Syntax
Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 4, No. 12, Desember 2022
MENUMBUHKAN MINAT LITERASI GENERASI
MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR�AN
Siti Hizliah
Kepala SMP Negeri 4 Talisayan Kalimantan Timur, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Generasi milenial merupakan generasi modern yang memiliki salah satu karakteristik gaya hidup yang konsumtif. Selain dari gaya hidup
yang komsumtif generasi milenial juga hidupnya berbasis teknologi. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah guna menumbuhkan minat baca yang tinggi dalam menghadapi
tantangan hidup yang modern.
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode analisis. Metode penelitian yang digunakan dalam pemecahan permasalahan termasuk metode analisis. Keterangan gambar diletakkan menjadi bagian dari judul gambar
(figure caption) bukan menjadi
bagian dari gambar. Metode-metode yang digunakan dalam penyelesaian penelitian dituliskan di bagian ini. Hasil dan pembahasan,
Generasi millenial merupakan suatu kontruksi sosial yang didalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalam historis yang sama. Individu yang menjadi bagian dari satu generasi,
adalah mereka yang memiliki kesamaan tahun lahir dalam
rentang waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial
dan dimensi sejarah yang sama. Kesimpulan Dalam proses medidik
dan membina anak tidak terlepas dari berbagai usaha
dan upaya, tentu kita sebagai orang tua maupun tenaga
pendidik akan selalu memberikan pendidikan yang terbaik.
�
Kata kunci: Minat baca;
Al-qur�an; Generasi
Abstract
The millennial
generation is a modern generation that has one of the characteristics of a
consumptive lifestyle. Apart from the consumptive lifestyle of the millennial
generation, it is also a technology-based life. The purpose of the research
conducted is to foster a high interest in
reading in facing the challenges of modern life. The research method used isthe analysis method. Research methods used in solving problems include analytical
methods. The image caption is placed as part of the image title (figure
caption) instead of being part of the image. The methods used in completing the
study are written in this section. �The results and discussions of the millennial
generation are a social construction in which there is a group of people who
have the same age and experience the same history. Individuals who belong to a
generation, are those who have the same year of birth in a span of 20 years and
are in the same social dimension and historical dimension. Conclusion In the
process of educating and fostering children is inseparable from various efforts
and efforts, of course we as parents and educators will always provide the best
education.
Keywords: Interest in reading; Qur'an; Generation
Pendahuluan
Terdapat banyak fenomena menarik saat
ini, salah satunya yang menjadi trending�
ialah generasi millenial. Kondisi ini terjadi dikarenakan globalisasi
yang kita ketahui telah banyak merubah keadaan saat ini baik dari segi ekonomi,
politik, maupun budaya sehingga segala sesuatu yang kita inginkan dapat di
akses dengan mudah dimanapun dan kapanpun (Faiza & Firda, 2018).
Adanya globalisasi ini menandai adanyanya atau terlahirnya generasi gedget,
yang tidak terlepas dari yang� namanya
generasi millenial.
Berbicara generasi millenial tentu hal
ini tidak terlepas dari yang namanya media sosial, baik itu whatsapp,
instagram, facebook, line, dan media sosial lainnya. Saat ini
teknologi dan informasi sudah� terbilang
maju terlebih lagi dalam penggunaan internet. Hal ini dibuktikan dengan survey
yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di
tahun 2018, menyatakan bahwa dari total populasi penduduk Indonesia yang mencapai
264,14 juta orang ternyata ada 171,17 juta diantaranya yang terhubung jaringan
internet sepanjang 2018. Dibandingkan tahun sebelumnya, ada pertumbuhan 27,9
juta pengguna internet di 2018 (Naufaly et al., 2020).
Hal ini berdampak negatif terhadap
generasi millenial karena penggunaan�
internet dan media sosial yang tidak dibarengi dengan literasi
(membaca), yang apabila kebiasaan�
literasi ini tidak dijalankan�
maka akan berdampak buruk terhadap generasi muda kita (Naufaly et al., 2020).
Hal ini apabila tidak ada penanganan baik dari orangtua maupun tenaga
pendidik akan berakibat kemerosotan edukasi terhadap generasi muda, dan akan
mengakibatakan keterpurukan mental generasi muda, karena tidak memiliki daya
saing yang mumpuni dengan generasi-generasi muda lainnya yang berada di
Indonesia maupun di dunia (Lie, Andriono, & Prasasti, 2014).
�Sebagaiman Firman Allah SWT dalam Q.S
An-Nisa ayat 9:
�Dan hendaklah
takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan
di belakang mereka anak-anak yang lemah ....� (Q.S
An-Nisa [4]: 9)
Menurut (Zakiyah, 2001)
menjelaskan bahwa hati orang yang lembut dan sensitif terhadap anak keturunan mereka yang lemah, tanpa ada yang mengasihi dan melindungi mereka. Sebab mereka
tidak tahu bila anak keturunan
mereka nanti diserahkan kepada orang-orang
yang hidup setelah mereka.
Dengan demikian
orang pertama yang bertanggung
jawab atas hal ini ialah
orang tua, karena anak-anak mendapatkan pendidikan pertamanya ialah di keluarga. Oleh karena itu peran
orangtua sangat penting dalam membentuk karakter dan mental anak agar dapat menjadi generasi
penerus bangsa dan berakhlak mulia (Anisah, 2017).
Inilah yang menjadi
pokok bahasan kami dalam menulis makalah
ini agar terciptanya generasi muda millenial
yang mampu menghadapi tantangan zaman sehingga dapat menjadi generasi
penerus bangsa yang berakhlak mulia.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
dalam pemecahan permasalahan termasuk metode analisis. Keterangan
gambar diletakkan menjadi bagian dari judul gambar (figure caption) bukan menjadi bagian dari gambar. Metode-metode
yang digunakan dalam penyelesaian penelitian dituliskan di bagian ini (Kusumawati, 2022).
Pada Metode Penelitian, Alat-alat kecil dan bukan utama (sudah
umum berada di lab, seperti: gunting, gelas ukur, pensil)
tidak perlu dituliskan, tetapi cukup tuliskan rangkaian peralatan utama saja, atau
alat-alat utama yang digunakan untuk analisis dan/atau karakterisasi, bahkan perlu sampai ke
tipe dan akurasi (Febriani, Larasati, & Sampurno, 2020).
Tuliskan secara lengkap lokasi penelitian, jumlah responden, cara mengolah hasil pengamatan atau wawancara atau kuesioner, cara mengukur tolok ukur kinerja; metode
yang sudah umum tidak perlu dituliskan
secara detil, tetapi cukup merujuk
ke buku acuan.
Prosedur percobaan harus dituliskan dalam bentuk kalimat
berita, bukan kalimat perintah.
Hasil dan Pembahasan
A.
Generasi Millenial
Generasi millenial merupakan suatu kontruksi sosial yang didalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalam historis yang sama. Individu yang menjadi bagian dari satu generasi,
adalah mereka yang memiliki kesamaan tahun lahir dalam
rentang waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial
dan dimensi sejarah yang sama (Putra, 2017).
Dan juga generasi millenial tidak terlepas dari yang namanya handphone atau HP, karena segala sesuatu
yang ingin mereka cari semua dapat
di akses dengan smartphone tersebut, apapun yang mereka inginkan semua dapat mereka
raih dalam sekejap mata. Dalam hal berkomunikasipun generasi millenial cukup menggunakan smartphone ini, komunikasinya pun dapat terjalin baik antar daerah
hingaga antar negara (Ainiyah, 2018).
Jadi generasi millenial
tidak dapat dipisahkan dari yang namanya internet dan smartphone. Begitu
juga dengan Media Sosial
yang semakin merja, tidak hanya di Indonesia melainkan seluruh dunia.
Menurut (Sholikhah, Jumina, Widyarini, Hadanu, & Mustofa, 2018)
menjelakan bahwa yang termasuk dalam aplikasi medsos atau media sosial ini adalah facebook,
Instagram, dan Twitter. Ada pula yang menambahkan aplikasi chatting seperti Whatsapp, Line, dan FB Messenger ke
dalam kelompok aplikasi medsos atau media sosial.
Setiap orang memiliki
kecendrungan untuk tampil di hadapn orang lain, apalagi lingkungan dekatnya, dan kemudian senang serta bangga
ketika memperoleh pujian dan penghargaan (Dayana & Marbun, 2018).
Media sosial memiliki
peranan semacam itu. Membangun pertemanan, kemudian curhat-curhatan, pamer-pameran, narsis-narsisan, banga-banggan. Bahkan sampai ada
yang �bully-bully-an� saling mengejek
dan menyerang. Kemudian bertengkar dan akhirnya left (keluar) dari anggota
grup. Hampir setiap hari, hal
yang demikian itu terjadi di grup whatsapp.
Jadi media sosial ini akan berkembang
pesat samakin tahun akan semakin
berkembang dan tanpa kita sadari hal
ini makin membuat karakter anak muda kita
menjadi anti toleransi karena interaksi yang dia kembakannya lebih banyak di dunia maya saja ketimbang di dunia nyata. Yang mana hal ini akan berdampak
buruk jika kita tidak mengarahkan
anak-anak kita kepada pendidikan positif. Kita tidak bisa melarang anak-anak
kita dalam penggunaan teknologi ini, karena zaman saat ini berbeda
dengan zaman lalu, oleh karena itu yang perlu kita lakukan
sebgai orang tua ialah penanaman ilmu agama dan karakter yang baik. Sebagaiman Firman Allah SWT:
�Dan hendaklah
diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma�ruf, dan mencegah dari dari
yang munkar. Dan mereka itulah orang yang beruntung�.
(Q.S Ali Imran [3]: 104).
Abu Ja�far al-Baqir berkata,
Rasulullah SAW membaca dan hendaklah
diantara kamu di suatu umat yang menyeru kepada kebaikan dan kemudian beliau bersabda , �Kebaikan� ialah mengikuti Al Qur�an dan sunnahku.�� (Wahidah & Saepudin, 2018).
Dengan demikian, bahwasanya kita sebagai hamba Allah tetap dan terus menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Alangkah indahnya hidup ini jika kita
saling tolong-menolong satu dengan yang lain, terkhusus dalam menyelamatkan generasi muda yang menjadi cikal bakal penerus
bangsa.
B.
Karakteristik Generasi Millenial
Sebelum mengarah kepada karakteristik generasi millenial ada beberapa hal
yang perlu kita ketahui bahwasanya jika generasi muda
kita tidak tanamkan� ilmu-ilmu agama dan pembentukan karakter maka hal
ini akan berdampak kepada mental seorang anak, jika
kita tidak atasi persoalan� ini,maka anak-anak kita akan terganggu kepribadiannya dalam hal ini yang dimaksud
ialah pergaulannya. Dia akan terjerumus
kepada pergaulan bebas yang akan berakibat buruk terhadap keluarga maupun negara. Dalam menyikapi persoalan ini, tentu hal ini�
dapat mengakibatkan
revolusi mental bagi anak.
Revolusi mental ini
memiliki dua makna ada yang mengarah ke arah
positif dan ada juga yang mengarah kepada hal yang negatif. Dalam mengarahkan anak ke arah yang lebih
baik tentu haruslah� ada� penanganan yang baik yang dilakukan oleh keluarga agar anak dapat berkembang
dengan baik dan sesuai dengan yang di ajarkan oleh agama, yang mana hal
ini dapat menyelamatkan anak kita dari hal-hal
yang tidak kita inginkan, kemudian berbeda pula dengan anak yang mengalami kemunduruan akhlak tentu� hal ini terjadi
karena kurangnya penanganan maupun pengawasan dari pihak keluarga dalam mendidik anak-anaknya (Karim, 2021).
Hal ini jika kita tidak
antisipasi maka generasi muda kita
akan semakin terpuruk dan terlena akan dunia saja, hidup menjadi tidak
terarah dan akan mengakibatkan berkembangnya pergaulan bebas yang dapat memutuskan masa depan anak bangsa.
Jadi maksud
dari revolusi mental ini adalah mengubah
cara pandang, pola pikir, sikap,
perilaku, yang berorientasi
pada kemajuan dan kemodernan
sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu bersaing atau berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Agar kita dapat menjadikan generasi muda yang baik dan berakhlak, perlulah kita mengetahui karakteristik dari generasi millenial, antara lain:
1.
No Gadget No life
Saat ini penggunaan gadget atau lebih terkenal dengan sebutan smartphone tidak asing lagi
bagi generasi millenial bahkan bisa di bilang benda tersebut telah menjadi separuh
jiwa. Hal ini dikarenakan banyaknya kemudahan-kemudahan yang ditawarkan,
ditambah lagi dengan akses internet yang tidak terbatas sehingga membuat generasi millenial betah berselancar dengan smartphone nya kapanpun dan dimanapun.
Semua aspek baik dari dunia kerja maupun pendidikan
serta aspek-aspek lainnya saat ini
terasa tidak lengkap jika tidak
memanfaatkan kecanggihan teknologi, jadi tidak heran generasi
millenial tidak dapat melepas smartphone dari gengamannya.
2.
Mudah Bosan dengan
Barang yang di Beli
Saat ini generasi millenial sangat mudah membeli barang-barang
yang dia lihat tanpa pikir panjang
jika melihat barang-barang baru generasi millenial tidak sungkan untuk
langsung membeli produk baru tersebut.
Karena produk-produk keluaran
baru sangat mudah di akses di internet. Tetapi dibalik itu ternyata
generasi millenial sangat mudah bosan dengan
barang-barang yang baru mereka beli, hal
ini terjadi karena generasi millennial lebih mementingkan keinginan ketibang kebutuhan.
3.
Lebih Suka Melakukan
Pembayaran Non-Cash
Kecanggihan teknologi tidak hanya ada
pada smartphone. Bahkan saat
ini dalam melakukan transaksi juga semakin modern dengan memanfaatkan teknologi saat ini. Bekembangnya
model pembayaran non-tunai dalam bertransaksi ternyata tidak disia-siakan oleh generasi millenial.
Model pembayaran
ini dirasa lebih efektif ketimbang
pembayaran secara tunai, karena tidak
perlu lagi keluar menghampiri toko atau sejenisnya
untuk melakukan pembayaran. Cukup dengan transfer melalui mobile
banking, maka segala produk yang ingin dibeli cukup melakukan
transakis melalui
smartphone saja tanpa harus keluar rumah.
4.
Suka dengan yang Serba Cepat
dan Instan
Perkembangan teknologi telah mempengaruhi generasi millenial untuk mendapatkan hal yang diinginkan tanpa menunggu lama. Segala sesuatu yang diinginkan oleh generasi millenial haruslah cepat dan instan yang kita ketahui saat ini
dalam membeli makanan, sudah ada jasa antar
atau kurir tinggal� kita pilih di smartphone menu apa yang
kita inginkan tinggal klik, maka
pesanan kita akan segera diantar.
Begitu banyak kemudahan saat ini.
5.
Menurunnya Sikap dan Interkasi Sosial Terhadap Sesama.
Menurunnya sikap atau kepekaan sosial
generasi millenial ini terjadi karena
dikesehariannya generasi millenial lebih banyak menghabiskan waktuntya berselancar di dunia
maya dengan perangkat pintarnya, sehingga hubungan interaksi secara langsung dengan keluarga maupun masyarakat sekitar sangatlah kurang.
Sehingga generasi millenial lebih aktif berkomunikasi atau berinteraksi di dunia maya saja, tentulah hal ini dapat
berdampak buruk terhadap perkembangan anak, karena karakter
anak akan menjadi susah beradaptasi
dengan lingkungan sekitar.
6.
Memilih Pengalaman
daripada Aset
Karakteristik lainnya
yang menggambarkan generasi
millenial selanjutnya adalah mereka lebih
suka menghabiskan uang untuk menatap pengalaman
tertentu dibanding menabung untuk menambah aset untuk
masa depannya.
Generasi millenial lebih memilih melakuakan
perjalanan keliling indonesia dan dunia (Trevelling),
mendaki gunung, ketempat wisata yang lagi viral daripada menabung untuk berinvestasi jangka panjang untuk memenuhi
kehidupannya dimasa depan.
Karakteristik ini tentulah akan berakibat
buruk jika generasi millenial tidak diberi pemahaman
akan hal ini, karena bisa
jadi hal ini yang membuatnya tersiksa dimasa derpannya karena tidak ada hal-hal
yang dipersiapkannya dalam memasuki masa yang akan datang.
7.
Berbeda Perilaku dalam Grup Satu dan yang lain
Saat ini generasi millenial untuk berkomunikasi tidak hanya dilakukan
pada saat nongkrong saja. Tetapi sejak
berkembangnya aplikasi berbasis chat, semua orang pun bisa ngobrol atau
bekomunikasi dengan banyak teman sekaligus
dalam fitur group chat.
Kemudian, kebanyakan
generasi millenial memiliki karakter yang berbeda-beda antar satu grup dengan
grup lainnya yang mereka miliki.
8.
Bagi Millenial �Sharing is Cool�
Generasi millenial
sangat senang dan hobi berbagi hal-hal yang baru dia dapatkan,
baik berupa video, kejadian fenomena alam, atau hal-hal
lainnya. Mereka akan berlomba-lomba dalam menyebarkan informasi terkini yang mereka dapatkan.
Hal tersebut
sangat disukai oleh generasi
millenial. Mereka akan merasa sangat bangga karena telah
membagikan informasi-informasi
terkini baik di Indonesia maupun dunia tanpa mereka ketahui apakah sumber informasi
yang mereka dapatkan� ini
terpercaya atau tidak.
Inilah beberapa karakteristik yang ada pada generasi millenial, tentulah dari hal
ini kita perlu melakukan pencegahan terhadap kebiasaan-kebiasaan generasi millenial yang tidak baik, serta melakukan� penanaman karakter yang baik sesuai dengan Al Qur-an dan sunnah agar apa yang kita ajarkan dapat
bermanfaat buat dirinya, keluarga, dan masyarakat lainnya serta� selamat dunia dan akhirat.
C.
Implementasi Penanaman Karakter Generasi Millenial dalam perspektif Al Qur�an.
Dari berbagai
banyak persoalan yang ada mengenai generasi
millenial mulai dari kenakalan remaja, penggunaan smartphone
yang tidak terkontrol, hingga persoalan akhlak tentulah hal ini menjadi
persoalan serius yang harus dipecahkam dan dicari solusinya demi terwujudnya generasi millenial yang berakhlak mulia dan menjadi generasi perubahan yang lebih baik dimasa
mendatang. Sebagaimana Firman Allah Swt:
�Wahai
orang-orang yang beriman! Peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka
....� (Q.S At Tahrim [66]:� 6).
Menurut (Yaqin, 2019)
menjelaskan ayat di atas bahwa kamu
perintahkan dirimu dan keluarganya yang terdiri dari istri, anak,
saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki untuk taat kepada
Allah. Dan, kamu larang dirimu beserta semua orang yang berada di bawah tanggung jawabmu untuk tidak
melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Dari ayat tersebut
sudah sepatutnya kita baik orang tua maupun pendidik
untuk selalu mengajarkan dan mendidik anak kita dan orang sekitar kita akan
pentingnya agama dan pendidikan
yang baik, agar anak maupun keluarga kita terhindar dari yang namanya kemaksiatan.
Makna ayat diatas sejalan dengan sebuah hadist
yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari Saburah bahwa Rasulullah
saw. Bersabda:
�Perintahkanlah
anak-anakmu mengerjakan sholat bila telah
mencapai usia tujuh tahun. Bila telah mencapai umur sepuluh tahun,
pukullah mereka bila tidak mau
mengerjakannya.�
Lafal hadist ini dari Abu Dawud, dan Tirmidzi mengatakan, �Ini adalah hadist hasan.�
Para ahli fiqih mengatakan, demikian pula halnya dengan puasa,
agar anak-anak terlatih dalam melakukan peribadatan sehingga di kala dewasa nanti mereka
akan tetap menjalani hidup dengan ibadah dan ketaatan, menjauhi kemaksiatan dan meninggalkan kemungkaran.
Dengan demikian proses
pembinaan dan pendidikan anak sangatlah penting dengan menerapkan penanaman pendidikan ilmu agama, agar anak generasi muda
memiliki kesiapan mental untuk masa depan yang lebih baik.
Pendidikan merupakan masalah yang akan senantiasa menjadi tantangan hidup kita. Sebagaimana diketahui, masalah pendidikan di setiap zaman tidaklah sama. Masing-masing zaman
memiliki tantangan tersendiri. Sebagaimana pesan orang bijak, memahami masalah adalah setengah dari jawaban. Oleh karena itu, memahami
perkembangan kehidupan di setiap zaman akan membantu kita menentukan
solusi pendidikan yang akan kita gulirkan
(Zaman et al., 2017).
Menurut (Kemendikbud, 2016)
ada beberapa cara-cara yang dilakukan orang tua dalam mendampingi
generasi digital, antara lain:
1.
Tambah Pengetahuan
Anda
Sulit bagi kita orang tua menetapkan sebuah peraturan bila orangtua tidak mengerti apa itu
blog atau bagaimana cara menggunakan media sosial.� Maka luangkan waktu untuk melihat situs yang pernah dikunjungi anak.
2.
Mengarahkan Penggunaan
Perangkat dan Media Digital dengan Jelas.
Jika anak sudah terpapar perangkat digital, alangkah baiknya kita sebagai
orang tua mengarahkan anak dengan komunikasi
efektif untuk memutuskan beberapa lama dan kapan mereka dapat
menggunakannya.
3.
Imbangi Waktu Menggunakan
Media Digital dengan Interaksi
di Dunia Nyata.
Orang tua dapat mengimbangi paparan media digital dengan mengenalkan pengalaman- pengalaman dunia nyata seperti Aktivitas kesenian, olahraga, permainan tradisional, dan sebagainya kepada anak.
4.
Pinjamkan Anak Perangkat Digital Sesuai Keperluan.
Pinjamkan anak perangkat digital seperti ipad, telpon pintar,
dan komputer agar mereka bisa belajar mengendalikan
diri dan belajar menggunakannya bersama keluarga.
5.
Pilihkan Program/Aplikasi
Positif.
Orang Tua perlu
mengidentifikasi program/aplikasi
yang memiliki edukasi dan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan
anak.
6.
Mendampingi dan Meningkatkan
Interaksi
Orang tua perlu mendampingi dan berinteraksi dengan anak selama penggunaan
media digital. Dampingi anak
saat berselancar di dunia
maya menggunakan satu perangkat digital pada kesempatan
yang sama sebagai aktifitas keluarga.
7.
Gunakan Perangkat Digital Secara Bijaksana
Orang tua perlu bijaksana menggunakan perangkat digital selama berinteraksi dengan anak. Orang tua yang kurang bijaksana menggunakan perangkat digital menjadi lebih kasar atau
mengabaikan anak. Tidak menggunakan perangkat digital sebelum tidur.
8.
Aktifitas Dunia Maya
Komunikasi jarak jauh, membaca berita,
melihat gambar dan video, merupakan kegiatan dunia maya, saat inilah yang tepat bagi orang tua untuk mempersiapkan
anak berkunjung ke dunia maya.
9.
Telusuri Aktivitas
Anak di Dunia Maya
Orang tua dapat memonitor situs web yang pernah di kunjungi, dan pastikan anak tidak
mengunjungi situs yang tidak
sesuai usia. Saat ini telah terdapat
program piranti lunak penyaring (web-filtering) yang dapat
membantu orang tua dalam melakukan scan atau memblok alamat
wibsite yang mengandung fitur yang tidak sesuai dengan perkembangan
anak.
Dari beberapa
cara tersebut mengenai pendampingan orang tua terhadap anak
akan berjalan efektif jika dilaksanakan
dengan baik oleh orang tua, dalam proses pelakasanaan pendampingan.
Lalu dalam perspektif Al Qur�an ada tiga poin yang diambil dalam penanaman
ilmu agama maupun akhlak mulia yang terdapat pada surah Al Alaq ayat 1-5 antara lain:
1)
Membaca
Membaca dengan menyebut asma Allah yang Maha Menciptakan. Membaca yang hasilnya makin menyadarkan manusia akan� kehadiran
Alah yang mengadakan segala
sesuatu. Tidak pernah ada sesuatu apapun
tanpak kehendak-Nya untuk menciptakan dan mengadakan. Membaca sebagai bentuk ibadah yang makin menyadarkan manusia sebagai yang tercipta dari segumpal
darah, membaca yang membuat manusia mampu menanggalkan kesombongan dirinya dan kembali memuliakan Allah Yang
Maha Mulia.
2)
Menulis
Menulis hanya akan terjadi ketika
Allah mengajarkan manusia bagaimana mengenal pena, bagaimana mengenal rangkaian huruf yang diajarkan menjadi kata. Allah lah yang mengajarkan rangkain kata menjadi kalimat dalam bahasa untuk
dipahami. Menulis berarti juga melanjutkan pengajaran Allah kepada manusia dengan pena.
3)
Mengajarkan
Mengajarkan kembali ilmu yang ada pada manusia adalah perintah, karena pada hakikatnya Allah adalah kuasa Prima (Penyebab Utama), manusia sebagai hamba Allah adalah prantara atau wasilah saja
Allah mengajarkan manusia untuk mengetahui apa yang belum diketahui, sekaligus Allah juga memerintahkan manusia untuk mengajarkan apa yang sudah diketahui pada mereka yang belum mengetahui.
Inilah beberapa langkah-langkah pendidikan karakter anak agar menjadi anak yang berkualitas dan dapat menghadapi tantangan zaman yang akan di hadapi. Sejatinya segala usaha dan upaya yang dilakukan haruslah maksimal tanpa melupakan do�a yang senantiasa di utarakan kepada Allah Swt.
Kesimpulan
Dalam proses mendidik dan membina anak tidak
terlepas dari berbagai usaha dan upaya, tentu kita
sebagai orang tua maupun tenaga pendidik
akan selalu memberikan pendidikan yang terbaik. Karena bahwasanya anak adalah amanah
dari Allah Swt, tentulah kita harus
selalu mendidik, membina, dan menanamkan ilmu agama agar kelak anak-anak dapat memiliki karakter dan budi pekerti yang baik sehingga dapat
bermanfaat bagi seluruh makhluk yang ada di bumi Allah ini. Selain itu Proses medidik dan membina anak ini tentu
perlu kesabaran, karena tentu dalam
mendidik kita akan dihadapkan dengan berbagai macam tantangan baik tantang dari
internal maupun dari eksternal. Oleh karena itu, sebagai orang tua haruslah tetap
istiqomah mendidik dan mebina anak dengan
penuh keikhlasan dan kesabaran dengan mengharapkan ridha dari Allah SWT.
BIBLIOGRAFI
Ainiyah, Nur. (2018). Remaja Millenial Dan Media
Sosial: Media Sosial Sebagai Media Informasi Pendidikan Bagi Remaja Millenial. Jurnal
Pendidikan Islam Indonesia, 2(2), 221�236.Google
Scholar
Anisah, Ani Siti. (2017). Pola Asuh Orang Tua Dan
Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak. Jurnal Pendidikan Uniga,
5(1), 70�84. Google Scholar
Dayana, Indri, & Marbun, Juliaster. (2018). Motivasi
Kehidupan. Guepedia. Google Scholar
Faiza, Arum, & Firda, Sabila J. (2018). Arus
Metamorfosa Milenial. Penerbit Ernest. Google Scholar
Febriani, Christina Dewi, Larasati, Dewi, &
Sampurno, Adi. (2020). Pengaruh Lama Waktu Pencelupan Dalam Nitrogen Cair
Terhadap Sifat Fisik Dan Kimiawi Bakso Daging Sapi Selama Penyimpanan Beku. Jurnal
Teknologi Pangan Dan Hasil Pertanian, 15(2), 15�22. Google Scholar
Karim, Bisyri Abdul. (2021). Revolusi Mental Melalui
Pendidikan Islam Berbasis Metode Tazkiyatun Nafs. Education And Learning
Journal, 2(1), 10�18. Google Scholar
Kemendikbud, Sekretariat Jenderal. (2016). Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Google Scholar
Kusumawati, Indah. (2022). Implementasi Metode Steam
Berbasis Media Film Dalam Meningkatkan Aspek Kognitif Pada Pendidikan Anak Usia
Dini. Seroja: Jurnal Pendidikan, 1(1), 38�49. Google Scholar
Lie, Anita, Andriono, Takim, & Prasasti, Sarah. (2014).
Menjadi Sekolah Terbaik. Ras.
Naufaly, Yusril Rifqy, Abdi, Tegar Dewata, Cristy,
Revinna, Dewata, Dicka Ayu, Putri, Rimanda Arfiana, Agustyas, Eka, Fajar,
Yusron Iman, Ramadhan, Khafie, Izra, Nadya Syafira Nurul, & Qomaria, Nila
Cantika. (2020). Relasi Kuat Antara Generasi Millenial Dan Media (Vol.
6). Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang Bekerjasama Dengan.
Google Scholar
Putra, Yanuar Surya. (2017). Theoritical Review: Teori
Perbedaan Generasi. Among Makarti, 9(2). Google Scholar
Sholikhah, Eti Nurwening, Jumina, Jumina, Widyarini,
Sitarina, Hadanu, Ruslin, & Mustofa, Mustofa. (2018). In Vitro Anticancer
Activity Of N-Benzyl 1, 10-Phenanthroline Derivatives On Human Cancer Cell
Lines And Their Selectivity. Indonesian Journal Of Biotechnology, 23(2),
68�73.Google Scholar
Wahidah, Satia Bakti, & Saepudin, Ahmad. (2018).
Dimensi Ekonomi Dalam Kehidupan Nabi Adam (Tafsir Surat Thaha Ayat 117-119 Dan
Surat Al-Baqarah Ayat 36). Eksisbank (Ekonomi Syariah Dan Bisnis Perbankan),
2(2), 31�35.Google Scholar
Yaqin, Ahmad Ainul. (2019). Strategi Pemasaran
Pembiayaan Cicilan Emas Di Bsm Kcp Dramaga. Amwaluna: Jurnal Ekonomi Dan
Keuangan Syariah, 3(2), 229�237. Google Scholar
Zakiyah, Anita. (2001). Sistem Sosial Ekonomi Dalam
Pandangan Sayyid Quthb. Google Scholar
Zaman, Sojib Bin, Hussain, Muhammed Awlad, Nye,
Rachel, Mehta, Varshil, Mamun, Kazi Taib, & Hossain, Naznin. (2017). A
Review On Antibiotic Resistance: Alarm Bells Are Ringing. Cureus, 9(6).
Google Scholar
Siti
Hizliah (2022) |
First
publication right: |
This
article is licensed under: |