������ Syntax Idea : Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN:
������ e-ISSN :
������ Vol. 1, No. 1 Mei 2019
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI �PADA PASIEN FRAKTUR FEMUR DI RSU GUNUNG JATI CIREBON TAHUN 2018
Healthy Seventina Sirait
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, baik total ataupun sebagian
yang disebabkan oleh stress pada tulang, jatuh dari ketinggian,� kecelakaan kerja,� cedera saat olah raga,� dan fraktur degeneratif. Sedangkan Nyeri
merupakan perasaan yang tidak nyaman dan bersifat subjektif. Salah satu cara agar menurunkan rasa nyeri
pada pasien fraktur secara non farmakologi adalah dengan memberikan kompres
dingin pada area nyeri. Oleh karena itu penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres dingin terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien fraktur femur. Metode penelitian menggunakan
desain quasy experiment dengan one group pretest-posttest design. Sampel adalah
pasien fraktur femur di Rumah Sakit Umum Ciereng Subang yang diambil dengan
teknik Accidental Sampling berjumlah 6 responden. Pengumpulan data dilakukan
selama 3 minggu, dimana Intensitas nyeri diukur memakai Numeric Rating Scale
dan uji hipotesa dengan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan intensitas nyeri sebelum dan
setelah dilakukan kompres dingin dengan nilai p=0,046 ( p < 0.005).
Dengan demikian terdapat pengaruh kompres dingin terhadap penurunan intensitas
nyeri pada pasien fraktur femur
Kata Kunci : Intensitas Nyeri , Fraktur , Kompres Dingin
Pendahuluan
Kecelakaan
lalu lintas ialah kejadian yang biasanya menjadi topik utama di berbagai media. Di Indonesia, mobilitas yang tinggi dan
faktor kelalaian manusia menjadi dampak terjadinya kecelakaan lalu
lintas. Menurut data kepolisian RI tahun 2012, terjadi 109.038 kasus kecelakaan
lalu lintas di seluruh Indonesia, sedangkan menurut data badan kesehatan dunia
(WHO) tahun 2011, kecelakaan lalu lintas di Indonesia dinilai menjadi pembunuh
ketiga setelah penyakit jantung koroner dan tuberculosis.(1)
World Health Organization (WHO) mencatat di tahun 2011-2012 terdapat lebih dari 5,6 juta
orang meninggal karena kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan
fisik. Menurut Depkes RI tahun 2011 kecelakaan mempunyai prevalensi
yang cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitas bawah sekitar 40%
Menurut hasil data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2011, di Indonesia
terjadi fraktur yang disebabkan oleh cidera seperti terjatuh, kecelakaan lalu
lintas dan trauma tajam/tumpul. Riset Kesehatan Dasar (2011) menemukan sebanyak
45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %).
Kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829 kasus, dan yang mengalami fraktur
sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang
mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %).(2) Kepolisian Republik
Indonesia (POLRI) mencatat sebanyak 23.385 orang meninggal karena kecelakaan lalu lintas (lakalantas), selama tahun 2013. Sebanyak
27.054 orang mengalami cedera berat dan cedera ringan sebanyak 104.976 orang.(3)
Fraktur
merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah
tulang yang diakibatkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik,
keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak diarea tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap.
Selain
itu, fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang baik total, partial
yang dapat mengenai tulang panjang dan sendi�
jaringan otot dan pembuluh darah trauma yang disebabkan oleh� stress pada tulang, terjatuh
dari ketinggian,� kecelakaan kerja, cedera
saat olah raga, fraktur degeneratif (osteoporosis, kanker, tumor tulang) dan
ditandai dengan Look: tanda yang yang terlihat, adanya deformitas
berupa tonjolan
yang abnormal, lebam, kulit
memerah, adanya ekimosis, angulasi,
rotasi serta pemendekan, feel: nyeri, move: krepitasi dan terasa nyeri saat
digerakkan, gangguan fungsi pergerakan.(4)
Fraktur
lebih dominan terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan usia 45 tahun
kebawah, biasanya berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan, atau luka yang diakibatkan oleh
kecelakaan kendaraan roda dua. Pada orang tua, perempuan lebih dominan mengalami fraktur dibandingkan laki-laki
berkaitan dengan perubahan hormon saat menopause
sehingga meningkatkan insiden osteoporosis.(5)
Salah
satu manifestasi klinik pada penderita fraktur adalah nyeri. Nyeri ialah gejala yang
seringkali ditemukan pada gangguan
muskuloskeletal. Nyeri pada penderita fraktur sifatnya tajam dan
menusuk. Nyeri tajam biasanya ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot atau penekanan
pada saraf sensoris.(2) Nyeri ialah perasaan kurang nyaman dan sifatnya subjektif dimana hanya penderita yang dapat merasakannya. Untuk
itu perlu mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya mengontrol nyeri. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada Pengaruh kompres dingin terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur femur di RSUD Gunung jati
CirebonTahun 2018
Metode
Penelitian
Dalam� penelitian ini, peneliti menggunakan Desain
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian desain Quasy Eksperiment dengan pendekatan One group pretest-posttest design.(19)
Bentuk� rancangan ini sebagai berikut :
Pre test |
Perlakuan |
Post test |
01 |
X |
02 |
Keterangan :
01 : Pengukuran intensitas nyeri sebelum dilakukan tindakan terapi kompres dingin
X� : Tindakan terapi kompres dingin
02 :
Pengukuran intensitas nyeri setelah dilakukan tindakan terapi kompres dingin
Adapun variabel independen dari penelitian ini yaitu
terapi kompres dinggin dan penurunan
intensitas nyeri pada pasien fraktur sebagai variabel dependennya. Populasi
yang digunakan sebnayak 47 orang dengan sampel 6 orang
Hasi
dan Pembahasan
1.
Karakteristik Usia
Tabel
.1 Frekuensi Karakteristik Usia Pada Pada Pasien Fraktur Femur Di RSUD Gunung
Jati Cirebon Tahun 2018
Usia |
N |
% |
Masa Remaja Akhir |
2 |
33.3 |
Masa Lansia Akhir |
3 |
50.0 |
Masa Manula Atas |
1 |
16.7 |
Berdasarkan data diatas, karakteristik usia pada pasien fraktur
femur di RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2018 yaitu didominasi oleh masa lansia
akhir sebanyak 3 responden (50%).
2.
Karakteristik Jenis Kelamin
Tabel .2 Frekuensi
Karakteristik Jenis Kelamin Pada Pada Pasien Fraktur Femur di RSUD Gunung Jati
Cirebon Tahun 2018
Jenis Kelamin |
N |
% |
Perempuan |
5 |
83.3 |
Laki-laki |
1 |
16.7 |
Berdasarkan data diatas, karakteristik jenis kelamin pada pada pasien
fraktur femur di RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2018 yaitu didominasi oleh
perempuan sebanyak 5 responden (83,3%).
3.
Perubahan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi
Kompres Dingin
Tabel .3 Perbandingan Hasil Pengukuran Penurunan Intensitas Nyeri
sebelum dan sesudah Terapi Kompres Dingin di RSUD Gunung jati Cirebon Tahun
2018
No Responden |
Intensitas Nyeri |
|
Sebelum Kompres Dingin
|
Sesudah Kompres Dingin |
|
1 |
5 |
3 |
2 |
6 |
4 |
3 |
6 |
3 |
4 |
6 |
4 |
5 |
2 |
0 |
6 |
6 |
3 |
Tabel .4 Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Sebelum Dilakukan
Kompres��� Dingin Pada Pasien Fraktur
Femur� di RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun
2018
Intensitas Nyeri |
N |
% |
Nyeri Sedang |
5 |
83.3 |
Nyeri Ringan |
1 |
16.7 |
Berdasarkan tabel .4 terlihat
bahwa intensitas nyeri pada responden pasien fraktur femur� di RSUD Gunung jati Cirebon Tahun 2018
sebelum dilakukan intervensi kompres dingin mempunyai nilai nyeri sedang 83,3%
atau sekitar 5 orang dan nilai nyeri ringan 16,7% atau 1 orang.
Tabel .5 Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Setelah Dilakukan
Kompres Dingin Pada Pasien Fraktur Femur di RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2018
Berdasarkan hasil analisis data intensitas nyeri yang dialami oleh
pasien fraktur femur sesudah intervensi
kompres dingin terhadap 6
responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Intensitas Nyeri |
N |
% |
Tidak Nyeri Nyeri Ringan |
1 3 |
16.7 50 |
Nyeri Sedang |
2 |
33.3 |
Berdasarkan tabel .5 terlihat bahwa intensitas nyeri pada responden pasien fraktur femur� di RSUD Gunung jati Cirebon Tahun 2018 sebelum
dilakukan intervensi kompres dingin mempunyai nilai nyeri ringan 50% atau
sekitar 3 orang dan nilai nyeri sedang 33.3% atau 2 orang dan tidak nyeri 16.7%
atau 1 orang.
1. Analisis Bivariat
a. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data menggunakan
uji saphiro wilk dikarenakan
responden berjumlah kurang dari 50 orang. Keputusan uji adalah H0 diterima
jika p-value lebih besar dari 0,05 (p-value > 0.05) yang artinya data
berdistribusi normal, dan H0 ditolak jika nilai p-value < 0.05) yang artinya data tidak berdistribusi normal.
Tabel .6 Hasil Uji Normalitas Data
No |
Variabel |
N |
Sign |
Kesimpulan |
1. |
Pre Test |
6 |
0,000 |
Tidak
Normal |
2. |
Post Test |
6 |
0,212 |
Normal |
Hasil dari normalitas data menunujukan
data pre test dengan nilai p-value 0,000 dan post test dengan nilai p-value
0,212, maka jika diambil keputusan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0,05 dan lebih besar dari 0,05, sehingga
data ada yang tidak berdistribusi normal dan ada yang berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas data tersebut, maka teknik pengujian hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji wilcoxon signed rank test.
b. Pengujian Hipotesis Data
Berdasarkan hasil analisa data perbedaan nilai pre test dan post test pengaruh kompres dingin terhadap
perubahan intensitas nyeri pada pasien fraktur femur di RSUD Gunung jati
Cirebontahun 2018, maka secara deskriptif dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel .7 Perbedaan Mean Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Kompres Dingin Pada Pasien Fraktur Femur di RSUD Gunung jati
CirebonTahun 2018
|
Mean |
N |
Std. Deviation |
Std. Error |
Pre Tes Kompres Dingin |
1,83 |
6 |
,408 |
,167 |
Post Test Kompres Dingin |
1,17 |
������������� 6 |
,753 |
���� ,307 |
Dari tabel .7 diatas dapat diketahui bahwa ada perubahan rata-rata
intensitas nyeri sebelum (1,83) dan sesudah diberikan terapi kompres dingin
(1,17).
Tabel .8 Hasil Uji Statistik Pengaruh
Kompres Dingin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Femur di RSUD
Gunung jati Cirebon Tahun 2018
|
N |
Mean Rank |
Sum of Ranks |
P
value |
|
Pre Tes Kompres Dingin - Post Tes Kompres Dingin |
Negative Ranks |
4a |
2.50 |
10.00 |
0,046 |
Positive Ranks |
0b |
.00 |
.00 |
|
|
Ties |
2c |
|
|
|
|
Total |
6 |
|
|
|
Berdasarkan tabel .8 diatas hasil uji statistic didapatkan P value 0,046 < α (0,05) yang artinya terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi
kompres dingin. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh kompres dingin terhadap penurunan intensitas
nyeri pada penderita fraktur femur di RSUD Gunung jati Cirebon tahun
2018.
2.
Intensitas Nyeri Sebelum dilakukan Kompres Dingin Pada Pasien Fraktur Femur� di RSUD Gunung jati Cirebon Tahun 2018.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa intensitas
nyeri pada responden pasien fraktur femur sebelum dilakukan intervensi kompres
dingin mempunyai 5 nilai nyeri sedang 83,3% dan 1 nilai nyeri ringan 16,7% .
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa
parah nyeri yang
dirasakan oleh
individu.(13) Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif
dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang
berbeda. Nyeri dinilai berdasarkan tingkah laku manusia, yang secara kultur berpengaruh, sehingga latar belakang mempengaruhi ekspresi
dan pemahaman terhadap nyeri.(14)
Nyeri
ialah respon fisiologis terhadap kerusakan jaringan dan� mempengaruhi respon emosional serta tingkah laku berdasarkan pengalaman nyeri seseorang dimasa lalu dan
persepsi terhadap nyeri. Berikan perhatian kepada
pasien yang tidak mampu berkomunikasi secara persepsi dan interpretasi terhadap
input nosiseptif, respon emosional terhadap persepsi (misal, depresi, takut,
cemas, serta menderita), dan tingkah laku sebagai respon terhadap emosi dan
persepsi yang menuntun observer untuk yakin bahwa seseorang sedang merasakan
nyeri (misal, mengeluh nyeri, meringis . Senada dengan pernyataan tersebut nyeri
juga diartikan sebagai kondisi berupa perasaan tidak nyaman yang sifatnya sangat subjektif karena
perasaan nyeri yang dirasakan setiap individu berbeda dalam hal skala maupun
tingkatannya, dengan demikian yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi rasa nyeri tersebut hanyalah pasien.
Saat melakukan penelitian, peneliti berasumsi bahwa ada perbedaan intensitas nyeri pada responden dikarenakan oleh adanya
perbedaan pemahaman rasa nyeri yang dirasakan oleh masing masing individu. Ini
sesuai teori yang dikemukan oleh Tamsuri (2007) yang mengemukan bahwa
pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda.(14) Peneliti
juga berasumsi bahwa belum ada alternatif terapi yang efektif dilakukan untuk
meredakan rasa nyeri tersebut. Solusi yang bisa diberikan adalah memberikan
terapi nonfarmakologi agar mengurangi rasa nyeri , membuat pasien nyaman dan
menurunkan intensitas nyerinya , salah satunya adalah kompres dingin.
3.
Intensitas Nyeri Setelah Dilakukan Kompres Dingin Pada Pasien Fraktur Femur� di RSUD Gunung jati CirebonTahun 2018
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Responden
sesudah diberikan terapi kompres dingin mengalami penurunan yaitu nilai nyeri
sedang 33.3% atau 2 orang , nilai nyeri ringan 50% atau sekitar 3 orang dan
tidak nyeri 16.7% atau 1 orang. Hal itu menunjukkan bahwa dibandingkan
intensitas nyeri sebelum melakukan kompres dingin terjadi penurunan intensitas nyeri setelah diberikan kompres
dingin.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan intensitas nyeri
adalah terapi kompres dingin. Kompres dingin ialah metode dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan sensasi
dingin pada bagian tubuh yang diperlukan. Tujuan dari kompres dingin, yaitu merdakan rasa sakit
pada bagian tubuh.
Sistem kerja kompres dingin yaitu menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol nyeri terapi dingin
yang diberikan akan mempengaruhi impuls yang dibawa oleh serabut taktil A-Beta
untuk lebih mendominasi sehingga �gerbang� akan menutup dan impuls nyeri akan
terhalangi. Nyeri yang dirasakan akan berkurang atau menghilang
sementara waktu.(3)
Pernyataan di atas mendukung teori dari Tamsuri (2007) bahwa
selain memberikan efek menurunkan sensasi nyeri, aplikasi dingin juga
memberikan efek fisiologis, yaitu bisa menurunkan respon inflamasi
jaringan, menurunkan aliran darah dan mengurangi edema.(13)
Elia Purnamasari, Ismonah dan Supriyadi didalam penelitiannya
menggunakan terapi kompres dingin untuk menurunkan intensitas nyeri pada penderita fraktur di RSUD Unggaran. Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan
sesudah dilakukannya terapi yaitu 100 % atau 21 responden mengalami nyeri sedang dan
setelah diberikan terapi intensitas nyeri menurun yaitu 90,5% atau 19 responden
mengalami nyeri ringan dan 9,5% atau 2 responden mengalami tidak nyeri.(3)
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi penyebab menurunnya
intensitas nyeri pasien fraktur femur di RSUD Gunung jati Cirebondikarenakan
pemberian salah satu terapi nonfarmakologi yaitu kompres dingin. Memberikan
kompres dingin di area sekitar nyeri dapat menghilangkan nyeri dan mengurangi
edema. Peneliti berasumsi bahwa penurunan tersebut terjadi karena baru pertama
kali mencoba terapi tersebut dikarenakan di RSUD Ciereng belum ada SOP resmi
untuk terapi kompres dingin. Oleh karena itu peneliti memberi saran atau solusi
agar RSUD Ciereng bias mempertimbangkan untuk segera membuat SOP resmi terapi
nonfarmakologi kompres dingin.
4.
Pengaruh Kompres Dingin Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien fraktur femur di RSUD
Gunung jati CirebonTahun 2018
Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji wilcoxon signed ranks
test diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar
0,046, dengan nilai sebelum kompres dingin� sebesar 1,83 sesudah kompres dingin �sebesar 1,17�
yang artinya terdapat perbedaan sehingga kesimpulan uji adalah terdapat
pengaruh kompres dingin� terhadap
perubahan intensitas nyeri pada penderita fraktur femur� di RSUD
Gunung jati CirebonTahun 2018.
Sependapat dengan pernyataan diatas menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh Khadijah pada tahun 2011 tentang �Efektivitas
kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur di Rindu
B RSUP. H. Adam Malik Medan� menyimpulkan bahwa penderita fraktur
yang diberikan kompres dingin akan
mengalami penurunan nyeri yang
signifikan.(18)
Sependapat dengan Khadijah, menurut Devi Mediarti pada tahun 2012
dari penelitiannya dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara nyeri
sebelum dan setelah diberikannya kompres dingin pada penderita fraktur ektremitas
tertutup. Kedua pendapat tersebut bisa memperkuat bahwa kompres dingin dapat
mengurangi intensitas nyeri yang dialami oleh penderita fraktur
femur. Karena pada prinsipnya kompres
dingin bisa dikategorikan kedalam suatu teknik dari stimulasi kulit yang dilakukan
agar
menghilangkan nyeri dan merupakan langkah sederhana dalam upaya meredakan persepsi nyeri. Kompres dingin dapat menghilangkan nyeri dan
meningkatkan proses penyembuhan yang mengalami kerusakan.(18)
Terapi Kompres dingin terbukti dapat meredakan intensitas nyeri pada penderita fraktur femur di RSUD
Gunung jati Cirebon. Salah satu kelebihan dari terapi kompres dingin ialah mampu membantu pasien mengatasi permasalahannya dengan mengurangi rasa
nyeri , gatal dan edema.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan pada 6 responden yaitu pada pasien fraktur femur di RSUD
Gunung jati Cirebontahun 2018, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1.
������� Hasil pre-test didapatkan
hasil bahwa intensitas nyeri pada responden pasien fraktur
femur sebelum dilakukan intervensi kompres dingin mempunyai nilai nyeri sedang
83,3% atau sekitar 5 orang dan nilai nyeri ringan 16,7% atau 1 orang.
2.
������� Hasil post-test didapatkan
hasil bahwa intensitas nyeri pada
responden pasien fraktur femur setelah dilakukan intervensi kompres dingin
mempunyai nilai nilai nyeri ringan 50% atau sekitar 3 orang dan nilai nyeri
sedang 33.3% atau 2 orang dan tidak nyeri 16.7% atau 1 orang nyeri ringan 83,3%
atau sekitar 5 orang dan nilai nyeri sedang 16,7% atau 1 orang.
3. ������� Hasil pengujian menunjukan bahwa (p-value) sebesar 0,046 nilai rata-rata nilai
intensitas nyeri sebelum dilakukannya terapi kompres dingin
yaitu sebesar 1,83 sedangkan sesudah
dilakukannya Kompres
dingin sebesar 1,17. Hal ini menunjukkan kompres dingin
berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri pada penderita fraktur femur.
BIBLIOGRAFI
1.
Fadliyah
, Nisa. 2014. Penatalaksanaan fisioterapi pada post fraktur 1/3 distal
fibula sinistra dengan pemasangan wire di Rsud Sukoharjo. Tesis. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2.
Andi
Nurchairiah, Yesi Hasneli, Ganis Indriati. Efektifitas kompres dingin terhadap intensitas nyeri pada pasien fraktur
tertutup di ruang dahlia RSUD Arifin Achmad; [ Diunduh pada tanggal
9 November 2017 ]. Tersedia dari: https://jom.unri.ac.id/
3.
Elia
Purnamasari, Ismonah, Supriyadi. Efektifitas kompres dingin terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur Di RSUD Ungaran; [ Diunduh
pada tanggal 20 oktober 2017 ]. Tersedia dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=393105&val=6378&title
4.
Marlina.
Mobilisasi pada pasien fraktur melalui pendekatan konseptual model Dorothea
E. Orem; [ Diunduh pada tanggal 20 oktober 2017 ]. Tersedia dari: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
5.
Devi
Mediarti, Rosnani, Sosya Mona Seprianti. Pengaruh pemberian kompres dingin
terhadap nyeri pada pasien fraktur ekstremitas tertutup di IGD RSMH Palembang
Tahun 2012; [ Diunduh pada tanggal 20 oktober 2017 ]. Tersedia dari : http://ejournal.unsri.ac.id
6.
Rivaldy
Djamal, Sefty Rompas, Jeavery Bawotong. Pengaruh terapi musik terhadap skala
nyeri pada pasien fraktur di Irina A Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado; [
Diunduh pada tanggal 20 oktober 2017 ]. Tersedia dari: https://ejournal.unsrat.ac.id
7.
Siska
Permanasari Sinardja, IGN Mahaalit Aribawa. Penatalaksanaan nyeri akut pada
pasien dengan patient-controlled analgesia; [ Diunduh pada tanggal 26
november 2017 ]. Tersedia dari: http://download.portalgaruda.org/
8.
Christy
Budi Puspitasari. 2014. Pemberian kompres dingin terhadap penurunan skala
nyeri pada asuhan Keperawatan Tn.p dengan fraktur femur 1/3 proksimal dextra di
ruang mawar� RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Tesis. Surakarta: Sekolah Tinggi Kesehatan Kusuma Husada.
9.
�Amanda Putri Anugerah, Retno Purwandari,
Mulia Hakam. Pengaruh Terapi Kompres Dingin Terhadap Nyeri Post Operasi ORIF
(Open Reduction Internal Fixation) pada Pasien Fraktur di RSD Dr.H.Koesnadi
Bondowoso; [ Diunduh pada tanggal 26 november 2017 ]. Tersedia dari: http://download.portalgaruda.org/
10.
Gede
Adi Ramananda. 2014. Pengaruh terapi bekam kering terhadap intensitas nyeri
pada pasien dengan low back pain. Skripsi Denpasar : Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.
11.
Dr.
Eleanor Bull, Dr. Graham Archard. 2007. Nyeri punggung. Jakarta:
Erlangga.
12.
Khusniyah,
Z. & Rizqi, H. D. 2011. Efektifitas Stimulasi Kulit Dengan Teknik
Kompres Hangat Dan Dingin Terhadap Penurunan Persepsi Nyeri Kala I Fase Aktif
Persalinan Fisiologis.
13.
Tamsuri
A. 2007. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC
14. Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.
Yogyakarta; Ar-Ruzz Media.
15.
Giriwiarto.
2017. Nyeri tulang dan sendi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
16.
Ani
Farida. 2010. Efektifitas terapi Musik Terhadap Penurunan
Nyeri Post Operasi pada Anak Usia Sekolah di RSUP H. Adam Malik Medan; Skripsi Medan; Program Studi Keperawatan Universitas Sumatera
Utara;
17.
Oswari.
2000. Bedah dan Perawatannya. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
18.
Siti Khodijah. 2011. Efektifitas Kompres Dingin
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Fraktur di Rindu B RSUP H. Adam
Malik Medan; Skripsi Medan; Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
19.
Notoatmodjo
S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
20.
Nursalam.
2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman
skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
21.
Nursalam.
2013. Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.