�Syntax Idea:
P�ISSN: 2684-6853 E-ISSN: 2684-883X����� �
�Vol. 2, No. 4
April 2020
PENGUKURAN PERSEPSIONAL TENTANG
JENJANG KARIR PERAWAT DI RSUD CIREBON
Muhammad
Ibnu Ubaedillah
Akademi Analis Kesehatan An Nasher Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Persepsional tentang jenjang karir perawat merupakan
suatu perencanaan dan penerapan rencana karir. Perencanaan karir merupakan bagian dari manajemen
personal dan menjadi hal utama untuk setiap
organisasi keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara peran pimpinan,
iklim kerja, konflik �kerja, beban kerja dan loyalitas kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat di Rumah Sakit
Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2020. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif yang menggunakan desain
cross-setional. Sampel yang digunakan sebanyak 80 perawat sebagai responden. Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation
Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 20.
Hasil penelitian didapat temuan bahwa variabel Persepsional tentang jenjang karir perawat pelaksana di RSUD Kabupaten
Cirebon dipengaruhi oleh peran
pimpinan atasan (26,38%), iklim
kerja (11,12%),� beban kerja (7,03%),
konflik kerja (21,36%) dan
loyalitas kerja (8,86%). Pengaruh langsung Persepsional tentang jenjang
karir perawat pelaksana di RSUD Kabupaten Cirebon sebesar 74,7%,� pengaruh tidak langsung
sebesar 0,3% dan pengaruh total langsung dan tidak langsung sebesar 75,0%. Saran penelitian
perlu memberikan training untuk peningkatan karir
perawat agar dapat lebih memahami pelayanan keperawatan sesuai dengan
konteksnya masing masing serta dapat menerapkan karir yang sesuai sehingga
dapat dipersepsikan oleh perawat pelaksana dengan benar pula.
Kata kunci: Pimpinan, Iklim, Konflik, Beban, Loyalitas, Karir
Pendahuluan
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit terjadi
karena adanya perjanjian antara Pasien dan Rumah Sakit tentang pelayanan
kesehatan. Selain itu pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh Rumah Sakit harus senantiasa
memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku (Lambok
& Asyiafa, 2019). Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang
peranan penting dalam usaha pencapaian
tujuan dalam pembangunan kesehatan. Kesuksesan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat dalam pemberian keperawatan dengan kualitas baik bagi
pasien. Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang melaksanakan tugasnya selama 24 jam dalam melayani pasien, serta jumlah perawat
yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit, yakni berkisar
40 � 60 %. Dengan demikian,
rumah sakit perlu melakukan pengelolaan SDM perawat, yakni kinerja perawat
harus lebih diperhatikan (Zakaria,
2012).
Perencanaan karir merupakan
bagian dari manajemen personal dan menjadi hal utama untuk
setiap organisasi keperawatan. Di rumah sakit secara umum,
persepsional tentang jenjang karir itu
termasuk yang cukup sempit, apalagi perpindahan antar rumah sakit biasanya
juga sukar. Hal ini terkait dengan jabatan yang sedikit dan pola pergeseran yang belum secara umum
dijadikan program. Pengembangan
karyawan adalah komponen kunci dalam strategi mempertahankan karyawan dan menyiapkan mereka untuk mengembangkan karir dalam perusahaan
tersebut (Efendi
& Makhfudli, 2012).
Persepsional tentang jenjang
karir perawat di rumah sakit dipengaruhi
berbagai faktor dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah perhatian pimpinan, kebijakan organisasi, loyalitas perawat terhadap peningkatan karir dan adanya hubungan kemitraan yang terjalin baik dengan profesi
lain. Gaya kepemimpinan manajerial yang berbeda-beda pada
unit organisasi pelayanan seperti bangsal perawatan dapat mempunyai kaitan langsung dengan kepuasan perawat. Hal ini akan dapat
diselesaikan secara baik bila terjalin
hubungan antar pribadi dengan perawat-perawat dan staf medis yang lain, kemudian adanya harmonisasi keterpaduan antara bangsal dan beban kerja. Sejumlah studi sudah menunjukkan
adanya hubungan yang positif antara otonomi dan tingkat kepuasan kerja dan telah ditetapkan di antara para perawat. Persepsional tentang jenjang karir merupakan
sistem pengembangan secara horizontal yang berdasarkan
pada kriteria tertentu yang
digunakan untuk meningkatkan, mengevaluasi, dan mempromosikan niat dan keinginan perawat untuk tetap berada
dalam profesinya (Fathoni,
2017).
Hal ini ditemui
pula di kalangan perawat
RSUD Kabupaten Cirebon. Berdasarkan
komunikasi personal dengan beberapa perawat di RSUD Kabupaten Cirebon diketahui bahwa umumnya mereka
memandang pekerjaan mereka bersifat rutin, monoton dan jarang berubah baik dari segi
prosedur kerja maupun tantangan/ kesulitan yang dihadapi sehingga membuat mereka rentan terhadap
perasaan bosan. Mereka menghayati bahwa rutinitas tugas mereka sehari-hari
terbatas pada usaha melayani pasien, mendampingi dokter, dan mengurus kegiatan administratif. Mereka juga tidak sering menemui
kasus-kasus langka (jarang terjadi) ataupun kasus lainnya
dengan tingkat kesulitan lebih tinggi. Terlebih lagi dalam bekerja,
mereka banyak disupervisi oleh dokter, sehingga kesempatan mereka untuk memecahkan
kasus pun menjadi sangat terbatas. Keadaan ini menyebabkan
para perawat menjadi kurang tertantang dalam belajar dan meningkatkan kualitas ketrampilan diri yang dimiliki.
Karyawan yang mempersepsi persepsional tentang jenjang karirnya secara positif cenderung mempunyai sikap kerja yang baik dan kepuasan kerja yang tinggi, sehingga akan menghindari
berbagai sikap dan perilaku kerja yang menghambat pencapaian tujuan organisasi, seperti pemogokan, ketidakhadiran (absensi), ataupun perpindahan kerja. Karyawan yang memiliki persepsi persepsional tentang jenjang karir yang positif cenderung lebih bersemangat ketika bekerja, lebih produktif, serta efisien dan efektif dalam menghadapi
dan menyelesaikan pekerjaannya (Lestari,
2014). Sementara
itu, karyawan yang mempersepsi persepsional tentang jenjang karirnya secara negatif cenderung menampilkan sikap dan perilaku kerja yang menghambat tujuan organisasi, seperti bekerja dengan seenaknya, kurang memanfaatkan waktu yang ada untuk mengembangkan
diri, lebih suka berbincang-bincang dengan rekan sekerja
daripada menyelesaikan pekerjaan, kecenderungan berpindah tempat kerja meningkat, dan berbagai perilaku lainnya yang dapat menghambat produktivitas kerja (Notoatmodjo,
2012).
Tujuan dari peningkatan
persepsional tentang jenjang karir di RSUD Kabupaten Cirebon tidak lain untuk peningkatan kinerja para tenaga keperawatan beserta mutu pelayanan. Namun, sampai saat
ini pelaksanaannya baru sampai pada tahap pemetaan (mapping) tenaga
keperawatan dan perawat menganggap pengembangan karier untuk perawat
dirasakan masih terbatas. Sistem persepsional tentang jenjang karir terhadap
persepsional tentang jenjang karir belum
terlaksana sepenuhnya di
RSUD Kabupaten Cirebon dikarenakan
tingkat motivasi kerja dan anggaran Ruamh Sakit.
Dari hasil data yang didapat mulai tahun
2018 sampai dengan 2020� RSUD Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan pengunjungan pasien yang signifikan. Tetapi, peningkatan jumlah kunjungan pasien tersebut tidak sebanding dengan keluar masuknya
(turnover) karyawan
yang terjadi. RSUD Kabupaten
Cirebon yang bekerja dalam sektor pelayanan jasa kesehatan tidak terlepas pada pengelolaan SDM yang
meliputi tenaga medis dan non medis sebagai penentu atau ujung tombak
pelayanan. Namun demikian, berdasarkan data yang diperoleh terjadi fenomena pengelolaan SDM dimana tingkat keluar masuk (turnover) rata-rata pada tahun 2019 ialah sebesar
11,9%.
Studi pendahuluan menunjukan
bahwa pentingnya penelitian mengenai penilaian persepsional tentang jenjang karir perawat perlu
dilakukan karena penurunan persepsional tentang jenjang karir perawat sangat
mempengaruhi citra pelayanan suatu rumah sakit di masyarakat. Kurang maksimalnya persepsional tentang jenjang karir perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan yang berakibat pada rendahnya kepuasan pasien dalam menerima
asuhan keperawatan sehingga akan menyebabkan
kurangnya mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit. Kepuasan
pasien dipengaruhi oleh baik atau buruknya
pelayanan kesehatan yang diberikan perawat.
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara peran pimpinan, iklim kerja, konflik� kerja, beban kerja dan loyalitas kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2020.
Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana
hubungan antara variabel independen dan dependen diukur pada saat bersamaan. Artinya, tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel
subjek pada saat pemeriksaan. Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta
jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya (Sasmita,
n.d.).
Penelitian
ini dilakukan di RSUD Arjawinangun
Cirebon. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2018. Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek
yang merupakan perhatian peneliti. Populasi keseluruh subjek penelitian.
Populasi dari penelitian ini adalah perawat sebanyak 110 orang yang bekerja di RSUD Arjawinangun Cirebon. Jumlah sampel
tersebut diambil sesuai dengan kaidah
jumlah sampel pada pedoman PLS (Partial
Least Squares) dimana besaran
sampel (Sample
size) yang diambil adalah
5 hingga 10 kelipatan dari jumlah indikator
yang akan diteliti (Potter,
P.A. & Perry, 2009). Sehingga
dalam hal ini besaran sampel
yang diambil masih berada dalam kisaran
60 hingga 120.
Teknik
pengambilan sampel penelitian menggunakan Purposive
sampling yaiutu cara pengambilan sampel berdasarkan kriteria khusus yang
menjadi syarat penelitian. Pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan
kriteria inklusi yaitu perawat berusia ditas 20-35 tahun, Pendidikan minimal D
III Keperawatan dan Bersedia menjadi responden. Pada saat penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi, tetapi karena sesuatu hal berhalangan sehingga tidak
dapat menjadi responden.
Data yang dikumpulkan
yaitu data primer, data primer khusus
dikumpulkan untuk kebutuhan penelitian yang sedang berjalan. Data primer dalam penelitian adalah data profil puskesmas dan identifikasi responden, berisi data responden. Sedangkan pengumpulan data sekunder yaitu data yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung (Price,
2017).
Penelitian ini menggunakan alat bantu (instrument) berupa
angket/pertanyaan yang mengandung masing-masing indikator dalam 4 variabel.� Cara pengumpulan data primer yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh melalui
penyebaran kuesioner yang dilakukan Peneliti terhadap responden yang telah sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Pertanyaan-pertanyaan dibuat dengan menggunakan Semantic Differensial (Reza,
Suhartono, & Ulliya, 2015).
Alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa lembar
kuesioner dengan jenis skala pengukuran
yang dipakai dalam bentuk skala Differensial
Semantic. Yang mempunyai skala
5 poin. Pada skala ini sifat positif
diberi nilai yang paling besar dan sifat negatif diberi nilai yang paling kecil tetap dipertahankan, demikian juga prinsip menggabungkan positif-negatif� dan negatif-positif.(Sitorus,
2006).
Analisis univariat� dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi yaitu menggambarkan secara tunggal variabel independen dan dependen . Analisis univariat yang dilakukan adalah untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing variabel endogen
dan eksogen untuk mengetahui gambaran distribusi variabel yang diteliti.
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square
�yaitu �menentukan apakah variabel tersebut masuk kedalam model regresi, dimanahanya variabel dengan nilai p < 0,25
yang dapat masuk kedalam model regresi pada analisis multivariat (Sitorus,
2006).
Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan diagram jalur SEM berfungsi untuk menunjukkan pola hubungan antar
variabel yang diteliti melalui Partial Least Square
(PLS). Output PLS hasil akar dari semua konstruk
lebih besar dari pada korelasi antar konstruk Nilai AVE
untuk semua konstruk lebih besar dari 0,5 sehingga
evaluasi pengukuran model memiliki diskriminan
validity yang baik atau valid jika nilai �loading�
factor diatas 0,5 terhadap konstruk yang �dituju berdasarkan pada substantive content-nya dengan melihat signifikansi dari t = 1,96 (Sitorus,
2006).
Setelah diuji
validitas dan dinyatakan variabel dan indikator telah valid maka dilakukan uji reliabilitas. uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai composite
reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk hasil composite reliability akan menunjukkan nilai yang memuaskan jika di atas 0,70. hasil evaluasi reliabilitas outer model dapat dilihat dalam tabel
dengan mengevaluasi nilai Cronbach�s
Alpha dan composite reliability (Sitorus,
2006).
Hasil dan Pembahasan
Gambaran tentang karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi, umur, pendidikan dan masa
kerja. Dari 80 responden, mayoritas responden berusia 31 - 40 tahun sebanyak 39 orang (49%),
sedangkan responden dengan usia 20 � 30 tahun sebanyak �32
orang (40%) dan usia lebih dari 40 tahun sebanyak 9 orang (11%).
Gambar 1
Tingkat Pendidikan
Gambar 1. Factor Loading
Berdasarkan
tingkat pendidikan mayoritas responden yang berpendidikan Akademi/Diploma sebanyak 56 orang (70%), sedangkan responden
berpendidikan sarjana
sebanyak 24 orang (30%). �Sedangkan
berdasarkan masa kerja sebagian besar responden bekerja lebih dari 5 tahun sebanyak 41 orang (51%), sedangkan responden
yang bekerja kurang dari 5 tahun sebanyak 39 orang (49%).
Variabel Persepsional tentang jenjang karir perawat nilai jawaban responden terkecil adalah 46 dan yang terbesar adalah 67 dengan rata - rata 56,44 median 57 dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 53. Untuk variabel Peran Pimpinan nilai jawaban responden terkecil adalah 48 dan yang terbesar adalah 68 dengan rata - rata 55,96 median 54 dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 53. Untuk variabel iklim kerja nilai jawaban responden terkecil adalah 48 dan yang terbesar adalah 68 dengan rata - rata 59,14, median 61.5 dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 63.
Variabel beban kerja nilai jawaban responden
terkecil adalah 23 dan yang
terbesar adalah 43 dengan rata - rata 34,24 median 37 dan nilai
jawaban yang terbanyak adalah 37. Untuk variabel konflik kerja perawat� nilai jawaban responden terkecil adalah 23 dan yang terbesar adalah 43 dengan rata - rata 34,71 median 35 dan nilai
jawaban yang terbanyak adalah 40.
Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa nilai faktor
loading telah memenuhi persyaratan yaitu nilai loading factors diatas 0,5. Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergent
dan discriminant validity dari indikatornya, composite reliability dan AVE serta nilai composite reliability.
Suatu indicator dinyatakan
valid jika mempunyai loading factor tertinggi
kepada konstruk yang dituju dibandingkan loading factor kepada
konstruk lain. Tabel di atas menunjukkan
bahwa nilai loading factor untuk
PP1 - PP3 tertinggi untuk variabel Peran pimpinan dibanding variabel lainnya, sehingga variabel Peran pimpinan mampu memprediksi nilai factor loading
PP1 sampai PP3 lebih tinggi dari variabel
lainnya. Sedangkan nilai loading factor
untuk BK1 � BK3 tertinggi untuk variabel beban kerja perawat
dibanding variabel lainnya, sehingga variabel beban kerja perawat mampu
memprediksi nilai factor
loading BK1 sampai BK3 lebih
tinggi dari variabel lainnya
Demikian pula loading
factor untuk JK1 � JK3 tertinggi
untuk variabel Persepsional tentang jenjang karir perawat
dibanding variabel lainnya, sehingga variabel Persepsional tentang jenjang karir perawat mampu
memprediksi nilai factor
loading JK1 sampai JK3 lebih
tinggi dari variabel lainnya.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa korelasi konstruk lebih besar dari
pada ukuran konstruk lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada bloknya lebih baik
dari pada ukuran pada blok lainnya.
Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa
konstruk yang� digunakan
untuk membentuk sebuah model penelitian,
pada proses analisis faktor konfirmatori
telah memenuhi kriteria
goodnes soffit yang telah
ditetapkan.
Nilai probability pada analisis ini
menunjukkan nilai diatas
batas signifikansi yaitu
0,05.� Berdasarkan
hasil pengolahan data diatas, terlihat
bahwa setiap indikator pembentuk
variabel laten
menunjukkan hasil yang baik,
yaitu dengan
nilai loading factor
yang tinggi dimana masing-masing
indikator lebih besar dari 0,5.
Setelah dilakukan
bootstrapping untuk
mengukur nilai t statistik dari masing-masing konstruk laten terhadap konstruknya, maka nilai t statistik dibandingkan dengan nilai α = 0,05 (1,96). Ketentuannya,
apabila nilai t statistik lebih besar dari nilai
α = 0,05 (1,96), maka konstruk
laten tersebut signifikan terhadap konstruknya. Inner model disebut
juga dengan nilai R Square, uji hipotesis
T-Statistik, pengaruh variabel langsung dan prediktif (nilai Q Square).
Gambar 2
Inner Model (T-Statistic)
menunjukkan nilai yang memuasan jika diatas
0.70, hasil evaluasi reliabilitas outer model dapat dilihat dalam tabel
dengan mengevaluasi nilai Cronbach�s Alphadan
composite reliability.
Selanjutnya dilakukan uji Inner
Model, pengujian terhadap
model structural dilakukan dengan
melihat R Square
yang merupakan Uji Goodness-fit model. Berikut ini adalah hasil
pengukuran nilai R Square, yang juga merupakan
nilai goodnees-fit model.
Tabel 1
Evalu Square
Variabel |
R
Square |
Beban
Kerja |
0,832580 |
Iklim Kerja |
0,406443 |
Persepsional tentang jenjang
karir |
0,747477 |
Konflik
Kerja |
0,846185 |
Loyalitas Kerja |
0,733122 |
Peran
Pimpinan |
|
Sumber: SmartPLS 2.0 report, 2020
Berdasarkan table 1, Nilai r square
peran
pimpinan, iklim kerja, konflik� kerja, beban kerja dan loyalitas kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat sebesar 74,7% dan sisanya 25,3% dipengaruhi faktor lain. Nilai r square peran pimpinan, iklim
kerja, konflik� kerja dan beban kerja terhadap
loyalitas kerja perawat sebesar 73,3% dan sisanya 26,7% dipengaruhi faktor lain. Nilai r square peran pimpinan, iklim
kerja dan konflik� kerja terhadap beban kerja perawat sebesar 83,3% dan sisanya 16,7% dipengaruhi faktor lain.
Nilai r square peran pimpinan dan iklim kerja terhadap konflik� kerja sebesar 84,6% dan sisanya 15,4% dipengaruhi faktor lain.
Tabel 2
Persentase Pengaruh
Antar Variabel Terhadap Persepsional tentang jenjang karir perawat
Sumber |
LV Correlation |
Direct Path |
Indirect Path |
Total |
Direct (%) |
Indirect (%) |
Total (%) |
Peran Pimpinan |
0,813987 |
0,324142 |
0,4898 |
0,8140 |
26,38% |
0,16% |
26,55% |
Iklim kerja |
0,712685 |
0,155967 |
0,1704 |
0,3264 |
11,12% |
0,073% |
11,188% |
Beban Kerja |
-0,804054 |
-0,087422 |
(1,8755) |
(1,9629) |
7,03% |
0,049% |
7,078% |
Konflik
Kerja |
-0,830203 |
-0,257257 |
(0,0311) |
(0,2884) |
21,36% |
0,016% |
21,374% |
Loyalitas Kerja |
0,76514 |
0,115805 |
- |
0,1158 |
8,86% |
0,000% |
8,861% |
Total |
|
|
|
|
74,7% |
0,3% |
75,0% |
Nilai r square peran pimpinan
terhadap iklim kerja sebesar 40,6% dan sisanya 59,4% dipengaruhi faktor lain. Semua variabel
memiliki nilai t-statistik lebih besar dari 1,96% yaitu pengaruh variabel peran pimpinan
terhadap loyalitas kerja perawat� sebesar 6.557965, sehingga
H0 ditolak karena nilai T-Statistic
tersebut berada jauh diatas nilai
kritis (1,96) sehingga signifikan pada a 5%.
Peran pimpinan berpengaruh secara langsung
dan tidak langsung terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat. Hasil uji koefisien parameter antara peran pimpinan terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat� menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 26,38%, iklim
kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat� menujukan terdapat pengaruh langsung sebesar 11,12%, beban
kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat
menunjukan terdapat pengaruh langsung sebesar 7,02%, konflik kerja
terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat� menujukan terdapat pengaruh langsung sebesar 21,36% dan loyalitas
kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat� menujukan terdapat pengaruh langsung sebesar 8,86%
Sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara peran pimpinan terhadap Persepsional tentang jenjang karir perawat sebesar 0,16%, pengaruh tidak langsung antara iklim kerja
terhadap Persepsional tentang jenjang karir perawat sebesar 0,073%, pengaruh tidak langsung antara beban kerja
terhadap Persepsional tentang jenjang karir perawat sebesar 0,049%. Pengaruh
tidak langsung antara konflik kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat sebesar
0,146%. Sedangkan pengaruh tidak langsung antara konflik kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat
sebesar 0,00%.
Sehingga dari
masing-masing pengaruh langsung variabel laten eksogen tersebut apabila secara
bersama-sama menunjukan kesesuaian dengan R square
atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel peran
pimpinan, iklim
kerja, beban kerja dan konflik kerja sebesar (26,4% + 11,1% + 7,0% + 21,4% +8,9%) = 74,7%.
Secara matematis, bentuk persamaan structural dari model penelitian ini adalah sebagai
berikut:
η1 = γ1 ξ �+ + ζ1
Iklim kerja =� 0,406 Peran Pimpinan� + 0,594 Faktor lain
Iklim kerja dipengaruhi oleh faktor peran pimpinan sebesar 0,406 dan sisanya 0,594 dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Artinya terdapat
pengaruh langsung dan positif dari peran pimpinan terhadap
iklim kerja perawat. Semakin baik peran pimpinan maka
akan semakin baik iklim kerja perawat di RSUD Kabupaten Cirebon.
η2 = γ2 ξ �+ β1η1 + ζ2
Beban kerja =� 0,655 Peran Pimpinan
+ 0,177 Iklim kerja� + �0,167
Faktor lain
Beban kerja
dipengaruhi oleh faktor
Peran Pimpinan sebesar 0,655,
iklim kerja sebesar 0,177 dan sisanya 0,167 dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Artinya terdapat
pengaruh langsung dan negatif dari peran
pimpinan dan iklim kerja terhadap beban kerja perawat.
Semakin baik peran pimpinan dan iklim kerja maka
akan semakin rendah beban kerja
perawat di RSUD Kabupaten
Cirebon.
η3 = γ3 ξ �+ β2η1+ β5η2 + +
ζ3
Konflik Kerja =� 0,372 Peran Pimpinan� + 0,248 Iklim kerja + 0,227 Beban kerja + 0,154 Faktor lain
Konflik Kerja dipengaruhi oleh faktor Peran Pimpinan sebesar 0,372, konflik kerja sebesar
0,248, faktor beban kerja sebesar 0,227, dan sisanya 0,154 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Artinya terdapat pengaruh langsung dan negatif dari peran
pimpinan, iklim kerja dan beban kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat.
Semakin baik peran pimpinan, iklim kerja dan� beban kerja maka akan
semakin rendah konflik kerja perawat� di RSUD Kabupaten
Cirebon.
η4 = �γ4ξ �+ β3η1 + β6η2 +
β8η3 + ζ4
Loyalitas Kerja =� 0,183 Peran Pimpinan� + 0,226 Iklim kerja + 0,104 Beban kerja + 0,221 Konflik Kerja� +0,267 Faktor lain
Loyalitas Kerja dipengaruhi oleh faktor peran pimpinan sebesar 0,183, konflik kerja sebesar 0,226, faktor beban kerja
sebesar 0,104, faktor konflik kerja sebesar
0,221 dan sisanya 0,267 dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Artinya terdapat pengaruh langsung dan positif dari peran
pimpinan, iklim kerja, beban kerja
dan konflik kerja terhadap Loyalitas Kerja perawat. Semakin baik peran
pimpinan, iklim kerja, beban kerja
dan konflik kerja maka akan semakin
baik loyalitas kerja perawat� di RSUD Kabupaten
Cirebon.
η5 = γ5ξ �+ β4η1 + β7η2 +
β9η3 + β10η
4 + ζ5
Persepsional tentang jenjang karir perawat =� 0,264 Peran Pimpinan� + 0,111 Iklim kerja + 0,07 Beban kerja + 0,214 Konflik� + 0,089 Loyalitas� + 0,253� Faktor lain
����������� Persepsional tentang jenjang karir perawat dipengaruhi oleh faktor peran pimpinan sebesar 0,264, iklim kerja sebesar 0,111, faktor beban kerja sebesar 0,07, faktor konflik kerja sebesar 0,214,� faktor loyalitas kerja sebesar 0,089 dan sisanya 0,253 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Artinya terdapat pengaruh langsung dan positif dari peran pimpinan, iklim kerja, beban kerja, konflik kerja dan loyalitas kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat. Semakin baik peran pimpinan, iklim kerja, beban kerja, konflik kerja dan loyalitas kerja maka akan semakin baik persepsional tentang jenjang karir perawat di RSUD Kabupaten Cirebon. Sedangkan nilai Q-Square adalah:
Q2 =1-(-R12)(1-R22)(1-R32)(1-R32)(1-R42)(1-R52)
���� = 1-(1-0,406) (1-0,833) (1-0,846) (1-0,733)
(1-0,747)
���� = 1 � 0,043
���� = �0,957
atau 95,7%
Galat Model = 100% - 95,7%= 4,3%
Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 95.7% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai
dalam penelitian, sedangkan 4.3% dijelaskan variabel-variabel lain yang tidak ada dalam
penelitian ini.
A.
Pengaruh Peran
Pimpinan terhadap Persepsional Tentang Jenjang Karir Perawat.
Hasil
uji terhadap koefisien parameter antara Peran Pimpinan terhadap persepsional tentang
jenjang karir perawat
pelaksana di RSUD Kabupaten Cirebon menunjukkan terdapat pengaruh
langsung sebesar 26.38%, sedangkan untuk pengaruh
tidak langsung Peran Pimpinan terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat pelaksana
di RSUD Kabupaten
Cirebon sebesar 0.16%. Nilai T-Statistic sebesar 3.170 dan signifikan pada α=5%.
Nilai T-Statistic tersebut berada
jauh diatas nilai kritis (1,96).
Bedasarkan ketiga indikator ukur yang dimiliki variabel
Peran Pimpinan
atasan, semua indikator mampu menjelaskan variabel Peran Pimpinan, hal ini membuktikan
teori bahwa Peran Pimpinan merupakan proses mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan dalam situasi tertentu.Peran
Pimpinan diwujudkan melalui gaya kerja
atau cara bekerjasama dengan orang lain
yang konsisten. Melalui apa yang dikatakanya dan apa yang diperbuatnya, seseorang membantu orang-orang lainnya untuk memperoleh
hasil yang diinginkan (Sitorus,
2006).
Penelitian Wahyuni menyebutkan hubungan kepala ruangan terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat pelaksana
diketahui hasil bahwa sebagian besar perawat memiliki
karir sedang (54%) dan baik 46% serta tidak ada yang memiliki persepsional tentang jenjang karir jelek. Ada hubungan yang bermakna antara kepala ruangan
dengan persepsional tentang jenjang karir dengan Pvalue 0.01 (Riduwan,
2011).
Peran Pimpinan di rumah sakit ini juga mampu membangkitkan semangat pada tim kerja, memberikan pengarahan terhadap semua usaha perawat,
memengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah
sehingga menimbulkan perubahan yang positif yang berdampak pada Persepsional tentang jenjang karir perawat pelaksana.
Faktor pendukung hasil penelitian ini dapat dilihat
dari karakteristik responden di rumah sakit ini yakni
perawat perempuan terbanyak, mayoritas usia produktif dan lama bekerja mayoritas diatas lima �tahun. Hal ini sangat membantu pimpinan dalam memimpin dimana perempuan lebih mudah diatur atau
menurut apalagi dengan usia yang masih produktif dan lama bekerja masih relatif
singkat. Mudah diatur oleh pimpinan dan semangat perawat dalam bekerja saling
terkait yang berdampak pada
persepsional tentang jenjang karir yang baik. Hal ini juga dapat dilihat dari
jawaban responden atas salah satu pertanyaan yakni mayoritas menjawab sangat setuju dan setuju dengan pimpinan
membuat bawahannya merasa bebas sekalipun
tidak setuju dengannya.
Penulis menganalisis bahwa peningkatan persepsional tentang jenjang karir tidak
lepas dari faktor peran pimpinan
atasan, salah satunya adalah pemimpin harus mampu mengambil
keputusan yang baik, menentukan tujuan (visioner), mengarahkan� dan� memberikan partsipasi atau kerjasama yang baik seperti pemberian
penghargaan dan perhatian berpengaruh positif terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat pelaksana.
Kompensasi berdasarkan prestasi kerja ini ditentukan melalui sistem penilaian prestasi kerja yang sesuai dengan Persepsional tentang jenjang karir perawat pelaksana.
B.
Pengaruh Iklim kerja terhadap Persepsional Tentang Jenjang Karir
Perawat
Hasil uji terhadap
koefisien parameter antara iklim kerja terhadap
persepsional tentang jenjang karir perawat
pelaksana di RSUD�
Sayang Cianjur menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 11.12% dan pengaruh tidak langsung 0.073%. Nilai T-Statistic sebesar
2,906 dan signifikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada
jauh diatas nilai kritis (1,96).
Berdasarkan ketiga indikator ukur yang dimiliki variabel iklim kerja, semua indikator
mampu menjelaskan variabel iklim kerja pegawai yaitu
fasilitas, Suasana kerja dan tata letak, hal ini membuktikan
teori oleh �bahwa iklim kerja adalah keadaan fisik dan nonfisik
(psikologis) ditempat kerja seseorang di dalam mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Kondisi iklim kerja yang berbeda pada setiap organisasi dapat memberikan tingkat kepuasan yang berbeda pula bagi pegawai, sehingga
prestasi kerja dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan padanya juga berbeda. Usaha penyelesaian untuk memperbaiki metode kerja dalam suatu
organisasi atau tempat kerja yang lain adalah menjamin agar para pegawai dapat bekerja
dan melaksanakan tugasnya dalam keadaan yang memenuhi persyaratan, sehingga mereka dapat melakukan tugasnya tanpa mengalami hambatan (Robbins, 2013).
Hasil ini juga membuktikan penelitian Aam Zakaria tentang pengaruh iklim kerja terhadap karir bendahara keuangan puskesmas bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara iklim kerja terhadap
karir. Iklim kerja juga dipengaruhi oleh faktor (1) Kondisi bangunan dan ruang, (2) Kondisi� halaman dan kebun, (3) Lokasi atau letak tempat kerja (Puskesmas), (4) Fasilitas kerja dan (5) Keamanan Kerja (Rosita. Hanis, M. Haskas, 2013) .
Penulis menganalisis dalam penelitian ini, bahwa kondisi iklim kerja yang berbeda pada setiap organisasi (rumah sakit) dapat memberikan
tingkat kepuasan yang berbeda pula bagi pegawai, sehingga prestasi kerja dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan padanya juga berbeda.Yang harus diusahakan untuk memperbaiki metode kerja dalam
suatu organisasi atau tempat kerja
adalah menjamin agar para pegawai dapat bekerja
dan melaksanakan tugasnya dalam keadaan yang memenuhi persyaratan, sehingga mereka dapat melakukan tugasnya tanpa mengalami hambatan. Penulis juga berpendapat bahwa peningkatan karir tidak lepas
dari faktor iklim kerja pegawai
akan sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya
C.
Pengaruh Beban kerja terhadap Persepsional Tentang Jenjang Karir
Perawat
Hasil
uji terhadap koefisien parameter antara beban kerja terhadap
persepsional tentang jenjang karir perawat RSUD Kabupaten Cirebon
menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 7.03% dan pengaruh
tidak langsung sebesar 0.049. Nilai T-Statistic sebesar 6.589 dan signifikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh di atas nilai kritis (1,96).
Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian Lestari yang berjudul Hubungan beban kerja Dengan Persepsional tentang jenjang
karir perawat di Ruang Rawat Inap Di RSUD Pringsewu
Lampung. �Hasil penelitian menyebutkan bahwa beban kerja� berlebihan pada perawat terjadi akibat adanya tuntutan pekerjaan yang bervariasi� selain itu juga adanya tugas tambahan yang dilakukan setelah �pekerjaan pokok bukan tugasnya, diantaranya sebanyak
78,8% perawat
melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan �kebersihan, 63,6% menjalankan tugas administrasi dan
lebih dari 90% melakukan pekerjaan
non keperawatan
(misalnya : menetapkan diagnose penyakit, membuat resep, mengambil obat ke
apotik dan melakukan tindakan pengobatan) dan hanya 50% yang melakukan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan fungsinya (Simanjuntak,
2015).
Beban kerja perawat adalah
menyelamatkan kehidupan dan
mencegah kecacatan sehingga pasien dapat hidup. Untuk
menghasilkan pelayanan yang
efektif dan efisien harus diupayakan kesesuaian antara ketersediaan tenaga perawat dengan beban kerja yang ada (Tjahjono,
2015).
Penulis menganalisis bahwa beban kerja
yang ditanggung oleh perawat
berbeda tergantung tugas dan tanggung jawabnya. Perawat sangat merasa terbeban
karena harus memberikan pelayanan keperawatan ekstra ketat dan cepat untuk menyelamatkan nyawa pasien. Selain
itu dengan pemantauan dan pencatatan kondisi pasien secara rutin dan kontinyu juga merupakan beban tersendiri. Secara psikologis ada beban untuk
dapat mempertahankan kondisi pasien supaya tidak tambah
memburuk. Terhadap keluarga pasien perawat juga merasa terbeban untuk selalu menyampaikan segala kondisi pasien secara jujur.
Beban yang dirasakan perawat
akhirnya menyebabkan adanya suatu tekanan
secara terus-menerus yang memicu terjadinya penurunan persepsional tentang jenjang karir.
D.
Pengaruh Loyalitas kerja terhadap Persepsional Tentang Jenjang Karir
Perawat
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara loyalitas kerja terhadap persepsional tentang jenjang
karir perawat
pelaksana di RSUD Kabupaten Cirebon menunjukkan terdapat pengaruh
langsung sebesar 8.86%, kemudian ada pengaruh secara tidak langsung antara loyalitas kerja terhadap persepsional tentang
jenjang karir perawat
pelaksana di RSUD Kabupaten Cirebon yang dilihat melalui kemampuan perawat sebesar 0.00%. Nilai T-Statistic sebesar 3.965dan signifikan pada α=5%. Nilai T-Statistic
tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96).
Berdasarkan ketiga indikator ukur yang dimiliki variabel loyalitas kerja perawat, semua indikator mampu menjelaskan variabel motivasi perawat, hal ini
membuktikan teori bahwa motivasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
intrinsik (salah satunya dalah pencapaian) dan faktor ekstrinsik (salah satunya adalah kondisi kerja dan imbalan).
Penelitian Rosita menyebutkan ada hubungan yang signifikan antara loyalitas kerja terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat
pelaksana didalam pemberian pelayanan terhadap pasien. prestasi perawat dalam kategori yang baik dan adanya suatu peningkatan jabatan dan pencapaian pada prestasi akan memiliki
kecenderungan didalam peningkatan karir perawat (Yamin
& Kurniawan, 2009).
Indikator dorongan penghargaan
memiliki tingkat signifikan yang paling tinggi dibandingkan indikator lainya pada motivasi perawat, sehingga patut mendapatkan intervensi sesuai harapan perawat untuk meningkatkan doronganya terhadap persepsional tentang jenjang karir perawat
pelaksana dalam pelayanan kesehatan. dalam pada pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien, tanggung jawab merupakan faktor yang penting dimana Perawat dituntut memberikan suatu pelayanan keperawatan yang memiliki kesesuaian dengan kebutuhan dan batas kemampuannya. Melaksanakan fungsi perawat dengan bertanggungjawab akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien.
Penulis menganalisis dalam penelitian ini, membuktikan adanya
hubungan antara loyalitas kerja dengan Persepsional tentang jenjang karir perawat pelaksana.
Tingginya loyalitas kerja perawat pelaksana
di RSUD Kabupaten Cirebon dipengaruhi
oleh adanya penghargaan
yang diberikan kepada perawat yang berprestasi. Penghargaan di sini diberikan dalam bentuk pengakuan dari pimpinan atau
kepala keperawatan kepada perawat yang memiliki persepsional tentang jenjang
karir bagus. Sehingga
pengakuan atau pujian dari pimpinan
atau kepala keperawatan tersebut memberikan kepuasan batin bagi perawat.
Kondisi pekerjaan yang menyenangkan dirasakan oleh perawat.
Kesimpulan �
�� Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa variabel persepsional tentang jenjang
karir perawat pelaksana di RSUD Kabupaten
Cirebon dipengaruhi oleh peran pimpinan atasan (26,38%), iklim kerja (11,12%), beban kerja (7,03%), konflik kerja (21,36%) dan loyalitas kerja (8,86%). Peran pimpinan
merupakan faktor yang dominan mempengaruhi persepsional tentang jenjang karir perawat
pelaksana di RSUD Kabupaten
Cirebon. Peran pimpinan sebagai
atasan dapat mempengaruhi, mengawasi, dan mengarahkan bawahannya sebagai pribadi atau kelompok dalam
bekerja untuk mencapai tujuan rumah sakit yang telah ditetapkan sehinga secara tidak langsung dapat meningkatkan persepsional tentang jenjang karir perawat.
BIBLIOGRAFI
Efendi, Ferry, & Makhfudli, Makhfudli. (2012). Keperawatan
Kesehatan Komunitas: teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Fathoni, Abdurrahmat. (2017). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Bandung: Rineka Cipta.
Lambok, Betty Dina, & Asyiafa, Agina
Putri. (2019). Pertanggungjawaban Hukum Tenaga Medis Dalam Tindakan Pemasangan
Alat Pernapasan Lewat Mulut (Ventilator) Pada Pasien di Rumah Sakit. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(12), 74�86.
Lestari. (2014). Hubungan beban kerja Dengan
Persepsional tentang jenjang karir perawat di Ruang Rawat Inap Di RSUD
Pringsewu. Tesis.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, P.A. & Perry, A. G. (2009). Fundamental
of nursing: concepts, process and practice. Harcourt Australia: Mosby.
Price, S. (2017). Becoming a nurse: a
metastudy of early professional socialization and career choice in nursing. Journal
of Advanced Nursing, 65(1).
Reza, Rahmad Septian, Suhartono, Suhartono,
& Ulliya, Sarah. (2015). Hubungan persepsi tentang jenjang karir dengan
motivasi kerja dan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang. Diponegoro University.
Riduwan. (2011). Cara Mudah Bekerja
SPSS17.0 dan Aplikasi Statistik penelitian. Bandung: Alfabeta.
Robbins, Stephen. P. (2013). Perilaku
organisasi (organizational behavior). Jakarta: Salemba Empat.
Rosita. Hanis, M. Haskas, Y. (2013). Hubungan
gaya kepemimpinan, motivasi dan disiplin kerja terhadap pengembangan karir
tenaga kesehatan di Puskesmas Cempa Kabupaten Pinrang. Jurnal Kesehatan,
2(4).
Sasmita, Jumiati. (n.d.). Pengaruh Beban
Kerja Dan Pelatihan Melalui Motivasi Sebagai Variabel Mediasi Terhadap Kinerja
Perawat Ruang Rawat Inap Rsud Puri Husada Di Tembilahan. Jurnal Tepak
Manajemen Bisnis, 6(3), 81�89.
Simanjuntak, Payaman J. (2015). Manajemen
dan Evaluasi Pengembangan karir. Jakarta: Lembaga Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Sitorus, Ratna. (2006). Model praktik
keperawatan profesional di rumah sakit. Jakarta: EGC.
Tjahjono. (2015). Dasar-Dasar Organisasi
dan Manajemen. Jakarta: Ghalia.
Yamin, Sofyan, & Kurniawan, Heri.
(2009). Structural equation modeling: Belajar lebih mudah teknik analisis data
kuesioner dengan Lisrel-PLS. Jakarta: Salemba Infotek.
Zakaria, Aam. (2012). Pengaruh Budaya
Organisasional dan iklim kerja terhadap pengembangan karir perawat Rumah Sakit
Mata Dr. YAP Yogyakarta dengan motivasi dan kepuasan kerja sebagai variabel
pemediasi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2(3).