How to cite:
Marianus Tapung (2024) Pendekatan Lesson Study pada Kegiatan Lokakarya Implementasi Kurikulum
Merdeka di SMAN 1 Lelak Kabupaten Manggarai, (6) Issue, https://doi.org/
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
PENDEKATAN LESSON STUDY PADA KEGIATAN LOKAKARYA
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DI SMAN 1 LELAK
KABUPATEN MANGGARAI
Marianus Tapung
Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng, NTT, Indonesia
Abstrak
Pendekatan Lesson Study merupakan pendekatan pembelajaran kolaboratif yang efektif
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengembangan kurikulum Merdeka pada
satuan pendidikan. Tujuan kegiatan ini untuk menguatkan kapasitas guru-guru di SMAN
1 Lelak Kabupaten Manggarai dalam mengimplementasi Kurikulum Merdeka. Dari
umpan balik setelah kegiatan berlangsung, tingkat partisipasi dan pemahaman 65 Guru
SMA Negeri 1 Lelak terhadap tahapan Perencanaan Pembelajaran, Praktik Pembelajaran,
Pengamatan Pembelajaran, Diskusi dan Analisis, sudah masuk dalam kategori “baik”
(4,45) dari skala 1-4. Sementara tahapan Refleksi perbaikan dan Implementasi Lanjutan,
praktik Lesson Study, masih dalam kategori “kurang baik” (3,6). Dalam hal ini, perlu ada
upaya dari sekolah untuk meningkatkan kemampaun refleksi, perbaikan dan
implementasi lanjutan dari para guru dalam kegiatan praktik pembelajaran di kelas. Jadi,
pendekatan Lesson Study sangat efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan
pengembangan kurikulum bagi guru-guru di SMAN 1 Lelak Kabupaten Manggarai. Para
guru-guru berhasil memperbaiki keterampilannya dalam menyusun perangkat ajar dan
mengimplementasikannya dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang efektif
melalui praktik Lesson Study. Kegiatan lokakarya yang diadakan dapat dijadikan contoh
bagi sekolah-sekolah lain untuk menerapkan praktik Lesson Study dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengembangan kurikulum yang lebih adaptif
dan kolaboratif.
Kata kunci: Lesson Study, Kurikulum Merdeka, Lokakarya
PENDAHULUAN
Praktik Lesson Study (LS) adalah sebuah pendekatan pengembangan
profesionalisme guru yang berasal dari Jepang (Fernandez & Chokshi, 2002). Pendekatan
ini melibatkan kolaborasi antara guru-guru dalam merencanakan, mengajar, mengamati,
dan merefleksikan pelajaran secara bersama-sama. LS bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui refleksi mendalam dan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana siswa belajar. Selain itu, LS adalah model pengembangan profesional yang
sangat populer dan berkembang pesat di sektor pendidikan (Hendrayana, 2007).
Pendekatan ini telah merevolusi cara guru belajar dan mengajar, dan telah terbukti
menjadi metode yang efektif untuk meningkatkan interaktivitas dan kolaborasi antara
guru dan siswa. Konsep LS berasal dari Jepang pada akhir abad ke-19 dan diperkenalkan
sebagai praktik untuk meningkatkan metode pengajaran. Sejak saat itu, pendekatan ini
telah diadopsi dan diadaptasi di banyak negara di dunia, termasuk Amerika Serikat,
JOURNAL SYNTAX IDEA
p–ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 04, April 2024
Marianus Tapung
1562 Syntax Idea, Vol. 6, No. 04, April 2024
Singapura, dan Indonesia. Salah satu ahli yang mempopulerkan konsep LS adalah Dr.
Clea Fernandez, seorang peneliti dan pendidik asal Amerika yang dikenal luas atas
kontribusinya dalam bidang pendidikan (Sulistyo & Wiradimadja, 2019). Fernandez
menerbitkan makalah tentang LS pada tahun 2002, yang berjudul "Belajar dari
pendekatan Jepang terhadap pengembangan profesional: kasus LS." Makalah ini
membantu memperkenalkan konsep LS ke dunia berbahasa Inggris. Dalam artikel ini, Dr.
Clea Fernandez mengeksplorasi bagaimana kontribusinya berdampak pada sistem
pendidikan di seluruh dunia (Setyawan et al., 2019).
Dalam konteks praktik Lesson Study pada kegiatan lokakarya implementasi
Kurikulum Merdeka, para guru akan menggunakan metode LS untuk memperdalam
pemahamannya tentang bagaimana menerapkan Kurikulum Merdeka di sekolahnya,
dengan mengikuti langkah-langkah (Kusuma et al., 2023), seperti: Pertama, perencanaan
bersama. Guru-guru akan bekerja sama untuk merencanakan sebuah pelajaran yang akan
diajarkan sesuai dengan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka. Guru-guru merancang
tujuan pembelajaran, strategi pengajaran, dan penilaian yang sesuai dengan kebutuhan
siswa dan konteks lokal. Kedua, pengamatan pelajaran. Salah satu guru akan mengajar
pelajaran yang telah direncanakan, sementara guru lainnya akan mengamati dengan
cermat bagaimana pembelajaran berlangsung. Mereka akan mencatat interaksi antara
guru dan siswa, strategi pengajaran yang digunakan, serta reaksi dan tingkat pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran. Ketiga, diskusi dan analisis. Setelah pelajaran
selesai, guru-guru akan berkumpul untuk mendiskusikan pengalaman pengajaran
tersebut. Guru-guru akan berbagi pemikiran dan refleksinya tentang apa yang telah
berjalan dengan baik dan apa yang perlu diperbaiki. Diskusi ini akan memungkinkan
Guru-guru untuk mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang efektivitas strategi
pengajaran dan implementasi Kurikulum Merdeka. Keempat, perbaikan dan revisi.
Berdasarkan diskusi dan analisis tersebut, guru-guru akan membuat perbaikan atau revisi
pada rencana pelajarannya. Para guru mungkin akan menyesuaikan strategi pengajaran,
menambahkan atau menghapus elemen-elemen tertentu, atau membuat perubahan
lainnya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Kelima, implementasi lanjutan.
Guru-guru menerapkan perubahan yang telah dibuat dalam praktik pengajarannya. Proses
LS dapat terus berlanjut dengan siklus perencanaan, pengajaran, pengamatan, dan refleksi
yang terus-menerus untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui praktik LS
pada kegiatan lokakarya implementasi Kurikulum Merdeka, diharapkan para guru dapat
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana menerapkan
konsep-konsep Kurikulum Merdeka dalam praktik pengajarannya, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian siswa.
Praktik LS memiliki relevansi yang besar dengan implementasi Kurikulum
Merdeka. Sebagai pendekatan pembelajaran kolaboratif, LS dapat membantu guru dan
tenaga pendidik dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum secara lebih fleksibel,
sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan pendidikan (Pasaribu, 2023).
Implementasi Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada para guru untuk
mengembangkan dan mengevaluasi kurikulum berdasarkan kebutuhan siswa dan kondisi
sekolah. Praktik LS menjadi alat yang efektif untuk menerapkan pendekatan ini dalam
memahami konsep yang lebih efektif (Mawaddah Islamiyah et al., 2022). Dalam LS, para
guru dan tenaga pendidikan belajar bersama dalam pengembangan kurikulum dengan
cara yang lebih kolaboratif. Mereka berdiskusi, berbagi informasi dan pengalaman pada
setiap tahapan pengembangan kurikulum. Dalam diskusi tersebut, mereka berfokus pada
tujuan pembelajaran, merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta
Pendekatan Lesson Study pada Kegiatan Lokakarya Implementasi Kurikulum Merdeka
di SMAN 1 Lelak Kabupaten Manggarai
Syntax Idea, Vol. 6, No. 3, March 2024 1563
mengevaluasi hasil (Ramadhani, 2018). Seiring berjalannya waktu, para guru dan tenaga
pendidik dapat mengaplikasikan hasil evaluasi ke dalam rencana pembelajaran pada saat
mengevaluasi pembelajaran berikutnya. Jadi, praktik LS sangat relevan dalam
implementasi Kurikulum Merdeka karena memberikan cara yang efektif untuk menyusun
kurikulum yang lebih efektif dan mengevaluasi hasil pembelajaran secara terus-menerus
(Widiyanto, 2018). Pendekatan ini membuka kesempatan bagi guru dan pengelola
sekolah untuk melibatkan siswa sebagai protagonis dalam pembelajaran serta
menghasilkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya.
SMAN 1 Lelak merupakan salah satu sekolah yang di kabupaten manggarai yang
menjalankan kurikulum merdeka dengan skema Mandiri Berubah. Dengan skema ini
SMAN secara mandiri untuk mengimplemetasi Kurikulum Merdeka dalam seluruh
praktik pemnbelajaran dari kelas X-XII. Dalam rangka peningkatan dan penguatan
kapasitas guru dalam mengimplementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri maka
dibuatlah kegiatan Lokakarya dengan pendekatan Lesson Study dengan tujuan
pembelajaran semakin berkualitas yang berdampak pada peningkatan kompetensi hasil
belajar siswa dan pengembangan diri guru serta pengakuan terhadap keberadaan sekolah.
METODE PENELITIAN
Metode atau pendekatan yang dipakai dalam kolakarya ini adalah Lesson Study.
Pendekatan Lesson Study dalam pendidikan, pertama kali dipopulerkan oleh Dr. Clea
Fernandez, yang adalah seorang peneliti dan pendidik Amerika Serikat. Pada artikel
berjudul "Learning from Japanese approaches to professional development: the case of
Lesson Study" (Fernandez, 2002), Clea memperkenalkan konsep Lesson Study kepada
dunia. Dalam karyanya "LS: A Handbook" dan "Teacher Learning in Lesson Study: A
Guidebook for Teacher Educators." (2002) (Fernandez et al., 2003), dia menggambarkan
gagasan-gagasan penting tentang Lesson Study, yang kemudian memberikan dampak
yang signifikan pada dunia pendidikan, di Amerika Serikat, Jepang dan beberapa negara
Erapa, bahkan di seluruh dunia. Setelah diadaptasi dan dimodifikasi, adapun tahapan
penting dari Lesson Study (Fernandez & Chokshi, 2002), yakni: 1) Perencanaan
pembelajaran secara kolaboratif terkait dengan tujuan pembelajaran, strategi pengajaran,
dan penilaian. 2) Pembelajaran di kelas yang dilakukan salah seorang guru, sementara
yang lainnya mengamati dengan cermat. 3) Pengamatan. Guru pengamat mencatat semua
yang terjadi selama pelajaran, termasuk respons siswa dan efektivitas strategi pengajaran.
4) Diskusi dan Analisis. Setelah pelajaran selesai, guru-guru berkumpul untuk
mendiskusikan hasil pengamatan dan menganalisis keefektifan strategi pengajaran. 5)
Refleksi dan Perbaikan. Berdasarkan diskusi, guru-guru merefleksikan pelajaran tersebut
dan membuat perbaikan atau revisi pada rencana pembelajaran. 6) Implementasi
Lanjutan. Guru-guru menerapkan perubahan yang telah dibuat dalam praktik
pengajarannya, dan siklus Lesson Study bisa dimulai kembali untuk pelajaran berikutnya.
Tahapan-tahapan ini memungkinkan guru untuk secara kolaboratif meningkatkan praktik
pengajaran dengan berpegang pada prinsip-prinsip refleksi dan perbaikan berkelanjutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun kegiatan PkM ini dijalankan dengan tahapan berikut ini: 1. Korespondensi
dan koordinasi dengan pihak sekolah atau prakondisi untuk rencana kegiatan lokakarya
(Minggu ke-3, September 2023). 2. Penggalian informasi mengenai pemahaman
Kurikulum Merdeka dan Lesson Study dalam diri guru SMAN 1 Lelak sebagai evaluasi
diagnostik (Minggu ke-4 September 2023). 3. Penyusunan dan pengembangan materi oleh
Marianus Tapung
1564 Syntax Idea, Vol. 6, No. 04, April 2024
narasumber berdasarkan penggalian evaluasi diagnostic (Minggu ke-1, Oktober 2023). 4.
Lokakarya implementasi Kurikulum Merdeka dengan Pendekatan LS (21-22 Oktober
2023). 5. Membuat umpan balik pemahaman Guru terkait dengan Implementasi
Kurikulum Merdeka dengan pendekatan LS (Minggu ke-3, Oktober 2023). 6.
Rekomendasi dan rencana tindak lanjut.
Langkah-langkah PkM digambarkan dengan Diagram 1 di bawah ini.
Diagram 1. Langkah-langkah PkM
Selanjutnya tahapan kegiatan Lokakarya implementasi Kurikulum Merdeka
dengan pendekatan Lesson Study, yang merupakan hasil modifikasi dan adaptasi dari
berbagai sumber dan sesuai dengan kebutuhan serta kepentingan kegiatan ini (Supranoto,
2015), digambarkan dalam tahapan berikut ini: (1) Perencanaan, (2) Praktik
Pembelajaran, (3) Pengamatan Pembelajaran, (4) Diskusi dan Analisis, (5) Refleksi dan
Perbaikan, dan (6) Implementasi Lanjutan.
1. Perencanaan
Pada tahapan "Perencanaan", guru SMA Negeri 1 Lelak dapat melakukan
serangkaian kegiatan yang terstruktur dan kolaboratif untuk merencanakan pelajaran
yang efektif. Berikut adalah beberapa kegiatan yang telah dilakukan: 1) Identifikasi
tujuan pembelajaran. Pada kesempatan ini, guru-guru mendiskusikan bersama untuk
mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut.
Tujuan pembelajaran harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatasan
waktu. Dalam konteks kurikulum Merdeka Belajar, para guru membahas mengenai
Capaian pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP). Selanjutnya, guru-guru fokus pada mengevaluasi sintaks pembelajaran dan
model asesmen yang digunakan untuk mengukur kemampuan pengetahuan factual,
konseptual, prosedural dan metakognitif siswa. Guru-guru mempelajari secara
mendalam mengenai level kognitif siswa menurut Taksonomi Bloom dari Mengingat
(C1), Memahami (C2), Mengaplikasikan (C3), Analisis (C4), Evaluasi (C5) dan
Mencipta (C6). Setelah mendalami level kognitif ini, para guru menganalisis Kata
Kerja Operasional (KKO) dari masing-masing level untuk membantu menyusun
tujuan pembelajaran dan indikator. Selanjutnya, guru-guru membahas tentang bentuk
asesmen formatif dan sumatif. Asesmen tidak tertulis dalam bentuk diskusi kelas,
produk, drama, presentasi, dan tes lisan. Sementara asesmen tertulis dalam bentuk
refleksi, esai, jurnal, poster dan test terulis. Selain itu, mereka juga membahas terkait
dengan cara menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan Indikator Kriteria
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (IKKTP), serta cara menyusun Lembar Kerja
Siswa (LKS). Produk kegiatan ini adalah dokumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk Kurikulum K-13 dan Modul Ajar untuk Kurikulum
Langkah 1:
Koordinasi dengan
Sekolah
(Minggu ke-3,
September 2023).
Langkah 2:
Penggalian
Informasi/Evaluasi
Diagnostik
(Minggu ke-4
September 2023)
Langkah 3:
Penyusunan dan
pengembangan
materi Lokakarya
(Minggu ke-1,
Oktober 2023)
Langkah 4:
Lokakarya IKM
Pendekatan
Lesson Study (21-
22 Oktober 2023).
Langkah 5:
Membuat Umpan
Balik dan analisis
hasil
(Minggu ke-3,
Oktober 2023)
Langkah 6:
Rekomendasi dan
RTL
(semester genap
2023/2024)
Pendekatan Lesson Study pada Kegiatan Lokakarya Implementasi Kurikulum Merdeka
di SMAN 1 Lelak Kabupaten Manggarai
Syntax Idea, Vol. 6, No. 3, March 2024 1565
Merdeka. 2) Rancang rencana Pembelajaran. Para guru secara kolaboratif merancang
rencana pelajaran yang mencakup langkah-langkah detail tentang apa yang akan
diajarkan, bagaimana itu akan diajarkan, dan bagaimana siswa akan dievaluasi.
Termasuk dalam rencana tersebut strategi pengajaran yang akan digunakan, materi
yang akan disajikan, aktivitas siswa, dan metode evaluasi. Dalam hal ini, pertimbangan
pembelajaran diferensiasi materi ajar, proses dan produk menjadi bagian penting
dalam merancang pembelajaran, termasuk dalam hal penilaian (sumatif dan formatif).
3) Identifikasi materi dan sumber daya. Guru-guru menentukan materi yang akan
diajarkan dan identifikasi sumber daya yang diperlukan, seperti buku teks, bahan ajar,
multimedia, atau alat bantu pembelajaran lainnya. 4) Pembagian tugas. Guru-guru
kemudian membagi tugas-tugas di antara anggota kelompok. Ada yang bertanggung
jawab untuk menyusun materi ajar, sementara yang lainnya fokus pada strategi
pengajaran, dan mengembangkan instrumen evaluasi. 5) Membuat simulasi
pembelajaran. Guru-guru melakukan simulasi atau skenario untuk memperkirakan
bagaimana pelajaran akan berlangsung. Ha ini membantu mengidentifikasi potensi
masalah atau kekurangan dalam perencanaan dan memberikan kesempatan untuk
melakukan perbaikan sebelum pelajaran sesungguhnya. 6) Membuat jadwal observasi
dan instrumen Lembar Observasi (LO) dan Lembar Kerja (LK). Guru-guru Menyusun
berdasarkan Lembar Observasi (LO) dan Lembar Kerja (LK) secara bersama.
Selanjutnya, para guru menentukan waktu dan jadwal untuk mengamati pelajaran yang
direncanakan oleh salah satu anggota kelompok. Pada kesempatan ini, berdasarkan
kesepakatan bersama, kelompok memilih guru yang akan mengajar berdasarkan
keahlian atau pengalaman dalam topik yang akan dibelajarkan. 7) Membuat
rencanakan pertemuan berikutnya. Selanjutnya, guru-guru menentukan jadwal untuk
pertemuan selanjutnya setelah pengajaran selesai. Pertemuan ini akan digunakan untuk
membahas hasil observasi, merefleksikan pelajaran, dan membuat perubahan atau
penyempurnaan jika diperlukan.
Gambar 1.
Pengenalan Materi IKM dan LS
Gambar 2.
Merancang RPP dan Modul Ajar untuk
LS
Marianus Tapung
1566 Syntax Idea, Vol. 6, No. 04, April 2024
Gambar 3.
Persiapan Praktik LS sesuai Mata
Pelajaran
Gambar 4.
Persiapan untuk Pembelajaran LS dan
kegiatan Pengamatan
2. Peraktik Pembelajaran
Pada tahapan "Praktik Pembelajaran di kelas", kelompok guru SMA Negeri 1
Lelak sudah melakukan beberapa kegiatan yang membantu dalam mengamati dan
mengevaluasi pelaksanaan pelajaran. Berikut adalah beberapa kegiatan yang sudah
dilakukan: 1) Membagi tugas pengamatan. Guru-guru yang tidak mengajar dalam
pelajaran tersebut akan mengamati pelajaran dengan seksama berdasarkan Lembar
Observasi (LO) dan Lembar Kerja (LK) yang sudah dibagikan. Guru-guru mencatat
secara detail interaksi antara guru dan siswa, respons siswa terhadap materi yang
diajarkan, serta efektivitas strategi pengajaran yang digunakan dalam LO dan LK. 2)
Merekam Pelajaran. Selama pembelajaran berlangsung semua kegiatan didokumentasi
dalam bentuk foto dan rekaman video. Rekaman ini kemudian dipakai untuk analisis
lebih lanjut dan refleksi di tahap selanjutnya. 3) Pengamatan respons siswa. Guru-guru
pengamat memantau secara aktif respons siswa terhadap materi yang diajarkan.
Merujuk pada LO dan LK, guru-guru telah mencatat apakah siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran, apakah mengalami kesulitan, dan bagaimana bereaksi terhadap strategi
pengajaran yang digunakan. 4) Pencatatan peristiwa penting. Selama pelajaran
berlangsung, guru-guru pengamat mencatat peristiwa-peristiwa penting, seperti
momen-momen ketika siswa menunjukkan pemahaman yang mendalam atau kesulitan
dalam memahami materi tertentu. 5) Pemantauan kinerja guru. Guru-guru pengamat
juga memantau kinerja guru yang mengajar, termasuk kemampuan dalam
menyampaikan materi, keterlibatan dengan siswa, dan fleksibilitas dalam menanggapi
kebutuhan individu siswa. 6) Mengumpulkan data. Selain pencatatan langsung, guru-
guru pengamat juga menggunakan instrumen observasi atau kuesioner untuk
mengumpulkan data tentang berbagai aspek pelajaran yang diamati. 7) Kolaborasi
dengan siswa. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru-guru pengamat
berkolaborasi dengan siswa untuk mendapatkan umpan balik tentang pengalaman
pembelajarannya. Hal ini telah dilakukan melalui diskusi kelompok kecil. Hasil
diskusi dicatat oleh guru sebagai bahan masukan ketika membuat refleksi bersama
para guru.
3. Pengamatan Pembelajaran
Pada tahapan "Pengamatan Pembelajaran", guru-guru SMA Negeri 1 Lelak,
kemudian fokus pada pengamatan langsung terhadap pelaksanaan pelajaran yang telah
direncanakan. Berikut adalah beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok
guru SMA selama tahap ini: 1) Mengobservasi secara aktif. Guru-guru observer,
Pendekatan Lesson Study pada Kegiatan Lokakarya Implementasi Kurikulum Merdeka
di SMAN 1 Lelak Kabupaten Manggarai
Syntax Idea, Vol. 6, No. 3, March 2024 1567
mengamati pelajaran dengan cermat dan aktif, dengan memperhatikan interaksi antara
guru dan siswa, respon siswa terhadap materi pembelajaran, dan efektivitas strategi
pengajaran yang digunakan. 2) Mencatat secara detail. Selama pengamatan, guru-guru
pengamat harus membuat catatan yang detail tentang apa yang diamati. Hal ini
mencakup kegiatan guru menyampaikan materi, tingkat keterlibatan siswa, tanda-
tanda pemahaman atau kesulitan, dan dinamika kelas secara umum. 3) Mencatat
waktu. Pengamat mencatat berapa lama guru menghabiskan waktu untuk
menerangkan materi, memberikan instruksi, memfasilitasi diskusi, dan kegiatan
pembelajaran lainnya. Informasi ini dapat membantu dalam mengevaluasi alokasi
waktu dalam pelajaran. 4) Mencatat perilaku siswa. Selain mengamati interaksi antara
guru dan siswa, guru-guru pengamat juga mencatat perilaku individual siswa,
termasuk tingkat keterlibatan, partisipasi dalam diskusi, kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah, dan respons terhadap pertanyaan guru. 5) Merekam pelajaran.
Untuk kepentingan bahan dan data refleksi, kegiatan pembelajaran direkam dalam
bentuk foto atau video, selama pembelajaran berlangsung. Rekaman ini dapat
digunakan untuk analisis lebih lanjut dan refleksi. 6) Mengumpulkan data tambahan.
Guru-guru pengamat juga menggunakan instrumen LO, LK dan kuesioner untuk
mengumpulkan data tambahan tentang pelaksanaan pelajaran dan persepsi siswa.
4. Diskusi dan Analisis
Pada tahapan "Diskusi dan Analisis", kelompok guru SMA Negeri 1 Lekak
melakukan diskusi dan analisis mendalam terhadap hasil pengamatan pelaksanaan
pelajaran. Berikut adalah beberapa kegiatan yang telah dilakukan selama tahap ini: 1)
Berbagi hasil pengamatan. Setiap anggota kelompok guru berbagi catatan dan
pengamatan pelajaran. Mereka menyampaikan apa yang dilihat, baik aspek positif
maupun area yang mungkin perlu diperbaiki. 2) Mengidentifikasi kekuatan dan
kekurangan. Kelompok guru membahas kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan
pelajaran, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan. Guru-guru mengidentifikasi
faktor-faktor yang berkontribusi pada keberhasilan pelajaran serta area-area yang
memerlukan perbaikan. 3) Analisis terhadap respons siswa. Guru-guru melakukan
analisis mendalam terhadap respons siswa terhadap materi pembelajaran dan strategi
pengajaran yang digunakan. Guru-guru mencoba untuk memahami apa yang berhasil
dalam memfasilitasi pemahaman siswa dan apa yang mungkin perlu disesuaikan. 4)
Perbandingan dengan tujuan Pembelajaran. Guru-guru membandingkan pengalaman
pelajaran dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Guru-guru
mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut tercapai dalam pelajaran yang
diamati. 5) Mendiskusi hal alternatif. Berdasarkan hasil diskusi dan temuannya, guru-
guru menawarkan alternatif strategi pengajaran atau pendekatan yang mungkin lebih
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru-guru mempertimbangkan berbagai
pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. 6)
Merencanakan perbaikan. Berdasarkan analisis, kelompok guru merencanakan
perbaikan atau penyempurnaan yang dilakukan dalam pelaksanaan pelajaran
berikutnya. Guru-guru mengidentifikasi tindakan konkret yang diambil untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
5. Refleksi dan Perbaikan
Pada tahapan "Refleksi dan Perbaikan", guru-guru SMA Negeri 1 Lelak
mengevaluasi kembali pelajaran yang telah diamati dan dianalisis. Berikut adalah
beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kelompok guru selama tahap ini, yakni: 1)
Menganalisis hasil diskusi sebelumnya. Guru-guru kembali memeriksa catatan dan
Marianus Tapung
1568 Syntax Idea, Vol. 6, No. 04, April 2024
hasil diskusi dari tahap diskusi dan analisis sebelumnya. Guru-guru meninjau kembali
temuan-temuan yang telah diidentifikasi dan mengingat kembali rekomendasi
perbaikan yang diusulkan. 2) Membuat refleksi pribadi. Setiap anggota kelompok
melakukan refleksi pribadi tentang pengalaman dalam berpraktik LS. Guru-guru
mempertimbangkan pembelajaran apa yang dapat dipetik dari pengalaman ini, dan
bagaimana pengalaman tersebut dapat meningkatkan praktik pengajaran. 3) Membuat
evaluasi efektivitas perubahan. Jika telah ada perubahan yang diimplementasikan
dalam pelajaran berikutnya, guru-guru SMA mengevaluasi efektivitas perubahan
tersebut. Guru-guru mempertimbangkan apakah perubahan telah membawa perbaikan
yang diharapkan dalam pembelajaran siswa. 4) Diskusi Kelompok. Guru-guru
berkumpul kembali untuk berbagi refleksinya dan membahas hasil evaluasi terhadap
perubahan yang telah diimplementasikan. Mereka membandingkan pemahaman
tentang efektivitas strategi pengajaran dan pendekatan yang telah diujikan. 5)
Mengidentifikasi peluang perbaikan. Berdasarkan evaluasi, guru-guru
mengidentifikasi peluang perbaikan tambahan. Guru-guru mencari tahu apakah ada
aspek tertentu dari pembelajaran yang masih memerlukan penyesuaian atau tindakan
lanjutan. 6) Merencanakan tindakan selanjutnya. Berdasarkan refleksi dan identifikasi
peluang perbaikan, kelompok guru merencanakan tindakan selanjutnya, termasuk
pengujian strategi pengajaran baru, penyesuaian pada rencana pelajaran, atau
pelaksanaan pengamatan tambahan. 7) Membuat pemantauan berkelanjutan. Guru-
guru menetapkan rencana untuk memantau dan mengevaluasi efektivitas perubahan
yang telah diimplementasikan. Guru-guru menetapkan jadwal untuk melakukan
evaluasi berkelanjutan guna memastikan bahwa perbaikan yang telah dilakukan, mesti
berkelanjutan dan berdampak positif pada pembelajaran siswa.
6. Implementasi Lanjutan
Pada tahap "Implementasi Lanjutan", para guru SMA Negeri 1 Lelak
melanjutkan praktik pengajarannya dengan menerapkan perubahan atau penyesuaian
yang telah diidentifikasi selama tahap refleksi dan perbaikan. Berikut adalah beberapa
kegiatan yang harus dilakukan oleh guru-guru selama tahap ini: 1) Implementasi
perubahan. Guru-guru kemudian menerapkan perubahan atau penyesuaian yang telah
diidentifikasi selama tahap refleksi dan perbaikan dalam praktik pengajaran, termasuk
penggunaan strategi pengajaran baru, penyesuaian pada rencana pembelajaran, atau
pendekatan yang berbeda dalam menyajikan materi. 2) Pemantauan dan evaluasi.
Guru-guru terus memantau dan mengevaluasi efektivitas perubahan yang telah
diimplementasikan dalam praktik pengajarannya. Guru mencatat respons siswa, hasil
pembelajaran, dan kemajuan siswa untuk menilai apakah perubahan tersebut telah
berhasil. 3) kolaborasi dan diskusi. Kelompok guru terus berkolaborasi dan berdiskusi
tentang pengalamannya dalam menerapkan perubahan. Mereka berbagi pemikiran dan
temuannya, serta memberikan dukungan dan umpan balik satu sama lain. 4) Pertemuan
rutin. Guru-guru menjadwalkan pertemuan rutin untuk memantau kemajuan dan
berbagi informasi tentang implementasi perubahan. Hal ini memberi kesempatan
untuk terus berkomunikasi dan berkoordinasi dalam upaya meningkatkan kualitas
pengajaran. 5) Evaluasi berkelanjutan. Guru-guru melakukan evaluasi secara
berkelanjutan terhadap implementasi dan perubahannya. Mereka mengevaluasi
apakah perubahan tersebut berhasil dalam meningkatkan pembelajaran siswa dan
memenuhi tujuan pembelajaran yang ditetapkan. 6) Penyesuaian lanjutan. Guru-guru
melakukan penyesuaian lanjutan berdasarkan hasil evaluasi. Guru dapat membuat
perubahan tambahan atau menyesuaikan pendekatan berdasarkan pembelajaran dari
Pendekatan Lesson Study pada Kegiatan Lokakarya Implementasi Kurikulum Merdeka
di SMAN 1 Lelak Kabupaten Manggarai
Syntax Idea, Vol. 6, No. 3, March 2024 1569
pengalaman implementasi. 7) Berbagi praktik baik pembelajaran (pengimbasan
praktik baik). Guru-guru berbagi hasil praktik baik dari implementasi perubahan
secara internal maupun eksternal, di sekolah atau dengan komunitas pendidikan
lainnya. Mereka berbagi pembelajaran dan memberikan wawasan tentang apa yang
telah berhasil dan apa yang masih perlu diperbaiki. Melalui kegiatan-kegiatan ini, guru
SMAN 1 Lelak memastikan bahwa perubahan yang dilakukan dalam praktik
pengajaran, sifatnya berkelanjutan dan berdampak positif pada pembelajaran siswa.
Ha ini memungkinkan para guru SMAN 1 Lelak, terus meningkatkan kualitas
pengajarannya melalui pendekatan LS yang berkelanjutan dan reflektif.
Gambar 5.
Melihat Persiapan Modul Ajar,
RPP dan Lembar Obesrvasi dan
Lembar Kerja Guru
Gambar 6
Praktik Pembelajaran di Kelas
dan Pengamatan oleh rekan
sejawat
Gambar 7.
Praktik Pembelajaran di Kelas dan
Pengamatan oleh rekan sejawat
Gambar 8.
Diskusi, Analisis, Refleksi dan
Rencana Perbaikan
Untuk mengukur tingkat “partisipasi” dan “pemahaman” terhadap masing-masing
tahapan di atas, dari 65 orang guru SMAK Negeri 1 Lelak, penyelenggara dan fasilitator
membuat instrumen umpan baik berbentuk skala Likert (1-4) dalam bentuk link google
form. Adapun beberapa pertanyaan umpan baik dari segi “partisipasi” guru terhadap
praktik pembelajaran kurikulum merdeka dengan pendekatan LS, yakni: 1) Bagaimana
pengalaman Anda dalam merencanakan pembelajaran LS? 2) Bagaimana proses praktik
pembelajaran berjalan menurut pengamatan Anda? 3) Apa yang paling menarik atau
berharga bagi Anda saat mengamati pembelajaran? 4) Bagaimana Anda merasa tentang
diskusi dan analisis setelah praktik pembelajaran? 5) Apakah ada ide atau wawasan
khusus yang Anda dapatkan dari diskusi tersebut? 6) Bagaimana Anda merefleksikan
pengalaman pembelajaran Anda secara pribadi? 7) Apakah ada aspek tertentu dari praktik
pembelajaran yang Anda ingin perbaiki? 8) Bagaimana Anda berencana untuk
menerapkan perbaikan atau perubahan berdasarkan pembelajaran dari LS? 9) Apakah ada
Marianus Tapung
1570 Syntax Idea, Vol. 6, No. 04, April 2024
tantangan atau hambatan yang Anda alami selama proses ini? 10) Apakah Anda merasa
bahwa LS telah membantu Anda meningkatkan praktik pembelajaran Anda?
Adapun hasil umpan balik terhadap rata-rata tingkat “partisipasi” guru-guru SMA
Negeri 1 Lelak, seperti yang tergambar pada diagram 2 di bawah ini.
Gambar 9.
Tingkat Partisipasi Guru-guru SMAN 1 Lelak
dalam Praktik LS
Sedangkan pertanyaan umpan baik dari segi “pemahaman” guru-guru SMA
Negeri 1 Lelak terhadap praktik pembelajaran kurikulum merdeka dengan pendekatan
LS, yakni: 1) Bagaimana Anda merencanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan LS? 2) Apa saja
strategi yang Anda terapkan selama praktik pembelajaran untuk memfasilitasi
pemahaman siswa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah Anda buat? 3)
Bagaimana Anda mengamati interaksi antara guru dan siswa serta antar siswa selama sesi
pembelajaran untuk mengevaluasi efektivitas strategi yang Anda terapkan? 4) Apa
langkah-langkah yang Anda lakukan dalam diskusi dan analisis setelah praktik
pembelajaran untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari pendekatan yang
digunakan? 5) Bagaimana Anda menggunakan temuan dari pengamatan dan analisis
untuk merumuskan rencana tindak lanjut dan perbaikan dalam tahap refleksi dan
perbaikan LS? 6) Apa yang Anda lakukan untuk memastikan bahwa refleksi Anda tidak
hanya mencakup pengalaman pribadi tetapi juga pemahaman kolaboratif dari tim LS? 7)
Bagaimana Anda merencanakan implementasi lanjutan dari pembelajaran yang telah
diperbaiki dalam tahap refleksi dan perbaikan? 8) Bagaimana Anda memastikan bahwa
pembelajaran yang telah diperbaiki dapat diintegrasikan ke dalam praktik pembelajaran
sehari-hari di kelas? 9) Apa strategi yang Anda terapkan untuk memonitor dan
mengevaluasi efektivitas implementasi lanjutan dari pembelajaran yang telah diperbaiki?
10) Bagaimana Anda mengukur dampak positif dari LS terhadap peningkatan pemahaman
siswa dan praktik pembelajaran Anda sebagai guru?
Adapun hasil umpan balik terhadap rata-rata tingkat “pemahaman” guru-guru
SMA Negeri 1 Lelak, seperti yang tergambar pada diagram 2 di bawah ini.
PRAKTIK PEMBELAJARAN
DISKUSI DAN ANALISIS
REFLEKSI DAN PERBAIKAN
IMPLEMENTASI LANJUTAN
RE-RATA
Pendekatan Lesson Study pada Kegiatan Lokakarya Implementasi Kurikulum Merdeka
di SMAN 1 Lelak Kabupaten Manggarai
Syntax Idea, Vol. 6, No. 3, March 2024 1571
Gambar 10.
Tingkat Pemahaman Guru-guru SMAN 1 Lelakdalam Praktik LS
Berdasarkan data di atas , baik dari tingkat partisipasi dan pemahaman 65 Guru
SMA Negeri 1 Lelak terhadap tahapan Perencanaan Pembelajaran, Praktik Pembelajaran,
Pengamatan Pembelajaran, Diskusi dan Analisis, sudah masuk dalam kategori “baik”
(4,45). Sementara tahapan Refleksi perbaikan dan Implementasi Lanjutan, praktik LS,
masih dalam kategori “kurang baik” (3,6).
Setelah melakukan pleno dan diskusi dengan para guru dan kepala sekolah, dan
berdasarkan hasil pengamatan langsung di lingkungan sekolah SMA Negeri 1 Lelak, ada
beberapa factor penyebab rendahnya tingkat partisipasi dan pemahaman guru pada
tahapan Refleksi Perbaikan dan Implementasi Lanjutan, antara lain: pertama,
keterbatasan waktu. Guru-guru SMA Negeri 1 Lelak sering kali memiliki beban kerja
yang tinggi, termasuk mengajar beberapa mata pelajaran, menghadiri rapat, dan
mengurus tugas administratif. Keterbatasan waktu ini dapat menyulitkan untuk
sepenuhnya terlibat dalam proses refleksi dan perbaikan yang membutuhkan waktu yang
cukup (Sriyanto, 2007). Kedua, kurangnya dukungan dan pembimbingan. Ketika guru-
guru tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari manajemen sekolah atau pemimpin
tim LS, mereka mungkin merasa tidak termotivasi atau tidak memiliki arahan yang jelas
untuk melanjutkan pada tahapan refleksi dan implementasi lanjutan (Rejeki et al., 2018)
. Ketiga, ketidakpercayaan pada nilai LS. Beberapa guru mungkin meragukan nilai atau
manfaat dari LS, terutama jika tidak melihat perubahan yang signifikan dalam hasil
pembelajaran siswa atau jika merasa bahwa proses tersebut terlalu rumit atau tidak
relevan dengan kebutuhannya (Rosita & Hariyati, 2021). Keempat, Keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan. Ada beberapa guru yang masih kurang memadai terkait
dengan konsep-konsep refleksi pedagogis atau kurangnya keterampilan untuk
menerapkan perbaikan yang diidentifikasi dalam praktik pembelajaran sehari-harinya.
Hal ini dapat mengurangi minat dan motivasi untuk terlibat dalam tahapan refleksi,
perbaikan, dan implementasi lanjutan (Pasongli et al., 2021). Kelima, Kultur Sekolah
yang Tidak Mendukung: Budaya sekolah yang kurang mendukung inovasi, pembelajaran
kolaboratif, atau pengembangan profesional guru dapat menjadi penghalang bagi
partisipasi dan pemahaman yang baik dalam LS (Marisda, 2019). Keenam, ketakutan akan
evaluasi atau penilaian. Beberapa guru mungkin merasa takut bahwa partisipasi aktif
dalam tahapan refleksi dan perbaikan dapat membuka mereka terhadap evaluasi yang
kritis atau penilaian yang tidak menguntungkan. Hal ini dapat mengurangi keinginan
untuk berpartisipasi secara aktif dalam LS (Sumarni et al., 2021) (Susetyarini et al., 2021).
Ketujuh, keterbatasan keterampilan reflektif. Tidak semua guru memiliki keterampilan
4,65
4,55
4,5
4,4
3,6 3,6
4,2
PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
PRAKTIK
PEMBELAJARAN
PENGAMATAN
PEMBELAJARAN
DISKUSI DAN
ANALISIS
REFLEKSI DAN
PERBAIKAN
IMPLEMENTASI
LANJUTAN
RE-RATA
Tingkat Pemahaman Guru-guru SMAN 1 Lelak
dalam Praktik Lesson Study
Marianus Tapung
1572 Syntax Idea, Vol. 6, No. 04, April 2024
reflektif yang cukup untuk secara efektif mengevaluasi praktik pembelajarannya sendiri
dan mengidentifikasi area untuk perbaikan. Keterbatasan ini dapat menjadi hambatan
bagi partisipasi aktif dalam tahapan refleksi dan perbaikan LS (Asterius Juano et al.,
2019).
Terkait dengan beberapa factor penyebab di atas, berikut adalah beberapa upaya
yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan tingkat partisipasi dan
pemahaman guru SMA Negei 1 Lelak dalam hal Refleksi, Perbaikan, dan Implementasi
Lanjutan dalam praktik LS: pertama, pelatihan dan workshop. Sekolah dapat
menyelenggarakan pelatihan dan workshop rutin tentang konsep LS, teknik refleksi,
strategi perbaikan, dan implementasi lanjutan. Pelatihan ini dapat membantu guru-guru
meningkatkan pemahaman tentang proses LS dan meningkatkan keterampilan guru dalam
refleksi dan perbaikan (Purwati et al., 2024). Kedua, mentoring dan pendampingan. Perlu
membangun dukungan mentoring dan pendampingan kepada guru-guru yang
membutuhkan bantuan tambahan dalam mengembangkan keterampilan refleksi dan
perbaikan. Mentor dapat membantu guru-guru dalam mengidentifikasi area yang perlu
diperbaiki dan merancang strategi implementasi yang efektif (Thapa et al., 2016). Ketiga,
pembentukan Tim LS yang efektif:. Dalam hal ini, tim LS terdiri dari anggota yang
memiliki minat dan komitmen yang sama terhadap pembelajaran kolaboratif.
Pembentukan tim yang solid dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi aktif dalam
tahapan refleksi, perbaikan, dan implementasi lanjutan (Ismail & Nikpoo, 2023).
Keempat, fasilitasi diskusi kolaboratif. Diskusi berkala di antara tim LS untuk membahas
temuan pengamatan, menganalisis data, dan merencanakan langkah-langkah perbaikan.
Diskusi ini harus didorong untuk menjadi tempat di mana guru-guru dapat secara terbuka
berbagi ide, pengalaman, dan pengetahuan (Suharyat et al., 2022). Kelima,
pengembangan budaya pembelajaran kolaboratif. Semua pihak di SMA Negeri 1 Lelak
perlu membangun budaya sekolah yang mendukung pembelajaran kolaboratif dan
refleksi terhadap praktik pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui promosi dan
pengakuan terhadap praktik kolaboratif yang berhasil, serta memfasilitasi kerja sama
antar guru-guru (Muh et al., 2021). Keenam, pemanfaatan teknologi. Guru-guru harus
memiliki kemampuan dalam memanfaatkan teknologi demi mendukung tahapan refleksi,
perbaikan, dan implementasi lanjutan dalam LS (Cholis Sa’dijah, 2021). Misalnya,
menggunakan platform daring untuk berbagi pengalaman, menyimpan data, dan
berkomunikasi antar anggota tim. Ketujuh, pengakuan dan penghargaan. Kepala sekolah
perlu memberikan pengakuan dan penghargaan kepada guru-guru yang berpartisipasi
aktif dalam LS dan berhasil menerapkan perubahan yang signifikan dalam praktik
pembelajarannya. Hal ini dapat menjadi insentif dan motivasi tambahan bagi guru-guru
untuk terlibat dalam berbagai kegiatan pengembangan diri guru-guru (Fitriati & Prayudi,
2021). Kedelapan, evaluasi dan umpan balik berkelanjutan. Sekolah perlu melakukan
evaluasi rutin terhadap proses LS dan memberikan umpan balik kepada guru-guru untuk
membantu memperbaiki praktik pembelajarannya. Pengumpulan umpan balik yang
berkualitas dapat menjadi alat penting untuk mendorong refleksi dan perbaikan yang
berkelanjutan (Ceha et al., 2016).
KESIMPULAN
Melalui kegiatan lokakarya implementasi kurikulum merdeka di SMAN 1 Lelak
Kabupaten Manggarai dengan pendekatan LS, dapat disimpulkan bahwa pendekatan LS
memberikan manfaat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan
pengembangan kurikulum. Dalam kegiaran ini, para guru dan pengelola sekolah belajar
Pendekatan Lesson Study pada Kegiatan Lokakarya Implementasi Kurikulum Merdeka
di SMAN 1 Lelak Kabupaten Manggarai
Syntax Idea, Vol. 6, No. 3, March 2024 1573
bagaimana menerapkan pendekatan LS dalam pengembangan kurikulum di sekolahnya.
Para peserta didik juga didorong untuk berpartisipasi aktif dalam proses LS, sehingga
dapat memahami konsep pembelajaran yang lebih efektif. Selama lokakarya, para guru
saling berdiskusi untuk merencanakan kegiatan pembelajaran dan melakukan
pengamatan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Hal ini membantu guru
meningkatkan pemahamannya tentang kebutuhan siswa dan membuat kegiatan
pembelajaran lebih efektif. Para guru juga belajar untuk menyusun alat evaluasi yang
tepat untuk mengevaluasi hasil pembelajaran siswa. Melalui lokakarya ini, para guru dan
kepala sekolah sekolah dapat meningkatkan keterampilannya dalam menyusun
kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran. Hasil pengamatan yang dilakukan selama LS
juga membantu para guru dan pengelola sekolah memperbaiki kurikulum dan
mengoptimalkan pembelajaran di masa yang akan datang.
BIBLIOGRAFI
Asterius Juano, Zephisius R. E. Ntelok, & Mariana Jediut. (2019). Lesson Study Sebagai
Inovasi Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Randang Tana - Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 2(2), 126–136. https://doi.org/10.36928/jrt.v2i2.389
Ceha, R., Prasetyaningsih, E., Bachtiar, I., & Nana S., A. (2016). Peningkatan
Kemampuan Guru Dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi Pada Kegiatan
Pembelajaran. ETHOS (Jurnal Penelitian Dan Pengabdian), 131.
https://doi.org/10.29313/ethos.v0i0.1693
Cholis Sa’dijah, A. R. A. (2021). Kesiapan Guru Melaksanakan Pembelajaran Berbasis
HOTS Ditinjau dari Pengetahuan dan Kemampuan Mengemas Perangkat
Pembelajaran. PADARINGAN (Jurnal Pendidikan Sosiologi Antropologi), 3(2), 402.
https://doi.org/10.20527/padaringan.v3i2.3422
Fernandez, C. (2002). Learning from Japanese Approaches to Professional Development:
The Case of Lesson Study. Journal of Teacher Education - J TEACH EDUC, 53,
393–405. https://doi.org/10.1177/002248702237394
Fernandez, C., Cannon, J., & Chokshi, S. (2003). A US–Japan lesson study collaboration
reveals critical lenses for examining practice. Teaching and Teacher Education,
19(2), 171–185. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/S0742-051X(02)00102-6
Fernandez, C., & Chokshi, S. (2002). A Practical Guide to Translating Lesson Study for
a U.S. Setting. Phi Delta Kappan, 84(2), 128–134.
https://doi.org/10.1177/003172170208400208
Fitriati, F., & Prayudi, S. (2021). 21st Century Teaching and Learning: Student Teachers
Perceptions and Challenges in Higher Education Institutions. Al Khawarizmi: Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika, 5(1), 12.
https://doi.org/10.22373/jppm.v5i1.9342
Hendrayana, S. (2007). Lesson Study Suatu Startegi Untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik. Bandung: FPMIPA UPI Dan JICA, 114(114), 117–168.
Ismail, S. M., & Nikpoo, I. (2023). Resilience, immunity, L2-teacher grit, and reflective
teaching in language instruction: in service classes matters. Asian-Pacific Journal of
Second and Foreign Language Education, 8(1), 1–14.
https://doi.org/10.1186/s40862-023-00217-1
Kusuma, I. K. N., Putu, N., Astuti, E., Numertayasa, I. W., & Made, N. (2023). Lesson
Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Implementasi Kurikulum
Marianus Tapung
1574 Syntax Idea, Vol. 6, No. 04, April 2024
Merdeka. 7(2), 192–200.
Marisda, D. H. (2019). The Effect of Task-Based Collaborative Learning on Students’
Mathematical Physics Learning Outcomes at Universitas Muhammadiyah Makassar.
Jurnal Pendidikan Fisika, 7(2), 140–150. https://doi.org/10.26618/jpf.v7i2.2038
Mawaddah Islamiyah, N., Nurochim, N., & Syukur, M. (2022). Implementation Of
“Program Sekolah Penggerak” In the Independent Learning Policy. Ascarya:
Journal of Islamic Science, Culture, and Social Studies, 2(2), 155–168.
https://doi.org/10.53754/iscs.v2i2.455
Muh, Saputra, R., & Syukur, M. (2021). PERAN GURU DALAM PENERAPAN
KARAKTER PENDIDIKAN ABAD 21 PADA SISWA SMA NEGERI 1
PAREPARE Abstrak. Pinisi Journal Of Sociology Education Review, 1(2), 114–124.
Pasaribu, D. (2023). The Impact of The Merdeka Curriculum on Indonesia Education.
Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 7(2), 3649–3654.
Pasongli, H., Hamid, F., Marthinu, E., & Atua, N. (2021). Pembelajaran Lesson Study
Dalam Meningkatkan Aktivitas Kolaborasi Antar Siswa. Phinisi Integration Review,
4(2), 259. https://doi.org/10.26858/pir.v4i2.22029
Purwati, E., Sukirman, D., & Indonesia, U. P. (2024). Inovasi Kurikulum. 21(1), 41–54.
Ramadhani, R. (2018). The enhancement of mathematical problem solving ability and
self-confidence of students through problem based learning. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 5(1), 127–134. https://doi.org/10.21831/jrpm.v5i1.13269
Rejeki, S., Humaira, H., Maryani, S., & Nizar, N. (2018). Lesson Study For Learning
Community (LSLC): Pengalaman Berharga Dalam Pengelolaan Pembelajaran
Secara Terbuka. INOPENDAS: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(1), 54–60.
https://doi.org/10.24176/jino.v1i1.2318
Rosita, B., & Hariyati, N. (2021). Pelaksanaan Lesson Study Guna Kualitas Pembelajaran
dalam Perspektif Peer Supervision. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, 9(3),
673–688.
Setyawan, D., Permana, T. I., & Latifa, R. (2019). Lesson study for learning community:
A way of collegial participation of teachers and lecturers. Jurnal Bioedukatika, 7(1),
1. https://doi.org/10.26555/bioedukatika.v7i1.11936
Sriyanto, J. (2007). Peningkatan Kualitas Pemelajaran Melalui Lesson Study. In Jurnal
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (pp. 95–116).
Suharyat, Y., Ichsan, I., Santosa, T. A., & ... (2022). Meta-Analysis Study: The
Effectiveness of Problem Solving Learning in Science Learning in Indonesia. of
Education and …, 6–13.
Sulistyo, D. W., & Wiradimadja, A. (2019). Lesson Study (LS): Memahamkan “masalah
penelitian” kepada mahasiswa. Jurnal Teori Dan Praksis Pembelajaran IPS, 4(1),
29–37. https://doi.org/10.17977/um022v4i12019p029
Sumarni, S., Putri, R. I. I., & Andika, W. D. (2021). Project Based Learning (PBL) Based
Lesson Study for Learning Community (LSLC) in kindergarten. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(2), 989–996.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i2.1637
Supranoto, H. (2015). Penerapan Lesson Study Dalam Meningkatkan Kompetensi
Pedagogi Guru Sma Bina Mulya Gadingrejo Tahun Pelajaran 2015/2016. PROMOSI
(Jurnal Pendidikan Ekonomi), 3(2), 21–28. https://doi.org/10.24127/ja.v3i2.330
Susetyarini, E., Wahyuni, S., & Latifa, R. (2021). Lesson study learning community
melalui model transcript based learning analysis (TBLA) dalam pembelajaran IPA.
JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), 7(2), 141–152.
Pendekatan Lesson Study pada Kegiatan Lokakarya Implementasi Kurikulum Merdeka
di SMAN 1 Lelak Kabupaten Manggarai
Syntax Idea, Vol. 6, No. 3, March 2024 1575
https://doi.org/10.22219/jinop.v7i2.15083
Thapa, A., Cohen, J., Guffey, S., Higgins-D’Alessandro, A., Ozkan, M., Balci, S., Kayan,
S., Is, E., Yoon, J., Järvinen, T., & Nilsen, T. (2016). Teacher Quality, Instructional
Quality and Student Outcomes. Relationships Across Countries, Cohorts and Time
(A Series of In-depth Analyses Based on Data of the International Association for
the Evaluation of Educational Achievement (IEA)). In Comparative Education (Vol.
52, Issue 4).
Widiyanto, W. (2018). Revitalisasi Komunitas Pembelajaran dengan Lesson Study dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. INOPENDAS: Jurnal Ilmiah Kependidikan,
1(1), 16–28. https://doi.org/10.24176/jino.v1i1.2312
Copyright holder:
Marianus Tapung (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: