How to cite:
Dahliah
1
, Prema Hapsari Hidayati
2
, Wisudawan
3
, M. Iswan Wahab
4
, Afifah Ridha Humairah
5
(2024)
Analisis Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun
2021, (6) 3, https://doi.org/10.
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG
KORONER DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR TAHUN 2021
Dahliah, Prema Hapsari Hidayati, Wisudawan, M. Iswan Wahab, Afifah Ridha
Humairah
Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Indonesia
Abstrak
Di Indonesia penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab utama dari seluruh
kematian. Faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya penyakit jantung koroner
dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin, dan
keturunan serta faktor risiko yang dapat diubah yaitu dislipidemia, hipertensi, merokok,
obesitas, dan diabetes melitus. Memberi gambaran faktor-faktor risiko kejadian
penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2021. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian descriptive retrospective study dengan
rekam medik di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar tahun 2021. Kejadian PJK
berdasarkan tipe-tipenya terbanyak adalah Stable Angina Pectoris (SAP) sebanyak 45
orang (53.6%), dan faktor risiko terbanyak pada kelompok lansia akhir (56-65 tahun)
sebanyak 26 orang (31.0%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 57 orang (67.9%),
hipertensi stadium 1 sebanyak 37 orang (44.0%), tidak disertai diabetes melitus
sebanyak 68 orang (81.0%), dan disertai dislipidemia sebanyak 46 orang (54.8%).
Pasien PJK paling banyak ditemukan dengan diagnosis SAP, kelompok lansia akhir (56-
65 tahun), laki-laki, hipertensi stadium 1, tidak disertai diabetes melitus, dan disertai
dengan dislipidemia.
Kata Kunci: Penyakit Jantung Koroner; Sindrom Koroner Akut; Faktor Risiko
Abstract
In Indonesia, Coronary Heart Disease (CHD) is the main cause of all deaths. Risk factors
that contribute to the occurrence of coronary heart disease are divited into risk factors
that cannot be changed, namely age, sex, and heredity, and risk factors that can be
changed, namely dyslipidemia, hypertension, obesity, and diabetes mellitus. To describe
the risk factors for coronary heart disease at the Ibnu Sina Hospital in Makassar in 2021.
The type of research used is a descriptive retrospective study using a cross-sectional
design based on secondary data from medical records at Ibnu Sina Hospital Makassar in
2021. The highest CHD incidence based on the types was Stable Angina Pectoris (SAP)
with 45 people (53.3%) and the most risk factors were in the late elderly group (56-65
years) with 26 people (31.0%), male sex with 57 people (67.9%), hypertension stage 1
with 37 people (44.0%), not accompanied by diabetes mellitus with 68 people (81.0%),
and accompanied by dyslipidemia with 46 people (54.8%). CHD patient are most
commonly found with a diagnosis of SAP, the late elderly group (56-65 years), male,
stage 1 hypertension, not accompanied by diabetes mellitus, and accompanied by
dyslipidemia.
JOURNAL SYNTAX IDEA
pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 6, No. 4, April 2024
Dahliah, Prema Hapsari Hidayati, Wisudawan, M. Iswan Wahab, Afifah Ridha
Humairah
1716 Syntax Idea, Vol. 6, No. 4, April 2024
Keywords: Coronary Heart Disease; Acute Coronary Syndrome; Risk Factor
PENDAHULUAN
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2020 penyakit kardiovaskular
adalah penyebab kematian nomor 1 secara global, dimana setiap tahunnya merenggut
nyawa sekitar 17,9 juta dari 31% kematian yang ada diseluruh dunia. Lebih dari 75%
kematian akibat penyakit kardiovaskular terjadi di negara yang berpenghasilan rendah
dan menengah.
1
Di indonesia dilaporkan Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan
penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%. Data Riskesdas
2018 menunjukkan prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di
indonesia sebesar 1.5% dengan peringkat prevalensi tertinggi dari seluruh penyakit. Di
Sulawesi Selatan prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter yaitu sebesar
1,46%.
2
Manifestasi klinis penyakit jantung koroner dibedakan menjadi Stable Angina
Pectoris (SAP) dan Acute Coronary Syndrome (ACS). SAP adalah ketidaknyamanan
didada atau daerah sekitarnya yang disebabkan oleh iskemia miokard, biasanya dipicu
oleh aktivitas fisik tetapi juga dapat diprakarsai oleh stresor lain yang meningkatkan
permintaan oksigen termasuk tekanan emosional sedangkan ACS dibedakan lagi menjadi
Unstable Angina Pectoris (UAP) adalah keluhan angina pektoris atau nyeri dada yang
timbul secara tiba-tiba pada waktu istirahat atau aktivitas minimal tanpa disertai
peningkatan enzim jantung serta tanpa elevasi segmen ST pada gambaran
elektrokardiografi (EKG), Non ST Elevation Miocard Infark (NSTEMI) adanya keluhan
angina pektoris akut disertai dengan peningkatan enzim jantung serta tanpa elevasi
segmen ST pada gambaran EKG, dan ST Elevation Miocard Infark (STEMI) ditegakkan
jika terdapat keluhan angina pektoris akut dengan peningkatan enzim jantung disertai
elevasi segmen ST pada gambaran EKG.
3,4
Faktor risiko PJK dapat dibedakan menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi
dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
yaitu faktor risiko yang dapat dikendalikan/diubah dengan cara mengontrol perilaku yang
berisiko diantaranya adalah dislipidemia, hipertensi, obesitas,konsumsi alkohol,
kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, dan stres. Adapun faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi/dikendalikan diantaranya adalah usia, jenis kelamin, dan genetik.
5
Faktor risiko diatas berperan penting untuk terjadinya penyakit jantung koroner,
apabila faktor risiko dapat diketahui maka akan lebih mudah untuk dilakukannya tindakan
pencegahan terutama pada faktor risiko yang masih dapat diubah. Berlandaskan uraian
tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran Faktor-Faktor Risiko
Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2021”
yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko apa saja yang dapat
menimbulkan terjadinya penyakit jantung koroner.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian descriptive retrospective study
dengan menggunakan desain cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor risiko
pasien penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar tahun 2021.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober November 2022. Populasi dan sampel pada
penelitian ini adalah data sekunder berupa semua rekam medis pasien yang berobat baik
rawat inap maupun rawat jalan yang telah didiagnosis penyakit jantung koroner di Rumah
Analisis Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar Tahun 2021
Syntax Idea, Vol. 5, No. 4, April 2024 1717
Sakit Ibnu Sina Makassar tahun 2021. Teknik pengambilan sampel menggunakan total
sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat untuk melihat distribusi
frekuensi dan persentasi dari tiap variabel yang diteliti.
Hasil Penelitian
Dari data rekam medik didapatkan sebanyak 84 sampel yang diambil dari data
rekam medis baik rawat inap maupun rawat jalan di poli jantung Rumah Sakit Ibnu sina
Makassar pada periode Januari-Desember 2021.
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa dari 84 data rekam medis yang
didiagnosis oleh dokter berdasarkan tipe PJK, diperoleh bahwa sebagian besar
terdiagnosis dengan SAP yaitu sebanyak 45 orang (53.6%), kemudian diikuti pasien
dengan diagnosis STEMI sebanyak 16 orang (19.0%), kemudiaan pasien dengan
diagnosis NSTEMI sebanyak 12 orang (14.3%) dan pasien dengan diagnosis UAP
sebanyak 11 orang (13.1%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tipe Penyakit Jantung Koroner di RS Ibnu Sina
Diagnosis
Kejadian Penyakit Jantung
Koroner
n
%
SAP
45
53.6
UAP
11
13.1
NSTEMI
12
14.3
STEMI
16
19.0
Total
84
100.0
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui bahwa dari 84 data rekam medis, berdasarkan
usia frekuensi tertinggi adalah pada kelompok usia Lansia Akhir (56-65 tahun) yaitu
sebanyak 26 pasien (31,0%) dengan distribusi pada SAP sebanyak 8 pasien, pada UAP
sebanyak 4 pasien, pada NSTEMI sebanyak 5 pasien dan pada STEMI sebanyak 9 pasien
sedangkan frekuensi paling sedikit pada kelompok dewasa awal (26-35 tahun) yaitu
sebanyak 1 pasien (1,2%) dengan distribusi pada diagnosis SAP.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Usia di RS
Ibnu Sina
Usia (Tahun)
Diagnosis
Total
%
SAP
UAP
NSTEMI
STEMI
Dewasa awal (26-35)
1
0
0
0
1
1.2
Dewasa akhir (36-45)
6
1
4
1
12
14.3
Lansia awal (46-55)
12
2
3
3
20
23.8
Lansia akhir (56-65)
8
4
5
9
26
31.0
Manual (>65)
18
4
0
3
25
29.8
Total
45
11
12
16
84
100.0
Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa dari 84 data rekam medis, berdasarkan
jenis kelamin frekuensi tertinggi adalah pada pasien laki-laki yaitu sebanyak 57 pasien
(67,9%) dengan distribusi pada SAP sebanyak 28 pasien, pada UAP sebanyak 7 pasien
dan pada NSTEMI sebanyak 10 pasien dan pada STEMI sebanyak 12 pasien sedangkan
pada pasien berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 27 pasien (32,1%) dengan
distribusi pada SAP sebanyak 17 pasien, pada UAP sebanyak 4 pasien, pada NSTEMI
sebanyak 2 orang dan pada STEMI sebanyak 4 pasien.
Dahliah, Prema Hapsari Hidayati, Wisudawan, M. Iswan Wahab, Afifah Ridha
Humairah
1718 Syntax Idea, Vol. 6, No. 4, April 2024
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Jenis Kelamin
di RS Ibnu Sina
Jenis Kelamin
Tipe PJK
Total
%
SAP
UAP
NSTEMI
STEMI
Laki-Laki
28
7
10
12
57
67.9
Perempuan
17
4
2
4
27
32.1
Total
45
11
12
16
84
100.0
Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa dari 84 data rekam medis, berdasarkan
tekanan darah, frekuensi tertinggi adalah pada hipertensi stadium 1 yaitu sebanyak 37
pasien (44,0%) dengan distribusi pada SAP sebanyak 23 pasien, pada UAP sebanyak 6
pasien, pada NSTEMI sebanyak 5 pasien dan pada STEMI sebanyak 3 pasien, sedangkan
frekuensi paling sedikit pasien dengan tekanan darah normal sebanyak 6 pasien (7,1%)
dengan distribusi pada SAP sebanyak 4 pasien dan pada NSTEMI sebanyak 2 pasien.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan
Tekanan Darah di RS Ibnu Sina
Klasifikasi
Tekanan Darah
Tipe PJK
Total
%
SAP
UAP
NSTEMI
STEMI
Normal
4
0
2
0
6
7.1
Prehipertensi
15
1
2
9
27
32.1
Hipertensi stadium 1
23
6
5
3
37
44.0
Hipertensi stadium 2
3
4
3
4
14
16.7
Total
45
11
12
16
84
100.0
Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa dari 84 sampel/pasien dengan PJK
yang didiagnosis oleh dokter, berdasarkan diabetes melitus frekuensi tertinggi adalah
pada pasien dengan tidak diabetes melitus yaitu sebanyak 68 pasien (81,0%) dengan
distribusi pada SAP sebanyak 41 pasien, pada UAP sebanyak 9 pasien, pada NSTEMI
sebanyak 5 pasien dan pada STEMI sebanyak 13 sedangkan pasien dengan diabetes
melitus yaitu sebanyak 16 pasien (19,0%) dengan distribusi pada SAP sebanyak 4 pasien,
pada UAP sebanyak 2 pasien, pada NSTEMI sebanyak 7 pasien dan pada STEMI
sebanyak 3 pasien.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan
Diabetes Melitus di RS Ibnu Sina
Diabetes
Melitus
Tipe PJK
Total
%
SAP
UAP
NSTEMI
STEMI
YA
4
2
7
3
16
19.0
TIDAK
41
9
5
13
68
81.0
Total
45
11
12
16
84
100.0
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 84 sampel/pasien dengan PJK yang
didiagnosis oleh dokter, berdasarkan dislipidemia frekuensi tertinggi adalah pada pasien
dengan dislipidemia yaitu sebanyak 46 pasien (54,8%) dengan distribusi pada SAP
sebanyak 23 pasien, pada UAP sebanyak 7 pasien dan pada NSTEMI sebanyak 7 pasien,
pada STEMI sebanyak 9 pasien sedangkan pasien dengan tidak dislipidemia yaitu
sebanyak 38 pasien (45,2%) dengan distribusi pada SAP sebanyak 22 pasien, pada UAP
sebanyak 4 pasien, pada NSTEMI sebanyak 5 pasien dan pada STEMI sebanyak 7 pasien.
Analisis Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar Tahun 2021
Syntax Idea, Vol. 5, No. 4, April 2024 1719
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan
Dislipidemia di RS Ibnu Sina
Pembahasan
Usia
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa berdasarkan usia frekuensi tertinggi
ditemukan pada kelompok usia lansia akhir (56-65 tahun) yaitu sebanyak 26 pasien
(31,0%) sedangkan frekuensi paling sedikit pada kelompok usia dewasa awal (26-35
tahun) yaitu sebanyak 1 pasien (1,2%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Usri di RS Ibnu Sina Makassar (2021) ditemukan distribusi proporsi
pasien jantung koroner berdasarkan usia dari 40 pasien yang telah didiagnosis oleh dokter,
proporsi tertinggi adalah pasien dengan kelompok usia 60 - 69 tahun yaitu sebanyak
15 orang (37.5%), lalu diikuti oleh kelompok usia 50 - 59 tahun sebanyak 11 orang
(27.5%), lalu kelompok usia >70 tahun sebanyak 10 orang (25.0%), lalu kelompok usia
40 - 49 sebanyak 3 orang (7.5%), dan paling sedikit pada kelompok usia <40 tahun
sebanyak 1 orang (2.5%).
6
Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang (2021) Mendapatkan proporsi tertinggi pada kelompok pasien dengan
rentang usia 60 - 69 tahun (45%).
7
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Woodward, dkk. (2017) bahwa pada usia lansia akhir yaitu >50 tahun adalah pasien
yang paling banyak mengalami penyakit jantung koroner.
8
Prevalensi PJK cenderung meningkat pada orang yang berumur ≥45 tahun. Saat
usia individu bertambah, kemampuan jaringan dan organ tubuhnya akan berkurang dalam
menjalankan fungsinya masing-masing. Semakin tua usia maka semakin besar timbulnya
plak yang menempel di dinding dan menyebabkan gangguan aliran darah yang
melewatinya. Hal inilah yang dapat mempengaruhi tubuh seseorang sehingga akan
mudah terkena penyakit-penyakit degeneratif, seperti hipertensi, hiperkolersterolemia,
stroke, dan diabetes melitus (DM), yang dapat memicu terjadinya penyakit jantung
koroner.
9
Jenis kelamin
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa berdasarkan jenis kelamin frekuensi tertinggi
adalah pada pasien laki-laki yaitu sebanyak 57 pasien (67,9%) sedangkan pada pasien
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 27 pasien (32,1%). Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian oleh Rahmayana di Puskesmas Kota Kutacane Kecamatan
Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara (2021) mendapatkan hasil yang sejalan dengan
frekuensi laki-laki lebih banyak dibanding perempuan yaitu sebanyak 27 orang (71.1%)
dan perempuan 11 orang (28.9%).
10
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Usri di RS
Ibnu Sina Makassar (2021) mendapatkan hasil proporsi tertinggi pada kelompok jenis
kelamin laki-laki (52,5%).
6
Hasil penelitian lain oleh Rafidah di RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun Kalimantan Tengah (2020) didapatkan bahwa responden dengan jenis
kelamin laki-laki pada PJK lebih banyak yaitu 25 orang (59,5%) dibandingkan dengan
perempuan 17 orang (40,5%).
11
Selain itu juga, hasil penelitian yang dilakukan oleh Sawu di
Rumah Sakit Utama Surabaya di temukan bahwa lebih banyak laki-laki yang menderita PJK yaitu
sebanyak 65 orang (56,0%) di banding perempuan sebanyak 51 orang (44,0%).
12
Dislipidemia
Tipe PJK
Total
%
SAP
UAP
NSTEMI
STEMI
YA
23
7
7
9
46
54.8
TIDAK
22
4
5
7
38
45.2
Total
45
11
12
16
84
100.0
Dahliah, Prema Hapsari Hidayati, Wisudawan, M. Iswan Wahab, Afifah Ridha
Humairah
1720 Syntax Idea, Vol. 6, No. 4, April 2024
Berdasarkan jenis kelamin, PJK dua kali lebih beresiko pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Hal ini dikarenakan laki-laki dipengaruhi oleh gaya hidup yang buruk seperti
merokok dan minum alkohol dan wanita usia produktif memiliki mekanisme hormon
estrogen yang melindungi dari penyakit kardiovaskuler, dimana hormone estrogen ini
berfungsi memberikan efek vasodilatasi dengan meningkatkan produksi nitrat oksida di
arteriol (kardioprotektif), sehingga perempuan memiliki risiko yang sama dengan dengan
laki-laki untuk terkena PJK setelah menopause.
13,14
Hipertensi
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa berdasarkan tekanan darah, frekuensi
tertinggi adalah pada hipertensi stadium 1 yaitu sebanyak 37 pasien (44,0%) sedangkan
frekuensi paling sedikit pasien dengan tekanan darah normal sebanyak 6 pasien (7,1%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RS Ibnu Sina Makassar
(2021) proporsi tertinggi berdasarkan pemeriksaan tekanan darah adalah pasien dengan
kelompok hipertensi grade I yaitu sebanyak 22 orang (55.0%), lalu diikuti oleh pasien
prahipertensi, lalu pasien dengan hipertensi grade II, dan yang paling sedikit proporsinya
adalah pasien pada kelompok tekanan darah normal.
6
selain itu juga, pada penelitian lain
yang dilakukan oleh Rafidah (2020) didapatkan responden dengan hipertensi memiliki 4,13 kali
untuk mengalami kejadian PJK dibandingkan dengan yang tidak hipertensi.
11
Kepustakaan lain yang mengatakan bahwa hipertensi adalah salah satu faktor
penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Hal ini disebabkan karena tekanan darah
tinggi akan menekan dinding arteri termasuk arteri koroner sehingga makin lama arteri
tersebut akan rusak dan menyebabkan terbentuknya plak dan dinding pembuluh darah
akan semakin kaku karena penumpukan plak tersebut sehingga dinding pembuluh darah
akan menyempit dan aliran darah serta oksigenasi ke jantung berkurang. Hal ini
menujukkan risiko akan meningkat secara progresif dengan naiknya tekanan darah.
15,16
Diabetes melitus
Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi akut maupun kronik. Kontrol
kadar HbA1C yang buruk berhubungan dengan terjadinya komplikasi kronik yaitu
makrovaskuler dan mikrovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan proteinuria yang
merupakan awal terjadinya nefropati diabetes.
17
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
diabetes melitus merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner. Pada
penelitian lain oleh Sawu di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya (2022) ditemukan
bahwa lebih banyak pasien PJK disertai dengan diabetes melitus yaitu sebanyak 90 pasien
(77,6%).
12
Namun pada penelitian ini, kami hanya mendapatkan 19.0% dari seluruh penderita
jantung koroner yang mengalami diabetes melitus. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan di poli jantung dan poli penyakit dalam di RSUD Ulin
Banjarmasin (2018) didapatkan bahwa lebih banyak pasien PJK yang tidak terkena
diabetes melitus yaitu sebanyak 118 orang (53,6%) dan yang terkena diabetes melitus
sebanyak 102 orang (46,4%).
18
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Rachmawati
(2021) juga ditemukan bahwa pasien PJK yang tidak disertai dengan diabetes melitus
lebih banyak yaitu 56 orang (56,0%) sedangkan pasien PJK yang disertai dengan diabetes
melitus sebanyak 44 orang (44,0%).
19
Perbedaan pada hasil penelitian ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain dari proporsi jumlah sampel yang berbeda antara penelitian
ini dengan penelitian lain. Oleh karena itu berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka
kami berpendapat bahwa diabetes melitus merupakan faktor risiko yang dapat diubah
pada penyakit jantung koroner.
Dislipidemia
Analisis Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar Tahun 2021
Syntax Idea, Vol. 5, No. 4, April 2024 1721
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lapau B dan
Hardhana (2018) ditemukan bahwa pasien PJK dengan dislipidemia sebanyak 98 orang
(44,5%).
18
Selain itu juga, dalam penelitian yang dilakukan oleh Hakim dan Muhani
(2020) bahwa proporsi tertinggi kejadian SKA di RSUD Ahmad Yani Metro Lampung
2019 disertai dengan dislipidemia yaitu sebanyak 51 orang (82,3%).
20
Dislipidemia atau abnormalitas lipid plasma berperan utama dalam pathogenesis
terjadinya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah yang merupakan penyebab
terjadinya penyakit jantung koroner.
21
Aterosklerosis adalah pembentukan plak pada
dinding arteri besar, sehingga mempersempit lumen pembuluh darah sehingga
menyebabkan gangguan aliran darah dan menurunkan elastisitas pembuluh darah. Plak
aterosklerosis mengandung banyak zat-zat yang bersifat trombogenik dan ditutupi oleh
serat (fibrous cap). Bila terjadi perlukaan, erosi atau ulserasi pada fibrous cap tersebut
maka plak aterosklerosis akan rupture dan menyebabkan terjadinya thrombosis yang
merupakan penyebab utama terjadinya sindroma korener akut.
21
KESIMPULAN
Pada penelitian ini didapatkan bahwa faktor-faktor risiko pasien penyakit jantung
koroner di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar tahun 2021 frekuensi tertinggi berdasarkan
tipe-tipe PJK adalah dengan diagnosis Stable Angina Pectoris (SAP), dan faktor risiko
terbanyak pada kelompok usia lansia akhir, jenis kelamin laki-laki, hipertensi stadium 1,
tidak disertai diabetes melitus, dan disertai dengan dislipidemia. Bagi peneliti selanjutnya
sebaiknya dilakukan penelitian yang serupa dengan jumlah sampel dan populasi yang
lebih besar agar mendapat hasil yang lebih bervariasi serta mengembangkan faktor-faktor
lain yang menjadi faktor risiko terjadinya PJK seperti obesitas, kurang aktivitas fisik,
stress, merokok dan pola makan yang buruk. Bagi rumah sakit diharapkan mampu
meningkatkan modalitas diagnostik penyakit jantung koroner serta diharapkan pelayanan
preventif melalui promosi kesehatan terkait pengetahuan dan pencegahan untuk
menurunkan faktor risiko PJK kepada pasien, keluarga pasien, dan sumber daya manusia
rumah sakit.
BIBLIOGRAPHY
Desky, R. (2021). Hubungan Faktor Risiko Dengan Angka Kejadian Penyakit Jantung
Koroner di Puskesmas Kota Kutacane Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh
Tenggara.
Ghani, L., Susilawati, M. D., & Novriani, H. F. (2016). Faktor Risiko Dominan Penyakit
Jantung Koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 44.
Hakim, A. R. (2020). Hubungan Dislipidemia, Hipertensi, Riwayat Diabetes Melitus
Terhadap Kejadian Sindroma Koroner AKUT Pada Pasien Poli Jantung di RSUD
Ahmad Yani Metro Lampung 2019. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 7.
Hidayati, P. H., Kanang, I. L. D., Razak, D., & Basri, R. P. L. (2021). HbA1c levels with
albuminuria in diabetes mellitus patients. Gac Med Caracas, 129, 852857.
Dahliah, Prema Hapsari Hidayati, Wisudawan, M. Iswan Wahab, Afifah Ridha
Humairah
1722 Syntax Idea, Vol. 6, No. 4, April 2024
Ice J. Johanis, I. A. T. H. A. B. S. (2020). Faktor Risiko Hipertensi, MEROKOK dan
Usia terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Di RSUD Prof. DR.
W. Z. Johannes Kupang.
Kemenkes. (2018). Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Preprint at
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Lapora
n_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
Morrow, D. A., Lemos, J. D. E., Cad, E., & Ischemia, S. M. (2022). Stable Ischemic
Heart Disease. In Braunwald’s Heart Disease, 2 Vol Set. Elsevier Inc.
doi:10.1016/B978-0-323-72219-3.00040-2.
Niluh, C. E. (2016). Gambaran penyakit jantung koroner pada pasien gagal jantung yang
menjalani rawat inap di RSUP Prof. Jurnal e-Clinic (eCl), 4.
Nur, A. U., Wisudawan, K., & Nurmadilla, N. (2020). FAKUMI MEDICAL JOURNAL
Karakteristik Faktor Risiko Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar Tahun 2020.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2015). Pedoman Tatalaksana
Sindrom Koroner Akut Edisi Ketiga.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2019). Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia.
Rachmawati, C. (2021). Analisis Faktor Risiko Modifikasi Penyakit Jantung Koroner.
Rafidah, A. (2020). Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di RSUD
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
Sari, Y. A., W. W., & F. B. (2021). Gambaran Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung
Koroner di Poliklinik Jantung RSI Siti Rahmah Padang Tahun 2017-2018.
Sawu, S. D., Prayitno, A. A., & Wibowo, Y. I. (2022). Analisis Faktor Risiko pada
Kejadian Masuk Rumah Sakit Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Husada
Utama Surabaya.
Saesarwati, D., & Satyabakti, P. (2017). Analisis Faktor Risiko Yang Dapat
Dikendalikan Pada Kejadian Pjk Usia Produktif. Jurnal PROMKES, 4, 22.
Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951952.
World Health Organization. (2020). Cardiovascular Diseases. [Online] Available at:
https://www.who.int/health-topics/cardiovascular-diseases#tab=tab_1
Analisis Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Ibnu
Sina Makassar Tahun 2021
Syntax Idea, Vol. 5, No. 4, April 2024 1723
Woodward, M., et al. (2007). Associations between high-density lipoprotein cholesterol
and both stroke and coronary heart disease in the Asia Pacific region. Eur Heart J,
28, 26532660.
Copyright holder:
Dahliah, Prema Hapsari Hidayati, Wisudawan, M. Iswan Wahab, Afifah Ridha
Humairah (2024)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: