Profil
Pasien Vitiligo di Rumah
Sakit Dr. Sitanala Januari 2020
� Juni 2023
Meika
Hariana1,
Eka Komarasari2, Prima
Kartika Esti3
1,2,3Departemen Dermatovenerologi Estetika, RSUP Dr.
Sitanala, Tangerang, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Vitiligo adalah
kelainan kulit yang kronis, ditandai dengan bercak depigmentasi atau
hipopigmentasi kulit dan mukosa. Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui,
tetapi terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang hilangnya melanosit
epidermal pada vitiligo. Teori patofisiologi vitiligo yang paling berperan
antara lain mekanisme autoimun, sitotoksik, biokimia, oksidan-antioksidan,
neural, dan virus. Penyakit ini memiliki lesi berupa makula dan patch
depigmentasi dengan batas tegas, bentuk dan ukuran bervariasi. Penegakan
diagnosis vitiligo memerlukan histopatologi apabila mendapatkan kasus yang
tidak khas atau diagnosis yang masih meragukan. Klasifikasi vitiligo antara
lain segmental, akrofasial, generalisata, dan universal, atau berdasarkan pola
daerah yang terkena yaitu jenis fokal, campuran, dan mukosa. Pemeriksaan
laboratorium yang membantu dalam membangun diagnosis vitiligo, antara lain
kadar thyroid stimulating hormone, anti-nuclear antibody, dan darah lengkap.
Pada pemeriksaan histologi tidak ditemukan melanosit pada lesi kulit.
Pengobatan berupa kortikosteroid topikal, imunumodulator topikal, PUVA, NBUVB,
laser excimer dan bedah. Mengetahui profil
pasien vitiligo di RS Sitanala periode Januari 2020 sampai Juni 2023. Penelitian yang digunakan studi deskriptif
retrospektif. Penelitian dilaksanakan di Poliklinik Dermatovenerologi Estetika RS
dr. Sitanala dari rekam medis periode Januari 2020
sampai dengan Juni 2023. Pasien vitiligo di Poliklinik Dermatovenerologi Estetika
RS dr. Sitanala periode Januari 2020 sampai dengan Juni 2023 adalah 123 pasien.
Distribusi terbanyak wanita yaitu 65 pasien (52,84%). Distribusi terbanyak pada
kelompok usia > 41 tahun sebanyak 29 pasien (23,57%). 41 pasien (33,33%) merupakan
pelajar. Sebagian besar pasien (82,92%) memiliki lesi multipel. Lokasi lesi
terbanyak di pipi sebanyak 37 pasien (30,08%), tipe lesi akrofasial sebanyak 54
pasien (43,9%). Sebanyak 61,78% pasien datang berobat setelah menderita
vitiligo dengan durasi 1-5 tahun. Kasus vitiligo di RS dr. Sitanala periode
Januari 2020- Juni 2023 berjumlah 123 pasien, mayoritas wanita dan lesi
multipel.
Kata
Kunci: Vitiligo,
distribusi vitiligo, klinis, klasifikasi lesi, terapi.
Abstrack
Vitiligo
is a chronic skin disorder characterized by depigmentation or hypopigmentation
of the skin and mucosa. The etiology of this disease is unknown, but there are
several theories that explain the loss of epidermal melanocytes in vitiligo.
The pathophysiology of vitiligo includes autoimmune mechanism, cytotoxic,
biochemical, oxidant- antioxidant, neural, and virus. The lesions of vitiligo
are macules and depigmented patches with distinct margins. Diagnosis of
vitiligo uses histopathological biopsy for cases that are atypical or doubtful.
The classifications are segmental vitiligo, acrofacial, generalized, and
universal, or by pattern of involvement as focal, mixed, and the mucosa.
Laboratory examinations are helpful, including thyroid stimulating hormone
level, anti-nuclear antibody, and complete blood count. Histological
examination found no melanocytes in the skin lesions. Treatments are topical
corticosteroids, topical imunumodulator, PUVA, NBUVB, excimer laser, and surgery. The objective of this study was to
determine the profile of vitiligo patients at dr. Sitanala Hospital from the
medical record period of January 2020 until Juny 2023.The study design used a
descriptive study. The study was conducted at the Dermato
Venerology Aesthetic Polyclinic of the dr.
Sitanala Hospital from the medical record period of January
2020 until June 2023.
Patient of vitiligo the Dermato Venerology Aesthetic Polyclinic of the dr.
Sitanala Hospital from the medical record period of January 2020 until Juny
2023 were 123 patients. The most frequent woman as much as 65 patients (52,84%).
The most frequent age were >41 years old as much as 29 patients (23,57%). 41
of the patients were students (33,33%). Majority of patients 82,92% had multiple
lesions. Location of the lesions on cheeks 37 patients (30,88%). Classifification
of the acrofacial lesions 54 patients (43,9%). 61,78% came to out patient
clinic after having vitiligo for 1 to 5 years. The average of vitiligo case in
dr. Sitanala Hospital is 123 patient and mostly woman and had multiple lesions.
Keywords: Vitiligo, distribution of vitiligo, clinical, classification
of the lesions, therapy.
PENDAHULUAN
Vitiligo merupakan gangguan
pigmentasi, ditandai dengan adanya depigmentasi kulit berupa makula
hipopigmentasi disebabkan hilangnya fungsi melanosit epidermis secara kronik
dan progresif (Yurandi & Yenni, 2021). Penyebab
vitiligo multifaktorial dan patogenesisnya masih belum jelas (Yuniaswan & Firdausiya, 2023). Berbagai
teori patogenesis vitiligo telah dikemukakan, berupa faktor genetik dan non
genetik yang berinteraksi memengaruhi fungsi dan kelangsungan hidup melanosit (Alvin, 2017). Faktor
non genetik yaitu defisiensi vitamin D diduga berperan dalam patogenesis
vitiligo, teori autoimun didukung paling banyak bukti, dan dapat juga
disebabkan oleh stres seluler dan kimia (Berniyanti, 2023). Penampakan
klinis vitiligo berupa lesi makula depigmentasi, berwarna putih pucat yang
berbatas tegas (Negaran, 2018). Vitiligo
dibagi menjadi vitiligo segmental, non segmental, dan vitiligo tidak spesifik,
dengan tipe vitiligo tersering adalah vitiligo non segmental, yaitu sekitar 80%
kasus (Puspitasari et al., 2019). Penelitian
profil pasien vitiligo di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2017
mengemukakan bahwa ada 243 pasien vitiligo dari 4.675 pasien di unit rawat
jalan poli Dermatologivenerologi (5,01%). Dari keseluruhan pasien vitiligo
tersebut kebanyakan pasien berjenis kelamin perempuan (66,12%). Sebagian besar
pasien berusia di bawah 20 tahun (33,47%) dan usia onset vitiligo tersering
adalah di bawah 10 tahun (29,34%). Sekitar 19,42% memiliki riwayat keluarga mengalami
vitiligo dan 6,2% memiliki riwayat penyakit autoimun. Diagnosis vitiligo
tersering adalah vitiligo non segmental sub tipe vulgaris (77,27%) dengan
lokasi lesi tersering adalah kepala dan leher (35.36%) (Dwiyana et al., 2017).
Penelitian profil vitiligo lain juga dilakukan di
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2018 dan menunjukkan bahwa dari
255 kasus vitiligo, pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki (55,3%),
dan kelompok usia paling banyak adalah kelompok usia 21-30 tahun (18,8%).
Diagnosis vitiligo yang paling sering adalah vitiligo tidak spesifik (53,3%),
diikuti oleh vitiligo nonsegmental (38,8%) dan vitiligo segmental (7,8%) (Suseno et al., 2018).
Tatalaksana untuk vitiligo ditentukan berdasarkan tipe
vitiligo, yaitu dilihat dari lokasi, luas, dan progresivitas lesi vitiligo.
Terapi vitiligo terdiri atas farmakologi dan fototerapi. Terapi farmakologi
vitiligo terdiri atas topikal dan oral. Terapi topikal lini pertama vitiligo
adalah kortikosteroid topikal. Kortikosteroid topikal memberikan hasil yang
baik pada area yang terpapar matahari (wajah dan leher), sedangkan pada area
akral respon terapi kurang baik. Fototerapi untuk vitiligo yang merupakan lini
pertama, terutama untuk vitiligo nonsegmental adalah NB-UVB (Narrowband Ultraviolet B) (Kulit, 2017).
Penelitian terkait vitiligo masih sedikit, dan
peneliti belum menemukan data komprehensif terkait profil pasien vitiligo di RS dr. Sitanala. Untuk itu kami melaporkan profil pasien
vitiligo di di RS dr. Sitanala selama 3 tahun 6 bulan (periode Januari 2020-
Juni 2023).
METODE PENELITIAN
Penelitian bersifat deskriptif retrospektif. Data
dikumpulkan pada bulan Desember 2023 sampai
Februari 2024 seluruh pasien vitiligo di RS dr. Sitanala Tangerang pada periode
bulan Januari 2020 sampai Juni 2023 dikumpulkan dan dicatat. Variable
yang dicatat terdiri dari jenis kelamin, usia, pekerjan, jumlah lesi, lokasi
lesi, tipe lesi, dan durasi lesi. Data dan hasil yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam lembar� pengumpulan data
untuk dianalisis (Hidayat et al., 2021). Data
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi
Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Vitiligo di RS dr. Sitanala
No |
Jenis Kelamin |
Periode Januari 2020 � Juni 2023 |
Jumlah (%) |
1 |
Laki-laki |
58 |
47,15 |
2 |
Perempuan |
65 |
52,84 |
|
Jumlah |
123 |
100 |
Distribusi usia disajikan
pada Tabel 2.
Tabel
2. Distribusi
Frekuensi Usia Pasien Vitiligo di RS dr. Sitanala
No |
Usia |
Periode Januari �2020 � Juni 2023 |
Jumlah (%) |
1 |
1-10 Tahun |
24 |
19,51 |
2 |
11-20 Tahun |
27 |
21,95 |
3 |
21-30 Tahun |
18 |
14,63 |
4 |
31-40 Tahun |
25 |
20,32 |
5 |
>41 Tahun |
29 |
23,57 |
|
Jumlah |
123 |
100 |
Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan distribusi tertinggi pasien vitiligo
pada penelitian ini adalah kelompok usia >41 tahun berjumlah 29 orang
(23,57%), sedangkan distribusi terendah pada kelompok usia 21-30 tahun yang
berjumlah 18 orang (14,63%). Menurut Ezzedine K et al (2019) menyatakan usia
rata-rata sebelum 20 tahun. Menurut Behl
et al (2003),
Jaigirdar et al (2002), serta Gauthier et al (2003) menyatakan bahwa lesi vitiligo mulai
muncul pada 50% pasien saat berusia kurang dari 20 tahun serta hampir 70-80%
timbul sebelum usia 30 tahun. Pernyataan tersebut kurang sesuai
dengan data yang didapatkan dari penelitian retrospektif ini.
Distribusi pekerjaan pasien vitiligo di Poli
Dermatovenerologi Estetika RS dr. Sitanala. disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi
Frekuensi Pekerjaan Pasien Vitiligo di RS dr. Sitanala
No |
Pekerjaan |
Periode Januari 2020 � Juni 2023 |
Jumlah (%) |
1 |
Belum
Sekolah |
10 |
8,13 |
2 |
Pelajar/
Mahasiswa |
41 |
33,33 |
3 |
IRT |
24 |
19,51 |
4 |
Guru |
3 |
2,43 |
5 |
Karyawan
Swasta |
42 |
34,14 |
6 |
Lain-lain |
3 |
2,43 |
|
Jumlah |
123 |
100 |
Distribusi jumlah
lesi pasien disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.
Distribusi
Frekuensi Jumlah Lesi Pasien Vitiligo di RS dr. Sitanala
No |
Jumlah
Lesi |
Periode
Januari �2020-Juni 2023 |
Jumlah (%) |
|
1 |
Tunggal |
21 |
17,07 |
|
2 |
Multiple |
102 |
82,92 |
|
|
Jumlah |
123 |
100 |
|
Berdasarkan Tabel
4 sebagian
besar pasien memiliki jumlah lesi multipel (82.92%) ini seseuai dengan
penelitian Rahmyanti DN et al (2016) yang menyatakan
bahwa lesi multiple merupakan jumlah lesi yang paling banyak ditemukan pada
pasien vitiligo.
Sementara Distribusi
lokasi lesi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi
Frekuensi Lokasi Lesi Pasien Vitiligo di RS dr. Sitanala
No |
Lokasi
Lesi |
Periode
Januari 2020 �
Juni 2023 n=123 |
Jumlah
(%) n=123 |
1 |
Rambut |
3 |
2,43 |
2 |
Dahi |
10 |
8,13 |
3 |
Alis |
2 |
1,62 |
4 |
Kelopak mata |
4 |
3,25 |
5 |
Pipi |
37 |
30,08 |
6 |
Hidung |
3 |
2,43 |
7 |
Atas
bibir |
2 |
1,62 |
8 |
Bibir |
8 |
6,50 |
9 |
Kumis |
1 |
0,81 |
10 |
Dagu |
7 |
5,69 |
11 |
Telinga |
4 |
3,25 |
12 |
Leher |
21 |
17,07 |
13 |
Dada |
7 |
5,69 |
14 |
Ketiak |
4 |
3,25 |
15 |
Perut |
8 |
6,50 |
16 |
Punggung |
17 |
13,82 |
17 |
Pundak |
2 |
1,62 |
18 |
Lengan |
17 |
13,82 |
19 |
Punggung
tangan |
15 |
12,19 |
20 |
Jari tangan |
20 |
16,26 |
21 |
Telapak
tangan |
5 |
4,06 |
22 |
Paha |
7 |
5,69 |
23 |
Tungkai |
12 |
9,75 |
24 |
Punggung kaki |
4 |
3,25 |
25 |
Pergelangan
kaki |
5 |
4,06 |
26 |
Jari kaki |
7 |
5,69 |
27 |
Telapak
kaki |
4 |
3,25 |
Berdasarkan Tabel
5 menunjukkan
lokasi lesi terbanyak yaitu di pipi berjumlah 37 orang (30,08%), sedangkan
lokasi lesi paling sedikit adalah di kumis berjumlah 1 orang (0,81%). Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Alikhan et al (2011) dan Sandoval-Cruz
et al (2011) yang menyatakan
bahwa lesi vitiligo sering tampak pada daerah yang terpapar sinar matahari dan
menimbulkan gangguan kosmetik yang menyebabkan pasien datang mencari
pengobatan.
Distribusi
tipe lesi disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tipe Lesi Pasien
Vitiligo di RS dr. Sitanala
No |
Tipe Lesi |
Periode Januari 2020- Juni 2023 |
Jumlah (%) |
1 |
Akrofasial |
54 |
43,9 |
2 |
Vulgaris |
22 |
17,88 |
3 |
Mix Vitiligo |
30 |
24,39 |
4 |
Segmental |
10 |
8,13 |
5 |
Fokal |
7 |
5,69 |
|
Jumlah |
123 |
100 |
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan
bahwa tipe lesi terbanyak yaitu tipe akrofasial yang berjumlah 54 orang (43,9%),
diikuti tipe mix vitiligo berjumlah 30 orang (24,39%), tipe vulgaris berjumlah
22 orang (17,88%), sedangkan tipe paling sedikit yaitu tipe fokal yang berjumlah
7 orang (5,69%). Pernyataan ini sesuai pendapat Halder et al (2008) bahwa tipe lesi akrofasial sering ditemukan
pada daerah sensitif atau daerah yang sering terjadi tekanan, gesekan, dan
trauma, serta sering terjadi secara progresif. Pada keadaan lanjut, rambut
sering terkena. Berbeda dengan penelitian Syukri MH et al (2021) tipe segmental (38,7%) paling banyak
ditemukan.26 Sedangkan menurut penelitian Shah et al (2006) di India tipe vulgaris merupakan tipe
lesi vitiligo yang paling umum ditemukan sebanyak (77,78%).
Distribusi durasi lesi pasien vitiligo di RS dr.
Sitanala. disajikan pada Tabel 7.
Tabel
7.
Distribusi Durasi Lesi Pasien Vitiligo
di RS dr. Sitanala
No |
Durasi Lesi |
Periode Januari 2020 � Juni 2023 |
Jumlah (%) |
1 |
<1
tahun |
32 |
26,016 |
2 |
1-5 tahun |
76 |
61,78 |
3 |
6-10
tahun |
9 |
7,31 |
4 |
>10 tahun |
6 |
4,87 |
|
Jumlah |
123 |
100 |
Berdasarkan Tabel 7 durasi
kelainan paling banyak yaitu kelompok durasi lesi 1-5 tahun berjumlah 76 orang
(61,78%), durasi paling sedikit yaitu >10 tahun berjumlah 6 orang (4,87%). Dari
hasil penelitian Alikhan et al (2011) beberapa kasus telah dilaporkan
paling cepat terjadi 6 minggu setelah kelahiran dan hampir setengahnya hadir
sebelum usia 20 tahun.
Narrowband
Ultraviolet B (NB-UVB) masih
menjadi terapi utama pada pasien vitiligo di RS dr. Sitanala. Hal ini dikarenakan
harganya yang terjangkau dan mudah digunakan, serta tidak memerlukan psoralen. NB-UVB
merupakan pilihan penatalaksanaan yang aman untuk anak-anak terutama anak usia
<6 tahun , wanita hamil, dan wanita menyusui. Namun, terapi ini kemungkinan
sulit dilakukan pada pasien anak yang tidak kooperatif. NB-UVB
memiliki efek samping jangka pendek, yaitu kulit terbakar, pruritus, dan
xerosis. NB-UVB lebih efektif untuk vitiligo dengan keterlibatan permukaan
kulit >20%, pigmentasi yang paling baik dicapai pada area wajah.
KESIMPULAN
Dalam periode pencatatan terdapat 123 pasien vitiligo
di RS dr. Sitanala paling banyak berjenis kelamin perempuan sebesar 52.84%, berusia
>41 tahun sebesar 23,57%, bekerja sebagai karyawan swasta sebesar 34,14%,
lesi multiple sebesar 82,92%, lokasi lesi di pipi sebesar
30,08%, tipe akrofasial sebesar 43,9%, serta durasi lesi 1-5 tahun sebesar
61,78%. Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mencoba memberikan beberapa
saran yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap penyakit vitiligo
dalam jumlah kasus yang lebih besar, perlunya memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai penyakit vitiligo supaya masyarakat lebih paham, dan
penatalaksanaan vitiligo lebih komperehensif, meliputi diagnosis, skrining
penyakit penyerta dan modalitas terapi lainnya.
BIBLIOGRAFI
Alikhan, A., Felsten, L. M., Daly, M., &
Petronic-Rosic, V. (2011). Vitiligo: a comprehensive overview: part I.
Introduction, epidemiology, quality of life, diagnosis, differential diagnosis,
associations, histopathology, etiology, and work-up. Journal of the American
Academy of Dermatology, 65(3), 473�491.
Alvin, D. P. (2017). Gambaran Faktor Resiko Kejadian Vitiligo di Rumah
Sakit dr. M. Djamil Padang Periode 1 Januari 2014-30 juni 2017. Universitas
Andalas.
Behl, R. K., Sharma, H., Kumar, V., & Narula, N. (2003). Interactions
amongst mycorrhiza, Azotobacter chroococcum and root characteristics of wheat
varieties. Journal of Agronomy and Crop Science, 189(3), 151�155.
Berniyanti, T. (2023). Pendekatan Biomarker Untuk Pasien
Medically-Compromised: DM Tipe 2. Airlangga University Press.
Dwiyana, R. F., Marindani, V., Agustina, R., Setiawan, S., Idjradinata, P.
S., & Sutedja, E. (2017). Cinico-Epidemiological Profile of Vitiligo
Patients in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. Majalah Kedokteran
Bandung, 49(2), 132�138.
Ezzedine, K., Visseaux, L., Cadiot, G., Brixi, H., Bernard, P., &
Reguiai, Z. (2019). Ustekinumab for skin reactions associated with
anti‐tumor necrosis factor‐α agents in patients with
inflammatory bowel diseases: A single‐center retrospective study. The
Journal of Dermatology, 46(4), 322�327.
Gauthier, I., James, T. W., Curby, K. M., & Tarr, M. J. (2003). The
influence of conceptual knowledge on visual discrimination. Cognitive
Neuropsychology, 20(3�6), 507�523.
Halder, I., Shriver, M., Thomas, M., Fernandez, J. R., & Frudakis, T.
(2008). A panel of ancestry informative markers for estimating individual
biogeographical ancestry and admixture from four continents: utility and
applications. Human Mutation, 29(5), 648�658.
Hidayat, A. R., Hanipah, H., Nurjanah, A., & Farizki, R. (2021). Upaya
untuk Mencegah Penyakit Diabetes pada Usia Dini. Jurnal Forum Kesehatan:
Media Publikasi Kesehatan Ilmiah, 11(2), 63�69.
Jaigirdar, M. Q., Alam, S. M., & Maidul, A. Z. (2002). Clinical
presentation of vitiligo. Mymensingh Medical Journal: MMJ, 11(2),
79�81.
Kulit, P. D. S. (2017). Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit
dan kelamin di Indonesia. Jakarta: Perdoski, 2�3.
Negaran, W. P. (2018). Pengaruh Pemberian Minyak Nigella Sativa Topikal
pada Fototerapi Narrow Band Ultraviolet B (Nb-Uvb) terhadap Perbaikan Lesi
Vitiligo. UNS (Sebelas Maret University).
Puspitasari, A., Kawilarang, A. P., Ervianti, E., & Rohiman, A.
(2019). Profil Pasien Baru Kandidiasis. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan
Kelamin, 31(1), 24�34.
Rahmayanti, R., Putri, S. K., & Fajarna, F. (2016). Uji Potensi Kulit
Bawang Bombay (Allium cepa) Sebagai Larvasida Terhadap Kematian Larva Nyamuk
Aedes aegypti. Jurnal Edukasi Dan Sains Biologi, 5(1), 77794.
Sandoval-Cruz, M., Garc�a-Carrasco, M., S�nchez-Porras, R., Mendoza-Pinto,
C., Jim�nez-Hern�ndez, M., Mungu�a-Realpozo, P., & Ruiz-Arg�elles, A.
(2011). Immunopathogenesis of vitiligo. Autoimmunity Reviews, 10(12),
762�765.
Shah, R., Hurley, C. K., & Posch, P. E. (2006). A molecular mechanism
for the differential regulation of TGF-β1 expression due to the common
SNP− 509C-T (c.− 1347C> T). Human Genetics, 120,
461�469.
Suseno, L. S., Sukma, P. M. G., Rihatmadja, R., Agustin, T., Rahmayunita,
G., & Novianto, E. (2018). Profile of vitiligo patients and distribution of
narrowband-UVB therapy at dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. Journal
of General-Procedural Dermatology & Venereology Indonesia, 3(1),
5.
Syukri, D. M., Nwabor, O. F., Singh, S., & Voravuthikunchai, S. P.
(2021). Antibacterial functionalization of nylon monofilament surgical sutures
through in situ deposition of biogenic silver nanoparticles. Surface and
Coatings Technology, 413, 127090.
Yuniaswan, A. P., & Firdausiya, F. (2023). Overview of Vitiligo
Clinicopathologyvitiligo. Journal of Dermatology, Venereology and Aesthetic,
3(1), 1�12.
Yurandi, E., & Yenni, M. (2021). Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Dermatitis Kontak pada Petugas Pengangkut Sampah di TPA Talang Gulo. Indonesian
Journal of Health Community, 2(1), 1�7.
Copyright holder: Meika Hariana1, Eka Komarasari2, Prima Kartika Esti3 (2024) |
First publication right: |
This article is licensed under: |