
Dengan begitu, analisis karakter Maimun dalam konteks cerita ini menggambarkan
kompleksitas hubungan keluarga, di mana setiap individu bereaksi dengan cara yang
unik terhadap kembalinya Ayah setelah sekian lama.
KESIMPULAN
Dalam penelitian yang mendalam terhadap naskah "Ayahku Pulang" karya Usmar
Ismail, telah terungkap kompleksitas dinamika keluarga yang dipenuhi oleh kehidupan
sederhana dan penuh kesulitan. Analisis karakter, terutama melalui sorotan pada
Maimun, menunjukkan bahwa dalam konteks keluarga yang dipenuhi perasaan campur
aduk terhadap kedatangan Ayah yang lama absen, terdapat keragaman respons dan
sikap. Maimun, sebagai tokoh utama dalam analisis ini, muncul sebagai pribadi yang
mampu menerima Ayahnya dengan penuh kehangatan dan kesukaan, menciptakan
Anwar Faris, Wachyudin
2014 Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024
kontrast yang kuat dengan sikap dingin dan keras yang ditunjukkan oleh kakaknya,
Gunarto.
Gunarto, sebagai anak tertua, membawa beban perasaan kecewa yang mendalam
terhadap Ayahnya, memperlihatkan rasa ketidaksetujuannya secara tegas. Respons ini
menggambarkan luka batin yang dalam akibat dari kepergian Ayah yang telah
meninggalkan keluarga dalam kesengsaraan. Sementara itu, reaksi Ibu dan Mintarsih
memperlihatkan konflik internal dan perasaan yang rumit di dalam keluarga,
menciptakan atmosfer ketegangan dan kegelisahan. Pentingnya analisis karakter
Maimun, yang mencerminkan sikap penerimaan dan kasih sayang terhadap Ayah,
menyoroti bahwa setiap anggota keluarga memiliki peran dan kontribusi uniknya dalam
membentuk dinamika keluarga. Dengan demikian, "Ayahku Pulang" bukan sekadar
sebuah narasi tentang kembalinya seorang Ayah, melainkan juga sebuah lukisan
kompleksitas hubungan keluarga yang mampu meresap ke dalam emosi penonton.
Penelitian ini juga membahas aspek panggung dengan memperhatikan deskripsi
ruangan dan objek-objek panggung yang mendukung atmosfer cerita. Suara-suara latar
seperti adzan, bedug, dan takbir membentuk dimensi waktu dan keagamaan,
memberikan nuansa yang mendalam pada pengalaman teater. Panggung bukan hanya
menjadi latar fisik, tetapi juga elemen penunjang yang memperkuat emosi dan pesan
dalam naskah. Analisis konflik dalam naskah membuka jendela ke dalam perubahan
karakter, terutama melalui perkembangan Gunarto yang awalnya keras dan tegas,
namun kemudian mengalami perubahan menjadi lebih terbuka. Konflik tersebut
memberikan dimensi emosional yang mendalam dan memberikan wawasan tentang
bagaimana masing-masing karakter merespon dan tumbuh dalam menghadapi tantangan
keluarga.
Dengan demikian, kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa "Ayahku Pulang"
bukan hanya sebuah karya seni teater yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia,
tetapi juga sebuah cermin kompleksitas manusia dalam merespons perubahan dan
kembalinya orang yang pernah meninggalkan keluarga. Melalui analisis mendalam
terhadap karakter, panggung, dan konflik, penelitian ini berhasil membuka wawasan
baru terhadap nilai-nilai budaya, moral, dan estetika yang terkandung dalam karya seni
tersebut. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi berharga dalam
menggali sejarah seni teater Indonesia dan memperluas pemahaman kita terhadap
perjalanan budaya yang kaya dan kompleks
BIBLIOGRAFI
Abbott, H. Porter. (2008). Narrative And Emergent Behavior. Poetics Today, 29(2),
227244.
Asfar, Irfan Taufan, & Taufan, Irfan. (2019). Analisis Naratif, Analisis Konten, Dan
Analisis Semiotik (Penelitian Kualitatif). No. January, 113.
Assingkily, Muhammad Shaleh. (2021). Pendekatan Dalam Pengkajian Islam (Cara
Memahami Islam Dengan Benar, Ilmiah & Metodologis). Penerbit K-Media.
Cahyadi, Dian, & Ds, M. (2020). Filsafat Ilmu: Seni Sebagai Alat Atau Tujuan?
Hadipratama, Bobby. (2017). Adaptasi Naskah Drama Kocak-Kacik Karya Arifin C.
Noer Ke Dalam Pementasan Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa
Dan Sastra Indonesia Di Sma (Studi Kasus Pementasan Teater El Na’ma
Indonesia).
Hamali, Sambudi, Riswanto, Ari, Zafar, Tetty Sufianty, Handoko, Yudo, Sarjana, I.
Wayan Mula, Saputra, Dony, Manafe, Henny A., Susanti, Irma, Kurniawan,
Melacak Jejak Sejarah: Analisis Naskah 'Ayahku Pulang' Sebagai Warisan Seni Teater
Indonesia
Syntax Idea, Vol. 6, No. 05, Mei 2024 2015
Shelvy, & Sarjono, Haryadi. (2023). Metodologi Penelitian Manajemen: Pedoman
Praktis Untuk Penelitian & Penulisan Karya Ilmiah Ilmu Manajemen. Pt.
Sonpedia Publishing Indonesia.
Hermans, Hubert J., Kempen, Harry J., & Van Loon, Rens J. (1992). The Dialogical
Self: Beyond Individualism And Rationalism. American Psychologist, 47(1), 23.
Lanser, Susan. (2014). Gender And Narrative. Handbook Of Narratology, Bd. I,
Berlin/Boston, 22014, 206218.
Magalhães, Filipa. (2022). Music, Performance, And Preservation: Insights Into
Documentation Strategies For Music Theatre Works. International Journal Of
Performance Arts And Digital Media, 18(3), 316340.
Maulana, Ikhsan Taufik. (2019). Analisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dalam Buku
Kumpulan Teks Drama “Teater Dalam Demokrasi-Demokrasi Dalam Teater”
Sebagai Alternatif Pemilihan Bahan Ajar Drama Pada Siswa Kelas Xi Sma.
Universitas Siliwangi.
Polkinghorne, Donald E. (1991). Narrative And Self-Concept. Journal Of Narrative And
Life History, 1(23), 135153.
Santoso, Gunawan. (2022). Seni Dan Kreativitas Sebagai Medium Pemersatu Dalam
Masyarakat Multikultural. Jurnal Pendidikan Transformatif, 1(2), 2938.
Septiari, Wahyu Dini, Marmoah, Sri, Nurhasanah, Farida, & Wicaksana, Muhlis Fajar.
(2023). Menggali Kreativitas Sastra Melalui Pendekatan Teori Sastra Modern:
Implikasi Bagi Pengajaran Sastra Di Era Digital. Jurnal Ilmiah Dikdaya, 13(2),
536540.
Supatmo, Supatmo. (2021). Meneguhkan Literasi Multikultural Melalui Pendidikan
Seni: Perspektif Dan Urgensi Pembelajaran Seni Budaya Abad 21 Di Sekolah.
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (Prosnampas), 4(1), 3238.
Thrift, Nigel. (2000). Performing Cultures In The New Economy. Annals Of The
Association Of American Geographers, 90(4), 674692.
Copyright holder:
Anwar Faris, Wachyudin (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: