Syntax
Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol. 4, No. 9, September
2022
PENGARUH EFIKASI DIRI
DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENGGERAK ANGKATAN 4 KABUPATEN
MANDAILING NATAL
Sulhan Hamid H Lubis,
Saut Purba, Paningkat Siburian, Osberth Sinaga
Universitas
Negeri Medan, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], ���[email protected],
[email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan: 1) pengaruh efikasi diri terhadap kinerja guru penggerak, 2)
pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru penggerak dan, 3) pengaruh
efikasi diri dan motivasi kerja terhadap kinerja guru penggerak. Rancangan penelitian ini berbentuk eksplanasi. Subjek penelitian ini seluruh guru penggerak di Kabupaten
Mandailing Natal dengan berjumlah 60 orang. Instrumen
pengumpulan data melalui kuesioner. Analisis data
menggunakan analisis statistik inferensial dengan analisis regresi linear
berganda. Berdasarkan hasil analisis data koefisien Freg = 0,809 ; sig. 0,450. semakin tinggi
efikasi diri dan semakin tinggi motivasi kerja maka semakin tinggi kinerja. Sebaliknya semakin rendah efikasi diri dan semakin rendah motivasi
kerja maka semakin rendah kinerja guru penggerak. Berdasarkan
hasil penelitian ini, maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dinyatakan diterima. Hasil penelitian
ini juga membuktikan bahwa efikasi diri dan motivasi kerja memberikan
kontribusi sebesar 36,186% terhadap kinerja. Artinya
kedua variabel (efikasi diri dan motivasi kerja) memberikan kontribusi sebesar
36,186% terhadap tinggi rendahnya kinerja.
Kata Kunci: Efikasi Diri;
Motivasi kerja; Kinerja Guru Penggerak
Abstract
The purpose
of this study is to describe: 1) the effect of self-efficacy on the performance
of the driving teacher, 2) the effect of work motivation on the performance of
the driving teacher, and 3) the effect of self-efficacy and work motivation on
the performance of the driving teacher. This research design is in the form of
an explanation. The subjects of this study were all teachers in Mandailing Natal
Regency, totaling 60 people. The instrument of data collection was through a
questionnaire. Data analysis used inferential statistical analysis with
multiple linear regression analysis. Based on the results of data analysis, the
coefficient of Freg = 0.809; sig. 0.450. the higher
the self-efficacy and the higher the work motivation, the higher the
performance. On the other hand, the lower the self-efficacy
and the lower the work motivation, the lower the performance of the driving
teacher. Based on the results of this study, it can be stated that the
hypothesis proposed in this study is accepted. The results of this study also
prove that self-efficacy and work motivation contribute 36.186% to performance.
This means that the two variables (self-efficacy and work motivation)
contribute 36.186% to the high and low performance.
Keywords: Self-Efficacy;
Work Motivation; Motivating Teacher Performance
Pendahuluan
Efikasi diri merupakan keyakinan
bahwa seseorang memiliki kapabilitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan baik (Coolquit, 2017). Efikasi
diri adalah kepercayaan diri seseorang dalam melakukan tugas. Ciri utama dari orang yang memiliki efikasi diri yaitu memiliki
kompetensi dan kepercayaan diri dalam menyelesaikan pekerjaan sebagai
pencapaian sebuah prestasi. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang
terkait keberhasilan dirinya mengatasi situasi yang sulit (Ivancevich Jr, n.d. 2012 ). Definisi efikasi
diri menurut Wagner dan Hollenback (Gibson, James L., John M. Ivancevich, n.d. 2012) penilaian seseorang tentang
tentang kemampuan dirinya melaksanakan rangkaian tindakan terkait situasi
khusus yang dihadapinya. Efikasi diri mencerminkan usaha
seseorang dan ketahanan diri dalam menghadapi rintangan ataupun tekanan.
Seseorang yang memiliki efikasi diri memiliki cara
dalam bersikap dan bertindak menghadapi situasi, mampu menghadapi situasi
apapun dan menghasilkan sesuatu yang bernilai positif.
Pendapat (Manurung, Hidayat, Patras, & Fatmasari, 2018)
mengatakan bahwa efikasi diri merupakan sikap dan keyakinan seseorang terhadap
kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas mencapai keberhasilan. Efikasi diri tercermin dari 3 indikator; 1) keyakinan dapat
mengatasi kesulitan atau rintangan, 2) keyakinan dengan kemampuan dan, 3)
keyakinan untuk membangkitkan semangat dan menciptakan peluang keberhasilan.
Dari kajian teori para ahli efikasi diri itu dapat diartikan sebagai keyakinan
seseorang dengan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab
secara baik (Ismail et al., 2022). Dengan melakukan
sintesis terhadap pendapat para ahli, indikator seseorang yang memiliki efikasi
diri antara lain: 1) percaya dengan potensi diri, 2) motivasi menyelesaikan
tugas, 3) memiliki ketekunan, 4) memberikan usaha yang lebih dan, 5) ketahanan
dalam menghadapi masalah (abdulla, 2022).
Motivasi
merupakan suatu dorongan bagi individu baik dalam diri maupun dari luar yang
dapat mempengaruhi etos kerja atau kualitas kerja individu motivasi kerja
adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat dan
lemahnya motivasi kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasi menurut Indah
dalam (Lian, n.d.2021)
motivasi adalah motivasi untuk keinginan memperoleh suatu dari dalam hati untuk
membuktikan dalam bentuk prestasi.
Dalam melaksanakan tugas, motivasi
kerja bagi guru sangatlah penting untuk kelancaran dan keberhasilan proses
belajar mengajar agar tujuan pendidikan tercapai sesuai Undang Undang Sisdiknas
no 20 tahun 2003 pasal 3. Motivasi mendorong seseorang (guru) untuk berbuat dan
menggerakkan kegiatan yang akan dilakukan. Motivasi juga menentukan dan menyeleksi arah pekerjaan. Motivasi kerja guru dipengaruhi berbagai faktor. Secara
garis besar motivasi kerja guru dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik (Simarmata, 2020). Faktor
intrinsik yaitu faktor yang muncul dari dalam diri yang didorong oleh keinginan
seperti harapan dan cita-cta. Sedangkan faktor
ekstrinsik adalah faktor yang mempengaruhi dari luar diri seperti lingkungan,
penghargaan dan kegiatan yang dilaksanakan.
Indikator motivasi kerja guru (Hamzah & Winardi, 2017)
terlihat dalam 4 hal yaitu: 1) tanggung jawab melakukan kerja, 2) prestasi yang
dicapai, 3) pengembangan diri dan, 4) kemandirian dalam bertindak. Dalam
dimensi internal Hamzah (2017) mencirikan dengan: 1) tanggung jawab guru
melaksanakan tugas, 2) pelaksanaan tugas dengan target yang jelas, 3) mempunyai
kejelasan tujuan dan menantang, 4) ada umpan balik atas hasil pekerjaanya, 5)
memiliki perasaan senang dalam bekerja, 6) selalu berusaha untuk mengungguli
orang lain dan, 7) mengutamakan prestasi dari yang dikerjakan. Sementara itu
dalam dimensi ekternal (Hamzah B. Uno, n.d.2017)
membuat indikator antara lain: 1) Berusaha memenuhi kebutuhan hidup dan
kebutuhan kerja, 2) senang memperoleh pujian dari yang dikerjakan, 3) bekerja
dengan harapan memperoleh insentif dan, 4) bekerja dengan harapan ingin
memperoleh perhatian teman dan atasan.
Kinerja seseorang sangat dipengaruhi
oleh faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan (Robbins, Stephen P., n.d. 2016).
Kinerja bila dikaitkan dengan guru merupakan kemampuan yang
dimiliki guru dalam melaksanakan tugas maupun pekerjaannya dalam bidang
pendidikan. Kinerja guru dinyatakan baik apabila
tujuan tercapai sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kinerja guru dapat ditunjukkan dari kemampuan guru dalam menguasai
kompetensi yang dipersyaratkan yakni kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. (RI, 2019).
Berdasarkan
penelitian terdahulu banyak penelitian yang menyelidiki Efikasi diri guru dalam
konteks yang berbeda. Menurut Chis 2018 dalam (Syafrani, 2021)
meneliti peran efikasi diri dan dukungan sosial guru dalam mengurangi stres dan
tekanan psikologis mereka. Dia menemukan bukti tipis yang
mendukung efek positif efikasi diri pada stress. Penelitian lainnya
terhadap rendahnya kinerja guru di sekolah dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor diantaranya kompetensi, motivasi kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja,
organisasi tempat guru mengajar, kepemimpinan kepala sekolah maupun adanya
kebijakan pemerintah tentang pendidikan (abdulla, 2022). Kinerja guru
dengan orientasi penguasaan teori dan hafalan, menyebabkan kemampuan siswa
tidak dapat berkembang secara optimal dan utuh seperti apa yang diinginkan (Hartiwi, Kozlova, & Masitoh, 2020).
Senada dengan itu, (Hamzah & Winardi, 2017)
mengemukakan kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
lingkungan kerja, budaya organisasi, kepemimpinan motivasi kerja, disiplin
kerja, gaji, kepuasan kerja dan faktor lainnya. Kinerja guru
menjadi optimal bila diintegrasikan dengan komponen persekolahan lainnya
seperti kepada sekolah dan peserta didik.
Fenomena yang terjadi di lapangan
ditemukan masih ada Guru Penggerak angkatan 4 di kabupaten Mandailing Natal
yang belum memiliki efikasi diri yang baik, seperti belum semua Guru Penggerak
angkatan 4 di kabupaten Mandailing Natal percaya dengan potensi dirinya, masih
terlambat menyelesaikan tugas di LMS dari waktu yang ditetapkan, masih
menunda-nunda pekerjaan. Sampai ada Guru Penggerak guru penggerak angkatan 4 di
kabupaten Mandailing Natal yang hampir mengundurkan diri dari Program Guru Penggerak
yang dilaksanakan selama 9 bulan.� Selain itu kinerja Guru Penggerak juga dapat dipengaruhi oleh
motivasi kerja. Temuan di lapangan Guru Penggerak
angkatan 4 kabupaten Mandailing belum sepenuhnya memiliki tanggungjawab dalam
melaksanakan tugasnya. Belum adanya penelitian yang
membahas tentang efikasi diri dan motivasi kerja khususnya Guru Penggerak
terlebih lagi lokasi di Kabupaten Mandailing Natal membuat hal yang menarik
bagi peneliti untuk membahas hal ini. Ini tidak
terlepas dari Program Guru Penggerak ini dilakukan selama 9 bulan dengan
mengikuti 10 modul baik secara sinkronus maupun asinkronus. Guru Penggerakyang mengikuti program ini atas keinginan sendiri dan
tidak mendapatkan insentif kecuali uang pulsa Rp 150.000 per bulan.
Penelitian
ini bertuuan untuk mendeskripsikan pengaruh efikasi diri terhadap kinerja guru
penggerak, pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru penggerak dan,
pengaruh efikasi diri dan motivasi kerja terhadap kinerja guru penggerak
angkatan 4 Kabupaten Mandailing Natal.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi (explanatory
research) yang bertujuan menjelaskan hubungan sebab akibat (klausal) antar
variabel melalui pengujian hipotesis. Ditinjau dari tingkat eksplanasi
asosiatif, penelitian ini menemukan ada tidaknya pengaruh variabel bebas dengan
variabel terikat dan berapa besar pengaruhnya.
X2
Gambar
1
Hubungan
Antar Variabel Penelitian
Keterangan:
X1 �������� = Efikasi
diri
X2 �������� = Motivasi
Kerja
Y�� �������� = Kinerja Guru
= Pengaruh secara parsial
= Pengaruh secara simultan�
Dalam hal ini efikasi diri (X1) dan motivasi kerja (X2)
merupakan variabel bebas dan kinerja guru penggerak (Y) merupakan variabel
terikat. Populasi penelitian ini seluruh Calon Guru Penggerak angkatan 4
Kabupaten Mandailing Natal berjumlah 60 orang. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan total sampling karena jumlah populasi kurang dari 100 orang. Dalam
penelitian ini menggunakan instrumen angket (kuisinoner) online dengan cara
menyebar link google form kepada responden. Skala pengukuran yang digunakan
dalam penelitian ini� adalah Skala
Likert. Instrument yang telah disusun kemudian dilakukan uji coba kepada 28
orang responden.
Data yang diperoleh dari subjek melalui skala ukur
ditransformasikan ke dalam angka-angka menjadi data kuantitatif, sehingga data
tersebut dapat dianalisis dengan pendekatan statistik. Analisis data
kuantitatif pada penelitian ini dan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan
�Analisis Regresi Dua Prediktor,
dimana yang menjadi prediktor pertama (variabel bebas 1 = X1) adalah efikasi
diri dan prediktor kedua (variabel bebas 2 = X2) adalah motivasi kerja,
sedangkan yang menjadi kriterium (variabel terikat) adalah kinerja. Kedua
variabel bebas ini akan diuji secara bersamaan, sehingga dapat dilihat
pengaruhnya terhadap variabel terikat. Sebelum dilakukan analisis data dengan
teknik analisis Regresi 2 Prediktor, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
yang meliputi : Uji normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah distribusi data
penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Uji linieritas,
yaitu untuk mengetahui apakah data dari masing-masing variabel bebas memiliki
hubungan yang linier dengan variabel terikat.�
Hasil dan Pembahasan
Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan
antara efikasi diri dan motivasi kerja terhadap kinerja guru penggerak. Hasil ini
ditunjukkan dengan koefisien Freg = 0,809 ; sig.
0,450. Ini menandakan bahwa semakin tinggi efikasi diri dan
semakin tinggi motivasi kerja maka semakin tinggi kinerja. Sebaliknya semakin rendah efikasi diri dan semakin rendah motivasi
kerja maka semakin rendah kinerja guru penggerak. Berdasarkan
hasil penelitian ini, maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dinyatakan diterima. Hasil penelitian
ini juga membuktikan bahwa efikasi diri dan motivasi kerja memberikan
kontribusi sebesar 36,186% terhadap kinerja. Artinya
kedua variabel (efikasi diri dan motivasi kerja) memberikan kontribusi sebesar
36,186% terhadap tinggi rendahnya kinerja. Sisanya sebesar 64,814%
pengaruh dari variabel lain terhadap kinerja, dimana faktor-faktor lain
tersebut dalam penelitian ini tidak dilihat dalam penelitian ini, diantaranya
adalah faktor individu dan situasi kerja atau situasional yang semua itu
terdapat dalam kemampuan (kemampuan komunikasi interpersonal), motivasi,
pengetahuan pekerjaan, tingkat pendidikan, persepsi, tujuan, nilai-nilai,
keahlian, kompetisi, lingkungan sosial atau tekanan situasi, umur, jenis
kelamin, masa, dan jabatan atau keterlibatan kerja. Secara terpisah, efikasi
diri memberikan kontribusi sebesar 11,2% terhadap
tinggi rendahnya kinerja, sementara motivasi kerja memberikan kontribusi sebesar
9,2% terhadap tinggi rendahnya kinerja.
Hasil penelitian ini mendukung
pernyataan yang disampaikan (Miner, Bassof, & Moorman, 2001)
menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang antara lain sikap
(meliputi keyakinan, perasaan, dan perilaku yang cenderung kepada orang lain
atau sesuatu), keterlibatan kerja (tingkat seseorang memilih berpartisipasi
secara aktif dalam kerja, menjadikan kerja sebagai pusat perhatian hidup dan
memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang penting kepada penghargaan diri),
perilaku (tindakan seseorang dalam keadaan umum dan khusus), partisipasi
(tingkat seseorang secara nyata ikut serta dalam kegiatan-kegiatan organisasi)
dan penampilan (tindakan individu yang membantu mencapai tujuan organisasi
termasuk kuantitas dan kualitas). Keseluruhan faktor-faktor
ini mencakup efikasi diri dan motivasi kerja. Efikasi diri yang
mempengaruhi proses berpikir, motivasi dan kondisi perasaan yang semuanya
berperan terhadap apa yang dilakukan. Individu dengan
efikasi diri yang rendah dalam mengerjakan tugas tertentu akan
cenderung menghindari tugas itu. Kondisi ini akan
membuat individu sulit untuk meraih kinerja yang optimal. Individu yang merasa
sulit untuk memotivasi diri akan mengurangi usahanya
atau menyerah dalam berbagai macam rintangan yang dihadapinya. Efikasi diri juga mempengaruhi besar usaha dan ketahanan individu
dalam menghadapi kesulitan. Individu dengan efikasi
diri yang tinggi memandang tugas-tugas yang sulit sebagai tantangan untuk
dihadapi daripada sebagai ancaman untuk dihindari. Jadi faktor yang
dapat mempengaruhi efikasi diri yaitu suatu tugas yang dirasakan sulit harus di
hadapinya dengan berbagai situasi tertentu melalui keyakinan akan
kemampuannya sendiri.
Guru penggerak
memiliki ciri yang profesional ditandai dengan adanya penguasaan kemampuan/
kompetensi yang dimiliki guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Seorang guru
penggerak dapat menguasai materi serta konsep-konsep mata pelajaran yang
diampunya, akan dapat melakukan proses pembelajaran
yang berpihak pada siswa. Menurut Effendi (1997)
faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja guru dalam proses
belajar mengajar di sekolah adalah pengetahuan guru itu sendiri. Oleh karena itu, guru harus senantiasa berusaha meningkatkan
pengetahuannya agar mempunyai wawasan yang luas demi peningkatan kinerjanya.
Motivasi kerja yang dimiliki guru akan mendorong guru untuk bekerja atau mengarahkan aktivitas
selama bekerja serta menyebabkan guru mengetahui adanya tujuan yang relevan
antara tujuan organisasi dengan tujuan pribadinya. Jika seorang guru mempunyai
motivasi kerja yang tinggi, maka guru tersebut akan
melakukan pekerjaannya dengan keras, tekun, dan dengan dedikasi tinggi sehingga
akan tercapai hasil yang maksimal. Hal ini selaras dengan pendapat (Uno, 2008)
yang menyatakan bahwa motivasi erat hubungannya dengan perilaku dan kinerja
atau prestasi kerja. Dengan demikian semakin tinggi motivasi
seseorang maka semakin tinggi pula kinerjanya begitu pula sebaliknya.
Castetter (dalam sagala 2007)
menegaskan bahwa kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh
kemampuan profesional guru-gurunya. Seorang guru akan
dapat melaksanakan tugasnya dengan apabila memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta wawasan yang luas dalam bidangnya. Hal ini didasarkan dengan
pemikiran bahwa seorang guru akan dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik apabila memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
wawasan yang luas dalam bidangnya.� Untuk meningkatkan kinerjanya, guru harus selalu berusaha tepat
waktu, menggunakan metode dan strategi pembelajaran dengan tepat, serta
mengikuti seminar atau pelatihan sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.�
Apabila guru memiliki motivasi kerja
yang tinggi, maka guru akan memberikan yang terbaik
demi kemajuan organisasinya.� Motivasi dalam hal ini berfungsi sebagai pendorong usaha dalam
pencapaian prestasi. Motivasi kerja guru dapat berasal
dari dalam diri guru (motivasi intrinsik) maupun dari luar diri guru (motivasi
ekstrinsik). Motivasi yang berasal dari dalam diri guru akan menimbulkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap
pekerjaannya yang lebih baik dibandingkan dengan dorongan yang berasal luar
diri guru. Guru yang merasa mampu menerapkan pembelajaran yang disenangi siswa
serta memiliki hubungan yang harmonis baik dengan siswa maupun orang tua siswa,
akan berdampak pada kinerja guru yang optimal. Seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila memiliki
tingkat motivasi dan kemampuan yang mendukung penyelesaian tugasnya tersebut.
Motivasi yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu tidak akan efektif tanpa didukung oleh pemahaman yang jelas
tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Dengan
demikian, aspek kemampuan dan motivasi seseorang secara bersama-sama akan berpengaruh
terhadap kinerjanya (Ivanova, Gubanova, Shakirova, & Masitoh, 2020).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
penelitian yang telah dikemukakan, maka kesimpulan dalam penelitian ini yaitu, koefisien
Freg = 0,809 ; sig. 0,450. semakin
tinggi efikasi diri dan semakin tinggi motivasi kerja maka semakin tinggi
kinerja. Sebaliknya semakin rendah efikasi diri dan semakin
rendah motivasi kerja maka semakin rendah kinerja guru penggerak. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dinyatakan bahwa
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan diterima. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa efikasi diri dan
motivasi kerja memberikan kontribusi sebesar 36,186% terhadap kinerja. Artinya kedua variabel (efikasi diri dan motivasi kerja) memberikan
kontribusi sebesar 36,186% terhadap tinggi rendahnya kinerja.
Bagi sekolah,
Koordinasi antara kepala sekolah, para guru dan karyawan perlu ditingkatkan
agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Pihak sekolah diharapkan dapat mendukung program-program pemerintah
dalam rangka peningkatan profesionalisme guru demi tercapainya pembelajaran
yang berkualitas. Bagi Dinas�
Pendidikan, Dalam upaya mempertahankan serta meningkatkan kinerja guru,
Dinas� Pendidikan hendaknya
senantiasa� melakukan perencanaan
strategik dalam� pengembangan dan
peningkatan� profesionalisme guru
secara� berkesinambungan dengan cara� mengadakan pelatihan-pelatihan dan� pendidikan bagi guru ekonomi. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, Dapat menjadikan penelitian
ini sebagai referensi dalam memecahkan permasalahan yang terkait dengan kinerja
guru.
Abdulla. (2022). Peningkatan Produktivitas Kerja Guru Melalui
Pengembangan Efikasi Diri dan Kepemimpinan Visioner. Jurnal Manajemen Pendidikan, 10(1), 37�42.Google Scholar
Coolquit. (2017). Organization Behavior, New York, Mcgraw-Hill. Google Scholar
Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H.
Donnelly. (N.D.). Robert
Konopaske.(2012). Organizations Behavior, Structure, Processes, Fourtteenth
Edition. Singapore: The Mcgraw-Hill Companies. Google Scholar
Hamzah B. Uno. (N.D.). Teori Motivasi Dan Pengukurannya (Analisis Di Bidang Pendidikan).
Jakarta, Bumi Aksara. Google Scholar
Hamzah, Hamzah, & Winardi, Sugeng. (2017). Sistem
Informasi Layanan Sms Gateway Bagi Bidan dalam Program Pws-Kia. Respati, 9(26). Google Scholar
Hartiwi, Heriana, Kozlova, Anna Yu, & Masitoh,
Fitri. (2020). The Effect Of Certified Teachers And Principal Leadership Toward
Teachers� Performance. International
Journal Of Educational Review, 2(1),
70�88. Google Scholar
Ismail, Jeffrit Kalprianus, Hari Nugroho, S. E., MM,
M. S. E., Intan Hesti Indriana, M. M., Hendrayady, Agus, Sos, S., Sarjana, Sri,
Melan Susanty Purnamasari, S. E., MM, C. M. A., & Nur Syamsiyah, S. T.
(2022). Pengantar Manajemen.
Media Sains Indonesia. Google Scholar
Ivanova, Tatyana, Gubanova, Natalia, Shakirova,
Indira, & Masitoh, Fitri. (2020). Educational Technology As One Of The
Terms For Enhancing Public Speaking Skills. Universidad Y Sociedad, 12(2),
154�159. Google Scholar
Kasmir. (2018). Manajemen
Sumber Daya Manusia, Depok, Rajawali Pers. Google Scholar
Kompri. (N.D.). Motivasi
Pembelajaran Perspektif Gurkompri. (N.D.). Motivasi Pembelajaran Perspektif
Guru Dan Siswa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.U Dan Siswa, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Google Scholar
Lian, B. (N.D.). Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Disiplin Kerja,
Jurnal Manajemen Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan, Volume 46 Nomor 1
Januari Juni 2021. Google Scholar
Manurung, Santa, Hidayat, Rais, Patras, Yuyun
Elizabeth, & Fatmasari, Rhini. (2018). Peningkatan Efektivitas Kerja
Melalui Perbaikan Pelatihan, Penjaminan Mutu, Kompetensi Akademik Dan Efikasi
Diri Dalam Organisasi Pendidikan. Manageria:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), 69�85. Google Scholar
Miner, Anne S., Bassof, Paula, & Moorman,
Christine. (2001). Organizational Improvisation And Learning: A Field Study. Administrative Science Quarterly, 46(2), 304�337. Google Scholar
RI, Kementerian Pendidikan Nasional. (2019). Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang
Guru Dan Dosen. Google Scholar
Robbins, Stephen P., And Timothy A. Judge. (N.D.). Organizational Behavior, 16th Edition, New
Jersey, Pearson Prentice Hall. Google Scholar
Sa, Dalam, & Gala. (2007). kualitas proses
belajar mengajar. jurnal.fkip.uns.ac.id. Google Scholar
Simarmata, Risda Herawati. (2020). Upaya Peningkatan
Motivasi Kerja Guru Sekolah Dasar. Jurnal
Bahana Manajemen Pendidikan, 2(1),
654�660. Google Scholar
Soleh, Asep Muhamad, & Tobari, N. Kesumawati.
(2019). Development Of Practical Manual As A Learning Media For Simulator
Aircraft Rescue And Fire Fighting. International
Journal Of Scientific & Technology Research, 8(10), 523�526. Google Scholar
Syafrani, Lini. (2021). Iklim Sekolah, Efikasi Diri
Dimoderisasi Oleh Emosi Terhadap Kelelahan Guru. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4), 1683�1689. Google Scholar
Uno, Yoshiharu. (2008). The Nonlifting Sign And
Forceps Biopsy. Gastrointestinal
Endoscopy, 68(5),
1026�1027. Google Scholar
Sulhan
Hamid H Lubis, Saut Purba, Paningkat Siburian, Osberth Sinaga (2022) |
First
publication right: |
This
article is licensed under: |