JOURNAL SYNTAX IDEA p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398 |
Vol. 6, No. 3, March 2024 |
�
Pengaruh Work life balance Dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi (Studi
Pada Perawat RS XYZ)
Raymond1, Soegeng
Wahyoedi2, Melitina Tecoalu3
1,2,3Universitas
Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
Email:
[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3
Abstrak
Dalam era globalisasi yang sedang berlangsung, manajemen sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi organisasi. Saat ini, penelitian sedang difokuskan pada evaluasi kinerja perawat di Rumah Sakit "XYZ" (RS "XYZ") karena adanya tren penurunan kinerja dalam konteks ini. Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa motivasi kerja, keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi (work-life balance), serta kondisi lingkungan kerja memiliki potensi untuk memengaruhi kinerja dan kepuasan kerja perawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi hubungan antara motivasi kerja, work-life balance, dan lingkungan kerja dengan kinerja dan kepuasan kerja perawat di RS "XYZ". Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan menyebarkan kuesioner kepada perawat di RS "XYZ". Hasil analisis data menunjukkan bahwa motivasi kerja, work-life balance, dan kondisi lingkungan kerja secara signifikan mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja perawat di RS "XYZ". Implikasi dari temuan ini adalah bahwa manajemen RS "XYZ" perlu memberikan perhatian khusus pada aspek-aspek ini untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja para perawat.
Kata Kunci: Manajemen
Sumber Daya Manusia, Kinerja Perawat, Motivasi Kerja, Work-life balance, Lingkungan Kerja.
Abstract
In the ongoing era of globalization, human resource management plays a
very important role in efforts to improve organizational performance.
Currently, research is focusing on evaluating the performance of nurses at
Hospital "XYZ" (RS "XYZ") due to the downward trend in
performance in this context. Based on data analysis, it was concluded that work
motivation, work-life balance, and working environment conditions have the
potential to affect nurses' job performance and satisfaction. The purpose of
this study was to explore the relationship between work motivation, work-life
balance, and work environment with the performance and job satisfaction of
nurses in "XYZ" Hospital. The method used in this study was a survey
by distributing questionnaires to nurses at "XYZ" Hospital. The
results of the data analysis showed that work motivation, work-life balance,
and working environment conditions significantly affected the performance and
job satisfaction of nurses at "XYZ" Hospital. The implication of
these findings is that the management of "XYZ" Hospital needs to pay
special attention to these aspects to improve the performance and job
satisfaction of nurses.
Keywords: Human
Resource Management, Nurse Performance, Work Motivation, Work-life balance,
Work Environment.
Dalam era globalisasi saat ini, perusahaan harus menghadapi persaingan yang sengit dengan perusahaan lain seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan Teknologi (Husnah et al., 2022). Untuk tetap relevan dan bersaing, perusahaan harus efisien dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya (Wahyudi et al., 2023). Hal ini mendorong perusahaan untuk terus berinovasi guna menghadapi persaingan yang semakin ketat (Apriyanti, 2020).
Manajemen sumber daya manusia menjadi bagian integral dari manajemen keseluruhan, yang mencakup perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan (Ahmad & Pratama, 2021). Proses ini mencakup berbagai bidang atau fungsi, seperti produksi, pemasaran, keuangan, dan manajemen sumber daya manusia (Farchan, 2016). Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, manajemen dihadapkan pada berbagai tantangan yang tidak hanya terkait dengan aspek materi seperti bahan baku, peralatan, mesin, dan lingkungan kerja, tetapi juga dengan faktor manusia yang mengelola semua faktor produksi tersebut (Pratama, 2022).
Kemajuan perusahaan dapat mencapai puncaknya jika didukung oleh pegawai negeri yang memiliki kualitas yang unggul (Italiani, 2013). Kerjasama yang saling menguntungkan antara perusahaan dan sumber daya manusia sangat penting, di mana keduanya saling mendukung (Putri et al., 2022). Dalam konteks perusahaan, sumber daya manusia memiliki peran yang dominan dan sangat penting dibandingkan dengan sumber daya lainnya.
Analisis data menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berdampak pada penurunan kinerja karyawan adalah tingkat motivasi kerja (Iskandar, 2018). Motivasi kerja sangat penting karena dapat mendorong karyawan untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik (Arini et al., 2015). Oleh karena itu, langkah-langkah perlu diambil untuk meningkatkan motivasi kerja guna memastikan bahwa kinerja karyawan di RS "XYZ" sesuai dengan harapan. Karyawan yang merasa puas dengan pekerjaan mereka cenderung memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk bekerja dengan lebih efektif (Munir, 2023).
Work-life balance, atau keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, adalah faktor penting bagi karyawan di berbagai sektor, termasuk di industri perbankan, agar dapat mencapai keseimbangan antara tanggung jawab pekerjaan dan kebutuhan keluarga. Menurut (Pipin, 2023), program work-life balance mencakup layanan seperti perawatan anak dan orang tua, kesehatan karyawan, dan fasilitas relokasi. Banyak perusahaan menawarkan berbagai program manfaat yang mendukung keluarga untuk membantu karyawan menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, seperti fleksibilitas waktu, pembagian tugas, kerja jarak jauh, dan sebagainya.
Para karyawan mengharapkan lingkungan kerja yang bersih, aman, dan mendukung kenyamanan serta privasi mereka. Untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja, perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, efektif, dan efisien. Lingkungan kerja memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dan pencapaian tujuan perusahaan (Sitinjak, 2018). Lingkungan kerja mencakup semua faktor di sekitar para pekerja yang dapat memengaruhi mereka dalam menjalankan tugas. Membangun lingkungan kerja yang menyenangkan, aman, dan kondusif menjadi langkah penting bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Dengan lingkungan kerja yang sesuai, para karyawan dapat meningkatkan kinerja mereka secara optimal.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan kuantitatif dengan fokus pada hubungan sebab-akibat. Pendekatan kuantitatif memungkinkan penelitian tujuan melalui pengukuran numerik dan analisis statistik (dalam Sugiyono, 2017). Dalam konteks ini, peneliti menggunakan desain penelitian kausalitas untuk mengeksplorasi kemungkinan hubungan sebab-akibat antara variabel yang diteliti. Data primer dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada perawat di RS "XYZ". Populasi penelitian mencakup semua perawat yang bekerja di RS "XYZ", dan sampel dipilih secara acak menggunakan metode incidental sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan mencakup wawancara, observasi, dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang masalah yang diteliti, sementara observasi digunakan untuk mengamati langsung lingkungan kerja dan praktik kerja perawat di RS "XYZ". Pengumpulan data primer utama dilakukan melalui kuesioner yang berisi serangkaian pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh responden. Selain itu, data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan untuk mendukung dan melengkapi data primer.
Alat utama yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner, yang dirancang untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti, seperti work-life balance, lingkungan kerja, kepuasan kerja, dan kinerja karyawan. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan Structural Equation Model (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS). Metode ini digunakan untuk menguji validitas, reliabilitas, dan hubungan antara variabel dalam model penelitian. Analisis statistik deskriptif juga digunakan untuk memberikan gambaran tentang persepsi responden terhadap variabel yang diteliti.
Dalam menguji model pengukuran (outer model), peneliti menggunakan metode Partial Least Square (PLS) untuk memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner. Sementara itu, dalam menguji model struktural (inner model), analisis dilakukan untuk mengevaluasi korelasi antara variabel dan pengaruh antara variabel dalam model penelitian. Hasil analisis data kemudian diinterpretasikan secara deskriptif kuantitatif untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Work life balance terhadap Kinerja Perawat
Hasil analisis menggunakan Partial Least Square (PLS) menunjukkan
bahwa tidak ada dampak signifikan dari Work-life
balance terhadap kinerja perawat, seperti yang terlihat dari nilai positif
pada sampel asli, P value sebesar
0,234, dan nilai T Statistics sebesar
1,191. Dikarenakan nilai P value sebesar
0,234 lebih besar dari 0,05 dan nilai T Statistics
sebesar 1,191 lebih kecil dari 1,66, dapat disimpulkan bahwa Work-life balance tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perawat di RS XYZ.
Temuan ini juga sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang menunjukkan bahwa Work-life
balance tidak berpengaruh pada kinerja karyawan. Penelitian sebelumnya
mencatat bahwa mencapai keseimbangan yang tepat antara komitmen kerja dan
kehidupan pribadi tidak selalu meningkatkan produktivitas organisasi (Suhartini, 2021).
Penelitian lain juga menegaskan bahwa Work-life
balance tidak berdampak pada kinerja karyawan. Penelitian tersebut juga
menyoroti kebutuhan akan pengembangan peran Work-life
balance secara sistematis untuk meningkatkan kinerja karyawan (Sirgy & Lee, 2018).
Jika melihat nilai cross loading, terlihat bahwa ada hubungan antara Work-life balance dan kinerja perawat
yang tercermin dalam nilai tertinggi pada pernyataan dengan koefisien 0,690.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa "Saya merasa mampu mencapai
keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan saya." Pegawai menganggap
bahwa komitmen terhadap keluarga mereka memiliki nilai yang penting, dan
pembagian tanggung jawab antara pekerjaan dan keluarga juga memiliki arti yang
signifikan. Karena itu, penting bagi perusahaan untuk secara rutin memberikan
perhatian dan informasi mengenai Work-life
balance agar pegawai memiliki pemahaman yang lebih baik dan dapat mencapai
keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi mereka (Nurhabiba, 2020).
Di sisi lain, terdapat pernyataan dengan
koefisien terendah, yaitu -0,114, pada pertanyaan "Saya puas dengan
pekerjaan dan karier saya meskipun saya tidak memberi fokus pada urusan
keluarga." Perusahaan perlu membantu karyawan dalam menetapkan prioritas
antara pekerjaan dan kegiatan kehidupan mereka, serta memberikan motivasi agar
karyawan merasa lebih termotivasi dan mampu menyeimbangkan tuntutan kehidupan
kerja (Suhartini, 2021).
Menilai kinerja berdasarkan pencapaian
prestasi di dalam perusahaan memiliki signifikansi yang lebih tinggi daripada
sekadar memantau kehadiran fisik karyawan di lokasi kerja, dan aspek ini
menjadi inti dari budaya yang memperjuangkan keseimbangan antara kehidupan dan
pekerjaan (Sonhadi et al., 2020).
Keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan memiliki peran kunci dalam
meningkatkan kinerja karyawan dengan memperkuat loyalitas, kepuasan, dan
komitmen mereka, serta memengaruhi perilaku dan produktivitas mereka, sambil
mengurangi tingkat pergantian dan absensi karyawan.
Selain itu, keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan juga memegang peran penting dalam mengatasi ketidakpuasan kerja yang seringkali terkait dengan pekerjaan karyawan. Penerapan praktik-praktik keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan secara menyeluruh. Oleh karena itu, organisasi perlu memberikan perhatian khusus dalam menciptakan, mengidentifikasi, dan mempromosikan praktik keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan yang efektif untuk meningkatkan serta mempertahankan kinerja perawat dan organisasi secara menyeluruh (Sari, 2019).
Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Perawat
Hasil analisis menggunakan Partial
Least Square (PLS) menunjukkan bahwa tidak ada dampak yang signifikan dari
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Perawat. Ini terlihat dari nilai positif pada
sampel awal, P value sebesar 0,061,
dan nilai T Statistics sebesar 1,877.
Dengan nilai P value sebesar 0,061
yang lebih besar dari 0,05 dan nilai T Statistics
sebesar 1,877 yang lebih besar dari 1,66, dapat disimpulkan bahwa pengaruh
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Perawat di RS XYZ tidak signifikan secara
positif.
Pentingnya memperhatikan dan mengelola Lingkungan Kerja dalam suatu
organisasi untuk menciptakan suasana yang menyenangkan telah diakui. Ini dapat
meningkatkan semangat kerja karyawan, mendorong mereka untuk bekerja dengan
lebih tekun, dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas (Muaroma &
Indriati, 2022). Suasana yang nyaman, termasuk lingkungan
kerja yang ramah, kondisi kerja yang tenang, dan keamanan di tempat kerja,
dapat meningkatkan kepuasan dalam bekerja, yang pada gilirannya akan berdampak
pada kinerja karyawan.
Setiap organisasi perlu secara berkelanjutan berupaya menciptakan dan
menjaga lingkungan kerja yang optimal agar karyawan dapat bekerja dengan
nyaman, harmonis, dan stabil, sebagaimana diharapkan. Dengan memiliki
lingkungan kerja yang kondusif, termasuk kebersihan tempat kerja, suasana yang
menyenangkan, hubungan yang harmonis dengan rekan kerja, serta tersedianya
fasilitas kerja yang memadai seperti pencahayaan yang cukup, sirkulasi udara
yang bersih, dan keamanan yang terjamin dengan adanya petugas keamanan di
sekitar gedung, diharapkan dapat mendukung kelancaran proses kerja dan
meningkatkan kinerja perawat.
Dari hasil evaluasi nilai cross
loading, terlihat bahwa ada hubungan antara lingkungan kerja dan kinerja
perawat yang tercermin dalam pernyataan tertinggi dengan nilai 0,760 pada
pertanyaan "Suasana kerja di kantor nyaman dengan kebersihan yang
terjaga". Perawat merasa nyaman dengan kebersihan lingkungan di RS XYZ.
Oleh karena itu, penting bagi manajemen perusahaan untuk secara konsisten
memberikan perhatian dan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan di RS agar perawat dapat meningkatkan kinerjanya.
Sebaliknya, terdapat
pernyataan dengan nilai terendah, yaitu 0,675, pada pertanyaan "Saya
merasa aman saat bekerja". Perusahaan perlu mengalihkan perhatian dan
upaya untuk meningkatkan keseimbangan antara kebersihan lingkungan dan keamanan
perawat selama bertugas, seperti dengan menyediakan fasilitas loker bagi perawat
yang sedang bekerja, sehingga mereka dapat merasa lebih aman dan terlindungi.
Penelitian ini sejalan dengan penemuan yang diungkapkan oleh (Mutiara, 2020), yang menyatakan bahwa Lingkungan Kerja
berperan positif terhadap Kinerja Karyawan. Temuan ini juga disokong oleh riset
yang dilaksanakan oleh (Prabaningtyas
& Djastuti, 2019), yang mengonfirmasi bahwa lingkungan
kerja memberikan dampak positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
Lingkungan kerja mencakup segala aspek yang memengaruhi interaksi dalam
lingkungan kerja, termasuk hubungan dengan atasan, rekan kerja, dan bawahan.
Pengaruh Work life balance terhadap kepuasan kerja
Analisis menggunakan Partial Least Square (PLS) menunjukkan bahwa Work-life balance berdampak positif dan signifikan terhadap tingkat
kepuasan kerja. Ini terlihat dari nilai positif pada sampel awal, nilai P value sebesar 0,000, dan nilai T Statistics sebesar 4,303. Dengan nilai P
value yang kurang dari 0,05 dan nilai
T Statistics yang lebih besar dari
1,66, dapat disimpulkan bahwa Work-life
balance memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja
perawat di RS XYZ. Temuan ini menunjukkan bahwa Work-life balance memiliki peran krusial dalam menentukan tingkat
kepuasan kerja perawat di RS XYZ. Dengan kata lain, semakin baik penerapan Work-life balance yang dirasakan oleh
perawat, semakin tinggi tingkat kepuasan kerja mereka di RS XYZ.
Studi sebelumnya mendukung pandangan bahwa
Work-life balance memberikan
kontribusi positif terhadap tingkat kepuasan kerja. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Work-life balance
memiliki dampak positif, seperti peningkatan produktivitas, pengurangan tingkat
pergantian karyawan, dan peningkatan komitmen karyawan (Asepta & Maruno, 2017).
Temuan lain juga menguatkan konsep bahwa Work-life
balance berperan dalam meningkatkan kepuasan kerja. Penelitian tersebut
menyoroti bahwa kepuasan kerja yang rendah dapat berdampak negatif pada moral
dan produktivitas, sehingga penting bagi perusahaan untuk memfasilitasi
penciptaan Work-life balance sebagai
upaya mencapai tujuan tersebut (Kanwar et al., 2009).
Dari analisis cross loading,
dapat diamati adanya korelasi antara Work-life
balance dan kepuasan kerja yang tercermin dalam nilai tertinggi pada
pernyataan "Saya tidak meninggalkan tanggung jawab saya di rumah tangga
atau keluarga walaupun saya memiliki banyak pekerjaan" dengan nilai 0,866.
Ini menunjukkan bahwa perawat mengakui pentingnya komitmen terhadap keluarga
mereka, dan pembagian tanggung jawab antara pekerjaan dan keluarga dianggap
signifikan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk secara berkelanjutan
memberikan perhatian dan edukasi tentang Work-life
balance agar perawat dapat memahami dan mencapai keseimbangan antara
kehidupan kerja dan pribadi mereka (Ganapathi, 2016).
Namun, terdapat pernyataan dengan nilai terendah, yakni -0,181, pada
pertanyaan "Saya merasa puas dengan pekerjaan dan karier saya meskipun
saya tidak terlalu memperhatikan urusan keluarga." Dalam konteks ini,
perusahaan harus memperhatikan serta meningkatkan keseimbangan kepuasan
karyawan dengan memberikan perlakuan yang adil berdasarkan kontribusi dan
prestasi kerja mereka, seperti pemberian penghargaan, bonus, dan peluang
promosi (Ganapathi, 2016).
Dalam penerapan Work-life balance,
terdapat beberapa keuntungan bagi organisasi yang mengadopsinya, yang berperan
dalam mencapai harmoni antara kehidupan kerja dan pribadi. Ini meliputi
peningkatan produktivitas, loyalitas terhadap organisasi, moralitas, dan
kepuasan kerja. Budaya Work-life balance
memberikan dukungan kepada organisasi dengan mengurangi konflik antara
persyaratan pekerjaan dan kebutuhan keluarga, serta meningkatkan kepuasan kerja
dan produktivitas karyawan (Nafis & Chan, 2020).
Work-life balance mencerminkan tiga dimensi
utama, yaitu keseimbangan waktu, kepuasan, dan keterlibatan, yang secara
signifikan memengaruhi tingkat kepuasan kerja. Keseimbangan kepuasan dianggap
sebagai elemen kunci dalam memengaruhi kepuasan kerja, sementara keseimbangan
keterlibatan dan waktu tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kepuasan
kerja. Untuk meningkatkan keseimbangan kepuasan, penting untuk memperlakukan
karyawan secara adil dengan mengakui kontribusi dan prestasi mereka, seperti
memberikan penghargaan, peluang promosi, dan insentif tambahan (Ganapathi, 2016).
Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap kepuasan kerja
Hasil analisis menggunakan Partial Least Square (PLS) menunjukkan
bahwa lingkungan kerja memberikan dampak positif yang signifikan terhadap
kepuasan kerja. Ini terlihat dari nilai positif pada sampel asli, serta nilai P
value sebesar 0,000, dan nilai T Statistics sebesar 5,750. Dengan
memperhatikan bahwa nilai P value lebih
rendah dari 0,05 dan nilai T Statistics
lebih tinggi dari 1,66, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja perawat di RS XYZ.
Temuan ini mengonfirmasi bahwa keberadaan
lingkungan kerja yang menyenangkan, yang dianggap positif oleh semua karyawan,
merupakan faktor utama dalam meningkatkan kepuasan mereka dalam menjalankan
tugas. Lingkungan kerja yang sehat berperan penting dalam memfasilitasi
hubungan sosial di tempat kerja dan menjaga interaksi yang baik antara sesama
rekan kerja, manajer, dan perusahaan. Ini mencerminkan dinamika di mana
karyawan dapat bekerja secara sinergis dan berkolaborasi.
Temuan dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Tonce et al., 2022), yang menunjukkan hubungan
positif dan signifikan antara lingkungan kerja dan kepuasan kerja karyawan.
Temuan ini juga didukung oleh penelitian (Ende & Firdaus, 2021), yang menyatakan bahwa
lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepuasan
kerja. Penelitian yang dilakukan oleh (Bender & Theodossiou, 2018) juga menemukan korelasi
positif antara lingkungan kerja dan aspek intrinsik kepuasan kerja. Selain itu,
(Mohanty, 2016) menggambarkan dimensi lain
dari kepuasan kerja yang disebut sebagai konteks, yang meliputi kondisi kerja
fisik dan kondisi kerja sosial, dan menemukan hubungan positif dengan
lingkungan kerja. Penelitian (Fischer & Sousa‐Poza, 2009) juga mendukung adanya
hubungan signifikan antara lingkungan kerja dan kepuasan kerja karyawan.
Pengaruh kepuasan Kerja terhadap Kinerja Perawat
Hasil analisis Partial Least Square (PLS) menunjukkan bahwa kepuasan kerja
memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kinerja perawat. Hal ini
terbukti dari nilai positif pada sampel asli, nilai P value sebesar 0,000, dan nilai T Statistics sebesar 4,441. Dengan memperhatikan bahwa nilai P value 0,000 < 0,05 dan nilai T Statistics 4,441 > 1,67, dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja memberikan dampak positif dan signifikan
terhadap kinerja perawat di RS XYZ.
Penelitian ini memverifikasi bahwa
kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja perawat. Temuan tersebut
menunjukkan bahwa kepuasan kerja mempengaruhi kinerja perawat dengan
meningkatkan tingkat komitmen mereka dan memotivasi mereka untuk bekerja lebih
keras (Miao & Kim, 2010).
Temuan lain juga mendukung konsep bahwa kepuasan kerja memiliki peran krusial
dalam meningkatkan kinerja perawat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kepuasan kerja yang berdampak pada kinerja perawat dapat mendukung organisasi
dalam menerapkan kebijakan, sikap, prosedur, dan keputusan yang mendukung serta
menghargai kontribusi perawat, sambil memperhatikan kesejahteraan mereka (Babin & Boles, 1996).
Dalam analisis nilai cross loading, terdapat hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja
perawat yang tercermin dalam pernyataan tertinggi dengan nilai 0,898 pada
pertanyaan "Saya senang dengan atasan yang memiliki motivasi kerja yang
tinggi". Oleh karena itu, menjaga kepemimpinan yang efektif dan
mempertahankan komunikasi yang baik antara pimpinan dan perawat sangat penting,
sehingga motivasi perawat dalam meningkatkan kinerja mereka dapat terus
ditingkatkan (Febriyana & Sary, 2015).
Namun, terdapat pernyataan dengan nilai terendah, yaitu 0,555, pada pertanyaan
"Saya senang karena pekerjaan saya didukung dengan fasilitas yang
diberikan perusahaan". Oleh karena itu, perusahaan perlu memberikan
perhatian lebih terhadap fasilitas kerja yang dibutuhkan oleh perawat untuk
meningkatkan kinerja mereka (Berliana et al., 2018).
Kepuasan kerja melibatkan berbagai elemen,
termasuk aspek sosial, fisik, dan finansial, yang memiliki pengaruh yang
signifikan pada kinerja perawat. Faktor sosial mencakup interaksi antara
manajemen dan perawat, serta pengenalan budaya kerja yang menekankan
nilai-nilai seperti integritas, profesionalisme, dan penghargaan terhadap
kinerja yang baik, yang dapat meningkatkan motivasi perawat dalam menjalankan
tugas mereka. Faktor fisik melibatkan penyediaan fasilitas yang sesuai,
kenyamanan tempat kerja, dan perlengkapan yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan tugas, mencerminkan perhatian organisasi terhadap kesejahteraan
karyawan. Di sisi lain, faktor finansial mencakup pemberian kompensasi
non-finansial yang sesuai dengan kebutuhan individu perawat, yang disesuaikan
dengan tepat oleh organisasi, dengan demikian, dapat meningkatkan prestasi
mereka (Handayani & Suhartini, 2005).
Kepuasan kerja dan kinerja perawat tidak
beroperasi secara terpisah, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
aspek psikologis, sosial, ekonomi, dan dimensi lain yang terkait dengan sikap
individu. Kepuasan kerja yang dipengaruhi oleh persepsi dan pengalaman karyawan
dapat memiliki kontribusi dalam meningkatkan kinerja perawat sesuai dengan
tujuan organisasi (Tobing, 2009).
Pengaruh Work
life balance terhadap Kinerja Perawat melalui kepuasan kerja
Temuan dari analisis Partial Least Square (PLS) menunjukkan bahwa kepuasan kerja
berfungsi sebagai mediator dalam hubungan antara work-life balance dan kinerja perawat. Ini terlihat dari nilai
sampel asli sebesar 0,223 dan P value sebesar
0,005. Dengan mempertimbangkan bahwa nilai P value 0,005 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
memengaruhi hubungan antara keseimbangan kehidupan kerja dan kinerja perawat di
RS XYZ.
Temuan penelitian mendukung hasil yang diungkapkan oleh (Asepta & Maruno, 2017), yang menyatakan bahwa
kepuasan kerja berperan sebagai mediator dalam hubungan antara keseimbangan
kehidupan kerja dan kinerja perawat. Keseimbangan antara kehidupan kerja
memengaruhi tingkat kepuasan kerja dan menunjukkan korelasi yang positif dan
signifikan dengan kinerja perawat. Studi ini menekankan manfaat positif seperti
peningkatan produktivitas, penurunan tingkat pergantian karyawan, dan
peningkatan komitmen karyawan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Kanwar et al., 2009) juga menegaskan hubungan
positif antara keseimbangan kehidupan kerja dan kinerja karyawan. Temuan
tersebut menjelaskan bahwa kepuasan kerja yang rendah dapat mengakibatkan moral
dan produktivitas yang rendah, sehingga penting bagi perusahaan untuk
menyediakan fasilitas yang mendukung untuk mencapai keseimbangan kehidupan kerja
yang diinginkan.
Menerapkan keseimbangan antara kehidupan kerja memberikan keuntungan bagi
organisasi, seperti meningkatkan produktivitas, komitmen organisasi, moral, dan
kepuasan kerja. Adopsi budaya keseimbangan antara kehidupan kerja membantu
organisasi dalam mengurangi gesekan antara tuntutan pekerjaan dan keperluan
keluarga, sambil meningkatkan kepuasan kerja dan tingkat produktivitas secara
keseluruhan (Maslichah & Hidayat, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh (Miao & Kim, 2010) mengonfirmasi peran
kepuasan kerja dalam memengaruhi kinerja karyawan, menunjukkan bahwa kepuasan
kerja memiliki dampak positif dan signifikan pada kinerja karyawan. Penelitian
ini menyoroti bahwa kepuasan kerja mendorong karyawan untuk memiliki komitmen
dan usaha yang lebih besar. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Babin & Boles, 1996) juga menegaskan bahwa
kepuasan kerja berpengaruh pada kinerja karyawan. Temuan ini menekankan
pentingnya bagi organisasi untuk menerapkan kebijakan, sikap, dan prosedur yang
mendukung serta menghargai kontribusi karyawan, sambil memperhatikan
kesejahteraan mereka.
Kepuasan kerja dan kinerja karyawan tidak dapat diisolasi satu sama lain,
tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk aspek psikologis, sosial,
ekonomi, dan dimensi lainnya yang terkait dengan sikap individu. Kepuasan kerja
yang timbul dari pengalaman dan persepsi karyawan memiliki kemampuan untuk
meningkatkan kinerja mereka sesuai dengan tujuan organisasi (Tobing, 2009).
Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa kepuasan kerja dapat berfungsi
sebagai pengantar dalam hubungan antara keseimbangan kehidupan kerja dan
kinerja karyawan. Keseimbangan antara kehidupan kerja memiliki dampak yang
signifikan terhadap kinerja karyawan, di mana karyawan yang berhasil mencapai
keseimbangan antara tanggung jawab pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka
cenderung mencapai produktivitas organisasi yang lebih tinggi (Soomro et al., 2020). Temuan lain juga
memberikan dukungan terhadap dampak positif keseimbangan kehidupan kerja
terhadap kinerja karyawan, dengan penelitian yang menyoroti peran penting
keseimbangan kehidupan kerja dalam meningkatkan produktivitas karyawan (Sulyanah & Nurhidayat, 2024). Penelitian lain juga
menyimpulkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja memiliki dampak yang signifikan
terhadap kinerja karyawan, dengan tingkat keseimbangan yang lebih baik terkait
dengan peningkatan kinerja karyawan (Johari et al., 2019).
Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Perawat
melalui kepuasan kerja
Analisis Partial Least Square
(PLS) menunjukkan bahwa kepuasan kerja bertindak sebagai perantara dalam
hubungan antara lingkungan kerja dan kinerja perawat. Temuan ini didukung oleh
nilai positif pada sampel asli sebesar 0,264 dan signifikansi P value sebesar 0,000. Dengan mempertimbangkan
bahwa nilai P value 0,000 < 0,05,
dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja mempengaruhi hubungan antara lingkungan
kerja dan kinerja perawat di RS XYZ.
Temuan tersebut sesuai
dengan konsep yang diusulkan oleh Mohammad Kamif et al. (2020), yang menjelaskan
bahwa lingkungan kerja mencakup semua faktor yang memengaruhi individu dalam
menjalankan tugas mereka, baik fisik maupun non-fisik. Lingkungan kerja yang
kondusif akan menciptakan suasana yang aman dan mendukung karyawan untuk
mencapai produktivitas optimal. Dengan memiliki lingkungan kerja yang memadai,
kondisi kerja yang baik dapat tercipta, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
tingkat kepuasan kerja karyawan. Peningkatan kepuasan kerja, sebagai hasilnya,
memberikan kontribusi positif terhadap kinerja karyawan.
Kepuasan kerja
mencerminkan penilaian individu terhadap pekerjaannya serta interaksi individu
tersebut dengan lingkungan kerja. Ketika seseorang merasa puas dengan
pekerjaannya, mereka cenderung menunjukkan tingkat dedikasi dan produktivitas
yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugasnya, yang pada akhirnya berkontribusi
pada pencapaian kinerja optimal perusahaan. Oleh karena itu, kepuasan kerja
dapat berfungsi sebagai variabel yang independen atau saling terkait,
tergantung pada situasinya.
Berdasarkan penelitian
Celluci dan De Vries yang dikutip oleh Mas'ud (2018), kepuasan kerja dapat
tercermin melalui berbagai indikator, seperti kepuasan terhadap kompensasi,
pekerjaan, peluang promosi, supervisi, dan interaksi dengan rekan kerja. Konsep
ini sejalan dengan Job Descriptive Index (JDI), yang telah dipelajari lebih
lanjut melalui penjelasan yang disajikan oleh (Umar et al., 2019).
Dari temuan penelitian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja
perawat menjadi lebih signifikan ketika diterjemahkan melalui tingkat kepuasan kerja,
daripada pengaruh langsung tanpa melibatkan kepuasan kerja. Hal ini menunjukkan
pentingnya bagi perusahaan untuk mengutamakan kepuasan kerja karyawan sebelum
berusaha meningkatkan kinerja mereka. Temuan ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Ende & Firdaus, 2021) serta penelitian yang dilakukan oleh (Adrian & Arianto, 2022), yang menyimpulkan bahwa lingkungan kerja memberikan kontribusi yang
positif dan signifikan terhadap kinerja perawat melalui pengaruhnya terhadap
tingkat kepuasan kerja.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil analisis, ditemukan bahwa work-life
balance tidak memiliki dampak signifikan terhadap kinerja perawat di RS
XYZ, meskipun lingkungan kerja memberikan kontribusi positif namun tidak
signifikan secara statistik. Namun, work-life
balance memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
perawat, menunjukkan pentingnya menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan
kehidupan pribadi untuk meningkatkan kepuasan dan produktivitas. Selain itu,
lingkungan kerja yang baik juga berperan dalam meningkatkan kepuasan kerja.
Temuan ini menggambarkan bahwa kepuasan kerja memainkan peran penting dalam
meningkatkan kinerja perawat, dan kepuasan kerja juga bertindak sebagai
mediator antara work-life balance dan
lingkungan kerja dengan kinerja perawat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kinerja dan kepuasan kerja perawat di RS XYZ, penting untuk memberikan
perhatian pada aspek-aspek tersebut di lingkungan kerja.
BIBLIOGRAFI
Adrian, D., & Arianto, T. (2022). Pengaruh
Motivasi Kerja, Iklim Organisasi, dan Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan pada PT Hypermart Bengkulu. EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi
Dan Bisnis, 10(1), 167�179.
Ahmad, R., & Pratama, A. (2021). Faktor manajemen
profesional: perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian (suatu kajian
studi literatur manajemen sumberdaya manusia). Jurnal Ilmu Manajemen Terapan,
2(5), 699�709.
Apriyanti, M. E. (2020). Percaya Diri dan Berpikir Strategis
Untuk Menghadapi Ketatnya Persaingan Bisnis. Jurnal Usaha, 1(2),
26�40.
Arini, K. R., Mukzam, M. D., & Ruhana, I. (2015).
Pengaruh kemampuan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan (studi
pada karyawan PT Perkebunan Nusantara X (Pabrik Gula) Djombang Baru). Jurnal
Administrasi Bisnis, 22(1).
Asepta, U. Y., & Maruno, S. H. P. (2017). Analisis
pengaruh work-life balance dan pengembangan karir terhadap kepuasan kerja
karyawan PT. Telkomsel, TBK Branch Malang. Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi
Asia, 11(2), 77�85.
Babin, B. J., & Boles, J. S. (1996). The effects of
perceived co-worker involvement and supervisor support on service provider role
stress, performance and job satisfaction. Journal of Retailing, 72(1),
57�75.
Bender, K. A., & Theodossiou, I. (2018). The unintended
consequences of flexicurity: the health consequences of flexible employment. Review
of Income and Wealth, 64(4), 777�799.
Berliana, M., Siregar, N., & Gustian, H. D. (2018). The
model of job satisfaction and employee performance. International Review of
Management and Marketing, 8(6), 41.
dalam Sugiyono, S. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV.
Ende, E., & Firdaus, A. A. (2021). Pengaruh lingkungan
kerja terhadap kinerja pegawai dengan kepuasan kerja sebagai variabel
intervening pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Serang. Jurnal
Ilmu Sosial, Manajemen, Akuntansi Dan Bisnis, 2(1), 56�69.
Farchan, F. (2016). Teknikal Manajemen Sumber Daya Manusia
Strategik Sebuah Paradigma Pengukuran Kinerja. Ris�lah, Jurnal Pendidikan
Dan Studi Islam, 3(1), 42�62.
https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v3i1.24
Febriyana, W., & Sary, F. P. (2015). Pengaruh kepuasan
kerja terhadap kinerja karyawan pt. kabepe chakra 2015. EProceedings of
Management, 2(3).
Fischer, J. A. V, & Sousa‐Poza, A. (2009). Does job
satisfaction improve the health of workers? New evidence using panel data and
objective measures of health. Health Economics, 18(1), 71�89.
Ganapathi, R. (2016). A study on work life balance and job
satisfaction of women employees working in new private sector banks. Work,
1(2.91), 10�24.
Handayani, M. W., & Suhartini, S. (2005). Pengaruh
Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pelaksana di Lingkungan
Badan Pusat Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sinergi: Kajian
Bisnis Dan Manajemen.
Husnah, M., Batubara, I. W., Siregar, A. I. F., Rahmadhani,
S., & Suhairi, S. (2022). Pengantar Pemasaran Global. JIKEM: Jurnal Ilmu
Komputer, Ekonomi Dan Manajemen, 2(2), 3169�3180.
Iskandar, D. (2018). Strategi peningkatan kinerja perusahaan
melalui pengelolaan sumber daya manusia dan kepuasan kerja dan dampaknya
terhadap produktivitas karyawan. Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia, 12(1),
23�31.
Italiani, F. A. (2013). Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Transformasional dan Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai Departemen Sdm Pt.
Semen Gresik (Persero) Tbk. BISMA (Bisnis Dan Manajemen), 6(1),
11�18.
Johari, J., Mohd Shamsudin, F., Fee Yean, T., Yahya, K. K.,
& Adnan, Z. (2019). Job characteristics, employee well-being, and job
performance of public sector employees in Malaysia. International Journal of
Public Sector Management, 32(1), 102�119.
Kanwar, Y. P. S., Singh, A. K., & Kodwani, A. D. (2009).
Work�life balance and burnout as predictors of job satisfaction in the IT-ITES
industry. Vision, 13(2), 1�12.
Maslichah, N. I., & Hidayat, K. (2017). Pengaruh
work-life balance dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan (Studi
pada perawat RS Lavalette Malang tahun 2016). Brawijaya University.
Miao, R., & Kim, H.-G. (2010). Perceived organizational
support, job satisfaction and employee performance: An Chinese empirical study.
Journal of Service Science and Management, 3(02), 257.
Mohanty, M. S. (2016). Relationship between positive attitude
and job satisfaction: Evidence from the US data. Eastern Economic Journal,
42, 349�372.
Muaroma, G., & Indriati, I. H. (2022). Pengaruh
Kepemimpinan, Disiplin Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja. UPY
Business and Management Journal (UMBJ), 1(1), 1�6.
Munir, M. (2023). Hubungan antara keadilan organisasi,
profesionalisme dan kepuasan kerja karyawan. Jurnal Baruna Horizon, 6(1),
39�48.
Mutiara, E. (2020). Pengaruh Lingkungan Kerja, Stres
Kerja, Konflik Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Trunojoyo Sumber
Listrindo. KODEUNIVERSITAS041060# UniversitasBuddhiDharma.
Nafis, B., & Chan, A. (2020). Analisis work-life balance
para karyawan Bank BJB Cabang Indramayu. Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan
Manajemen Bisnis, 8(1), 115�126.
Nurhabiba, M. (2020). Social support terhadap work-life
balance pada karyawan. Cognicia, 8(2), 277�295.
PIPIN, D. W. I. P. (2023). Pengaruh Kompensasi, Work Life
Balance Dan Procedural Justice Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Altrak
1978. Universitas andalaS.
Prabaningtyas, K. E., & Djastuti, I. (2019). Analisis
Pengaruh Lingkungan Fisik Dan Lingkungan Non Fisik Terhadap Kinerja Karyawan
Dengan Motivasi Sebagai Variabel Mediasi (Studi pada Karyawan bagian Penunjang
RSUD dr. Ashari Pemalang). Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Pratama, A. (2022). Manajemen Sumber Daya Manusia (Untuk
Pemerintahan dari Teori ke Praktik). Penerbit Widina.
Putri, E. A., Tajriani, A., Syifa, A., Nurrachmawati, N.,
Rivai, A. A., & Amri, A. (2022). Penerapan fungsi MSDM untuk mengembangkan
produktivitas kerja karyawan di lingkungan perusahaan Unilever Indonesia. Insight
Management Journal, 2(3), 81�90.
Sari, K. D. C. (2019). Pengaruh Work Life Balance Terhadap
Kinerja Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi (Studi pada Perawat
Puskesmas Rawat Inap di Kota Semarang): Study On Puskesmas Inpatients in
Semarang City. J-LEE-Journal of Law, English, and Economics, 1(1),
82�105.
Sirgy, M. J., & Lee, D.-J. (2018). Work-life balance: An
integrative review. Applied Research in Quality of Life, 13,
229�254.
Sitinjak, L. N. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan (Studi pada Karyawan PT Mitra Pinasthika Mustika Rent
Tangerang Selatan). Universitas Brawijaya.
Sonhadi, R., Serang, S., & Alam, R. (2020). Pengaruh
keseimbangan kehidupan kerja, komitmen organisasi dan keterikatan pegawai
terhadap kinerja pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di wilayah
kota makassar. Paradoks: Jurnal Ilmu Ekonomi, 3(2), 76�85.
Soomro, F. A., Shah, M. A., & Memon, M. S. (2020). Role
of employee attitude as mediating variable between HR practice and
organizational performance: Evidence from public sector universities. International
Journal of Disaster Recovery and Business Management, 11(1),
1032�1044.
Suhartini, S. (2021). Pengaruh Work Life Balance dan
Lingkungan Kerja Non Fisik Terhadap Kinerja Karyawan di PT Polychem Indonesia
Tbk.(Divisi Mesin). ECo-Buss, 3(3), 122�131.
Sulyanah, A., & Nurhidayat, M. A. (2024). Pengaruh
Disiplin Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Asuransi Jiwa
Manulife Indonesia Cabang Kota Tangerang Selatan. Anthronomics: Jurnal
Manajemen Sumber Daya Manusia, 1(1), 21�26.
Tobing, D. S. K. L. (2009). Pengaruh komitmen organisasional
dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara III di
Sumatera Utara. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 11(1), 31�37.
Tonce, Y., Transilvanus, V. E., Meylano, N. H., Luju, E.,
& Kleruk, A. H. (2022). Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja kerja
pegawai melalui kepuasan kerja sebagai Variabel Intervening pada Dinas
Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sikka. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(4), 6210�6217.
Umar, A., Hasbi, U. F., & Yusriadi, Y. (2019). Leadership
Role In Improving Responsibility Of Employee�s Work In Scope Of General Bureau
Of Government Of Bulukumba Regency. International Journal of Scientific and
Technology Research, 8(10), 2019�2021.
Wahyudi, A., Assyamiri, M. B. T., Al Aluf, W., Fadhillah, M.
R., Yolanda, S., & Anshori, M. I. (2023). Dampak Transformasi Era Digital
Terhadap Manajemen Sumber Daya Manusia. Jurnal Bintang Manajemen, 1(4),
99�111.
Raymond1, Soegeng Wahyoedi2,
Melitina Tecoalu3 �(2024) |
First
publication right: |
This article
is licensed under: |