Dahliah, Prema Hapsari Hidayati, Wisudawan, M. Iswan Wahab, Afifah Ridha
Humairah
1720 Syntax Idea, Vol. 6, No. 4, April 2024
Berdasarkan jenis kelamin, PJK dua kali lebih beresiko pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Hal ini dikarenakan laki-laki dipengaruhi oleh gaya hidup yang buruk seperti
merokok dan minum alkohol dan wanita usia produktif memiliki mekanisme hormon
estrogen yang melindungi dari penyakit kardiovaskuler, dimana hormone estrogen ini
berfungsi memberikan efek vasodilatasi dengan meningkatkan produksi nitrat oksida di
arteriol (kardioprotektif), sehingga perempuan memiliki risiko yang sama dengan dengan
laki-laki untuk terkena PJK setelah menopause.
13,14
Hipertensi
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa berdasarkan tekanan darah, frekuensi
tertinggi adalah pada hipertensi stadium 1 yaitu sebanyak 37 pasien (44,0%) sedangkan
frekuensi paling sedikit pasien dengan tekanan darah normal sebanyak 6 pasien (7,1%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RS Ibnu Sina Makassar
(2021) proporsi tertinggi berdasarkan pemeriksaan tekanan darah adalah pasien dengan
kelompok hipertensi grade I yaitu sebanyak 22 orang (55.0%), lalu diikuti oleh pasien
prahipertensi, lalu pasien dengan hipertensi grade II, dan yang paling sedikit proporsinya
adalah pasien pada kelompok tekanan darah normal.
6
selain itu juga, pada penelitian lain
yang dilakukan oleh Rafidah (2020) didapatkan responden dengan hipertensi memiliki 4,13 kali
untuk mengalami kejadian PJK dibandingkan dengan yang tidak hipertensi.
11
Kepustakaan lain yang mengatakan bahwa hipertensi adalah salah satu faktor
penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Hal ini disebabkan karena tekanan darah
tinggi akan menekan dinding arteri termasuk arteri koroner sehingga makin lama arteri
tersebut akan rusak dan menyebabkan terbentuknya plak dan dinding pembuluh darah
akan semakin kaku karena penumpukan plak tersebut sehingga dinding pembuluh darah
akan menyempit dan aliran darah serta oksigenasi ke jantung berkurang. Hal ini
menujukkan risiko akan meningkat secara progresif dengan naiknya tekanan darah.
15,16
Diabetes melitus
Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi akut maupun kronik. Kontrol
kadar HbA1C yang buruk berhubungan dengan terjadinya komplikasi kronik yaitu
makrovaskuler dan mikrovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan proteinuria yang
merupakan awal terjadinya nefropati diabetes.
17
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
diabetes melitus merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner. Pada
penelitian lain oleh Sawu di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya (2022) ditemukan
bahwa lebih banyak pasien PJK disertai dengan diabetes melitus yaitu sebanyak 90 pasien
(77,6%).
12
Namun pada penelitian ini, kami hanya mendapatkan 19.0% dari seluruh penderita
jantung koroner yang mengalami diabetes melitus. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan di poli jantung dan poli penyakit dalam di RSUD Ulin
Banjarmasin (2018) didapatkan bahwa lebih banyak pasien PJK yang tidak terkena
diabetes melitus yaitu sebanyak 118 orang (53,6%) dan yang terkena diabetes melitus
sebanyak 102 orang (46,4%).
18
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Rachmawati
(2021) juga ditemukan bahwa pasien PJK yang tidak disertai dengan diabetes melitus
lebih banyak yaitu 56 orang (56,0%) sedangkan pasien PJK yang disertai dengan diabetes
melitus sebanyak 44 orang (44,0%).
19
Perbedaan pada hasil penelitian ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain dari proporsi jumlah sampel yang berbeda antara penelitian
ini dengan penelitian lain. Oleh karena itu berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka
kami berpendapat bahwa diabetes melitus merupakan faktor risiko yang dapat diubah
pada penyakit jantung koroner.
Dislipidemia