Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�

Vol. 4, No. 12, Desember 2022

 

MENUMBUHKAN MINAT LITERASI GENERASI MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR�AN

 

Siti Hizliah

Kepala SMP Negeri 4 Talisayan Kalimantan Timur, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Generasi milenial merupakan generasi modern yang memiliki salah satu karakteristik gaya hidup yang konsumtif. Selain dari gaya hidup yang komsumtif generasi milenial juga hidupnya berbasis teknologi. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah guna menumbuhkan minat baca yang tinggi dalam menghadapi tantangan hidup yang modern. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis. Metode penelitian yang digunakan dalam pemecahan permasalahan termasuk metode analisis. Keterangan gambar diletakkan menjadi bagian dari judul gambar (figure caption) bukan menjadi bagian dari gambar. Metode-metode yang digunakan dalam penyelesaian penelitian dituliskan di bagian ini. Hasil dan pembahasan, Generasi millenial merupakan suatu kontruksi sosial yang didalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalam historis yang sama. Individu yang menjadi bagian dari satu generasi, adalah mereka yang memiliki kesamaan tahun lahir dalam rentang waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial dan dimensi sejarah yang sama. Kesimpulan Dalam proses medidik dan membina anak tidak terlepas dari berbagai usaha dan upaya, tentu kita sebagai orang tua maupun tenaga pendidik akan selalu memberikan pendidikan yang terbaik.

 

�

Kata kunci: Minat baca; Al-qur�an; Generasi

 

Abstract

The millennial generation is a modern generation that has one of the characteristics of a consumptive lifestyle. Apart from the consumptive lifestyle of the millennial generation, it is also a technology-based life. The purpose of the research conducted is to foster a high interest in reading in facing the challenges of modern life. The research method used isthe analysis method. Research methods used in solving problems include analytical methods. The image caption is placed as part of the image title (figure caption) instead of being part of the image. The methods used in completing the study are written in this section. �The results and discussions of the millennial generation are a social construction in which there is a group of people who have the same age and experience the same history. Individuals who belong to a generation, are those who have the same year of birth in a span of 20 years and are in the same social dimension and historical dimension. Conclusion In the process of educating and fostering children is inseparable from various efforts and efforts, of course we as parents and educators will always provide the best education.

Keywords: Interest in reading; Qur'an; Generation

 

Pendahuluan

Terdapat banyak fenomena menarik saat ini, salah satunya yang menjadi trending� ialah generasi millenial. Kondisi ini terjadi dikarenakan globalisasi yang kita ketahui telah banyak merubah keadaan saat ini baik dari segi ekonomi, politik, maupun budaya sehingga segala sesuatu yang kita inginkan dapat di akses dengan mudah dimanapun dan kapanpun (Faiza & Firda, 2018). Adanya globalisasi ini menandai adanyanya atau terlahirnya generasi gedget, yang tidak terlepas dari yang� namanya generasi millenial.

Berbicara generasi millenial tentu hal ini tidak terlepas dari yang namanya media sosial, baik itu whatsapp, instagram, facebook, line, dan media sosial lainnya. Saat ini teknologi dan informasi sudah� terbilang maju terlebih lagi dalam penggunaan internet. Hal ini dibuktikan dengan survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di tahun 2018, menyatakan bahwa dari total populasi penduduk Indonesia yang mencapai 264,14 juta orang ternyata ada 171,17 juta diantaranya yang terhubung jaringan internet sepanjang 2018. Dibandingkan tahun sebelumnya, ada pertumbuhan 27,9 juta pengguna internet di 2018 (Naufaly et al., 2020).

Hal ini berdampak negatif terhadap generasi millenial karena penggunaan� internet dan media sosial yang tidak dibarengi dengan literasi (membaca), yang apabila kebiasaan� literasi ini tidak dijalankan� maka akan berdampak buruk terhadap generasi muda kita (Naufaly et al., 2020). Hal ini apabila tidak ada penanganan baik dari orangtua maupun tenaga pendidik akan berakibat kemerosotan edukasi terhadap generasi muda, dan akan mengakibatakan keterpurukan mental generasi muda, karena tidak memiliki daya saing yang mumpuni dengan generasi-generasi muda lainnya yang berada di Indonesia maupun di dunia (Lie, Andriono, & Prasasti, 2014). �Sebagaiman Firman Allah SWT dalam Q.S An-Nisa ayat 9:

�Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah ....� (Q.S An-Nisa [4]: 9)

Menurut (Zakiyah, 2001) menjelaskan bahwa hati orang yang lembut dan sensitif terhadap anak keturunan mereka yang lemah, tanpa ada yang mengasihi dan melindungi mereka. Sebab mereka tidak tahu bila anak keturunan mereka nanti diserahkan kepada orang-orang yang hidup setelah mereka.

Dengan demikian orang pertama yang bertanggung jawab atas hal ini ialah orang tua, karena anak-anak mendapatkan pendidikan pertamanya ialah di keluarga. Oleh karena itu peran orangtua sangat penting dalam membentuk karakter dan mental anak agar dapat menjadi generasi penerus bangsa dan berakhlak mulia (Anisah, 2017).

Inilah yang menjadi pokok bahasan kami dalam menulis makalah ini agar terciptanya generasi muda millenial yang mampu menghadapi tantangan zaman sehingga dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia.

 

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pemecahan permasalahan termasuk metode analisis. Keterangan gambar diletakkan menjadi bagian dari judul gambar (figure caption) bukan menjadi bagian dari gambar. Metode-metode yang digunakan dalam penyelesaian penelitian dituliskan di bagian ini (Kusumawati, 2022).

Pada Metode Penelitian, Alat-alat kecil dan bukan utama (sudah umum berada di lab, seperti: gunting, gelas ukur, pensil) tidak perlu dituliskan, tetapi cukup tuliskan rangkaian peralatan utama saja, atau alat-alat utama yang digunakan untuk analisis dan/atau karakterisasi, bahkan perlu sampai ke tipe dan akurasi (Febriani, Larasati, & Sampurno, 2020). Tuliskan secara lengkap lokasi penelitian, jumlah responden, cara mengolah hasil pengamatan atau wawancara atau kuesioner, cara mengukur tolok ukur kinerja; metode yang sudah umum tidak perlu dituliskan secara detil, tetapi cukup merujuk ke buku acuan. Prosedur percobaan harus dituliskan dalam bentuk kalimat berita, bukan kalimat perintah.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Generasi Millenial

Generasi millenial merupakan suatu kontruksi sosial yang didalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalam historis yang sama. Individu yang menjadi bagian dari satu generasi, adalah mereka yang memiliki kesamaan tahun lahir dalam rentang waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial dan dimensi sejarah yang sama (Putra, 2017).

Dan juga generasi millenial tidak terlepas dari yang namanya handphone atau HP, karena segala sesuatu yang ingin mereka cari semua dapat di akses dengan smartphone tersebut, apapun yang mereka inginkan semua dapat mereka raih dalam sekejap mata. Dalam hal berkomunikasipun generasi millenial cukup menggunakan smartphone ini, komunikasinya pun dapat terjalin baik antar daerah hingaga antar negara (Ainiyah, 2018).

Jadi generasi millenial tidak dapat dipisahkan dari yang namanya internet dan smartphone. Begitu juga dengan Media Sosial yang semakin merja, tidak hanya di Indonesia melainkan seluruh dunia.

Menurut (Sholikhah, Jumina, Widyarini, Hadanu, & Mustofa, 2018) menjelakan bahwa yang termasuk dalam aplikasi medsos atau media sosial ini adalah facebook, Instagram, dan Twitter. Ada pula yang menambahkan aplikasi chatting seperti Whatsapp, Line, dan FB Messenger ke dalam kelompok aplikasi medsos atau media sosial.

Setiap orang memiliki kecendrungan untuk tampil di hadapn orang lain, apalagi lingkungan dekatnya, dan kemudian senang serta bangga ketika memperoleh pujian dan penghargaan (Dayana & Marbun, 2018).

Media sosial memiliki peranan semacam itu. Membangun pertemanan, kemudian curhat-curhatan, pamer-pameran, narsis-narsisan, banga-banggan. Bahkan sampai ada yang �bully-bully-an� saling mengejek dan menyerang. Kemudian bertengkar dan akhirnya left (keluar) dari anggota grup. Hampir setiap hari, hal yang demikian itu terjadi di grup whatsapp.

Jadi media sosial ini akan berkembang pesat samakin tahun akan semakin berkembang dan tanpa kita sadari hal ini makin membuat karakter anak muda kita menjadi anti toleransi karena interaksi yang dia kembakannya lebih banyak di dunia maya saja ketimbang di dunia nyata. Yang mana hal ini akan berdampak buruk jika kita tidak mengarahkan anak-anak kita kepada pendidikan positif. Kita tidak bisa melarang anak-anak kita dalam penggunaan teknologi ini, karena zaman saat ini berbeda dengan zaman lalu, oleh karena itu yang perlu kita lakukan sebgai orang tua ialah penanaman ilmu agama dan karakter yang baik. Sebagaiman Firman Allah SWT:

�Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma�ruf, dan mencegah dari dari yang munkar. Dan mereka itulah orang yang beruntung�. (Q.S Ali Imran [3]: 104).

Abu Ja�far al-Baqir berkata, Rasulullah SAW membaca dan hendaklah diantara kamu di suatu umat yang menyeru kepada kebaikan dan kemudian beliau bersabda , �Kebaikan� ialah mengikuti Al Qur�an dan sunnahku.�� (Wahidah & Saepudin, 2018).

Dengan demikian, bahwasanya kita sebagai hamba Allah tetap dan terus menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Alangkah indahnya hidup ini jika kita saling tolong-menolong satu dengan yang lain, terkhusus dalam menyelamatkan generasi muda yang menjadi cikal bakal penerus bangsa.

 

B.  Karakteristik Generasi Millenial

Sebelum mengarah kepada karakteristik generasi millenial ada beberapa hal yang perlu kita ketahui bahwasanya jika generasi muda kita tidak tanamkan� ilmu-ilmu agama dan pembentukan karakter maka hal ini akan berdampak kepada mental seorang anak, jika kita tidak atasi persoalan� ini,maka anak-anak kita akan terganggu kepribadiannya dalam hal ini yang dimaksud ialah pergaulannya. Dia akan terjerumus kepada pergaulan bebas yang akan berakibat buruk terhadap keluarga maupun negara. Dalam menyikapi persoalan ini, tentu hal ini� dapat mengakibatkan revolusi mental bagi anak.

Revolusi mental ini memiliki dua makna ada yang mengarah ke arah positif dan ada juga yang mengarah kepada hal yang negatif. Dalam mengarahkan anak ke arah yang lebih baik tentu haruslah� ada� penanganan yang baik yang dilakukan oleh keluarga agar anak dapat berkembang dengan baik dan sesuai dengan yang di ajarkan oleh agama, yang mana hal ini dapat menyelamatkan anak kita dari hal-hal yang tidak kita inginkan, kemudian berbeda pula dengan anak yang mengalami kemunduruan akhlak tentu� hal ini terjadi karena kurangnya penanganan maupun pengawasan dari pihak keluarga dalam mendidik anak-anaknya (Karim, 2021).

Hal ini jika kita tidak antisipasi maka generasi muda kita akan semakin terpuruk dan terlena akan dunia saja, hidup menjadi tidak terarah dan akan mengakibatkan berkembangnya pergaulan bebas yang dapat memutuskan masa depan anak bangsa.

Jadi maksud dari revolusi mental ini adalah mengubah cara pandang, pola pikir, sikap, perilaku, yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu bersaing atau berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Agar kita dapat menjadikan generasi muda yang baik dan berakhlak, perlulah kita mengetahui karakteristik dari generasi millenial, antara lain:

 

1.   No Gadget No life

Saat ini penggunaan gadget atau lebih terkenal dengan sebutan smartphone tidak asing lagi bagi generasi millenial bahkan bisa di bilang benda tersebut telah menjadi separuh jiwa. Hal ini dikarenakan banyaknya kemudahan-kemudahan yang ditawarkan, ditambah lagi dengan akses internet yang tidak terbatas sehingga membuat generasi millenial betah berselancar dengan smartphone nya kapanpun dan dimanapun.

Semua aspek baik dari dunia kerja maupun pendidikan serta aspek-aspek lainnya saat ini terasa tidak lengkap jika tidak memanfaatkan kecanggihan teknologi, jadi tidak heran generasi millenial tidak dapat melepas smartphone dari gengamannya.

2.   Mudah Bosan dengan Barang yang di Beli

Saat ini generasi millenial sangat mudah membeli barang-barang yang dia lihat tanpa pikir panjang jika melihat barang-barang baru generasi millenial tidak sungkan untuk langsung membeli produk baru tersebut. Karena produk-produk keluaran baru sangat mudah di akses di internet. Tetapi dibalik itu ternyata generasi millenial sangat mudah bosan dengan barang-barang yang baru mereka beli, hal ini terjadi karena generasi millennial lebih mementingkan keinginan ketibang kebutuhan.

3.   Lebih Suka Melakukan Pembayaran Non-Cash

Kecanggihan teknologi tidak hanya ada pada smartphone. Bahkan saat ini dalam melakukan transaksi juga semakin modern dengan memanfaatkan teknologi saat ini. Bekembangnya model pembayaran non-tunai dalam bertransaksi ternyata tidak disia-siakan oleh generasi millenial.

Model pembayaran ini dirasa lebih efektif ketimbang pembayaran secara tunai, karena tidak perlu lagi keluar menghampiri toko atau sejenisnya untuk melakukan pembayaran. Cukup dengan transfer melalui mobile banking, maka segala produk yang ingin dibeli cukup melakukan transakis melalui smartphone saja tanpa harus keluar rumah.

4.   Suka dengan yang Serba Cepat dan Instan

Perkembangan teknologi telah mempengaruhi generasi millenial untuk mendapatkan hal yang diinginkan tanpa menunggu lama. Segala sesuatu yang diinginkan oleh generasi millenial haruslah cepat dan instan yang kita ketahui saat ini dalam membeli makanan, sudah ada jasa antar atau kurir tinggal� kita pilih di smartphone menu apa yang kita inginkan tinggal klik, maka pesanan kita akan segera diantar. Begitu banyak kemudahan saat ini.

5.   Menurunnya Sikap dan Interkasi Sosial Terhadap Sesama.

Menurunnya sikap atau kepekaan sosial generasi millenial ini terjadi karena dikesehariannya generasi millenial lebih banyak menghabiskan waktuntya berselancar di dunia maya dengan perangkat pintarnya, sehingga hubungan interaksi secara langsung dengan keluarga maupun masyarakat sekitar sangatlah kurang.

Sehingga generasi millenial lebih aktif berkomunikasi atau berinteraksi di dunia maya saja, tentulah hal ini dapat berdampak buruk terhadap perkembangan anak, karena karakter anak akan menjadi susah beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

6.   Memilih Pengalaman daripada Aset

Karakteristik lainnya yang menggambarkan generasi millenial selanjutnya adalah mereka lebih suka menghabiskan uang untuk menatap pengalaman tertentu dibanding menabung untuk menambah aset untuk masa depannya.

Generasi millenial lebih memilih melakuakan perjalanan keliling indonesia dan dunia (Trevelling), mendaki gunung, ketempat wisata yang lagi viral daripada menabung untuk berinvestasi jangka panjang untuk memenuhi kehidupannya dimasa depan.

Karakteristik ini tentulah akan berakibat buruk jika generasi millenial tidak diberi pemahaman akan hal ini, karena bisa jadi hal ini yang membuatnya tersiksa dimasa derpannya karena tidak ada hal-hal yang dipersiapkannya dalam memasuki masa yang akan datang.

7.   Berbeda Perilaku dalam Grup Satu dan yang lain

Saat ini generasi millenial untuk berkomunikasi tidak hanya dilakukan pada saat nongkrong saja. Tetapi sejak berkembangnya aplikasi berbasis chat, semua orang pun bisa ngobrol atau bekomunikasi dengan banyak teman sekaligus dalam fitur group chat.

Kemudian, kebanyakan generasi millenial memiliki karakter yang berbeda-beda antar satu grup dengan grup lainnya yang mereka miliki.

8.   Bagi Millenial �Sharing is Cool�

Generasi millenial sangat senang dan hobi berbagi hal-hal yang baru dia dapatkan, baik berupa video, kejadian fenomena alam, atau hal-hal lainnya. Mereka akan berlomba-lomba dalam menyebarkan informasi terkini yang mereka dapatkan.

Hal tersebut sangat disukai oleh generasi millenial. Mereka akan merasa sangat bangga karena telah membagikan informasi-informasi terkini baik di Indonesia maupun dunia tanpa mereka ketahui apakah sumber informasi yang mereka dapatkan� ini terpercaya atau tidak.

Inilah beberapa karakteristik yang ada pada generasi millenial, tentulah dari hal ini kita perlu melakukan pencegahan terhadap kebiasaan-kebiasaan generasi millenial yang tidak baik, serta melakukan� penanaman karakter yang baik sesuai dengan Al Qur-an dan sunnah agar apa yang kita ajarkan dapat bermanfaat buat dirinya, keluarga, dan masyarakat lainnya serta� selamat dunia dan akhirat.

 

C.  Implementasi Penanaman Karakter Generasi Millenial dalam perspektif Al Qur�an.

Dari berbagai banyak persoalan yang ada mengenai generasi millenial mulai dari kenakalan remaja, penggunaan smartphone yang tidak terkontrol, hingga persoalan akhlak tentulah hal ini menjadi persoalan serius yang harus dipecahkam dan dicari solusinya demi terwujudnya generasi millenial yang berakhlak mulia dan menjadi generasi perubahan yang lebih baik dimasa mendatang. Sebagaimana Firman Allah Swt:

�Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ....� (Q.S At Tahrim [66]:� 6).

Menurut (Yaqin, 2019) menjelaskan ayat di atas bahwa kamu perintahkan dirimu dan keluarganya yang terdiri dari istri, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki untuk taat kepada Allah. Dan, kamu larang dirimu beserta semua orang yang berada di bawah tanggung jawabmu untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah.

Dari ayat tersebut sudah sepatutnya kita baik orang tua maupun pendidik untuk selalu mengajarkan dan mendidik anak kita dan orang sekitar kita akan pentingnya agama dan pendidikan yang baik, agar anak maupun keluarga kita terhindar dari yang namanya kemaksiatan.

Makna ayat diatas sejalan dengan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari Saburah bahwa Rasulullah saw. Bersabda:

�Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan sholat bila telah mencapai usia tujuh tahun. Bila telah mencapai umur sepuluh tahun, pukullah mereka bila tidak mau mengerjakannya.�

Lafal hadist ini dari Abu Dawud, dan Tirmidzi mengatakan, �Ini adalah hadist hasan.� Para ahli fiqih mengatakan, demikian pula halnya dengan puasa, agar anak-anak terlatih dalam melakukan peribadatan sehingga di kala dewasa nanti mereka akan tetap menjalani hidup dengan ibadah dan ketaatan, menjauhi kemaksiatan dan meninggalkan kemungkaran.

Dengan demikian proses pembinaan dan pendidikan anak sangatlah penting dengan menerapkan penanaman pendidikan ilmu agama, agar anak generasi muda memiliki kesiapan mental untuk masa depan yang lebih baik.

Pendidikan merupakan masalah yang akan senantiasa menjadi tantangan hidup kita. Sebagaimana diketahui, masalah pendidikan di setiap zaman tidaklah sama. Masing-masing zaman memiliki tantangan tersendiri. Sebagaimana pesan orang bijak, memahami masalah adalah setengah dari jawaban. Oleh karena itu, memahami perkembangan kehidupan di setiap zaman akan membantu kita menentukan solusi pendidikan yang akan kita gulirkan (Zaman et al., 2017).

Menurut (Kemendikbud, 2016) ada beberapa cara-cara yang dilakukan orang tua dalam mendampingi generasi digital, antara lain:

 

1.   Tambah Pengetahuan Anda

Sulit bagi kita orang tua menetapkan sebuah peraturan bila orangtua tidak mengerti apa itu blog atau bagaimana cara menggunakan media sosial.� Maka luangkan waktu untuk melihat situs yang pernah dikunjungi anak.

2.   Mengarahkan Penggunaan Perangkat dan Media Digital dengan Jelas.

Jika anak sudah terpapar perangkat digital, alangkah baiknya kita sebagai orang tua mengarahkan anak dengan komunikasi efektif untuk memutuskan beberapa lama dan kapan mereka dapat menggunakannya.

3.   Imbangi Waktu Menggunakan Media Digital dengan Interaksi di Dunia Nyata.

Orang tua dapat mengimbangi paparan media digital dengan mengenalkan pengalaman- pengalaman dunia nyata seperti Aktivitas kesenian, olahraga, permainan tradisional, dan sebagainya kepada anak.

4.   Pinjamkan Anak Perangkat Digital Sesuai Keperluan.

Pinjamkan anak perangkat digital seperti ipad, telpon pintar, dan komputer agar mereka bisa belajar mengendalikan diri dan belajar menggunakannya bersama keluarga.

5.   Pilihkan Program/Aplikasi Positif.

Orang Tua perlu mengidentifikasi program/aplikasi yang memiliki edukasi dan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan anak.

6.   Mendampingi dan Meningkatkan Interaksi

Orang tua perlu mendampingi dan berinteraksi dengan anak selama penggunaan media digital. Dampingi anak saat berselancar di dunia maya menggunakan satu perangkat digital pada kesempatan yang sama sebagai aktifitas keluarga.

7.   Gunakan Perangkat Digital Secara Bijaksana

Orang tua perlu bijaksana menggunakan perangkat digital selama berinteraksi dengan anak. Orang tua yang kurang bijaksana menggunakan perangkat digital menjadi lebih kasar atau mengabaikan anak. Tidak menggunakan perangkat digital sebelum tidur.

8.    Aktifitas Dunia Maya

Komunikasi jarak jauh, membaca berita, melihat gambar dan video, merupakan kegiatan dunia maya, saat inilah yang tepat bagi orang tua untuk mempersiapkan anak berkunjung ke dunia maya.

9.    Telusuri Aktivitas Anak di Dunia Maya

Orang tua dapat memonitor situs web yang pernah di kunjungi, dan pastikan anak tidak mengunjungi situs yang tidak sesuai usia. Saat ini telah terdapat program piranti lunak penyaring (web-filtering) yang dapat membantu orang tua dalam melakukan scan atau memblok alamat wibsite yang mengandung fitur yang tidak sesuai dengan perkembangan anak.

Dari beberapa cara tersebut mengenai pendampingan orang tua terhadap anak akan berjalan efektif jika dilaksanakan dengan baik oleh orang tua, dalam proses pelakasanaan pendampingan.

Lalu dalam perspektif Al Qur�an ada tiga poin yang diambil dalam penanaman ilmu agama maupun akhlak mulia yang terdapat pada surah Al Alaq ayat 1-5 antara lain:

1)   Membaca

Membaca dengan menyebut asma Allah yang Maha Menciptakan. Membaca yang hasilnya makin menyadarkan manusia akan� kehadiran Alah yang mengadakan segala sesuatu. Tidak pernah ada sesuatu apapun tanpak kehendak-Nya untuk menciptakan dan mengadakan. Membaca sebagai bentuk ibadah yang makin menyadarkan manusia sebagai yang tercipta dari segumpal darah, membaca yang membuat manusia mampu menanggalkan kesombongan dirinya dan kembali memuliakan Allah Yang Maha Mulia.

2)   Menulis

Menulis hanya akan terjadi ketika Allah mengajarkan manusia bagaimana mengenal pena, bagaimana mengenal rangkaian huruf yang diajarkan menjadi kata. Allah lah yang mengajarkan rangkain kata menjadi kalimat dalam bahasa untuk dipahami. Menulis berarti juga melanjutkan pengajaran Allah kepada manusia dengan pena.

3)   Mengajarkan

Mengajarkan kembali ilmu yang ada pada manusia adalah perintah, karena pada hakikatnya Allah adalah kuasa Prima (Penyebab Utama), manusia sebagai hamba Allah adalah prantara atau wasilah saja Allah mengajarkan manusia untuk mengetahui apa yang belum diketahui, sekaligus Allah juga memerintahkan manusia untuk mengajarkan apa yang sudah diketahui pada mereka yang belum mengetahui.

Inilah beberapa langkah-langkah pendidikan karakter anak agar menjadi anak yang berkualitas dan dapat menghadapi tantangan zaman yang akan di hadapi. Sejatinya segala usaha dan upaya yang dilakukan haruslah maksimal tanpa melupakan do�a yang senantiasa di utarakan kepada Allah Swt.

 

Kesimpulan

Dalam proses mendidik dan membina anak tidak terlepas dari berbagai usaha dan upaya, tentu kita sebagai orang tua maupun tenaga pendidik akan selalu memberikan pendidikan yang terbaik. Karena bahwasanya anak adalah amanah dari Allah Swt, tentulah kita harus selalu mendidik, membina, dan menanamkan ilmu agama agar kelak anak-anak dapat memiliki karakter dan budi pekerti yang baik sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh makhluk yang ada di bumi Allah ini. Selain itu Proses medidik dan membina anak ini tentu perlu kesabaran, karena tentu dalam mendidik kita akan dihadapkan dengan berbagai macam tantangan baik tantang dari internal maupun dari eksternal. Oleh karena itu, sebagai orang tua haruslah tetap istiqomah mendidik dan mebina anak dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dengan mengharapkan ridha dari Allah SWT.

 

BIBLIOGRAFI

 

Ainiyah, Nur. (2018). Remaja Millenial Dan Media Sosial: Media Sosial Sebagai Media Informasi Pendidikan Bagi Remaja Millenial. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 2(2), 221�236.Google Scholar

 

Anisah, Ani Siti. (2017). Pola Asuh Orang Tua Dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak. Jurnal Pendidikan Uniga, 5(1), 70�84. Google Scholar

 

Dayana, Indri, & Marbun, Juliaster. (2018). Motivasi Kehidupan. Guepedia. Google Scholar

 

Faiza, Arum, & Firda, Sabila J. (2018). Arus Metamorfosa Milenial. Penerbit Ernest. Google Scholar

 

Febriani, Christina Dewi, Larasati, Dewi, & Sampurno, Adi. (2020). Pengaruh Lama Waktu Pencelupan Dalam Nitrogen Cair Terhadap Sifat Fisik Dan Kimiawi Bakso Daging Sapi Selama Penyimpanan Beku. Jurnal Teknologi Pangan Dan Hasil Pertanian, 15(2), 15�22. Google Scholar

 

Karim, Bisyri Abdul. (2021). Revolusi Mental Melalui Pendidikan Islam Berbasis Metode Tazkiyatun Nafs. Education And Learning Journal, 2(1), 10�18. Google Scholar

 

Kemendikbud, Sekretariat Jenderal. (2016). Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Google Scholar

 

Kusumawati, Indah. (2022). Implementasi Metode Steam Berbasis Media Film Dalam Meningkatkan Aspek Kognitif Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Seroja: Jurnal Pendidikan, 1(1), 38�49. Google Scholar

 

Lie, Anita, Andriono, Takim, & Prasasti, Sarah. (2014). Menjadi Sekolah Terbaik. Ras.

Google Scholar

 

Naufaly, Yusril Rifqy, Abdi, Tegar Dewata, Cristy, Revinna, Dewata, Dicka Ayu, Putri, Rimanda Arfiana, Agustyas, Eka, Fajar, Yusron Iman, Ramadhan, Khafie, Izra, Nadya Syafira Nurul, & Qomaria, Nila Cantika. (2020). Relasi Kuat Antara Generasi Millenial Dan Media (Vol. 6). Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang Bekerjasama Dengan. Google Scholar

 

Putra, Yanuar Surya. (2017). Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi. Among Makarti, 9(2). Google Scholar

 

Sholikhah, Eti Nurwening, Jumina, Jumina, Widyarini, Sitarina, Hadanu, Ruslin, & Mustofa, Mustofa. (2018). In Vitro Anticancer Activity Of N-Benzyl 1, 10-Phenanthroline Derivatives On Human Cancer Cell Lines And Their Selectivity. Indonesian Journal Of Biotechnology, 23(2), 68�73.Google Scholar

 

Wahidah, Satia Bakti, & Saepudin, Ahmad. (2018). Dimensi Ekonomi Dalam Kehidupan Nabi Adam (Tafsir Surat Thaha Ayat 117-119 Dan Surat Al-Baqarah Ayat 36). Eksisbank (Ekonomi Syariah Dan Bisnis Perbankan), 2(2), 31�35.Google Scholar

 

Yaqin, Ahmad Ainul. (2019). Strategi Pemasaran Pembiayaan Cicilan Emas Di Bsm Kcp Dramaga. Amwaluna: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Syariah, 3(2), 229�237. Google Scholar

 

Zakiyah, Anita. (2001). Sistem Sosial Ekonomi Dalam Pandangan Sayyid Quthb. Google Scholar

 

Zaman, Sojib Bin, Hussain, Muhammed Awlad, Nye, Rachel, Mehta, Varshil, Mamun, Kazi Taib, & Hossain, Naznin. (2017). A Review On Antibiotic Resistance: Alarm Bells Are Ringing. Cureus, 9(6). Google Scholar

 

 

Copyright holder:

Siti Hizliah (2022)

 

First publication right:

Syntax Idea

 

This article is licensed under: