Syntax Idea
: p�ISSN:
2684-6853� e-ISSN : 2684-883X
Vol. 2, No. 5 Mei 2020
AKTIVITAS FANATISME KPOP DI MEDIA SOSIAL (ANALISIS TEKSTUAL PADA AKUN
TWITTER @WINGSFORX1)
Rofifah Yumna, Alifah Sabila dan Aisyah Fadhilah
Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN Veteran Jawa Timur
Email:
[email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Menjadi bagian dari produk budaya terkenal, K-Pop bisa diterima dengan
mudah oleh masyarakat internasional sampai membuat budaya baru, yakni budaya
penggemar K-Pop. Para K-Popers sering melakukan aktivitas di dunia maya.
Internet merupakan media utama dalam merebaknya budaya pop Korea dengan menjadi
penghubung antara seluruh penggemar yang asalnya dari beragam negara. Keunggulan
dari internet sebagai media baru adalah interaktivitas. Hal ini dapat diartikan
bahwa dengan internet semua orang dapat bertukar informasi tanpa ada pembatasan
peran dalam penyampaian pesan dan penerima pesan. Hal yang sama pula di dalam
Twitter, teks yang dibagikan dalam Twitter bisa dibagikan oleh siapa saja,
tanpa ada pembatasan peran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana penggambaran fanatisme dalam akun twitter salah satu fanbase One It
yaitu @WingsForX1. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis tekstual dengan metode deskriptif. Analisis dilakukan dengan cara
memaknai teks-teks yang berupa tulisan maupun gambar pada akun twitter
@WingsForX1 yang lantas hendak dihubungkan dengan data-data maupun teori yang
berhubungan dengan fanatisme fans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa postingan
dalam akun @WingsForX1 yang menggambarkan kefanatikan fans membahas tentang fan
project. Seorang fans dikategorikan �fanatik� jika mereka menunjukkan afeksi
dan tindakan yang cukup ekstrim terhadap idolanya.
Kata Kunci: K-Pop,
Fanatisme, One It, Twitter, Fandom, Fans
Pendahuluan
K-Pop merupakan singkatan dari
Korean Pop adalah genre music populer yang berasal dari Korea Selatan (Andina, 2019). Musik pop Korea (K-Pop) timbul menjadi salah satu produk
budaya populer Korea yang merebak ke penjuru dunia dengan gelombang Hallyu/Korean Wave. Menjadi bagian dari komoditas budaya terkenal, K-Pop bisa
diterima dengan mudah bagi masyarakat internasional sampai membangun budaya
baru, yakni budaya penggemar K-Pop. Dimulai dari fakta Korean Wave, K-Pop berubah menjadi komoditas budaya populer paling
unggul dari Korea Selatan yang bisa memberikan dampak tinggi bagi pengeskalasian
perekonomian negara.
Fenomena lain yang muncul menjadi sebab Korean Wave ialah menjamurnya fans
K-Pop di seluruh belahan dunia.
Dalam dunia K-Pop, fans memainkan
peran yang begitu fundamental berkaitan
dengan operasi mereka dalam kegiatan fans.
Kepopuleran seorang artis dipastikan salah satunya dari berapa banyak fans yang dimiliki. Fans dari beragam penjuru semesta memnciptakan komunitas besar di
bawah naungan fandom atau fanbase. Di Korea, setiap boygroup, girlgroup, maupun solo artis
memiliki nama fandom resmi yang
dikeluarkan oleh agensi yang menaungi artis terkait. Menurut pendapat sebagian
besar orang, fandom K-Pop dikenal
dengan stereotip yang melekat dengan diri fans atau penggemarnya. Fans K-Pop
dianggap selalu bersikap over, gila,
histeris, obsesif, candu, serta konsumtif pada saat mereka begitu suka menghamburkan
uang untuk membeli merchandise idola atau
mengejar idola sampai ke penjuru dunia manapun. Biasanya, agensi menyediakan website resmi agar penggemar bisa
mendapatkan membership secara resmi (Nugraini,
2016).
Dalam industri hiburan keberadaan pekerja hiburan tidak akan
mampu bertahan lama tanpa adanya penggemar. Para penggemar adalah pendukung
keberadaan pekerja hiburan ini. Apabila pekerja hiburan tak mempunyai
penggemar, sehingga mereka tidak dapat kembali eksis. Kelompok penggemar bisa
disebut fanatik karena mereka cenderung terikat kepada preferensi idola mereka.
Menurut (Storey, 2006) kelompok penggemar ditinjau sebagai perilaku yang
berlebihan serta berdekatan dengan kegilaan. Mereka cenderung terobsesi mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu hal yang digemari, dalam hal ini adalah
pekerja hiburan yang mereka idolakan. Para K-Popers
(istilah untuk penggemar musik korea) sering melakukan aktivitas di dunia
maya. Internet merupakan media utama dalam tersebarnya budaya pop Korea dengan
menjadi penghubung antara seluruh penggemar yang berasal dari berbagai negara. (Gooch, 2008) menggolongkan fanbase
yang muncul setelah tahun 2000 sebagai �cyber
fandom�, yaitu mengoptimalisasikan fungsi internet dalam setiap
aktivitasnya. Internet memiliki peran sebagai penguat atau fondasi fanbase karena menjadi media interaksi penggemar
tanpa mengenal batas wilayah.
Kelebihan dari internet sebagai media baru adalah
interaktivitas. Interaktivitas menurut William, Rice, dan Rogers adalah
tingkatan dimana pada proses komunikasi para partisipan memiliki kontrol
terhadap peran, dan dapat bertukar peran, dalam dialog mutual mereka (Severin & Tankard Jr, 2005). Hal ini dapat diartikan
bahwa dengan internet semua orang dapat bertukar informasi tanpa ada pembatasan
peran dalam penyampaian pesan dan penerima pesan. Hal yang sama pula di dalam
Twitter, teks yang dibagikan dalam Twitter bisa dibagikan oleh siapa saja, tanpa
ada pembatasan peran. Penggemar K-Pop sebagian besar memiliki forum-forum
khusus yang memungkinkan mereka untuk melakukan sharing. Forum-forum ini pada
umumnya adalah situs yang dibuat oleh penggemar dan diperuntukkan bagi
penggemar pula seperti, website, group chat dan situs jejaring sosial seperti
Twitter juga dapat memudahkan para K-Popers
dalam melakukan kegiatan fandom dan bertukar informasi tentang idola mereka.
Salah satu fandom yang
cukup populer dan tersebar di penjuru dunia adalah One It yang merupakan sebutan untuk penggemar boygrup X1. X1
merupakan boygroup asal Korea Selatan yang debut pada Agustus 2019 dan
dibubarkan pada 6 Januari 2020. Boygroup X1 bubar karena diterpa kontroversi
terkait manipulasi pemungutan suara dalam ajang survival show Produce X 101 dan beredar kabar yang mengungkap bahwa
sebenarnya anggota personil boygroup X1 belum menandatangani kontrak dengan CJ
ENM, agensi yang membentuk program acara Produce X 101. Karena hal ini, para One It merasa kecewa dan membuat suatu fan project agar X1 dapat melakukan
re-debut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penggambaran fanatisme dalam akun
twitter salah satu fanbase One It yaitu @WingsForX1.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis tekstual dengan metode deskriptif. Beberapa definisi menyebutkan bahwa
analisis tekstual adalah sebuah metodologi dalam tradisi penelitian studi-studi
media dan budaya yang selama ini digunakan
untuk menganalisis teks yang di dalamnya terdapat tanda-tanda yang mempunyai makna. (McKee, 2003) menjelaskan bahwa analisis tekstual adalah sebuah
metodologi: �away of gathering and
analysing information in academic research,� (McKee, 2003). Dengan kata lain,
bahwa analisis tekstual adalah
metode yang bisa digunakan dalam riset akademik.� Sifat penelitian deskriptif ditujukan untuk
membangun deskripsi (gambaran) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Seperti yang
dikutip oleh (Moleong, 2006), mendefinisikan bahwa, Metode kualitatif yaitu
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati, dengan kata
lain pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara
holistik (utuh). Unit analisis dari penelitian ini adalah teks-teks yang berhubungan
dengan fenomena fanatisme fans yang berupa tulisan, tweet maupun gambar dalam
dalam akun twitter salah satu fanbase
One It yaitu @WingsForx1. Dalam
penelitian ini data dikumpulkan dengan menelusuri tulisan, tweet maupun gambar
yang diposting akun twitter salah satu fanbase
One It yaitu @WingsForx1. Analisis
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengkategorikan teks dan
gambar sesuai dengan fenomena yang diteliti kemudian teks dan gambar tersebut
akan diuraikan dan dijelaskan sesuai dengan konteks dan teori yang mendukung.
Hasil dan Pembahasan
A. Aktivitas�
K-Popers di Media Sosial Twitter Sebagai bentuk Fanatisme Penggemar
Aktivitas yang
dilakukan penggemar secara berlebihan akan mengakibatkan seseorang menjadi
fanatik terhadap sesuatu. Fanatisme merupakan sebuah keyakinan terhadap objek
fanatik yang dikaitkan dengan sesuatu yang berlebihan pada suatu objek, sikap
fanatik ini ditunjukkan dengan aktivitas,�
rasa antusias yang ekstrem, keterikatan emosi dan rasa cinta dan minat
yang berlebihan yang berlangsung dalam waktu yang lama (Eliani, Yuniardi, & Masturah, 2018).�
Aktivitas fanatisme
K-Popers dapat dilihat di dunia maya, mereka secara terang-terangan dapat
menyatakan rasa cinta kepada idola dengan menggunakan fungsi mention pada Twitter dan ditujukan
langsung pada akun Twitter sang idola. Melalui dunia maya, mereka dapat dengan
bebas mengungkapkan dan mencurahkan isi hati mereka kepada sesama fans K-Pop dengan posting pada blog, media sosial maupun forum (Nastiti, 2010). Fans K-Pop
juga dikenal selalu loyal terhadap idolanya. Mereka tak segan-segan untuk
mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melakukan aktivitasnya sebagai fans
K-Pop dalam mendukung idola mereka. Perilaku fans atas pembuktian kecintaannya ini
pada akhirnya dapat menimbulkan sebuah sindrom fanatisme akibat hasil komoditas
budaya populer. Media juga merupakan salah satu alat yang bisa digunakan untuk
melihat bagaimana bentuk-bentuk fanatisme fans
tersebut. Salah satu media online yang menunjukkan bentuk-bentuk
kefanatikan fans adalah twitter. Twitter, salah satu jejaring sosial yang
dimanfaatkan para K-Popers (istilah
untuk penggemar musik korea) sebagai media untuk bersosialisasi dan bertukar
informasi mengenai idolanya. Twitter mempunyai karakteristik dengan menyediakan
jumlah karakter maximal 140 kata, sehingga pesan yang disampaikan cukup ringkas
dan padat.
Seperti pada akun twitter
salah satu fanbase One It yaitu @WingsForX1, dimana akun
tersebut dibuat sebagai bentuk kekecewaan.
atas pembubaran boygroup X1. Kekecewaan tersebut menimbulkan para fans di
seluruh dunia lewat akun @WingsForX1 membuat sebuah fan project yang cukup besar dengan mengajak seluruh One It yang tersebar di berbagai belahan
dunia untuk mendukung dan berpartisipasi dalam fan project tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat (Bennett, 2014) bahwa Fandom menunjukkan usaha aktif mereka untuk
mampu mencapai suatu tujuan, dimana dalam hal ini melalui fan project, tujuan One It
adalah mendebutkan ulang boygroup X1 yang telah dibubarkan dengan.
�
Gambar 1
Fan Donation yang diadakan oleh @WingsForX1 sebagai bentuk dukungan untuk kegiatan Fan Project
�(Sumber: Akun Twitter @WingsForX1)
Untuk
merealisasikan fan project tersebut One It membuat fan donation. Dimana fan
donation ini digunakan untuk mendanai sejumlah kegiatan fan project yang dilakukan secara
langsung di Korea.
Gambar 2
Fan Donations yang Ditujukan Kepada One It di Seluruh Dunia Salah Satunya Malaysia dan Singapura
(Sumber: Akun Twitter @WingsForX1)
Fan donation ini dibuka untuk seluruh One It yang tersebar di berbagai negara, sehingga One It internasional masih bisa terlibat
dalam fan project tersebut secara
tidak langsung. Setelah donasi terkumpul
One It yang berada di Korea akhirnya bisa melakukan serangkaian fan project, yang pertama adalah protes
atau demo di depan gedung CJ ENM.
Gambar 3
Demo
One It didepan
Gedung CJ ENM
(Sumber: Akun
Twitter @WingsForX10)
Para One It melakukan aksi demo tersebut
karena merasa tidak terima dengan keputusan bubar boygroup X1 yang dinilai
mendadak dan merugikan para member tersebut. Pasalnya, CJ ENM sebagai
penyelenggara acara Produce X 101 berjanji akan mempromosikan boygroup X1
selama lima tahun kedepan. Selain itu, CJ
ENM juga sempat melambungkan harapan bahwa mereka akan terus melanjutkan
promosi setelah kasus manipulasi selesai. One
It tidak pantang menyerah, mereka gencar melakukan sejumlah upaya agar idol
K-Pop kesayangan mereka tetap berkarya.
Gambar 4
Salah Satu Fan Project Dukungan untuk X1 dengan Memasang Iklan di Bus
(Sumber: Akun Twitter @WingsForX1)
Gambar 5
Video Fan Project yang Ditayangkan di
LED Truck Keliling
(Sumber: Akun Twitter @WingsForX1)
Gambar 6
Video Fan Project yang Ditampilkan
di Videotron COEX Mall
(Sumber: Akun Twitter @WingsForX1)
Bahkan,
mereka secara sukarela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk melakukan
sejumlah sebuah fan project agar
boygroup X1 kembali bersatu. Fan project tersebut
dapat dilihat dalam postingan akun @WingsForX1, dimana One It membuat video yang berisikan dukungan mereka untuk� boygroup X1 sekaligus mereka ingin
menunjukkan bahwa One It merupakan
fandom yang loyal dan royal. Video One It
ini ditayangkan melalui truk LED yang berkeliling di sejumlah titik di Korea
serta ditayangkan melalui videotron di COEX Mall yang merupakan salah satu Mall
terbesar di Korea sehingga akan banyak orang yang mengetahui fan project tersebut.
Kesimpulan
Setelah melakukan analisis tekstual pada akun Twitter
@WingsForX1, peneliti dapat menyimpulkan bahwa seorang fans dikategorikan
�fanatik� jika mereka menunjukkan afeksi dan tindakan yang cukup ekstrim
terhadap idolanya. Hal ini dapat dilihat melalui postingan gambar maupun teks
yang ada di akun @WingsForX1 dimana fandom
One It melakukan serangkaian fan project seperti fan donation, protes atau demo di depan gedung CJ ENM yang merupakan
penyelenggara acara Produce X 101. Selain itu One It juga melakukan aktivitas produksi kreatif, produksi yang
dilakukan One It ini adalah membuat video dukungan lewat LED
truck dan videotron sebagai bentuk kekecewaan mereka atas pembubaran boygroup
X1 dan usaha untuk mendebutkan kembali X1. Aktivitas produksi kreatif juga
dikatakan sebagai bentuk fanatisme karena kekaguman akan artis idola mereka.
Mereka rela melakukan hal tersebut secara sukarela meskipun pada kenyataannya
hal yang mereka inginkan, yaitu pendebutan kembali boygroup X1, belum tentu
akan terwujud. Kegiatan yang mereka lakukan tersebut didasari oleh keinginan
diri sendiri untuk mewujudkan kepuasan. Kecintaan para fans terhadap idolanya
membuat mereka tidak memikirkan berapa banyak biaya yang dikeluarkan dan waktu
yang dihabiskan untuk melakukan kegiatan kegemaran mereka.�
Maka, tidak salah jika para K-Popers ini dikatakan
seakan-akan telah dihipnotis untuk selalu memuja idola mereka karena obsesi
mereka terhadap para idola mereka dianggap berlebihan.
Andina, Anisa Nur.
(2019). Hedonisme Berbalut Cinta Dalam Musik K-Pop. Syntax, 1(8).
Bennett,
Lucy. (2014). Tracing textual poachers: Reflections on the development of fan
studies and digital fandom. The Journal of Fandom Studies, 2(1),
5�20.
Eliani,
Jenni, Yuniardi, M. Salis, & Masturah, Alifah Nabilah. (2018). Fanatisme
dan perilaku agresif verbal di media sosial pada penggemar idola K-Pop. Psikohumaniora:
Jurnal Penelitian Psikologi, 3(1), 59�72.
Gooch,
Betsy. (2008). The communication of fan culture: The impact of new media on
science fiction and fantasy fandom.
McKee,
Alan. (2003). Textual analysis: A beginner�s guide. Sage.
Moleong,
Lexy J. (2006). Metode penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nastiti,
Aulia Dwi. (2010). Korean Wave Di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, Dan
Fanatisme Pada Remaja. Jakarta: Universitas Indonesia.
Nugraini,
Erna Dwi. (2016). Fanatisme remaja terhadap musik populer Korea dalam
perspektif psikologi sufistik (studi kasus terhadap EXO-L). UIN Walisongo.
Severin,
Werner J., & Tankard Jr, James W. (2005). Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, & Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Prenada Media, Terjemahan,
Edisi Kelima.
Storey,
John. (2006). Cultural studies dan kajian budaya pop (Layli Rahmawati,
Penerjemah). Yogyakarta: Jalasutra.