Tasawuf Underground: Menumbuhkan Self-Awareness Anak Jalanan dalam Kesadaran
Melaksanakan Ibadah
1473 Syntax Idea, Vol. 4, No. 10, Oktober 2022
interprestasi dari peristiwa-peristiwa berupa kegiatan yang ada di dalamnya (Idris, 2018)
Teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian
mengambil kesimpulan (Nilamsari, 2014).
Penelitian ini akan dilaksanakan di tasawuf underground yang bertempat di kolong
jembatan depan stasiun Tebet, Jakarta Selatan. Pemilihan pada lokasi tersebut karena
memiliki kriteria yang tepat untuk menemukan informan dan partisipan yang akan
dijadikan sebagai sumber penelitian, yaitu anak jalanan dan pendampingnya guna
mendapatkan data tentang perilaku beragama terutama dalam melaksanakan ibadah mahdhah
(Sarason et al., 1994)
Hasil dan Pembahasan
Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau
tempat-tempat umum. Mereka biasanya memiliki ciri-ciri pakaian kusam, tidak terurus, serta
mobilitas yang tinggi. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar belakang
kehidupan yang akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang.
Sehingga memberatkan jiwa dan berperilaku negatif (Amin & Harianto, 2005)
Diberbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus bertahan hidup dengan cara-
cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima oleh masyarakat umum,
sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarganya.
Tidak jarang juga mereka dicap sebagai pengganggu ketertiban lalu lintas kota, sehingga
sering adanya razia untuk memberantas mereka. Marginal, rentan, dan eksploitatif merupakan
istilah-istilah yang sangat tepat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan.
Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang karirnya, kurang
dihargai, dan umumnya tidak menjanjikan prospek apa pun di masa depan. Rentan karena
resiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang benar-benar dari segi
kesehatan maupun sosial sangat rawan. Adapun disebut eksploitatif karena mereka biasanya
memiliki posisi tawar menawar (bargaining position) yang sangat lemah, tersubordinasi, dan
cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman atau oknum
aparat yang tidak bertanggung jawab (Sirajuddin & Tamsir, 2019)
Begitupun yang terjadi di Tasawuf Underground, anak jalanan di sana pada awalnya
tidak memiliki pemahaman agama yang baik, mereka berasal dari berbagai latar belakang
kondisi, ada yang berasal dari anak yang tidak dipedulikan oleh keluarganya, ada yang awal
mulanya merasa nyaman melihat anak jalanan di jalan dan akhirnya ia ingin mengikuti
kegiatan-kegiatan anak jalanan. Tetapi sebagian besar alasan mereka menjadi anak jalanan
karena merasa kecewa dengan kehidupannya sehingga menimbulkan keinginan-keinginan
untuk melakukan perbuatan yang negatif (Naqqiyah, 2021).
Kesadaran merupakan hal penting dalam proses pendewasaan. Kesadaran adalah
kondisi tau, mau dan mengerti dengan dirinya sendiri. Pengertian ini dipahami sebagai
kondisi mengenal diri sendiri, relaksasi diri, mawas diri, dan penemuan jati diri. Kesadaran
merupakan pemahaman secara utuh mengenai jati diri yang memberikan ruang seluas-
luasnya untuk bertindak dan berperilaku sejalan dengan kemampuan dan batasan-batasan
yang melekat dalam diri seseorang.
Menurut Listyowati (2008) menyatakan bahwa self-awareness adalah keadaan dimana
individu dapat memahami diri sendiri dengan setepat-tepatnya. Individu mempunyai