Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X�����
Vol. 1, No. 4 Agustus
2019
�����������������������������������������������������������
MANAGEMEN� PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN (PENDEKATAN� DAN� MODEL�
INQUIRY)� DALAM� MENINGKATKAN�
PRESTASI BELAJAR SISWA (STUDI DESKRIPTIF DI�
KELAS VIII MTS AL MUSDARIYAH CIMAHI DAN MTS AL -MUSDARIYAH CINUNUK)
Ai Deudeu Maria Dewi�������
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Musdariyah Cimahi
Email:[email protected]
Abstrak
Peneliti melaksanakan
penelitian di MTs. Al Musdariyah Cimahi dan MTs. Al Musdariyah Cinunuk
Kabupaten Bandung dengan tujuan untuk mengetahui tentang bagaimana perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru PKN dalam
menerapkan pendekatan dan model Inquiry, kendala �kendala yang dihadapi, serta
upaya yang dilakukan, dan hasil yang dicapai. Metode penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif� karena ingin mengetahui
kondisi dan gambaran secara alami tentang pelaksanaan pembelajaran PKN dengan
penerapan pendekatan dan model Inquiry di kedua sekolah tersebut. Data dalam
penelitian ini diperoleh melalui studi dokumen, wawancara, observasi dan
catatan lapangan. Penelitian ini berawal dari asumsi bahwa Pembelajaran PKN
tidak terlepas dari peran manajemen pembelajaran dimana guru merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi berbagai tindakan yang dilakukan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran termasuk memenfaatkan berbagai media dan
pendekatan yang memudahkan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil dari kegiatan pembelajaran PKN berbasis Inquiry adalah meningkatnya
aktifitas dan efektifitas pembelajaran PKN yang pada akhirnya berdampak pada
peningkatan prestasi belajar siswa secara signifikan. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pendekatan dan model Inquiry memberikan kemudahan bagi
guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang diharapkan serta disarankan agar guru
PKN mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif baik dalam
perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
Kata kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, Inquiry, perkembangan karakter
Pendahuluan
Dunia
pendidikan merupakan dunia yang sangat dinamis, sehingga menuntut adanya
perbaikan berupa inovasi yang dilakukan secara terus menerus, baik oleh siswa,
guru atau pemerintah (Handayani, 2017). Pendidikan merupakan hak azasi setiap warga negara. UUD 1945
mengamanatkan pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara seperti tertuang
dalam pasal 28 ayat 1, bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan pasal 31 ayat 1
menjelaskan bahwa �Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan� (Grasindo, 2017).
Dalam pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa �Pemerintah
Negara Indonesia melindungi segenap bangsa�
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial�(Grasindo, 2017)
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, �Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab� (R. Indonesia, 2003). Tujuan pendidikan
nasional tersebut merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang
harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Seperti yang tercantum dalam undang-undang no. 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat 1 �Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara� (R. Indonesia, 2003).
Pembelajaran PKN berfungsi membentuk dan menanamkan nilai
norma yang berlaku dalam masyarakat dalam menjalani kehidupan sebagai warga
negara yang baik yang memiliki rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air serta
mematuhi hukum yang berlaku dalam Negara Republik Indonesia.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh �Depdiknas bahwa �Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu warga Negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan
keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi
secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (Suyanto, 2005).
Secara garis besar menurut (Depdiknas, 2003) mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu :
1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang
politik, hukum dan moral
2. Dimensi keterampilan kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan
partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
3.
Dimensi nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya
diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur.
Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa dalam mata pelajaran PKN tidak hanya pelajaran berupa
pengetahuan yang siswa peroleh tetapi dalam diri siswa juga hendaknya
berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai karakter bangsa yang salah
satunya adalah sikap menghargai potensi diri yang nanti akan berkembang menjadi
prestasi.
Guru adalah bagian dari penentu
keberhasilan pendidikan. Tugas utama guru memberikan pendidikan di sekolah,
melakukan rangkaian kinerja pendidikan
dalam bimbingan,
latihan dan pengajaran. Seluruh aktifitas tersebut sangat berpengaruh terhadap upaya pengembangan
siswa melalui keteladanan, menciptakan lingkungan
pendidikan yang kondusif, membimbing, mengajar dan melatih siswa. Dengan
demikian, sangat penting peran guru bagi pendidikan anak, hal tersebut
disebabkan karena semua bentuk kebijakan
dan program akan ditentukan oleh kinerja yang berada seorang guru.
Penelitian ini
bermula dari keinginan peneliti untuk mengetahui serta memahami mengenai
managemen pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (pendekatan dan model inquiry)
dalam peningkatan prestasi belajar siswa di� MTs.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan oleh peneliti yaitu metode
deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini menghendaki adanya eksplorasi
untuk memahami dan menjelaskan apa yang diteliti melalui komunikasi yang
intensif dengan berbagai sumber data untuk memberikan makna secara mendalam
agar dapat melihat fenomena yang ada secara langsung.
Teknik
pengumpulan data sesuai dengan metodologi penelitian yang akan digunakan yaitu
melalui studi dokumen, wawancara, observasi dan catatan lapangan. Sedangkan
instrumen yang akan dipakai dalam pengumpulan datanya menggunakan pedoman
pengamatan, dan pedoman wawancara dan pedoman studi dokumen.
�
Hasil dan Pembahasan
Penelitian tentang Managemen pembelajaran Pendidikan
kewarganegaraan dengan menggunakan pendekatan dan model inqury dilaksanakan di
dua sekolah madrasah tsanawiyah yaitu MTs Al Musdariyah Cimahi dan MTs Al
Musdariyah Cinunuk Kabupaten Bandung. Dalam pembahasan hasil penelitian ini
diuraikan berbagai temuan yang terjadi di lapangan yaitu data atau informasi
yang diperoleh melalui studi dokumen, catatan lapangan, wawancara dengan kepala
sekolah, wakasek kurikulum, guru dan siswa serta melalui observasi kelas
langsung ketika guru melaksanakan proses pembelajaran PKN dengan menggunakan
pendekatan dan model inquiry. Deskripsi dan analisa data hasil penelitian yang
dimaksud adalah deskripsi mengenai perencanaan, pelaksanaan, penilaian, kendala
yang dihadapi dalam penerapan pendekatan dan model inquiry dan pemecahan
masalah tersebut.
1.
Perencanaan yang dilakukan guru untuk mempersiapkan
pendekatan dan model inquiry dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di tingkat MTs.
Data tentang� perencanaan
pembelajaran PKN dengan menggunakan pendekatan dan model inquiry di MTs Al
Musdariyah Cimahi dan MTs Al Musdariyah Cinunuk kabupaten Bandung diperoleh
melalui studi tentang dokumen kurikulum yang dibuat bersama-sama oleh komponen
sekolah melalui team pengembang kurikulum yang terdiri dari semua unsur sekolah
seperti kepala sekolah, para wakil kepala sekolah, team manajemen mutu, guru
dan tata usaha dengan melibatkan komite sekolah dibawah binaan.
Dari hasil wawancara dengan guru PKN MTs Al Musdariyah Cinunuk Jum�at, 14
Desember 2012, dan guru PKN MTs Al Musdariyah Cimahi Sabtu, 15 Desember 2012
diketahui bahwa proses analisis dan pengembangan silabus dilaksanakan dengan
tahapan; pertama, menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) dengan menggunakan Taxonomi Bloom. Kedua, mengurutkan
Kompetensi Dasar (KD) untuk setiap tingkatnya. Ketiga, menganalisis dan
mengembangkan Indikator disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD). Keempat,
merumuskan dan mengembangkan Materi Pembelajaran. Kelima, mengembangkan� kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
kegiatan dan nilai Pendidikan Budaya Karakter Bangsa (PBKB).
Kegiatan pengembangan kegiatan meliputi analisis kegiatan awal (apersepsi),
kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi) dan kegiatan akhir
(refleksi). Keenam, merumuskan penilaian yang mencakup aspek apektif, kognitif
dan psikomotorik. Ketujuh, menganalisis alokasi waktu, dan kedelapan,
merumuskan sumber belajar.
Berdasarkan
hasil studi dokumen di MTs Al Musdariyah Cinunuk Cileunyi Kabupaten Bandung
hari Jum�at, 21 Desember 2012 diketahui bahwa proses analisis Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dilaksanakan dengan cara merumuskan
SK dan KD dalam sebuah tabel analisis konteks, kemudian merumuskan tahapan
berpikir (THB) menggunakan teori Taxonomy bloom yaitu untuk afektif dimulai dari A1 sampai dengan A5,
kognitif dimulai dari C1 sampai
dengan C6, dan psikomotorik dimulai
dari P1 sampai dengan P5. Setelah merumuskan Tahapan Berfikir, maka langkah
selanjutnya merumuskan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan
berfikir,� kemudian mencocokannya dengan
ruang lingkup materi pembelajaran, untuk PKN�
ruang lingkup materi pembelajarannya ada 3 yaitu; dimensi pengetahuan
kewarganegaraan, dimensi keterampilan kewarganegaraan dan dimensi nilai-nilai
kewarganegaraan, setelah mencocokan ruang lingkup pembelajaran, tahapan akhir
dari kegiatan ini adalah merumuskan alokasi waktu.
2.
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan
melalui penerapan pendekatan dan model inquiry
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di tingkat MTs.
Adapun kegiatan yang diamati selama proses pembelajaran PKN dengan
menggunakan pendekatan dan model inquiry
adalah sebagai berikut;
1)
Kegiatan Pendahuluan (apersepsi)
�������� Kegiatan pendahuluan yang dilakukan
oleh guru PKN di MTs Al Musdariyah Cimahi dan MTs Al Musdariyah Cinunuk
Cileunyi� memiliki perbedaan dimana guru MTs
Al Musdariyah Cimahi ketika memasuki kelas langsung mengucapkan salam
pembuka� kepada siswa dengan mengucapkan �Assalamualaikum� dan ketua kelas
langsung berdiri serta berteriak �salaman�
disusul dengan peserta didik yang lain merespon dengan mengucapkan � assalamualaikum warrah matullahi wabarakatuh�
sambil berdiri berbarengan dan ibu guru langsung menjawab kembali �wassalamualaikum wr.wb�,dan mengucapkan apakabar hari ini? dsb.
Dari hasil wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa pada umumnya
siswa sangat setuju bahwa dalam kegiatan pendahuluan atau apersepsi, guru
memotivasi suasana belajar dengan cara memberikan salam kepada siswa, bertegur
sapa, mengatur keadaan kelas, berpenampilan menarik serta senantiasa
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan untuk memberikan kenyamanan
belajar bagi mereka.
2)
Kegiatan Inti
Dari hasil observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerapan pendekatan dan model inquiry dalam
pembelajaran PKN membuat siswa belajar menjadi lebih aktif, mampu berfikir
kritis dan kreatif dalam memecahkan berbagai masalah yang diberikan dalam
kegiatan pembelajaran, mampu mencapai kompetensi yang unggul karena selalu
didorong untuk senantiasa memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi selama
pembelajaran berlangsung dengan menggali berbagai potensi yang ada pada
dirinya, lingkungan maupun sumber � sumber informasi seperti buku pelajaran,
internet maupun melalu gagasan teman sekelasnya. Mereka merasa senang dalam
melaksanakan pembelajaran karena selalu dituntut untuk berkolaborasi dengan sesama
siswa, merangsang munculnya sifat-sifat baik siswa seperti kerja sama, jujur,
mandiri, percaya diri, rajin dan tekun serta hubungan antara guru dan siswa
menjadi lebih haromonis.
3.
Evaluasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan melalui penerapan pendekatan dan model inquiry .
Evaluasi atau penilaian yang
dilakukan oleh guru PKN di MTs. Al Musdariyah Cimahi dan MTs. Al Musdariyah
Cinunuk Kab. Bandung menganut prinsip pendekatan konstruktivisme dimana para
siswa didorong untuk mencari jawaban yang paling tepat dari berbagai
permasalahan yang diberikan melalui studi kasus, mengembangkan mental dan
proses berfikir, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data, menguji jawaban dan
informasi temuan yang didapat sebagai jawaban sementara dan pada akhirnya
merumuskan kesimpulan. Siswa dibebaskan untuk merumuskan pengertian baru
tentang suatu rumusan masalah dalam pembelajaran PKN. Penilaian dalam
pendekatan dan model inquiry
dilakukan mulai dari proses pembelajaran, diskusi kelompok, maupun ketika para
siswa diberikan berbagai masalah untuk dipecahkan baik secara individu maupun
kelompok. Jenis tes yang diberikan berupa tes unjuk kerja, pengamatan maupun
portopolio (laporan tugas, kliping, makalah). Peserta didik juga dberikan
kesempatan untuk mendiskusikan berbagai jawaban yang menjadi asumsi dan
hipotesa mereka saat memecahkan berbagai permasalahan yang diberikan dalam soal
di depan kelas secara berkelompok dan siswa lain memberikan tanggapan atas
hipotesa tersebut.
4.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan pendekatan
dan model inquiry pada pembelajaran
pendidikan kewarga-negaraan di tingkat MTs.
Pada umumnya kendala-kendala yang dihadapi oleh guru PKN di MTs. Al
Musdariyah Cimahi dan Cinunuk dalam memenerapkan pendekatan dan model Inquiry hampir sama yaitu keterbatasan
kemampuan siswa, keterbatasan buku sumber pendukung pembelajaran PKN dengan
menggunakan pendekatan dan model Inquiry,
dan keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran PKN berbasis Inquiry.
a)
Keterbatasan kemampuan siswa.
Setiap peserta
didik memiliki karakter dan kemampuan yang�
berbeda-beda dalam merespon pembelajaran. Sebagian siswa mampu menyerap
materi dengan cepat namun sebagian lainnya perlu pengulangan dua sampai tiga
kali sebelum menguasai materi.
b)
Keterbatasan buku sumber pendukung dalam mengimplementasikan pembelajaran PKN
berbasis pendekatan dan model Inquiry.
Dari hasil
wawancara dengan guru PKN MTs. Al Musdariyah Cimahi dan Cinunuk Kab. Bandung
diperoleh informasi bahwa buku-buku sumber yang digunakan di sekolah belum 100%
mendukung model pembelajaran inquiry baik materi, kegiatan pembelajarannya
maupun evaluasinya sehingga guru harus menggali berbagai sumber materi lain
untuk memperkaya kegiatan baik melalui internet, koran maupun maupun sumber lain.
c)
Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran PKN berbasis
pendekatan dan model Inquiry.
Proses
pembelajaran dengan pendekatan dan model Inquiry
tentu saja memerlukan sarana dan prasarana penunjang. Dari hasil wawancara
dengan guru PKN MTs. Al Musdariyah Cimahi dan Cinunuk Kab. Bandung diperoleh
informasi bahwa ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran PKN
sudah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dengan tersedianya buku sumber PKN
yang bervariatif di perpustakaan, tempelan-tempelan gambar tentang struktur
pemerintahan pusat maupun daerah dan buku kumpulan undang-undang dan pasal-pasal
yang menjadi rujukan para siswa dalam�
mempelajari pelajaran PKN, namun dari segi sarana masih kurang memadai
seperti masih ada beberapa kelas yang menggunakan 1 buah papan tulis, belum
terpasangnya infokus di semua kelas, kurang seimbangnya jumlah bangku dengan
jumlah siswa sehingga ketika siswa harus bekerja kelompok dalam diskusi,
terkadang siswa terlihat kurang nyaman karena berdempetan satu sama lain. Untuk
ketersediaan sarana� juga masih menjadi
kendala terutama ketika siswa harus belajar via internet, mereka masih
kesulitan karena setiap kelas belum terpasang infokus dan sarana hotspot, serta
keterbatasan sarana audio visual yang bisa di bawa ke dalam kelas.
5.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi dalam penerapan pendekatan dan model inquiry pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
�Pendekatan dan Model Inquiry pada dasarnya memudahkan para
guru dan siswa dalam mencapai kompetensi yang tinggi di tengah keterbatasan
sarana dan prasarana yang ada. Model pembelajaran ini lebih menuntut
kreativitas dan inovasi para guru sebagai pelaksana pembelajaran di dalam kelas
dalam menggali kemampuan siswa, mengembangkan potensi siswa, memberikan
kepercayaan penuh kepada siswa dalam mengembangkan materi, media, metode dan
strategi pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat terwujud.
Dari hasil wawancara dengan Kepala sekolah, Wakil Kepala sekolah dan guru PKN
MTs. Al Musdariyah Cimahi dan Cinunuk Kab. Bandung diperoleh informasi bahwa
meskipun terdapat keterbatasan-keterbatasan baik terhadap kemampuan peserta
didik, buku sumber pendukung maupun sarana prasarana, namun guru tetap bisa
melaksanakan pembelajaran PKN berbasis Inquiry
karena model ini justru lebih mengoptimalkan apa yang ada dalam diri siswa,
lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar sekolah dan luar sekolah. Justru
keterbetasan yang ada menjadi peluang bagi sekolah dan guru untuk meningkatkan
motivasi dan inovasi dalam pembelajaran sehingga menjadi kekuatan bagi mereka
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran PKN.
Keterbatasan kemampuan peserta didik dapat diatasi dengan lebih
memberdayakan kemampuan mereka dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari (real- life situation), lebih
memperbanyak diskusi kelompok atau belajar kolaborasi agar mereka bisa saling
bertukar ilmu pengetahuan, mengembangkan metode pembelajaran yang menyenangkan
seperti melakukan permainan, bermain peran,diskusi kelompok, simulasi,
belajar dengan tayangan film bahkan mengajak mereka
keluar kelas agar lebih santai dalam melaksanakan pembelajaran.
Keterbatasan buku sumber pendukung pembelajaran PKN berbasis inquiry dapat
diatasi melalui penyusunan lembar kerja, modul atau diktat yang dilakukan oleh
guru sebagai pendamping buku wajib. Misalnya ketika siswa diberikan tugas untuk
mendeskripsikan tugas lapangan, maka guru membekali mereka dengan lembar
observasi lapangan.
Keterbatasan prasarana pendukung pembelajaran PKN dengan menggunakan pendekatan
dan model Inquiry dapat diatasi
dengan mengoptimalkan ruangan dan lingkungan yang ada seperti pemanfaatan ruang
kelas untuk mendukung kegiatan pembelajaran melalu manajemen kelas (classroom managemen), pemanfaatan
lingkungan luar sekolah dan� lapangan
olah raga, bahkan guru dapat merancang kegiatan luar kelas dalam bentuk
kunjungan lapangan, study tour maupun praktik kerja lapangan. Sedangkan
keterbatasan sarana dapat diatasi dengan mengembangkan sendiri sumber belajar
yang dilakukan oleh guru seperti membuat gambar visual, merancang simulasi
sidang atau mencari bahan visual dari internet.
6.
Hasil yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dengan penerapan pendekatan dan model inquiry.
Pembelajaran PKN dengan menggunakan pendekatan dan model model Inquiry memberikan hasil sebagai
berikut:
1.
Guru dimudahkan dalam merencanakan pembelajaran yang efektif terutama dalam
kegiatan pembelajaran.
2.
Aktifitas siswa meningkat dalam pembelajaran PKN
3.
Siswa merasa senang dan gembira ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran.
4.
Siswa termotivasi untuk berani berkomunikasi, bertanya jawab, mengungkapkan gagasan, ide maupun
pendapat pribadi dan kelompok secara verbal dalam konteks sederhana.
5.
Siswa memiliki kemampuan dan kemauan untuk memecahkan berbagai permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran baik secara individu maupun keompok.
6.
Siswa diberikan kemudahan dalam mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
Suatu kegiatan pembelajaran diciptakan untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Oleh karena itu kegiatan
pembelajaran harus disiapkan dan direncanakanagar lebih terarah dan efektif
dalam membantu siswa mencapai kompetensi sesuai dengan yang dipersyaratkan
dalam tujuan pembelajaran. Ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut dapat
dilihat dari berapa banyak indikator yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh
siswa.
Kegiatan pembelajaran yang bermakna akan berdampak luas
terhadap pemahaman siswa, antara lain mereka bukan hanya hafal dan faham
terhadap materi yang dipelajari secara teoritis tetapi juga mereka mampu
mengimplementasikan dan menerapkan dalam kehidupan mereka secara nyata. Mereka
diharapkan mampu melaksanakan pembiasaan terhadap kompetensi yang telah
dikuasai selama melaksanakan proses pembelajaran untuk bekal kelak mereka
terjun ke dunia usaha dan dunia industri di lingkungan masyarakat. Senada
dengan hal tersebut diatas, Cynthia dalam (Mulyasa, 2010)
mengemukakan bahwa proses pembelajaran yang dimulai
dengan fase pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), ketika
kompetensi dan metodologi telah didefinisikan, akan membantu guru dalam
mengorganisasi materi standar serta mengantisipasi siswa dan masalah-masalah
yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Sebaliknya, tanpa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), seorang guru akan mengalami hambatan dalam proses
pembelajaran yang dilakukan.
Dalam menyusun perencanaan hendaknya guru memahami
terlebih dahulu karakter siswa yang akan diajar, karakter materi pelajaran,
ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran serta pendekatan yang
akan dijadikan acuan sebagai model pembelajaran agar pembelajaran yang
dilaksanakan lebih bermutu. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan dalam
lampiran Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
butir B (5) bahwa setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu perencanaan
kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar peserta
didik mampu; (a) meningkat rasa ingin tahunya; (b) mencapai keberhasilan
belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan; (c) memahami
perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari sumber informasi; (d)
mengolah informasi menjadi pengetahuan; (e) menggunakan pengetahuan untuk
menyelesaikan masalah; (f) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan
(g) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar (No, 19AD) .
Perencanaan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan penerapan pendekatan dan model Inquiry di MTs. Al Musdariyah Cinunuk Kabupaten Bandung dan Cimahi
meliputi analisis kalender pendidikan, analisis konteks (SK/KD), penyusunan
program tahunan, program semester, kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Kalender pendidikan adalah pengatur waktu kegiatan
pembelajaran siswa selama satu tahun pelajaran. sedangkan menurut PP No. 19
tahun 2005 pasal 18 (1-3) dijelaskanbahwa kalender pendidikan/kalender akademikmencakup
permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar,waktu pembelajaran efektif, dan
hari libur. Hari libur yang dimaksud dapat berbentuk jeda tengah semester
selama-lamanya satu minggu dan jeda antar semester dan kalender pendidikan
diatur oleh pemerintah (P. R. Indonesia, 2005). Sedangkan hari belajar efektif dalam satu tahun pelajaran� menurut (Mulyasa, 2010)
dilaksanakan dengan menggunakan sistem semester, dimana
satu tahun pelajaran terdiri dari dua semester dengan jumlah minggu 34. Alokasi
waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lain menurut lampiran
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 1 Alokasi Waktu dalam
kalender Pendidikan
menurut Lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006
No |
Kegiatan |
Alokasi Waktu |
Keterangan |
1. |
Minggu efektif�
belajar |
Minimum 34 minggu dan maksimum 38 minggu |
Digunakan untuk kegiatan pembelajaran efektif pada
setiap satuan pendidikan |
2.
|
Jeda tengah semester |
Maksimum 2 minggu |
Satu minggu setiap semester |
3. |
Jeda antarsemester |
Maksimum 2 minggu |
Antara semester I dan II |
4. |
Libur akhir tahun pelajaran |
Maksimum 3 minggu |
Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi
akhir dan awal tahun pelajaran |
5. |
Hari libur keagamaan |
�2 � 4 minggu |
Daerah
khusus yang memerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat mengaturnya
sendiri tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran
efektif |
6.
|
Hari libur umum/nasional |
Maksimum 2 minggu |
Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah |
7. |
Hari libur khusus |
Maksimum 1 minggu |
Untuk satuan pendidikan sesuai dengan ciri
kekhususan masing-masing |
8. |
Kegiatan khusus sekolah/madrasah |
Maksimum 3 minggu |
Digunakan untuk kegiatan
yang diprogramkan secara khusus oleh sekolah/madrasah tanpa mengurangi jumlah
minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif |
��������
Menurut peneliti, makna penerapan pendekatan dan model Inquiry dalam pembelajaran bahasa PKN di
MTs adalah membimbing siswa untuk senantiasa memiliki kecakapan hidup (life skill), kompetensi yang unggul,
kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan serta mampu mengimplementasikan
pengetahuan yang dimiliki dengan dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan terhadap
Allah SWT. Lulusan Madrasah Tsanawiah bukan hanya dituntut untuk memiliki
kecerdasan intelektual tetapi juga harus mengedepankan kecerdasan emosional,
sosial dan spiritual agar memiliki mental tanggung dan religious.
Dalam pelaksanaan pembelajarannya guru dituntut untuk
menanamkan sikap positif terhadap tujuan pembelajaran yang harus dicapai,
mengatur lingkungan belajar dengan melaksanakan pengelolaan kelas, memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik, menanamkan semangat kebersamaan,
memanfaatkan metode dan media pembelajaran yang merangsang pembelajaran PAIKEM
GEMBROT, serta menumbuhkan kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitar. Hal ini
sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 19 ayat (1) yaitu (NIM, 2015) �Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik�.
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dengan penerapan pendekatan dan model Inquiry,
guru bukan hanya dituntut untuk melaksanakan hal-hal di atas tapi juga mampu
menjadi contoh dan suri tauladan bagi siswa. Kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran akan menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Inti
dari kegiatan pembelajaran adalah interkasi guru dengan siswa dalam rangka
menyampaikan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut (Surjadi, 1989) tujuan pembelajaran harus disusun menjadi daftar
perubahan-perubahan yang hendak dicapai seperti perubahan pengetahuan
(kognitif), perubahan perasaan (afektif) dan perubahan perbuatan (konatif).
Kesan pertama yang ditampilkan guru saat membuka pembelajaran akan berpengaruh
terhadap pelaksanaan proses berikutnya.
Pada kegiatan apersepsi, guru MTs. Al Musdariyah Cinunuk
kabupaten Bandung menjelaskan Tujuan Pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa
selama proses pembelajaran sedangkan di guru MTs. Al Musdariyah Cimahi tidak
membacakannya. Kegiatan apersepsi yang dilakukan oleh mereka berlangsung antara
10-15 menit.
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan guru adalah
melaksanakan kegiatan inti pembelajaran dengan melaksanakan eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan Eksplorasi dilakukan untuk menggali
pemahaman siswa terhadap materi yang akan diajarkan, kegiatan elaborasi
dilaksanakan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada siswa terhadap
materi yang harus dikuasai. Pada bagian ini, guru dituntut untuk mengembangkan
teknik, strategi, model pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat
merangsang siswa untuk memahami materi dengan efektif sehingga mutu
pembelajaran dapat tercapai sesuai tujuan. Hal ini selajalan dengan apa yang dijelaskan
dalam lampiran Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
pendidikan yaitu �Setiap guru bertanggung jawab terhadap mutu kegiatan
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara: (a)
merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir; (b) menggunakan metoda
pembelajaran yang bervariasi, inovatif dantepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran; (c) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang
tersedia secara efektif dan efisien; (d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum,
kemampuan peserta didik, dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi
serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dari yang mampu belajar dengan cepat
sampai yang lambat; (e) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas
kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya; (f) mengarahkan kepada
pendekatan kompetensi agar dapatmenghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi,
memiliki motivasi,kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami
belajar seumur hidup, dan berpikir logis alam menyelesaikan masalah� (No, 19AD).
Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti adalah konfirmasi,
kegiatan ini bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang baru
saja diajarkan, kegiatan bisa berbentuk demonstrasi, bermain peran atau unjuk
kemampuan.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa guru PKN MTs.
Al Musdariyah Cimahi dan guru PKN MTs. Al Musdariyah Cinunuk Kab. Bandung� melaksanakan kegiatan inti dengan berpedoman
kepada RPP yang telah mereka susun. Pertama-tama mereka melaksanakan kegiatan
eksplorasi dengan memberikan pertanyaan lisan tentang materi yang akan
diajarkan dihubungkan dengan pengalaman kehidupan mereka� sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan elaborasi yaitu menjelaskan berbagai materi kepada siswa, memberikan
pertanyaan-pertanyaan lisan maupun tulisan, dan mengembangkan empat kemampuan
berbahasa siswa. Kegiatan akhir yang dilakukan konfirmasi. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan cara memotivasi siswa untuk mampu menampilkan apa yang
mereka peroleh dari kegiatan elaborasi baik bermain peran, melaksanakan
presentasi maupun membacakan hasil diskusi.
7.
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui
penerapan pendekatan dan model Inquiry.
Tahapan akhir
dari proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui penerapan
pendekatan dan model Inquiry adalah
evaluasi atau penilaian. Penilaian menurut Permendiknas No. 20 Tahun 2007
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian
hasil belajar siswa. Dalam melaksanakan penilaian guru hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip penilaian antara lain; sahih, objektif,
adil, terpadu, terbuka, menyeluruh
dan berkesinam-bungan, sistematis, beracuan kriteria,dan akuntabel.
Penilaian
pembelajaran PKN berbasis Inquiry di MTs.
Al Musdariyah Cimahi dan Cinunuk Kab. Bandung menggunakan prinsip Self-believe dimana penilaian lebih pada
proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dari pada penilaian akhir
kompetensi dasar. Prinsip penilaian dalam Inquiry
mendorong siswa untuk berfikir kritis dalam melakukan orientasi pada suatu
masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
merumuskan hipotesis dan menguji kesimpulan yang diberikan sebagai solusi/
jawaban dari masalah yang disajikan . Jenis atau teknik penilaian yang
dilakukan kedua sekolah tersebut adalah tanya-jawab (question-response), tes tertulis, tes praktik, penugasan, penilaian
kinerja (demonstration).
Teknik-teknik penilaian tersebut sangat sesuai dilaksanakan dalam penilaian
berbasis Inquiry sesuai dengan yang dijelaskan oleh (Sanjaya, 2006)
Inquiry bersinonim dengan riset atau investigasi.
Pembelajaran
berbasis inquiry adalah
strategi mengajar yang mengkombinasikan rasa ingin tahu siswa dan metode
ilmiah. Dari hasil wawancara dengan guru PKN diperoleh informasi bahwa dalam
menyusun soal PKN berbasis Inquiry,
guru-guru MTs. Al Musdariyah Cimahi dan Cinunuk Kab. Bandung berpedoman pada
standar kompetensi, indikator dan tujuan yang harus dicapai, kemudian
menghubungkan soal-soal dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari, misalnya
saat mereka melaksanakan simulasi diskusi tentang kehidupan demokrasi di
masyarakat, mereka memaparkan tentang kejadian nyata yang terjadi di lingkungan
sekitar tentang kehidupan demokrasi masyarakat, penyimpangan, demonstrasi,
pelanggaran HAM, tawuran pelajar dan sebagainya. Dalam melaksanakan penilaian,
guru MTs. Al Musdariyah Cimahi dan Cinunuk Kab. Bandung selalu menggunakan
instrumen dan pedoman penilaian dan penilaian yang dilakukan dilaksanakan
berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.
Sedangkan
hasil dari penilaian berbasis Inquiry
ini menurut hasil wawancara diharapkan siswa bukan hanya menguasai materi
secara teoritis (aspek kognitif) namun yang paling penting adalah bagaimana
siswa dapat mengimplementasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari (aspek psikomotor) sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih baik (aspek afektif). Terbukti dari hasil observasi di MTs. Al
Musdariyah Cimahi dan MTs Al Musdariyah Cinunuk Kab. Bandung dapat dilihat bahwa kemampuan siswa
dalam menggali potensi diri berkenaan dengan Pendidikan Kewarganegaraan menjadi
lebih meningkat, siswa bukan hanya mampu merespon berbagai pertanyaan dengan
lancar tapi juga mereka secara mandiri maupun kelompok menunjukkan berbagai
kemampuan yang dimiliki melalu tulisan dan mempu menyampaikannya dengan benar.
Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di MTs. Al
Musdariyah Cimahi dan Cinunuk Kab. Bandung dengan menggunakan penerapan
pendekatan dan model Inquiry sangat
efektif dalam meningkatkan prestasi belajar. Model ini mampu memotivasi
munculnya nilai-nilai berbangsa dan berbudaya, nasionalisme dan karakter-karakter mulia siswa
juga meningkat. Hal inilah yang menjadi motivasi bagi para guru ke dua sekolah
tersebut dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mereka sangat optimis bahwa Inquiry merupakan salah satu pendekatan
dan model yang paling tepat digunakan oleh guru-guru PKN dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa.
8.
Analisis SWOT dalam memecahkan berbagai kendala yang
dihadapi dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui penerapan
pendekatan dan model Inquiry.
Analisis SWOT penting dilakukan untuk mengetahui kekuatan (Strength), kelemahan �(Weakness), peluang
(Opportunities)� dan
tantangan/ancaman (Threat;) serta yang paling penting adalah
bagaimana menggunakan kelemahan menjadi kekuatan dan menggunakan tantangan
menjadi peluang (Mulyasa, 2010)
Sebelum melakukan analisis, peneliti akan mencoba
memetakan berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh
guru PKN di MTs. Al Musdariyah Cimahi dan Cinunuk Kab. Bandung dalam
mengimplementasikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan penerapan
pendekatan dan model Inquiry.
9.
Hasil yang dicapai dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan penerapan pendekatan dan model Inquiry.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan penerapan pendekatan dan
model Inquiry memberikan kemudahan
kepada guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
sehingga prestasi belajar siswa lebih meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya aktifitas siswa selama proses pembelajaran, mereka termotivasi
untuk berkolaborasi dan� bereksplorasi
dengan rekan sesama siswa maupun dengan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. di sisi lain, mereka sangat antusias dan senang ketika menghadapi
berbagai tugas yang diberikan oleh guru baik dalam bentuk tes unjuk kerja
maupun dalam bentuk penugasan. Hasil dari pembelajaran PKN dengan penerapan
pendekatan dan model Inquiry adalah
bahwa hampir seluruh siswa mampu mencapai standar yang tinggi dalam memperoleh
penilaian dari guru.
Kesimpulan
Berdasarkan pada deskripsi tentang manajemen pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan penerapan pendekatan dan model Inquiry di MTs. Al Musdariyah Cimahi
dan Cinunuk Kab. Bandung,�
dapat disimpulkan bahwa:
1. Kegiatan manajemen yang dilakukan oleh guru Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi perencanaan pengajaran yang disusun oleh guru,
pelaksanaan pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa serta lingkungan, dan
evaluasi pembelajaran PKN yang dilakukan dengan menggunakan penilaian
bervariatif mengandung prinsil Self-believe.
2. Pada pelaksanaannya, manajemen pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan juga mengidentifikasi berbagai kendala yang dihadapi oleh guru
maupun siswa dalam mengimplementasikan pendekatan dan model Inquiry serta berbagai upaya yang
dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.�
3. Berbagai temuan di cek keakuratan dan kebenarannya� kemudian dianalisis sehingga menghasilkan
kesimpulan bahwa manajemen pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan
menggunakan penerapan pendekatan dan model Inquiry
memungkinkan siswa untuk belajar PKN lebih aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan mereka juga merasa nyaman dan senang ketika menghadapi pembelajaran
PKN yang bervariatif, tidak membosankan�
dan proses penilaiannya lebih objektif meskipun implementasi
pembelajaran ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seperti
ketersediaan sarana dan prasarana, dukungan sekolah, dan
kreatifitas siswa.
4. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dengan menggunakan penerapan pendekatan dan model Inquiry di MTs. Al Musdariyah Cimahi dan
Cinunuk Kab. Bandung dirumuskan secara terintegrasi
melalui kegiatan In House Training (IHT) yang
dilaksanakan sebelum tahun ajaran baru dimulai dalam rangka membimbing para
guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran yang wajib dibuat sebagai acuan
pelaksanaan pembelajaran seperti menganalisis silabus disesuaikan dengan
karakteristik sekolah, mata pelajaran, siswa dan penerapan pendekatan dan model
Inquiry,�
menganalisis SK-KD, merumuskan alokasi waktu berdasarkan kalender
pendidikan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, menyusun
program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
merumuskan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai patokan penilaian untuk
mengukur ketercapaian kompetensi siswa.
5. Dalam menyusun perencanaan, guru PKN melaksanakan adopsi
dan adaptasi terhadap beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
seperti Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Permendiknas
no. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendiknas no. 41 tahun
2007 tentang Standar Proses dan Permendiknas no. 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian
6. Pelaksanaan�
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan penerapan
pendekatan dan model Inquiry di MTs.
Al Musdariyah Cimahi dan Cinunuk Kab. Bandung difokuskan pada peningkatan tiga
aspek yaitu aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan. Aspek sikap
berhubungan dengan penumbuhan karakter atau akhlak mulia pada diri siswa
seperti semangat kebersamaan, jujur, mandiri, kooperatif, komunikatif, kerja
keras, disiplin, dsb.
7. Aspek pengetahuan berhubungan dengan kemampuan menguasai materi �
materi yang diajarkan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
8. Aspek psikomotor didasarkan pada keterampilan siswa dalam
memadukan sikap dan pengetahuan untuk diimplementasikan baik dalam kegiatan
pembelajaran maupun pada kehidupan sehari-hari.
9. Pendekatan dan model Inquiry
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi; (1) kegiatan awal/
pendahuluan yang dilakukan dengan orientasi terhadap konsentrasi siswa serta
pengecekan kesiapan dan keberadaan siswa dalam menerima materi, motivasi
terhadap materi serta kebutuhan belajar dan apersepsi yang berupa penyampaian
tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, (2) Kegiatan Inti yang
dilaksanakan dengan mengeksplorasi pemahaman siswa, mengelaborasi materi
pembelajaran baik melalui kegiatan kelas maupun luar kelas dalam bentuk
kegiatan individu maupun kelompok dengan menerapkan berbagai media, teknik dan
strategi pembelajaran disesuaikan dengan prinsip pembelajaran kontekstual, dan
mengkonfirmasi kemampuan yang muncul pada siswa, dan (3) kegiatan akhir yang
dilaksanakan dengan memberikan refleksi dan penugasan kepada siswa.
10.
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan penerapan pendekatan dan
model Inquiry di MTs. Al Musdariyah
Cimahi dan Cinunuk Kab. Bandung telah terbukti efektif dalam menciptakan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa sehingga dampaknya
berpengaruh langsung pada peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat oleh peneliti dari kegiatan observasi kelas dimana siswa begitu
semangat dan gembira dalam menerima materi, kemudian ketika harus menampilkan
kemampuan, mereka tanpa ragu menunjukkan kemampuannya.
11.
Strategi yang digunakan dalam pembelajaran seperti diskusi kelompok, role-play, presentasi dan tanya jawab
mampu mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengimplementasikan berbagai
kecerdasan dalam pembelajaran seperti kecerdasan gerak (kinestetic), kecerdasan dalam berkomunikasi (linguistic), dan kecerdasan bersosialisasi (intrapersonal).
12.
Pelaksanaan� Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan penerapan pendekatan dan model Inquiry di MTs. Al Musdariyah Cimahi
dan Cinunuk Kab. Bandung dilaksanakan untuk mengukur
aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang muncul selama proses pembelajaran
dan setelah pembelajaran selesai dipelajari. Model penilaian yang dilaksanakan
adalah penilaian Inquiry dengan
prinsip self-believe atau penilaian yang lebih menitik beratkan pada penggalian potensi dan
kemampuan siswa (student-centered
assesment) selama proses pembelajaran berlangsung. Bentuk penilaian yang
digunakan oleh guru untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dengan
memperhatikan kemampuan siswa terhadap tiga aspek (nilai, norma dan karakter)
adalah; (1) tes lisan, dilaksanakan dengan tanya-jawab, (2) tes tertulis,
dilaksanakan dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan baik
uraian maupun pilihan ganda, (3) penugasan, baik individu maupun kelompok dalam
bentuk kliping, dan (4) penilaian unjuk kerja/ demonstrasi/ presentasi
kelompok.
13.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan penerapan pendekatan dan model Inquiry di MTs. Al Musdariyah Cimahi dan
Cinunuk Kab. Bandung adalah; (1)keterbatasan kemampuan siswa, (2) keterbatasan
buku sumber pendukung pembelajaran dan keterbatasan sarana dan prasarana
pendukung pembelajaran PKN berbasis Inquiry.
14.
Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi berbagai kendala yang dihadapi
selama melaksanakan kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan
penerapan pendekatan dan model Inquiry adalah
; (1) Keterbatasan kemampuan siswa dapat diatasi dengan lebih memberdayakan
kemampuan mereka dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari (real- life situation), lebih
memperbanyak diskusi kelompok atau belajar kolaborasi agar mereka bisa saling
bertukar ilmu pengetahuan dan�
mengembangkan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. (2)
Keterbatasan buku sumber pendukung dapat diatasi melalui penyusunan lembar
kerja, modul atau diktat yang dilakukan oleh guru sebagai pendamping buku
wajib. (3)� Keterbatasan prasarana
pendukung pembelajaran PKN berbasis Inquiry
dapat diatasi dengan mengoptimalkan ruangan dan lingkungan yang ada seperti
pemanfaatan ruang kelas untuk mendukung kegiatan pembelajaran PKN berbasis Inquiry melalui manajemen kelas (classroom management), lingkungan
sekolah, lapangan olah raga, bahkan guru dapat merancang kegiatan luar kelas
dalam bentuk kunjungan lapangan. Sedangkan keterbatasan sarana dapat diatasi dengan
mengembangkan sendiri sumber belajar yang dilakukan oleh guru Pendidikan
Kewarganegaraan.
BIBLIOGRAFI
Depdiknas. (2003). No Title. Retrieved from
http://www.depdiknas.htm.
Grasindo, T. (2017). UUD 1945 & AMANDEMENNYA UNTUK
PELAJAR DAN UMUM. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=5rc8DwAAQBAJ
Handayani, H. (2017). PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(11), 63�75.
Indonesia, P. R. (2005). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Indonesia, R. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.
Mulyasa, E. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
NIM, E. F. A. (2015). Implementasi Peraturan Pemerintah No.
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri No.
04 Pengadang. PUBLIKA-Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 4(3).
No, P. (19AD). tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan.
Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi
standar proses pendidikan. Jakarta: kencana.
Surjadi, A. (1989). Membuat Siswa Aktif Belajar (65 Cara
Belajar Mengajar Dalam Kelompok). Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Suyanto, S. (2005). Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta:
Depdiknas.