Syntax Idea
: p�ISSN:
2684-6853� e-ISSN : 2684-883X
Vol. 2, No. 5 Mei 2020
ANALISIS DESKRIPTIF PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN TEKNIK SBAR (SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT
RECOMMENDATION) UNTUK PATIENT SAFETY
PADA PERAWAT PELAKSANA RUMAH SAKIT DI KABUPATEN PATI
Santosa dan Santi Puspa Ariyani�
Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (BPSDM), Jawa
Tengah
Email: [email protected]
dan [email protected]
Abstrak
Keselamatan pasien bisa di tingkatkan dengan model teknik SBAR karena dapat mengurangi
risiko dari KTD (Kejadian Tidak Diharapkan), KNC (Kejadian Nyaris Cedera), KPC (Kejadian Potensial Nyaris Cedera), KTC (Kejadian Tidak Cedera) dan Sentinel (Kejadian Tidak Diharapkan yang menimbulkan kematian maupun cidera yang serius atau fatal). Penggunaan komunikasi SBAR juga mencegah informasi salah yang disampaikan
oleh perawat kepada dokter, hal ini
dikarenakan komunikasi SBAR
merupakan komunikasi yang telah terstruktur dengan baik, benar
dan jelas, maka dari itu pengetahuan
tentang teknik komunikasi SBAR penting untuk terus ditingkatkan.
Implementasi penggunaan komunikasi SBAR di rumah sakit ternyata banyak menemui kendala seperti dokumentasi oleh penerima pesan yang tidak tepat dan pelaksanaannya, karena tidak sesuai
dengan standar operasional prosedur yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas dari pelaksanaan
komunikasi SBAR. Perawat ataupun Nurse asal kata dari bahasa latin yakni �Nutrix; yang artinya merawat/ memelihara. Perawat ialah seseorang yang memiliki peran dalam merawat/memelihara, membantu serta melindungi
seseorang yang sakit. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan desain penelitian cross sectional
study melalui kuesioner
yang dibagikan menggunakan
google form dengan link http://bit.ly/KuesSantSBAR
yang di sebarkan melalui Watshapp Group Perawat Pati.
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh
perawat pelaksana Rumah Sakit di Kabupaten Pati baik yang bekerja di Rumah Sakit Pemerintah
maupun Rumah Sakit Swasta. Sampel
dalam penelitian ini ialah perawat pelaksana Rumah Sakit di Kabupaten Pati sesuai yang dibutuhkan peneliti sejumlah 85 responden. Penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR bahwa pertanyaan Situation (kondisi terkini yang berlangsung pada pasien) perawat ada yang tidak menyebutkan sejumlah 7 (8,2%)
pada pertanyaan perawat menyebutkan nama serta umur pasien, juga item pertanyaan perawat menyebutkan nama dokter yang menangani pasien, sedangkan pada pertanyaan Situation (keadaan sekarang yang berlangsung terhadap pasien) perawat yang tidak menyebutkan masalah keperawatan pasien yang telah serta belum teratasi sejumlah 27 (31,8%) responden. Penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR pada pertanyaan. Latar belakang (Info prinsipil yang berkaitan dengan keadaan pasien terkini) didapatkan bahwa perawat yang tidak menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan pasien terhadap diagnose medis/ penyakit yang dialami pasien, sejumlah 32 (37,6%) responden. Saran perawat pelaksana rumah sakit di Kabupaten Pati untuk selalu
mengupdate ilmu tentang komunikasi efektik dengan teknik SBAR untuk mendukung keselamatan pasien, untuk Manegement
rumah sakit khususnya bidang pengembangan diklat SDM Perawat Pelaksana untuk memfasilitasi adanya pelatihan pelatihan atau workshop tentang komunikasi efektif terutama dengan teknik SBAR, untuk Peneliti selanjutnya bisa dikembangkan faktor faktor apa saja
yang mempengaruhi motivasi perawat pelaksana di rumah sakit dalam
penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR guna mendukung keselamatan pasien.
Kata kunci:
Komunikasi efektif, SBAR, Perawat, Patient Safety
Pendahuluan
Keselamatan pasien sudah menjadi rumor dunia yang harus memperoleh
perhatian untuk sistem pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien ialah prinsip fundamental dari pelayanan kesehatan
yang menganggap bahwa keselamatan yaitu hak untuk perpasien dalam menerima
pelayanan kesehatan. Sasaran keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada Pasal
5 ayat (2) huruf b dalam Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
dapat tercapai salah satunya yang meliputi adalah meningkatnya komunikasi yang
efektif (RI, 2017).
Berdasarkan Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 program
patient safety ialah untuk menjamin
keselamatan pasien di rumah sakit dengan pencegahan terjadinya kelalaian dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien adalah salah satu pelayanan
mutu bagi pasien. Perawat yang kurang termotivasi terhadap patient safety terutama memakai teknik komunikasi dengan teknik
SBAR (Situation, Backgroud, Assesment, Recomendation) akan bisa mengakibatkan
pelayanan terhadap pasien kurang baik serta keamanan pasien tidak terjaga
dengan baik yang berawal dari kesalahan komunikasi. Pemakaian komunikasi yang sesuai
dengan read back sudah menjadi salah
satu sasaran dari program patient safety
yakni pengeskalasian komunikasi yang efektif (KARS, 2006).
Perkembangan
teknologi telah mengubah cara komunikasi dalam bisnis dan menghadirkan
tantangan baru terhadap gaya hidup masyarakat dalam lingkungannya (Suhaeri, 2018). Komunikasi bisa menjadi pelik dikala orang yang berkomunikasi
mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda, pesan akan menjadi tidak jelas apabila
kata-kata serta cetusan yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar. Komunikasi
efektif merupakan unsur utama dari tujuan keselamatan pasien sebab komunikasi ialah
penyebab pertama tentang keselamatan pasien (patient
safety). Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, sesuai, lengkap, jelas, serta
dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan serta mengeskalasi keselamatan
pasien. Maka dalam komunikasi efektif perlu dibentuk aspek kejelasan,
ketepatan, sesuai dengan konteks dari bahasa serta informasi, alur yang
sistematis, juga budaya. Komunikasi yang tidak efektif bisa menyebabkan risiko
kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan (Supinganto, A., Misroh, M., 2015).
Keamanan serta keselamatan pasien adalah hal fundamental yang harus diperhatikan oleh
tenaga medis ketika memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien. Keselamatan
pasien ialah suatu sistem yang mana rumah sakit memberikan asuhan bagi pasien
secara aman dan mencegah terjadinya cidera (Kusnanto, 2011). Prosedur dalam menjaga keamanan serta keselamatan
pasien (patient safety) di antaranya langkah-langkah
pengukuran (assessing) resiko, identifikasi
serta manajemen risiko bagi pasien, pelaporan serta analisis insiden, kemampuan
untuk belajar serta menindaklanjuti insiden juga mengimplementasikan solusi
untuk mengurangi serta mengurangi risiko yang di dalamnya dengan mengeskalasi
komunikasi perawat (Widajat, 2013). Komunikasi antar petugas dalam kerjasama
interdisipliner menjadi penyebab lazimnya cedera pasien. Kesalahan komunikasi
yang kerap terjadi seperti perintah medis yang tidak terbaca serta rancu maka
salah terjemahan, kekeliruan langkah-langkah yang dijalankan, kesalahan medis,
kesalahan pelaporan perubahan signifikan pasien, serta ketidaksesuaian standar
komunikasi yang dberlakukan (Manupo, 2012).
Implementasi penggunaan komunikasi SBAR di Rumah Sakit
ternyata banyak menemui kendala seperti dokumentasi oleh penerima pesan yang
tidak tepat dan pelaksanaannya, karena tidak sesuai dengan standar operasional
prosedur yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas dari pelaksanaan komunikasi SBAR.
Petugas pengirim pesan yang kurang detail dalam memberikan pesan keadaan
pasien. Petugas pengirim pesan kurang menyuplai waktu untuk memberi kesempatan
pada penerima pesan untuk memberikan konfirmasi apakah pesan bisa diterima
dengan baik, serta terkadang melaksanakan interupsi maupun menyela obrolan (Ruky, 2002).
Kategori petugas tenaga kesehatan yang bekerja di rumah
sakit, diantaranya adalah tenaga perawat yang adalah tenaga terbanyak serta memiliki
waktu kontak dengan pasien lebih lama dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, jadi
mereka memiliki peranan penting dalam memutuskan baik/ buruknya mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit (RI, 2017).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti tertarik untuk
menganalisis bagaimana penerapan komunikasi efektik dengan teknik SBAR (Situation Background Assessment
Recommendation) untuk Patient Safety pada Perawat Pelaksana Rumah Sakit Di
Kabupaten Pati.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini ialah
deskriptif eksploratif dengan desain penelitian cross sectional study melalui kuesioner yang dibagikan menggunakan
google form dengan link http://bit.ly/KuesSantSBAR� yang di sebarkan melalui Watshap Group
Perawat Pati selama satu minggu. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini ialah probability sampling.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana Rumah Sakit di
Kabupaten Pati baik yang bekerja di Rumah Sakit Pemerintah maupun Rumah Sakit
Swasta sejumlah 264 perawat. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat
pelaksana Rumah Sakit di Kabupaten Pati sesuai yang dibutuhkan peneliti
sejumlah 85 responden.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diperlukan
oleh peneliti, maka diperlukan suatu instrumen. Instrumen ialah alat/ fasilitas
yang dipakai oleh peneliti dalam mengumpulkan data supaya pekerjaannya lebih
mudah serta hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap serta sistematis
sehingga tidak sulit diolah. 14 Instrumen penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah Kuisener Observasi SBAR yang terdiri dari empat indikator
yaitu Situation, Background, Assessment
dan Recommendation dengan 12 komponen
Observasi.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pati karena letaknya
strategis membuat peneliti lebih mudah dalam penelitian, alasan peneliti
memilih tempat ini karena pada waktu penelitian bertepatan dengan situasi
darurat Virus Corona atau Covid 19 yang harus kerja di rumah (Work From Home) dan peneliti juga
berdomisli di Kabupaten Pati Jawa Tengah, selain itu pertimbangan jumlah
perawat pelaksana rumah sakit berdasarkan data, jumlahnya mencukupi.
Hasil
dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
1.
Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi berdasar
Jenis Kelamin dengan n (85)
Jenis Kelamin |
Frekuensi (n) |
Prosentase |
Laki Perempuan |
28 57 |
32,9% 67,1% |
Total |
85 |
100% |
Sumber: Data 2020
Penjelasan tabel 1 diatas adalah Perawat dengan jenis kelamin
perempuan lebih banyak jumlahnya dari jenis kelamin laki laki yaitu sejumlah 45
(52,9%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi berdasar Umur dengan n (85)
Umur Responden |
Frekuensi (n) |
Prosentase |
20 Th � 25 Th� 25 Th � 30 Th 30 Th � 35 Th >� 35 Th |
2 12 21 50 |
2,4% 14,1% 24,7% 58,8% |
Total |
85 |
100% |
Sumber: Data 2020
Penjelasan tabel 2 diatas
adalah Perawat dengan umur 20 tahun � 25 tahun sejumlah 2 (2,4%) responden dan
Perawat dengan umur > 35 tahun sejumlah 50 (58,8%).
Tabel 3
Distribusi Frekuensi berdasar Masa Kerja dengan n (85)
Masa Kerja
Responden |
Frekuensi (n) |
Prosentase |
< 1Th� 1 Th � 3 Th 3 Th � 5 Th >� 5 Th |
5 4 8 68 |
5,9% 4,7% 9,4% 80 % |
Total |
85 |
100% |
Sumber: Data 2020
Penjelasan tabel 3
diatas adalah Perawat dengan masa kerja 1 tahun � 3 tahun sejumlah 4 (4,7%) dan
Perawat dengan masa kerja > 5 tahun sejumlah 68 (80%).
Tabel 4
Distribusi Frekuensi berdasar Status Pekerjaan dengan n
(85)
Status Pekerjaan |
Frekuensi (n) |
Prosentase |
ASN Non ASN |
23 62 |
27,1% 72,9% |
Total |
85 |
100% |
Sumber: Data 2020
Penjelasan tabel 4 diatas
adalah Perawat dengan status pekerjaan Non ASN lebih Banyak sejumlah 62
(72,9%).
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Pendidikan Keperawatan dengan n (85)
Pendidikan
Keperawatan |
Frekuensi (n) |
Prosentase |
D3 S1 S1 Ners S2 Kep |
36 20 28 1 |
42,4% 23,5% 32,9% 1,2 % |
Total |
85 |
100% |
Sumber: Data 2020
Penjelasan tabel 5 diatas
adalah Perawat dengan Pendidikan Keperawatan S2 sejumlah 1 (1,2%) dan
Pendidikan Keperawatan D3 sejumlah 36 (42,4%).
2.
Sebaran Distribusi Frekuensi Penerapan Instrumen Komunikasi
Efektif dengan teknik SBAR (Situation, Background, Assessment dan
Recommendation).
Tabel 6
Sebaran Jawaban Berdasarkan Penerapan Komunikasi Efektif dengan teknik SBAR (Situation, Background,
Assessment dan Recommendation)
No |
Komponen
Observasi |
Ya |
% |
Tidak |
% |
A |
Situation (kondisi
terkini yang terjadi pada pasien) |
|
|
|
|
1 2 3 4 5 |
Perawat menyebutkan nama dan umur
pasien Perawat menyebutkan tanggal pasien
masuk ruangan dan hari perawatannya Perawat menyebutkan nama dokter
yang menangani pasien Perawat menyebutkan diagnose medis
pasien/masalah kesehatan yang dialami pasien (penyakit). Perawat menyebutkan masalah
keperawatan pasien yang sudah dan belum teratasi |
78 65 78 61 58 |
91,8% 76,5% 91,8% 71,8% 68,2% |
7 20 7 24 27 |
8,2% 23,5% 8,2% 28,2% 31,8% |
B |
Background (Info
penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini) |
|
|
|
|
6 7 8 9 |
Perawat menjelaskan
intervensi/tindakan dari setiap masalah keperawatan pasien Perawat menyebutkan riwayat alergi,
riwayat pembedahan Perawat menyebutkan pemasangan alat
invasif (infus, dan alat bantu lain seperti kateter dll), serta pemberian
obat dan cairan infuse. Perawat menjelaskan dan
mengidentifikasi pengetahuan pasien terhadap diagnose medis/penyakit yang
dialami pasien |
83 81 83 53 |
97,6% 95,3% 97,6% 62,4% |
2 4 2 32 |
2,4% 4,7% 2,4% 37,6% |
C |
Assessment (hasil
pengkajian dari kondisi pasien terkini) |
|
|
|
|
10 11 |
Perawat menjelaskan hasil
pengkajian pasien terkini Perawat menjelaskan kondisi klinik
lain yang mendukung seperti hasil Lab, Rontgen dll |
66 61 |
77,6% 71,8% |
19 24 |
22,4% 28,2% |
D |
Recommendation/Rekomendasi |
|
|
|
|
12 |
Perawat menjelaskan
intervensi/tindakan yang sudah teratasi dan belum teratasi serta tindakan
yang harus dihentikan, dilanjutkan atau dimodifikasi.� |
70 |
82,4% |
15 |
17,6% |
Sumber: Data 2020
Penjelasan tabel 6 pada sebaran
jawaban berdasar penerapan komunikasi efektif
dengan
teknik SBAR bahwa pertanyaan situation
(kondisi terkini yang terjadi pada pasien) pada pertanyaan perawat menyebutkan
nama dan umur pasien, juga item pertanyaan perawat menyebutkan nama dokter yang
menangani pasien masih ada yang tidak menyebutkan, sejumlah 7 (8,2%) responden,
sedangkan pada pertanyaan situation
(kondisi terkini yang terjadi pada pasien) perawat yang tidak menyebutkan masalah
keperawatan pasien yang sudah dan belum teratasi sejumlah 27 (31,8%) responden.
Sebaran jawaban berdasar
penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR pada pertanyaan background (Info penting yang
berhubungan dengan kondisi pasien terkini) didapatkan bahwa perawat yang tidak menjelaskan
dan mengidentifikasi pengetahuan pasien terhadap diagnose medis/ penyakit yang
dialami pasien, sejumlah 32 (37,6%) responden.
Sebaran jawaban berdasar
penerapan komunikasi efektif dengan
teknik SBAR pada pertanyaan assessment
(hasil pengkajian dari kondisi pasien terkini) didapatkan bahwa perawat yang
tidak menjelaskan hasil pengkajian pasien terkini sejumlah 19 (22,4%) responden
dan perawat yang tidak menjelaskan kondisi klinik lain yang mendukung seperti
hasil lab, rontgen dan lain-lain, sejumlah 24 (28,2%) responden.
Sedangkan sebaran jawaban
berdasar penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR
pada pertanyaan recommendation/ rekomendasi
didapatkan bahwa perawat yang tidak menjelaskan intervensi/ tindakan yang sudah
teratasi dan belum teratasi serta tindakan yang harus dihentikan, dilanjutkan
atau dimodifikasi, sejumlah 15 (17,6%) responden.
B.
Pembahasan
Komunikasi efektif khususnya komunikasi SBAR sangat
membantu untuk meningkatkan keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit. Penggunaan komunikasi SBAR juga
mencegah informasi salah yang disampaikan oleh perawat kepada dokter, hal ini
dikarenakan komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang telah terstruktur dengan
baik, benar dan jelas, maka dari itu pengetahuan tentang teknik komunikasi SBAR
penting untuk terus ditingkatkan.
Standar akreditasi RS
2012 SKP.2/ JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit menyusun cara komunikasi
yang efektif, tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima. Hal tersebut untuk mengurangi
kesalahan serta menghasilkan perbaikan keselamatan pasien. Komunikasi ialah
penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety). Komunikasi adalah proses yang sangat spesial serta
penting dalam relasi antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, serta dipahami
oleh penerima meminimalkan kesalahan juga mengeskalasi keselamatan pasien.
Selaras dengan hasil
sebaran jawaban berdasar penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR (Situation, Background,
Assessment dan Recommendation) diatas bahwa perawat pelaksana rumah sakit di Kabupaten Pati masih ada
yang tidak menjelaskan atau menyebutkan sesuai istrumen komunikasi efektif dengan teknik SBAR yang ada,
khususnya pada item pertanyaan perawat pada situation bahwa ada 27 (31,8%) perawat yang tidak menyebutkan
masalah keperawatan pasien yang telah dan belum teratasi dan juga �pada item pertanyaan background bahwa perawat
yang tidak menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan pasien terhadap diagnose
medis/penyakit yang dialami pasien ada sejumlah 32 (37,6%) responden.
Permasalahan ini sebenarnya karena masih sskurangnya pengetahuan perawat
pelaksana rumah sakit di Kabupaten Pati tentang pentingnya komunikasi efektif dengan teknik SBAR, penerapan yang
tidak efektif sehingga menimbulkan
ketidaklengkapan komunikasi yang sebenarnya harus di berikan kepada pasien yang
dirawat dan bisa berdampak pada resiko keselamatan pasien. Karena penjelasan
tentang masalah keperawatan yang telah dan belum teratasi sangatlah penting
bagi perkembangan dan kesinambungan perawatan juga tindakan pasien selanjutnya.
Harapannya pengetahuan perawat pelaksana di rumah sakit di Kabupaten Pati
tentang komunikasi efektif dengan
teknik SBAR ini harus lebih ditingkatkan untuk mengurangi risiko keselamatan
pasien. Hasil wawancara menunjukan bahwa ada beberapa
partisipan memiliki pengetahuan baik dan kurang baik saat menjelaskan
komunikasi efektif dengan teknik
SBAR, dari pernyataan partisipan yang di dapatkan peneliti dari wawancara mendalam
kepada perawat, ada beberapa perawat yang menjelaskan dengan baik dan ada
perawat yang menjelaskan dengan cukup baik di karenakan perawat masih ada yang
kurang memahami berkomunikasi efektif
dengan tehnik SBAR. Sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2007), tahu (know)
merupakan salah satu tingkatan domain
kognitif seseorang yang diartikan sebagai pengingat suatu pelajaran yang
dipelajari sebelumnya. Seseorang dapat dikatakan tahu manakala ia mampu
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, ataupun menyatakan tentang sesuatu
yang sedang diukur. Salah satu tingkatan domain
kognitif yang lain adalah memahami (comprehension),
yang didefinisikan menjadi suatu kemampuan untuk menjelaskan, menyimpulkan,
ataupun menyebutkan contoh dari suatu hal yang sedang diukur.
Komunikasi efektif
dalam praktik keperawatan profesional
adalah unsur pertama bagi perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan
dalam meraih hasil yang maksimal. Salah satu aktivitas keperawatan yang membutuhkan
komunikasi efektif ialah saat serah terima tugas (handover) serta komunikasi melalui telepon (Hilda, 2017).
Kesimpulan
Penerapan komunikasi efektif dengan teknik SBAR bahwa pertanyaan situation (kondisi
terkini yang terjadi pada pasien) perawat ada yang tidak menyebutkan sejumlah 7 (8,2%)
pada pertanyaan perawat menyebutkan nama dan umur pasien, juga item pertanyaan perawat menyebutkan nama dokter yang menangani pasien, sedangkan pada pertanyaan Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien) perawat yang tidak menyebutkan masalah keperawatan pasien yang sudah dan belum teratasi sejumlah 27 (31,8%) responden.
Penerapan komunikasi efektif dengan
teknik SBAR pada pertanyaan
background (Info penting
yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini) didapatkan bahwa perawat yang tidak menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan pasien terhadap diagnose medis/ penyakit yang dialami pasien,
sejumlah 32 (37,6%) responden.
Penerapan komunikasi efektif dengan
teknik SBAR pada pertanyaan
assessment (hasil
pengkajian dari kondisi pasien terkini) didapatkan bahwa perawat yang tidak menjelaskan hasil pengkajian pasien terkini sejumlah 19 (22,4%) responden dan
perawat yang tidak menjelaskan kondisi klinik lain yang mendukung seperti hasil lab, rontgen dan lain-lain, sejumlah
24 (28,2%) responden.
Penerapan komunikasi efektif dengan teknik
SBAR pada pertanyaan recommendation/ rekomendasi didapatkan bahwa perawat yang tidak menjelaskan intervensi/ tindakan
yang sudah teratasi dan belum teratasi serta tindakan yang harus dihentikan, dilanjutkan atau dimodifikasi, sejumlah 15 (17,6%)
responden.
BIBLIOGRAFI
Hilda,
Noorhidayah &. Arsyawin. (2017). Faktor � Faktor Yang Mempengaruhi
Penerapan Komunikasi Efektif Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap. Mahakam
Nursing Journal, 2(1), 0917.
KARS.
(2006). Standar Pelayanan Rumah Sakit, Instrumen Penilaian Akreditasi RS,
Pelayanan Intensif Bandung.
Kusnanto.
(2011). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Professional. Jakarta:
EGC.
Manupo,
Quiteria. (2012). Hubungan antara Penerapan Timbang Terima Pasien dengan
Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana di RSU Gmim Kalooran Amurang.
Manado: : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Notoatmodjo,
Soekidjo. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku.
RI,
Kemenkes. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien. Jakarta: Kemenkes RI.
Ruky,
Achmad S. (2002). Sistem manajemen kinerja. Gramedia Pustaka Utama.
Suhaeri,
Suhaeri. (2018). Strategi Komunikasi Inovasi Dalam Meminimalisir Konflik
Horizontal Pengemudi Taksi Online Dan Konvensional Di Kota Bandung. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(2), 122�131.
Supinganto,
A., Misroh, M., &. Suharmanto. (2015). Indentifikasi komunikasi efektif
SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram. Jurnal
Keperawatan (Publikasi).
Widajat,
Rochmanadji. (2013). Being a great and sustainable hospital. Gramedia
Pustaka Utama.