How to cite:
Oktaviani,N,F., Selviani, Khairan, F., (2022) Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Digital
Terhadap Komunikasi Personal Orang Tua Dan Anak, (4) 11, https://doi.org/ 10.36418/syntax-
idea.v4i11.2021
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol. 4, No. 11, November 2022
PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI DIGITAL TERHADAP
KOMUNIKASI PERSONAL ORANG TUA DAN ANAK
Nabila Frisca Oktaviani, Selviani, Fuad Khairan
Fakultas Ilmu Komputer, UPI YPTK Padang, Sumatera Utara, Indonesia
Email: [email protected], selviani0086@gmail.com,
Abstrak
Interaksi dan komunikasi orang tua terhadap anak serta bagaimana orang tua
memperlakukan anak remajanya memberikan pengaruh terhadap sikap remaja yang
jika berkelanjutan akan berkembang menjadi karakter yang terbentuk pada diri
anak. Demikian juga halnya remaja dengan penggunaan teknologi internet, sikap
orang tua terhadap aktivitas remaja ini akan memberikan pengaruh terhadap
terbentuknya karakter yang dapat menyaring dampak teknologi internet sehingga
remaja tidak terjerumus ke dalam ketagihan yang akan membuat karakter positif
mereka menjadi merosot. Interaksi orang tua dengan anak dalam menghadapi
dampak teknologi merupakan media yang ampuh sebagai media pendidikan bagi
anak, dan seharusnya menjadi priorotas utama. Namun yang terjadi justru
sebaliknya. Media lebih banyak mengarah pada penurunan nilai moral, seperti
kekerasan dan pornografi.Keluarga diharapkan dapat membentengi putra putrinya,
oleh sebab itu keluarga harus cerdas dalam berinteraksi dengan media. Tujuan
untuk mencegah perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma susila dan
nilai moral dalam diri anak. Metode penelitian menggunakan pendekatan studi
literature, dengan me review sejumlah 26 jurnal yang terkait dengan variabel
penelitian.Hasilnya, Proses interaksi antara orang tua dan anak untuk mendukung
perkembangan fisik, emosi, sosial, intelektual, dan spiritual berlangsung sejak
seorang anak dalam kandungan sampai dewasa. Kesimpulannya, Anak-anak perlu
diproteksi sejak dari keluarga dengan hal-hal yang positif, baik dan benar supaya
dapat berkembang baik dalam kehidupan selanjutnya serta mampu mengendalikan
diri berhadapan dengan pengaruh-pengaruh yang destruktif dari era digital.
Keluarga sebagai salah satu trisentra pendidikan merupakan tempat pendidikan
yang pertama dan utama bagi pembentukan karakter anak.
Kata kunci: Pengaruh; Komunikasi; Digital
Abstract
Parental interaction and communication with children and how parents treat their
teenage children have an influence on the attitude of adolescents which, if
sustained, will develop into characters that are formed in children. Likewise,
teenagers with the use of internet technology, the attitude of parents towards the
activities of these teenagers will have an influence on the formation of characters
that can filter the impact of internet technology so that teenagers do not fall into
addiction which will make their positive character decline. The interaction between
Nabila Frisca Oktaviani, Selviani, Fuad Khairan
1622 Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022
parents and children in dealing with the impact of technology is a powerful medium
for education for children, and should be a top priority. But what happened was
just the opposite. The media tends to reduce moral values, such as violence and
pornography. Families are expected to be able to fortify their sons and daughters,
therefore families must be smart in interacting with the media. The aim is to
prevent deviant behavior that is not in accordance with moral norms and moral
values in children. The research method uses a literature study approach, by
reviewing a number of 26 journals related to research variables. As a result, the
process of interaction between parents and children to support physical, emotional,
social, intellectual and spiritual development takes place from a child in the womb
to adulthood. In conclusion, children need to be protected from a family with
positive, good and true things so that they can develop well in the next life and be
able to control themselves in dealing with the destructive influences of the digital
era. The family as one of the tricenters of education is the first and foremost place
of education for the formation of children's character.
Keywords: Influence; Communication; Digital
Pendahuluan
Dengan perkembangan zaman pada saat sekarang ini menjadi efek yang sangat
besar bagi anak-anak dan orang tua dalam hal komunikasi antar personal antara anak
dan orang tua (Hidayati, 2020). Dengan adanya alat komunikasi digital membuat segala
hal yang susah dapat dengan mudah dilakukan kapan saja dan dimana saja. Khususnya
pada kaum muda dimana sangat mengutamakan sekali alat komunikasi digital dalam hal
apapun mulai dari berinteraksi dengan teman, guru, dan hal yang berkaitan dengan
sekolah juga sangat diperlukan (Suherniati & Afifah, 2021).
Kemajuan di bidang teknologi dan informasi saat ini hampir sulit dibendung.
Seluruh dimensi kehidupan manusia sudah dimasuki dan dipengaruhi teknologi dan
informasi, termasuk juga dalam dunia Pendidikan (Fadholi, Aziz, & Purwanto, 2019).
Di satu sisi, kemajuan teknologi dan informasi mendatangkan keuntungan atau nilai
yang positif dan konstruktif. Artinya, kemajuan teknologi dan informasi membuat
aktivitas dan kebutuhan manusia semakin mudah atau gampang dilaksanakan dan
dipenuhi. Akan tetapi di sisi lain, setiap kemajuan dan perkembangan mendatangkan
implikasi negatif dan destruktif (merusak) jika manusia tidak memiliki sikap kritis dan
selektif
Perkembangan teknologi dan informasi saat ini terutama penggunaan perangkat
digital telah mempengaruhi kehidupan anak (Ismawati, 2012). Hal ini mau menegaskan
bahwa anak-anak yang hidup di era milenial memang pasti dipengaruhi oleh teknologi
digital. Tidak heran jika anak-anak saat ini dikategorikan sebagai generasi digital.
Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native, yaitu mereka yang
sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir (Pramono et al., 2021). Anak-
anak yang hidup di era ini mempunyai karakteristik yakni perilaku ketergantungan
terhadap digital (internet) sangat tinggi. Perilaku ini akhirnya berpengaruh langsung
terhadap pembentukan karakter anak yang disebut sebagai generasi milenial yang hidup
Penerapan Kepatuhan Syariah Pada Jual-Beli Dropshipping Fashion Di Marketplace
Frozenshop.Com
Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022 1623
di era digital (Yuniati, 2020). Karakteristik utama generasi ini adalah connected,
creative, dan confidence (3C) (HU Koran Sindo, 10/8/2017). Connected berarti generasi
ini merupakan pribadi yang pandai bersosialisasi terutama dalam komunitas yang diikuti
(Rahmat, 2018). Generasi ini juga aktif di dalam media sosial dan internet. Generasi
milenial sangat fasih menggunakan facebook, Twitter, Path, dan Instagram maupun
media sosial lainnya (Wiweka, Wachyuni, Rini, Adnyana, & Adnyana, 2019). Creative
berarti generasi ini terdiri dari orang-orang yang biasa berpikir out of the box, kaya akan
ide dan gagasan, serta mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan itu dengan
cemerlang (Andriani, 2022). Generasi milenial termasuk generasi kreatif, salah satu
bukti yang menunjukkan adalah tumbuhnya industri startup dan industri kreatif lain
yang dimotori anak muda. Confidence berarti bahwa anak generasi ini merupakan
kumpulan orang- orang yang sangat percaya diri, berani mengemukakan pendapat, dan
tidak sungkan berdebat di depan publik. Karakter tersebut terkonfirmasi jika kita
melihat generasi milenial tidak sungkan berdebat melalui media sosial
Kebiasaan anak menggunakan gadget, saat ini sudah semakin mudah ditemukan di
manapun, baik itu saat anak di rumah, di lingkungan bermain, di tempat umum atau
tempat-tempat lainnya. Anak terlalu asyik dan lupa terhadap lingkungan disekitanya
ketika sedang berinteraksi dengan gadget. Anak yang seharusnya melakukan aktivitas
bermain yang sesuai dengan usianya, malah sibuk dan tersihir melalui serunya bermain
games, atau sekadar menonton video-video di Youtube. Akibat yang ditimbulkan dari
kebiasaan berlama-lama menggunakan gadget adalah seperti terganggunya fungsi
eksekutif anak, kurang fokus, minim kreativitas, dan gangguan kesehatan lainnya
seperti radiasi mata, dan obesitas. Fenomena tersebut harus dipahami dan diketahui oleh
para orang tua atau pengasuh. Orang tua agar senantiasa waspada terhadap penggunaan
gadget anak yang semakin tidak terkendali. Oleh karena itu, penelitian ini membahas
tentang pola kelekatan, lingkungan belajar di rumah dan cara berkomunikasi
interpersonal antara orang tua dan anak. Variabel tersebut dikaji dan ditelusuri melalui
studi literature dari beberapa jurnal yang relevan. Metode penelitian menggunakan
pendekatan studi literature, dengan me review sejumlah 26 jurnal yang terkait dengan
variabel penelitian. Jurnal tersebut di ambil dari beberapa tahun terakhir, dan terbaru.
Berdasarkan penelitian (Rachmaniar, 2021), perilaku anak-anak dalam era
milenial yang ditandai dengan semakin kuatnya penggunaan media digital, maka
bagaimana orang tua mengembangkan pola asuh supaya menciptakan generasi yang
tidak mendapat pengaruh negatif dari era digital, tetapi menggunakan semua media itu
dengan bijak dan untuk kepentingan yang positif. Pola asuh seperti apa yang harus
ditetapkan orangtua pada usia dini supaya anak-anak ketika beranjak dewasa memiliki
sikap kritis dan selektif terhadap setiap kemajuan. Orang tua bertugas untuk
mempersiapkan anak menghadapi zamannya. Orang tua sebagai pendidik pertama dan
terutama perlu melakukan retrospeksi dan introspeksi diri dengan terus berupaya
mempersiapkan anak untuk menghadapi era digital saat ini dan era kedepannya. Orang
tua perlu melakukan proyeksi dengan membangun komitmen atau tekad untuk
Nabila Frisca Oktaviani, Selviani, Fuad Khairan
1624 Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022
melindungi anak-anak dari ancaman era digital, tetapi tidak menghalangi potensi
manfaat yang bisa ditawarkannya.
Studi literature review ini memberikan implikasi pada pola asuh yang dalam hal
ini lebih spesifik pada kedekatan anak. Orang tua diharapkan dapat membangun
kedekatan yang positif dengan anak. Kedekatan anak akan terjadi apabila orang tua
banyak melakukan aktivitas bersama dengan anak. Bermain fisik secara bersama,
berdialog atau berkomunikasi bersama, atau menemani anak saat menggunakan
perangkat digital. Hasilnya adalah, kebiasaan menggunakan perangkat digital memang
salah satu penyebab yang memicu nya adalah karena lemahnya peran komunikasi
interpersonal dari orang tua, ditambah dengan penyediaan ragam bermain dan belajar di
rumah yang minim. Selain itu pula, kedekatan yang dibangun pun merupakan penyebab
yang paling besar mempengaruhi nya.
Metode Penelitian
Kerangka penelitian adalah urutan yang akan dilakukan dalam suatu penelitian.
Agar langkah-langkah yang diambil penulis dalam perancangan ini tidak melenceng
dari pokok pembicaraan dan lebih mudah dipahami, Maka urutan langkah-langkah
Penelitian akan di buat secara sistematis sehingga dapat dijadikan pedoman yang jelas
dan mudah untuk di selesaikan.
a. Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 1
Kerangka Kerja Penelitian
Penerapan Kepatuhan Syariah Pada Jual-Beli Dropshipping Fashion Di Marketplace
Frozenshop.Com
Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022 1625
Di dalam mengadakan studi pendahuluan mungkin ditemukan bahwa orang lain
sudah berhasil memecahkan masalah yang kita ajukan sehingga tidak ada gunanya kita
bersusah payah menyelidiki. Mungkin juga kita mengetahui hal-hal yang relevan
dengan masalahnya sehingga memperkuat keinginannya untuk meneliti karena justru
orang lain juga masih memasalahkan.
Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data di lapangan yang akan
digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Validitas instrumen
pengumpulan data serta kualifikasi pengumpul data sangat diperlukan untuk
memperoleh data yang berkualitas. Saat mengumpulkan data, peneliti harus tekun,
sabar, dan tidak putus asa. Peneliti harus sabar untuk berjalan dari rumah ke rumah, atau
mendatangi instansi tertentu untuk mengadakan wawancara atau membagi kuesioner.
Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan Data. Pengumpulan data adalah
aktivitas mencari data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian sosial.
a. Pengumpulan Data adalah bahan keterangan berupa himpunan fakta, angka, huruf,
grafik, tabel, lambang, objek, kondisi, situasi.
b. Penelitian Perpustakaan (Library Research)
Penelitian yang dilakukan melalui literatur- literatur yang ada berkaitan dengan judul
laporan studi akhir ini. Untuk mencari informasi dalam menyusun teori-teori yang
didapat baik secara global, baik secara detail yang berhubungan dengan pembahasan,
sehingga terjadi perpaduan yang kompleks antatara satu dengan yang lainnya.
c. Penelitian Laboratorium
Penelitian dilakukan dengan pemakaian komputer sebagai alat bantu dalam
penerapan dan praktek langsung dalam menyelesaikan masalah, sehingga hasil yang
dicapai seperti yang diharapkan.
Hasil dan Pembahasan
Proses interaksi antara orang tua dan anak untuk mendukung perkembangan
fisik, emosi, sosial, intelektual, dan spiritual berlangsung sejak seorang anak dalam
kandungan sampai dewasa (Fatmawati & Sholikin, 2019). Itu berarti bahwa pola asuh
merupakan pola interaksi antara anak dengan dengan orang tua yang meliputi meliputi
pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan
psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma
yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola intraksi orang tua dengan anak
dalam rangka pendidikan anak. Pola asuh juga berkaitan dengan tanggung jawab dan
kewajiban orang tua terhadap anak. Menurut Undang-Undang Repubulik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2014, Pasal 26, orang tua dalam keluarga berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk:
(a) mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak
(b) menumbuh kembangkan Anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya
(c) mencegah terjadinya perkawinan dini pada anak
Nabila Frisca Oktaviani, Selviani, Fuad Khairan
1626 Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022
(d) memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak.
Keterlibatan orang tua dalam membentuk kepribadian anak bertujuan untuk
mencegah perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma susila dan nilai
moral dalam diri anak. Dengan demikian, pola asuh orang tua berarti suatu proses
interaksi antara orang tua dan anak yang meliputi kegiatan seperti memelihara,
mendidik. Pada umumnya,setiap populasi generasi yang muncul dalam kurun waktu
setiap 15-18 tahun terakhir memiliki karakteristik demografik yang berbeda dengan
generasi sebelum dan setelahnya. Pengelompokan karakteristik tiap generasi ini
disebut sebagai cohort (Santosa, 2015). Artinya, pembagian suatu generasi
berdasarkan periodisasi waktu tertentu dan perbedaan karakteristik kelompok
tersebut. Perbedaan karakteristik setiap generasi meliputi perbedaan kepercayaan,
keyakinan, karier, keseimbangan kerja, keluarga, peran gender, dan lingkungan
pekerjaan. Misalnya, generasi yang lahir pada tahun 1946-1964 disebut dengan baby
boomers. Sedangkan generasi yang lahir pada tahun 1965-1979 disebut generasi X
(slacker atau Xers).
Generasi Y adalah generasi yang lahir tahun 1980-2000. Generasi ini sering
juga disebut generasi digital atau millenials. Generasi ini lahir saat internet mulai
masuk dan berkembang (generasi NET). Sedangkan generasi yang lahir setelah era
milenial ini disebut dengan generasi Z. Karekteristik setiap generasi berbeda-beda
karena ditentukan oleh perubahan dan kondisi demografik saat itu. Berbeda dengan
generasi X, generasi Net atau Milenial sangat bergantung pada teknologi terutama
internet.
Menurut (Santosa, 2015), generasi Net ini memiliki karakteristik sebagai
berikut. Pertama, memiliki ambisi besar untuk sukses. Anak zaman sekarang
cenderung memiliki karakter yang positif dan optimis dalam menggapai mimpi
dalam hidupnya. Anak-anak ini lahir dalam kondisi dunia yang lebih baik dari
generasi sebelumnya. Orang tua dari generasi ini mayoritas lebih mapan, mampu
memberikan fasilitas, dan rasa nyaman kepada anak. Anak zaman ini memiliki
ambisi besar untuk sukses karena semakin banyaknya role model yang diidolakan
dibandingkan generasi sebelumnya. Anak harus memiliki ambisi atau goal sejak
dini. Oleh karena itu, orang tua perlu mendefinisikan goal atau cita-cita anak dengan
jelas dan benar.
Kedua, anak cenderung berpikir praktis dan berperilaku instan (speed). Anak-
anak generasi ini menyukai pemecahan masalah yang praktis dan kurang sabar
mengikuti proses untuk mencermati suatu masalah. Hal ini terjadi karena anak-anak
ini lahir dalam dunia yang serba instan. Realitas ini mengharuskan orang tua untuk
mendidik anak tentang konsep proses, daya tahan (endurance) dan komitmen untuk
menjalankan tugas. Orang tua yang bijak akan membimbing seorang anak untuk
menemukan kiat-kiat dan langkah-langkah praktis dalam menemukan tujuan hidup
anaknya.
Ketiga, anak mencintai kebebasan. Generasi Net sangat menyukai kebebasan
berpendapat, berkreasi, berekspresi. Anak generasi ini lahir di dunia yang modern.
Penerapan Kepatuhan Syariah Pada Jual-Beli Dropshipping Fashion Di Marketplace
Frozenshop.Com
Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022 1627
Suatu dunia dengan ciri bahwa rezim tirani otoriter tidak memiliki kekuasaan untuk
mengontrol yang lain. Anak-anak generasi ini lebih menyukai pelajaran yang
bersifat eksplorasi dan tidak menyukai pelajaran yang bersifat menghafal. Mereka
menghendaki supaya aturan di rumah harus disertai dengan penjelasan yang logis.
Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan penjelasan logis tentang peraturan
yang berlaku di rumah. Pendidik (guru dan orang tua) perlu memberikan konsep
kebebasan yang bertanggung jawab kepada anak-anak. Pendidik tidak boleh
membiarkan anak bebas tanpa memahami prinsip sebab akibat dan konsekuensi dari
suatu perbuatan atau peraturan yang diberikan kepada anak.
Keempat, percaya diri. Anak-anak yang lahir pada generasi ini mayoritas
memiliki kepercayaan diri yang tinggi, memiliki sikap optimis dalam banyak hal.
Zaman ini membutuhkan seorang anak yang bermental positif dan percaya diri. Atas
dasar itulah, orang tua perlu membantu anak supaya sikap optimis dan percaya diri
terus bertumbuh dan berkembang dengan baik. Setiap masukan yang bernuansa
nasehat dari orang tua harus bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
Orang tua juga perlu menyampaikan kepada anak bahwa kunci sukses untuk
mencapai tujuan dan cita-cita dalam hidup adalah menjaga keseimbangan antara
kepercayaan diri (selfconfidence) dan kompetensi diri (selfefficacy). Orang tua perlu
menciptakan lingkungan yang kondusif supaya anak bertumbuh dalam kompetensi
dan kepercayaan diri yang tinggi.
Kelima, anak cenderung menyukai hal yang detail. Generasi ini termasuk
generasi yang kritis dalam berpikir. Selain itu, generasi ini sangat detail dalam
mencermati suatu permasalahan atau fenomena yang terjadi dalam hidup setiap hari.
Generasi ini dapat memperoleh segala informasi dan gambar dengan menulis saja
topik yang ingin ditelusuri melalui google engine. Hal ini tentu berbeda sekali
dengan generasi sebelumnya yang tanpa bantuan internet harus mencari jawaban
atas suatu hal dengan mencari di buku atau bertanya pada guru atau orang yang
berkompeten pada bidangnya. Dengan tereksposnya segala informasi ini, maka
generasi Net dapat mengakses semua informasi dan membangun suatu konsep pola
berpikir kritis dari berbagai pendekatan yang disediakan oleh dunia maya.
Kenyataan ini mengharuskan orang tua dan pendidik untuk menyediakan informasi
yang cukup bagi anak. Selain itu, orang tua dan pendidik harus tetap mempersiapkan
dan mengarahkan anak-anak supaya menerima informasi yang sesuai dengan
karakteristik usianya. Orang tua dan pendidik wajib meng-upgrade diri dengan
informasi global terkini mengenai dunia dan tren anak zaman sekarang. Para
pendidik dan orang tua perlu lebih maju satu tingkat di atas atau setidaknya setara
dengan pengetahuan anak. Dengan itu, orang tua dan pendidik dapat mengontrol
perilaku dan aktivitas anak dalam menggunakan media digital.
Keenam, orang tua sebagai facilitator. Orang tua perlu mengidentifikasi jenis-
jenis tantangan untuk anak serealistis mungkin sesuai kemampuannya, dan target
yang ingin dicapai anak
Nabila Frisca Oktaviani, Selviani, Fuad Khairan
1628 Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022
Ketujuh, orang tua sebagai fact finder (pencari fakta). Dalam era digital ini,
orang tua wajib meng-upgrade dirinya dengan menambah wawasan mengenai
fenomena yang sedang tren di kalangan anak dan remaja. Orang tua perlu
menularkan kebiasaan berpikir kritis melalui argument yang sehat dengan anak.
Kedelapan, orang tua sebagai fountain of knowledge (sumber pengetahuan).
Orang tua sebaiknya terus meng-update diri tentang kemajuan media, teknologi, dan
fenomena terbaru seputar anak dan remaja. Jangan sampai anak melihat sosok orang
tua yang tidak mengikuti perkembangan zaman, tidak memahami situasi dan kondisi
anak. Akibatnya, anak enggan bertanya dan mengandalkan orang tua dalam mencari
jawaban.
Kesembilan, orang tua sebagai mentor. Orang tua bertanggung jawab atas
kesejahteraan jasmani dan rohani anak. Orang tua perlu memonitoring seandainya
terjadi perubahan perilaku anak, ataupun suasana mood anak yang berubah.
Kesepuluh, orang tua sebagai motivator. Orang tua perlu menjaga mood anak
ketika merasa down saat menerima kekalahan atau kegagalan. Orang tua perlu
mendidik anak supaya memiliki mental yang tangguh dan terus berusaha tetap
mencoba. Orang tua perlu mempersiapkan mental anak dengan pemahaman,
kegagalan, kekecewaan, atau penolakan. Semua ini harus dilalui anak sebagai
bagian dari kehidupan dan proses yang harus dilewati untuk mencapai tujuan hidup
yang sebenarnya.
Kesebelas, orang tua sebagai role model. Suatu tugas dan peran tersulit bagi
orang tua adalah menjadi teladan bagi anak- anaknya. Orang tua harus memberikan
contoh atau teladan yang baik kepada anak-anak sebab anak akan belajar dari
kehidupan sekitarnya (orang tua dan lingkungannya). Jangan berkecil hati, orang tua
tidak perlu berfokus pada mencontohkan teladan yang sempurna kepada anak
sampai orang tua harus membohongi diri sendiri. Orang tua perlu memberi contoh
yang tulus dan benar supaya dapat ditiru anak. Terbuka dengan anak dan minta maaf
jika melakukan kesalahan jauh lebih baik daripada berbohong dan menggunakan
“topeng” dihadapan anak. Orang tua perlu memberi contoh yang baik
Dua belas, orang tua sebagai supporter. Orang tua perlu memberi dukungan
kepada anak saat mereka sedang mengalami tekanan atau rasa cemas. Orang tua
memberi rasa nyaman, penghargaan dan kasih sayang tanpa batas saat anak merasa
kecewa karena kegagalan yang dialami.
Peran orang tua sebagai coach terhadap anak akan terpelihara atau terawat
dengan baik jika orang tua dan anak memiliki hubungan yang lebih baik dan positif.
Menurut (Santosa, 2015) ada banyak cara untuk meningkatkan hubungan yang lebih
baik antara orang tua dan anak seperti keep in touch. Pertama, orang tua perlu
memiliki kontak dan komunikasi setiap saat dengan anaknya tanpa terkecuali.
Kedua, spend time together (orang tua perlu memanfaatkan waktu yang tersisa
dengan anak dan remaja). Ketiga, keep promises (orang tua harus menepati janji).
Keempat, treat our teens like teens (orang tua sebaiknya tidak memperlakukan anak
layaknya anak kecil dan terbuka dengan anak). Kelima, be thoughtful (orang tua
Penerapan Kepatuhan Syariah Pada Jual-Beli Dropshipping Fashion Di Marketplace
Frozenshop.Com
Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022 1629
perlu mengingat tanggal-tanggal penting dan spesial dalam kehidupan anak seperti
hari ulang tahun, hari kelulusan).
Berdasarkan penelitian (Wahidin, 2020) bahwa orang tua merupakan pendidik
yang pertama dan utama yang memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta
membina anak-anaknya baik dari segi psikologis maupun fisiologis. Kedua orang
tua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mendidik anak-anaknya agar dapat
menjadi generasi-generasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia. Persekutuan
hidup orang tua dan anak itu terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, keluarga
merupakan persekutuan insani yang paling dasar antara orang tua dan anak-anak
(Rahmat, 2018). Sebagai bejana dari kehidupan manusia yang baru, keluarga adalah
pusat kehidupan di mana pribadi manusia dapat berkembang dengan sehat secara
jasmani dan rohani. Kehidupan moral dan religius manusia dan kemampuannya
untuk mengasihi dibangkitkan untuk pertama kalinya oleh kasih orangtua.
Masyarakat dapat melestarikan dan membaharui dirinya melalui keluarga sebagai
selnya. Atas dasar itulah, maka Konsili Vatikan dalam Gaudium et Spes Nomor 47
(1990) menegaskan bahwa keselamatan pribadi maupun masyarakat manusia atau
orang Kristiani erat berhubungan dengan kesejahteraan rukun perkawinan dan
keluarga.
Namun sebagaimana yang ditegaskan oleh Anies Baswedan bahwa
dibandingkan dengan profesi-profesi lain,orang tua adalah profesi yang paling tidak
tersiapkan (Lelyana, 2021).Artinya bahwa menjadi orang tua tidak melalui suatu
proses persiapan yang formal atau paling tidak tersiapkan karena tidak ada sekolah
khusus untuk mendidik atau menjadi orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus
mencari informasi dan pengetahuan, serta belajar sendiri tentang apa yang menjadi
persoalannya dan cara menyelesaikannya. Apabila orang tua dapat memahami dan
menerapkan pola pengasuhan positif, maka akan membantu orang tua dalam
mendidik anak serta sekaligus membentuk karakter positif anak di masa depan.
Salah satu ilmu pengasuhan ini diperoleh melalui pelatihan, selain belajar pula
dari berbagai sumber, sepertibuku, artikel di majalah, sharing dengan orangtua
lainnya.
Perkembangan teknologi dan informasi saat ini terutama penggunaan perangkat
digital telah mempengaruhi kehidupan anak (Ismawati, 2012). Hal ini mau
menegaskan bahwa anak-anak yang hidup di era milenial memang pasti dipengaruhi
oleh teknologi digital. Tidak heran jika anak-anak saat ini dikategorisasi sebagai
generasi digital. Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native,
yaitu mereka yang sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir
(Mardiyati et al., 2022). Anak-anak yang hidup di era ini mempunyai karakteristik
yakni perilaku ketergantungan terhadap digital (internet) sangat tinggi. Perilaku ini
akhirnya berpengaruh langsung terhadap pembentukan karakter anak yang disebut
sebagai generasi milenial yang hidup di era digital. Karakteristik utama generasi ini
adalah connected, creative, dan confidence (3C) (HU Koran Sindo, 10/8/2017).
Nabila Frisca Oktaviani, Selviani, Fuad Khairan
1630 Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022
Connected berarti generasi ini merupakan pribadi yang pandai bersosialisasi
terutama dalam komunitas yang diikuti.
Kesimpulan
Berbagai bentuk tindakan atau pola asuh orang tua (parenting) yang positif dan
efektif bertujuan untuk membentuk karakter anak supaya anak mengalami atmosfer
kehidupan yang menyenangkan. Anak-anak perlu diproteksi sejak dari keluarga dengan
hal-hal yang positif, baik dan benar supaya dapat berkembang baik dalam kehidupan
selanjutnya serta mampu mengendalikan diri berhadapan dengan pengaruh-pengaruh
yang destruktif dari era digital. Keluarga sebagai salah satu trisentra pendidikan
merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi pembentukan karakter
anak. Keluarga sebagai locus atau tempat pembentukan karakter anak perlu
mengembangkan pola asuh atau pola interaksi yang berbagai bentuk tindakan atau pola
asuh orang tua (parenting) yang positif dan efektif bertujuan untuk membentuk karakter
anak supaya anak mengalami atmosfer kehidupan yang menyenangkan. Anak-anak
perlu diproteksi sejak dari keluarga dengan hal-hal yang positif, baik dan benar supaya
dapat berkembang baik dalam kehidupan selanjutnya serta mampu mengendalikan diri
berhadapan dengan pengaruh-pengaruh yang destruktif dari era digital. Keluarga
sebagai salah satu trisentra pendidikan merupakan tempat pendidikan yang pertama dan
utama bagi pembentukan karakter anak. Keluarga sebagai locus atau tempat
pembentukan karakter anak perlu mengembangkan pola asuh atau pola interaksi yang
baik sehingga pola pemikiran anak-anak dapat terkontrol dengan baik .
Penerapan Kepatuhan Syariah Pada Jual-Beli Dropshipping Fashion Di Marketplace
Frozenshop.Com
Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022 1631
BIBLIOGRAFI
Andriani, Astri Dwi. (2022). Demokrasi Damai Di Era Digital. Rampai Jurnal Hukum,
1(1).Google Scholar
Fadholi, M., Aziz, Muhammad, & Purwanto, Hery. (2019). Dimensi Rasional Dalam
Pemikiran Muhammad Abduh 18491905 (Studi Bidang Pendidikan, Politik Dan
Sosial-Keagamaan). Al Hikmah: Jurnal Studi Keislaman, 9(2), 246259. Google
Scholar
Fatmawati, Nur Ika, & Sholikin, Ahmad. (2019). Literasi Digital, Mendidik Anak Di
Era Digital Bagi Orang Tua Milenial. Madani Jurnal Politik Dan Sosial
Kemasyarakatan, 11(2), 119138. Google Scholar
Hidayati, Rahma. (2020). Peran Orang Tua: Komunikasi Tatap Muka Dalam Mengawal
Dampak Gadget Pada Masa Golden Age. Source: Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(2).
Google Scholar
Ismawati, Esti. (2012). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Penerbit Ombak. Google Scholar
Lelyana, Margaretha. (2021). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dan Komunikasi
Interpersonal Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Di Smk Prestasi Agung
Jakarta. Risenologi, 6(2), 18. Google Scholar
Mardiyati, Sri, Rahmatullah, Rahmatullah, Suendarti, Mamiek, Nurdeni, Nurdeni,
Saputro, Firdaus Budhy, & Rizkiyah, Nur. (2022). Pengaruh Teknologi Digital
Terhadap Kekerasan Bagi Kaum Perempuan Dan Anak-Anak. Community
Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(2), 474478. Google
Scholar
Pramono, Didi, Yunita, Sandra, Erviana, Mila, Setianingsih, Duwi, Winahyu, Riska
Putri, & Suryaningsih, Meliana Dewi. (2021). Implementasi Penggunaan
Teknologi Oleh Orang Tua Sesuai Pendidikan Karakter Moral Untuk Anak Usia
Dini. Journal Of Education And Technology, 1(2), 104112. Google Scholar
Rachmaniar, Ananda. (2021). Pola Asuh Orang Tua Di Era Digital. Journal Of
Education And Counseling (Jeco), 2(1), 148158. Google Scholar
Rahmat, Stephanus Turibius. (2018). Pola Asuh Yang Efektif Untuk Mendidik Anak Di
Era Digital. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 10(2), 143161. Google
Scholar
Santosa, Elizabeth T. (2015). Raising Children In Digital Era. Elex Media Komputindo.
Google Scholar
Suherniati, Antina, & Afifah, Mouza Khikmatul. (2021). Komunikasi Efektif Dalam
Proses Pembelajaran Di Era Digital. Teori Komunikasi Dalam Praktik, 1, 98.
Google Scholar
Nabila Frisca Oktaviani, Selviani, Fuad Khairan
1632 Syntax Idea, Vol. 4, No. 11, November 2022
Wahidin, Wahidin. (2020). Peran Orang Tua Dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar
Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Pancar (Pendidik Anak Cerdas Dan Pintar),
3(1). Google Scholar
Wiweka, Kadek, Wachyuni, Suci Sandi, Rini, Nuryadina Agus, Adnyana, I. Nyoman, &
Adnyana, Putu Pramania. (2019). Perilaku Berwisata Wisatawan Generasi Milenial
Di Jakarta Pada Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Sains Terapan Pariwisata, 4(3),
313334. Google Scholar
Yuniati, Ketut. (2020). Komunikasi Interpersonal Dalam Membangun Karakter Anak Di
Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional Dharma Acarya, 1(2).
Google Scholar
Copyright holder:
Nabila Frisca Oktaviani, Selviani, Fuad Khairan (2022)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: