Syntax
Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol. 4, No. 9, September
2022
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA MATERI STATISTIKA� MELALUI
MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE��� KELAS XII
IPS� SMA NEGERI 1 SINGKEP TAHUN AJARAN
2021/2022
Rislayanti
SMA Negeri 1 Singkep
Email: [email protected]
�����������������������������������������������������������������������������������
Abstrak
Dalam proses pembelajaran untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik,� kemampuan berpikir kritis merupakan
salah satu hal yang penting, karena dengan berpikir kritis peserta didik akan
menggunakan potensi pikiran secara maksimal untuk memecahkan suatu permasalahan
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Jenis penelitian ini merupakan
Jenis penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh guru sebagai upaya
pemecahan masalah dan memperbaiki� mutu pembelajaran di kelas. Alasan
menggunakan jenis penelitian ini karena masih banyak nilai� peserta didik yang belum mencapai
batas ketuntasan sehingga peneliti ingin mencoba menerapkan Model pembelajaran
Example Non Example dalam penelitian Tindakan kelas ini. Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan instrumen�
observasi aktivitas peserta didik dalam kelompok, dan tes sebagai
instrumen yang telah divalidasi oleh validator untuk mengetahui hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran Example Non Example pada peserta didik
kelas XII IPS 3 di SMA Negeri 1 Singkep. Kegiatan ini dilakukan� dua siklus dengan lima kali pertemuan
, dimana dua� kali pertemuan siklus
pertama dan tiga kali pertemuan siklus kedua. Aktifitas belajar peserta
didik� di siklus I dipersentasikan secara
klasikal mencapai� 79%� dan siklus II 87% yang artinya dalam
pelaksanaan penerapan model ini mendapatkan hasil yang Baik, mengalami
peningkatan 8 % . Adapun hasil tugas kelompok dalam
mengerjakan soal-soal di nilai semuanya mencapai KKM, yaitu 75 baik di siklus I
maupun Siklus II. Tugas� kelompok siklus I rata-rata klasikal
83 dan siklus II 89 mengalami peningkatan. Sedangkan hasil belajar peserta
didik siklus I� yang
tuntas 18 orang dengan persentase 64% , sedangkan siklus II peserta didik yang
tuntas sebanyak 25 orang dengan persentasi���
89 %, sehingga kenaikan mencapai 25%.
Kata Kunci: Aktivitas; Materi Statistik; Hasil Belajar;
Model Example Non Example
Abstract
In the learning process to develop students' creativity, critical
thinking skills are one of the important things, because with critical thinking
students will use the potential of their minds to the fullest to solve a
problem they face in everyday life. This type of research is a type of classroom
action research conducted by the teacher as an effort to solve problems and
improve the quality of learning in the classroom. The reason for using this
type of research is because there are still many student scores that have not
reached the limit of completeness so that researchers want to try to apply the
Example Non Example learning model in this classroom action research. This
research was carried out using an instrument of observing the activities of
students in groups, and the test as an instrument that has been validated by
the validator to determine learning outcomes using the Example Non Example
learning model for students of class XII IPS 3 at SMA Negeri 1 Singkep. This
activity was carried out in two cycles with five meetings, where there were two
meetings in the first cycle and three meetings in the second cycle. The
students' learning activities in the first cycle were presented classically
reaching 79% and in the second cycle 87%, which means that in the
implementation of the application of this model the results were good, an
increase of 8%. As for the results of group assignments in working on the
questions, all of them reached the KKM, which was 75
both in cycle I and cycle II. The classical average of the first cycle group
was 83 and the second cycle was 89 increased. While the learning outcomes of
students who completed the first cycle were 18 people with a percentage of 64%,
while the second cycle students who completed were 25 people with a percentage
of 89%, so the increase reached 25%.
Keywords: Activity; Statistics Materials;
Learning Outcomes; Model Example Non Example
Pendahuluan
Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam menghadapi era
globalisasi yang penuh dengan tantangan dan perubahan, dengan pendidikan
diharapkan dapat membentuk karakter penerus bangsa yang inovatif, terampil dan
kreatif. Dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas peserta
didik,� kemampuan berpikir kritis
merupakan salah satu hal yang penting, karena dengan berpikir kritis peserta
didik akan menggunakan potensi pikiran secara maksimal untuk memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, berpikir
kritis juga penting untuk merefleksi diri peserta didik agar� peserta didik terbiasa dilatih untuk berpikir
(Rahmadani, 2019).
�Berdasarkan pengalaman
selama mengajar penulis selaku guru mata Pelajaran matematika ditemukan
permasalahan pembelajaran yaitu� banyak
peserta didik� yang mendapatkan
nilai� di bawah KKM (Muktilah., 2013). Hal ini disebabkan
beberapa faktor diantaranya yaitu faktor dari dalam diri peserta didik terbiasa
pembelajaran konfensional, seperti masih kurangnya keaktifan dalam pembelajaran
di kelas. Disini terlihat bahwa dalam proses pembelajaran , masih minimnya
partisipasi� peserta didik dalam proses
pembelajaran di kelas yang malas bertanya, menjawab, maupun menanggapi
pertanyaan dari guru (Muktilah., 2013) Saat diberikan
pertanyaan, hanya beberapa siswa saja yang mau menjawab pertanyaan dari guru,
jika di beri tugas masih banyak tidak mengumpulkan tepat waktu. Peserta didik
cenderung belum terbiasa� berpikir secara
kritis dalam menyelesaikan permasalahan sehingga saat di tuntut untuk
mengerjakan soal yang bersifat kritis menjadi tidak terbiasa dan sulit.
Pembelajaran menjadi pasif dan berdampak pada hasil belajar peserta didik yang
rendah (Tendrita, Mahanal, & Zubaidah, 2017).
Merujuk kepada hasil ulangan harian KD 3.1� yaitu mendiskripsikan jarak dalam ruang (
antar titik, titik ke garis, dan titik ke bidang) kelas XII IPS disajikan dalam
tebel di bawah ini (Ricardo & Meilani, 2017)
Tabel
1
Data
Tuntas dan Tidak Tuntas� XII IPS
No |
Kelas |
Jumlah
Siswa |
Tuntas
(%) |
TidakTuntas�
(%) |
1 |
XII IPS 1 |
29 |
69% (20) |
31% (9) |
2 |
XII IPS 2 |
25 |
68% (17) |
32% (8) |
3 |
XII IPS 3 |
28 |
43% (12) |
57% (16) |
Sumber: Data Olahan Tahun 2021
Berdasarkan
hasil pembelajaran sebelum penelitian menunjukkan bahwa pada� kelas XII IPS-1 sebanyak 69% siswa yang
tuntas dengan jumlah peserta didik sebanyak�
20 orang, sementara itu, untuk yang tidak tuntas sebanyak 31% atau 9
orang. Kelas XII IPS-2 sebanyak�� 68%
peserta didik yang tuntas dengan jumlah peserta didik 17 orang, 32% siswa yang
tidak tuntas dengan jumlah siswa 8 orang. Sedangkan� kelas XII IPS-3� peserta didik yang tuntas� adalah 43% dengan jumlah peserta didik 12
orang, 57% peserta didik yang tidak tuntas atau jumlah peserta didik 16 orang.
Dilihat dari ke tiga kelas di atas, nilai peseerta didik yang paling banyak
tidak tuntas� nilai
dibawah� KKM 75 adalah kelas XII IPS-3. Hal ini mungkin di sebabkan penggunaan model pembelajaran yang
kurang tepat. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat
membantu peserta didik dalam proses pembelajaran agar menjadi lebih baik. Dan
untuk meningkatkan hasil belajar, keaktivan belajar� dan melibatkan peserta didik dalam
proses pembelajaran salah satunya yaitu model pembelajaran example non
example.� Kelebihan dari model pembelajaran
example non example adalah pemahaman konsep cepat melalui pengalaman yang
nyata, mengamati dari materi berupa contoh gambar yang mereka lihat.
Sedangkan kelemahan model example non example adalah tidak semua materi
dapat disajikan dalam bentuk gambar �(Hamdayama, 2014).
Dalam penelitian ini� peneliti akan menerapkan model pembelajaran example
non example agar peserta didik untuk lebih mudah memahami materi pelajaran
dalam menganalisis gambar-gambar serta mendiskripsikan apa yang ada di dalam
gambar baik secara individu maupun berkelompok (Isjoni, 2016).
Metode
Penelitian
Metode penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas
yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari solusi pemecahan masalah dalam
proses belajar mengajar sebagai peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dan Desain
penelitian sebagai bentuk pelaksanaan penerapan model pembelajaran berdasarkan
rancangan penelitian, dimana penelitian ini dilakukan dua siklus. Menurut (Hopkins, 2013)
penelitian Tindakan kelas terdiri atas empat tahapan� setiap siklus, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi, yang terdapat pada gambar� di bawah ini:
Gambar 1
Desain Penelitian
Tindakan Kelas oleh Hopkins
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Singkep mulai tanggal 1 September 2021 sampai dengan 27 November 2021
di kelas XII IPS 3� SMAN 1 Singkep yang
berjumlah 28 orang, yaitu laki-laki 14 orang dan perempuan 14 orang. Kegiatan
ini dilakukan� dua
siklus dengan lima kali pertemuan , dimana dua�
kali pertemuan siklus pertama dan tiga kali pertemuan siklus kedua. Pada
siklus pertama , materinya adalah penyajian data dan
membuat table distribusi frekuensi. Sedangakan siklus kedua materinya adalah
ukuran pemusatan data (Hakim, 2016).
A.
Deskripsi
Data Hasil Penelitian
1) Hasil Siklus
I
a. Perencanaan
Perencanaan
penelitian� ini adalah menentukan kelas
penelitian, Menyusun program pengajaran, Menyusun rancangan model pembelajaran
example non example, Menyusun tugas kelompok, Menyusun soal tes berupa postes,
Menyusun instrument tes disesuaikan dengan materi, Menyusun instrument
observasi untuk mengukur aktivitas peserta didik (Kanthi, 2018).
b. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
kegiatan proses belajar mengajar dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 09
September 2021� selama
2 x 30 menit. Dalam tahapan proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
example non example. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan
RPP (terlampir). Kegiatan awal dengan waktu lebih kurang lima menit,
mengucapkan salam,berdoa lalu memeriksa kehadiran
peserta didik. Kemudian memberikan motivasi, apersepsi Kegiatan inti selama lima puluh menit, peserta didik dibagi menjadi sembilan
kelompok. Delapan kelompok anggotanya� terdiri dari tiga� orang dan satu kelompok anggotanya dua orang.
Dalam setiap kelompok memiliki kemampuan yang berbeda-beda
dan di bagi berdasarkan nilai postes sebelum penelitian tindakan kelas. Tiap kelompok peneliti memberikan embaran tugas kelompok yang sudah
dipersiapkan sebelumnya di sesuaikan dengan langkah -langkah model example non
example. Kemudian peneliti menjelaskan secara rinci� materi pembelajaran dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Setiap kegiatan yang
dilakukan peserta didik dicatat padal lembaran observasi aktivitas kerja
kelompok dan membimbing kegiatan kelompok. Adapun didalamnya terdapat
tujuh indikator kegiatan penilaian lembar observasi aktivitas belajar peserta
didik seperti persiapan kelompok,� semangat kelompok, kekompakan anggota
kelompok, keaktifan anggota dalam kelompok, tanggapan atau jawaban pertanyaan
guru, pemanfaatan waktu dan menyelesaikan tugas kelompok (Terlampir). Setiap
kelompok harus menyelesaikan�
tugas yang diberikan dan mempersentasikan hasil diskusi kelompok
mereka. Karena waktu tidak cukup untuk menjelaskan hasil diskusinya maka
ditunda untuk pertemuan berikutnya (Media., 2017)
c. Hasil
Pengamatan
Dalam proses
mengerjakan tugas kelompok , peneliti melihat ada
peserta didik yang diam sepertinya tidak peduli, malas mengerjan tugas yang
diberikan sedangkan teman sekelompok mengerjakan dengan asik dan tekun. Ada
juga kelompok lain antusias dalam mengerjakan soal, bertanya dengan teman
kelompok lain atau dengan guru. Karena waktu tidak cukup
untuk menjelaskan hasil diskusinya maka ditunda untuk pertemuan berikutnya.
Pertemuan kedua tanggal empat belas September, peserta didik mempersentasikan
hasil diskusi kelompok. Peneliti meminta tiga kelompok� mempersentasikan hasil diskusi
kelompok yaitu kelompok satu, lima dan kelompok delapan. Dan kelompok lain di minta untuk memperhatikan dan memberikan pertanyaan
juga menyanggah apabila masih ada jawaban yang belum tepat. Guru memberi penguatan pada hasil diskusi kelas dan siswa
mencatat penguatan yang diberikan. Pada kegiatan akhir guru
dan peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Berdasarkan
analisis pengamatan selama proses pembelajaran masih ada kelompok peserta didik
belum selesai mengerjan soal-soal yang diberikan� , masih ada peserta didik� malas mengerjakan tugas yang diberikan, tidak
peduli dengan anggota kelompoknya yang asik mengerjakan tugas yang diberikan.
Masih ada peserta dididk tidak memperhatikan pada saat teman yang lain mempersentasikan hasil kerja kelompok. Hasil observasi� kegiatan
aktivitas peserta didik selama�
mengerjakan tugas kelompok pada siklus I di sajikan dalam table berikut
ini:
Tabel
2
Observasi
Aktivitas Peserta Didik Siklus I
No |
Aktivitas Siswa |
Kel. 1 |
Kel. 2 |
Kel.�
3 |
Kel. 4 |
Kel. 5 |
Kel. 6 |
Kel. 7 |
Kel. 8 |
Kel. 9�
|
1 |
Persiapan kelompok |
3 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
2 |
Semangat kelompok |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
Kekompakan anggota kelompok |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
4 |
Keaktivan anggota kelompok |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
5 |
Tanggapan/ jawaban atas pertanyaan guru |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
6 |
Pemanfaatan waktu |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
7 |
Menyelesaikan tugas kelompok |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
|
Persen % |
86% |
93% |
75% |
75% |
82% |
75% |
79% |
75% |
79% |
Keterangan:
1.
Sangat kurang : skor 1
2.
Kurang : skor 2
3.
Baik : skor 3
4.
Sangat Baik : skor 4
����������������������������������������� Tabel
3
�������������������������������������������� Rentang
Nilai
Rentang Nilai |
Katagori |
81-100% |
Sangat aktif |
61-80% |
Aktif |
41-60% |
Cukup aktif |
21-40% |
Kurang aktif |
0-20% |
Pasif |
Dari� tabel�
observasi kegiatan aktivitas peserta didik terdiri dari tujuh indikator,
dengan persentasi� terdapat empat
kelompok katagori sangat aktif , yaitu kelompok 1, 2, 5 dan 7.� Sedangkan katagori aktif
terdapat pada kelompok 3,4,6,8 dan 9. Maka dari
hasil�� persentasi secara keseluruhan
kegiatan aktifitas kelompok dikatagorikan aktif dengan total skor 79%
(Terlampir).
Pada kegiatan akhir,� peneliti memberikan tes berupa postes
kepada seluruh peserta didik yang menjadi sampel penelitian. Peserta
didik yang hadir sebanyak 28 orang. Dimana peserta didik mengerjakan lima soal bentuk essai, setiap soal disesuaikan dengan model
pembelajaran example non example, tetapi tidak semua soal dapat
disajikan dalam bentuk gambar. Penilaian hasil belajar siklus I dinilai dari
tugas kelompok dan hasil postest di jumlahkan di bagi dua. Berikut ini
disajikan gabungan�
tugas kelompok dan nilai postes yang telah tertera pada� tabel di bawah ini.
Table 4
�Hasil Nilai� Siklus I
No |
Nama |
Tugas kelompok |
Nilai postest |
Rata-rata (Siklus I) |
Keterangan |
1 |
Afdalu |
75 |
70 |
73 |
Tidak Tuntas |
2 |
Agus Purnadi |
75 |
70 |
73 |
Tidak Tuntas |
3 |
Ahmad
Jalaludin |
80 |
75 |
78 |
Tuntas |
4 |
Al-Aksar |
80 |
62 |
71 |
Tidak tuntas |
5 |
Amirudin |
80 |
75 |
78 |
Tuntas |
6 |
Annisa |
75 |
78 |
77 |
Tuntas |
7 |
Ardi
Febriansyah |
80 |
60 |
70 |
Tidak tuntas |
8 |
Arfah |
85 |
75 |
80 |
Tuntas |
9 |
Atikah |
85 |
77 |
81 |
Tuntas |
10 |
David Suryadi |
80 |
70 |
75 |
Tuntas |
11 |
Desvia Silvana |
85 |
56 |
71 |
Tidak tuntas |
12 |
Fazilla |
75 |
78 |
77 |
Tuntas |
13 |
Indi |
85 |
79 |
82 |
Tuntas |
14 |
Janita |
85 |
83 |
84 |
Tuntas |
15 |
Jumadi |
85 |
60 |
73 |
Tidak Tuntas |
16 |
Karli Roza |
75 |
65 |
70 |
Tidak Tuntas |
17 |
Lenny |
85 |
85 |
85 |
Tuntas |
18 |
Nova |
100 |
76 |
88 |
Tuntas |
19 |
Pardi |
75 |
70 |
73 |
Tidak Tuntas |
20 |
Reza Okta |
80 |
79 |
80 |
Tuntas |
21 |
Riki Samudra |
80 |
77 |
79 |
Tuntas |
22 |
Reonaldo |
75 |
50 |
63 |
Tidak Tuntas |
23 |
Rizky Handika |
85 |
78 |
82 |
Tuntas |
24 |
Rosalinda |
100 |
78 |
89 |
Tuntas |
25 |
Susanti |
80 |
79 |
80 |
Tuntas |
26 |
Yazid |
85 |
50 |
68 |
Tidak Tuntas |
27 |
Yoga |
80 |
73 |
77 |
Tuntas |
28 |
Yunis |
100 |
100 |
100 |
Tuntas |
|
Rata-rata |
83 |
73 |
78 |
|
Gambar 2
Grafik Analisis Hasil Belajar
Siklus I
Berdasarkan table di atas bahwa nilai tugas setiap kelompok sudah
mencapai nilai KKM 75. Hasil� postest
pada� peserta
didik yang tuntas secara individu �18 orang dengan
persentasi 64% , �dan 10 orang� tidak tuntas dengan persentasi 36% artinya �belum mencapai KKM �75. Nilai siklus I diperoleh dari gabungan nilai tugas
kelompok dan nilai postes sehingga peserta didik yang tidak untas ada 10 orang
peserta didik dengan persentase 64%.
Nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah� adalah 50. Rata-rata siklus I�� adalah 78 dan ketuntasan belajar� masih di bawah 85%� yaitu�
64%, berarti ada perbaikan pembelajaran di siklus II.
2)
�Refleks Siklus I
�Berdasarkan
pengamatan dalam pembelajaran di kelas ditemukan;
1)
Masih
ada peserta didik belum
fokus mengerjakan tugas yang diberikan.
2)
Kekurangan waktu karena soal banyak
jadi tidak efisien , sehingga
persentasi dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
3)
Masih ada peserta didik
yang tidak bekerja sama, hanya mengharapkan teman sekelompoknya.
4)
Dari hasil
pembelajaran pada siklus
I nilai peserta didik dibawah KKM yaitu 10 orang dipersentase 36% dan di atas KKM 18
orang dipersentase 64 %.
5)
Lebih
ditingkatkan lagi perhatian dan bimbingan kepada peserta didik dalam� memahami setiap
permasalahan yang di hadapi untuk mengerjakan tugas kelompok maupun individu.
3)
Hasil
Siklus II
a. Perencanaan
�� Perencanaan siklus II meneruskan
permasalahan di siklus I. Di siklus II peneliti diharapkan lebih ditingkatkan
perhatian dan motivasi kepada kelompok yang kurang memahami setiap permasalahan
yang dihadapi dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan Setiap kegiatan
belajar mengajar peneliti memberikan lembar kerja sebanyak tiga kali dengan 3
kali pertemuan. Satu kali pertemuan 60 menit (2 x 30 menit).
Untuk evaluasi berupa postest satu kali pertemuan (2x30) menit. Jadi� di Siklus II
alokasi waktu 8 x 30 menit. Kemudian kegiatan tugas kelompok di amati dan di
ceklis pada lembar observasi yang sudah dipersiapkan oleh peneliti untuk
mengetahui kegiatan kelompok peserta didik dalam� menerapkan model pembelajaran Example
Non Example dengan baik dan sistematis. Kemudian tes tertulis peneliti lakukan
adalah dengan memberikan postest� setelah akhir pelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan
pertama di mulai pada hari Selasa, tanggal 05 Oktober 2021 dilaksanakan selama
2 x 30 menit. Dalam tahapan
proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Example Non
Example, materinya adalah ukuran pemusatan data yaitu mencari mean, median dan
modus data tunggal dan data berkelompok dalam�
table distribusi frekuensi dilaksanakan sesuai dengan RPP ( lampiran I
). Kegiatan awal dengan waktu 5 menit, terlebih dahulu membaca doa mengucapkan salam, menyapa peserta didik. Peserta didik
menjawab salam. Guru membuka pembelajaran� dengan memeriksa kehadiran peserta
didik, kemudian memberi motivasi, apersepsi, menuliskan judul dan tujuan
pembelajaran.
Kegiatan inti berlangsung 50 menit, guru membagikan
tugas kelompok kepada peseta didik, sebelumnya peserta didik sudah duduk pada
kelompok masing-masing dan guru memberi petunjuk apa
yang harus dikerjakan peserta didik. Guru memberi
kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikan tugas yang telah diberikan oleh
guru. Dan meminta perwakilan setiap kelompok untuk memaparkan
dan menjelaskan hasil diskusi yang
telah dilakukan. Selanjutnya guru memberikan
penguatan pada hasil diskusi. Pada kegiatan akhir
hasil diskusi dikumpulkan guna untuk di nilai hasil tugas diskusi peserta
didik. Karena dari pengalaman siklus I waktu tidak
efisien dikarnakan soal terlalu banyak maka di siklus II butir soal di kurangi.
�Pada
pertemuan ke dua pada hari Kamis tanggal 07 Oktober 2021 dengan materi mencari� mean, median,
dan modus disajikan dalam table dan histogram. Langkah-langkah kegiatan inti sama seperti pertemuan sebelumya.� Selanjutnya guru memberikan
penguatan pada hasil diskusi. Pada kegiatan akhir
hasil diskusi dikumpulkan guna untuk di nilai hasil tugas diskusi peserta
didik.
Pertemuan ke tiga, pada hari
Kamis tanggal 12 Oktober 2021, dengan materi Kuartil data tunggal dan data
Berkelompok. Langkah-langkah kegiatan inti sama seperti
pertemuan sebelumnya. Perserta didik diminta mempersentasikan
hasil diskusi dan mengumpulkan tugas untuk di beri nilai. Pada pertemuan
berikutnya peserta didik mengadakan kegiatan evaluasi adalah dengan memberikan test berupa postest bentuk uraian.
c. Hasil Pengamatan
Hasil
observasi kegiatan�
peserta didik dalam mengerjakan tugas kelompok disajikan dalam
table berikut ini.
Tabel 4
Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II
No |
Aktivitas Siswa |
Kel. 1 |
Kel. 2 |
Kel.�
3 |
Kel. 4 |
Kel. 5 |
Kel. 6 |
Kel. 7 |
Kel. 8 |
Kel. 9�
|
1 |
Persiapan kelompok |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
2 |
Semangat kelompok |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
Kekompakan anggota kelompok |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
4 |
Keaktivan anggota kelompok |
3 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
5 |
Tanggapan/ jawaban atas pertanyaan guru |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
4 |
3 |
3 |
6 |
Pemanfaatan waktu |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
7 |
Menyelesaikan tugas kelompok |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
|
Persen % |
93% |
100% |
82% |
79% |
89% |
86% |
89% |
82% |
86% |
Keterangan
1. Sangat kurang : skor 1
2. Kurang : skor 2
3. Baik : skor 3
4. Sangat Baik : skor 4
Pada tabel� hasil� kegiatan aktivitas peserta didik terdapat
sembilan kelompok dan setiap kelompok dipilih berdasarkan kemampuan belajar
yang heterogen. Kesembilan kelompok di pantau dan diamati� aktifitas kelompok, kemudian� dicatat setiap perlakuan anggota kelompok
dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Pengamatan ini dilaksanakan pada waktu
proses belajar mengajar di kelas. Adapaun rentang nilai yang diperoleh secara keseluruhan� dikatagori
sangat aktif dengan total nilai 87% (terlampir). Pengamatan di nilai
disesuaikan berdasarkan�
tujuh indicator yang tertera di table 4.3
Pada kegiatan akhir guru
memberikan evaluasi berupa postes yang ke-2 kepada seluruh peserta didik yang
hadir berjumlah 28 orang. Setiap soal yang diberikan di
sesuaikan berdasarkan model pembelajaran example non example, tetapi
tidak semua soal dapat di sajikan dalam bentuk gambar. Penilaian hasil
belajar siklus II dinilai dari tugas kelompok dan nilai postest di jumlahkan di
bagi dua. Gabungan nilai tugas kelompok dan nilai postes di
sajikan dalam tabel berikut ini.
Table 5
Hasil Nilai� Siklus II
No |
Nama |
Tugas Kelompok |
Nilai Postest |
Nilai Siklus II |
Keterangan |
1 |
Afdalu |
80 |
78 |
79 |
Tuntas |
2 |
Agus Purnadi |
80 |
80 |
80 |
Tuntas |
3 |
Ahmad
Jalaludin |
83 |
78 |
81 |
Tuntas |
4 |
Al-Aksar |
83 |
65 |
74 |
Tidak Tuntas |
5 |
Amirudin |
85 |
80 |
83 |
Tuntas |
6 |
Annisa |
80 |
83 |
82 |
Tuntas |
7 |
Ardi
Febriansyah |
85 |
75 |
80 |
Tuntas |
8 |
Arfah |
90 |
75 |
83 |
Tuntas |
9 |
Atikah |
90 |
77 |
84 |
Tuntas |
10 |
David Suryadi |
83 |
73 |
78 |
Tuntas |
11 |
Desvia Silvana |
85 |
70 |
78 |
Tuntas |
12 |
Fazilla |
80 |
85 |
83 |
Tuntas |
13 |
Indi |
85 |
78 |
82 |
Tuntas |
14 |
Janita |
90 |
90 |
90 |
Tuntas |
15 |
Jumadi |
85 |
70 |
78 |
Tuntas |
16 |
Karli Roza |
80 |
70 |
78 |
Tuntas |
17 |
Lenny |
95 |
92 |
94 |
Tuntas |
18 |
Nova |
100 |
85 |
93 |
Tuntas |
19 |
Pardi |
80 |
70 |
75 |
Tuntas |
20 |
Reza Okta |
85 |
75 |
80 |
Tuntas |
21 |
Riki Samudra |
85 |
80 |
83 |
Tuntas |
22 |
Reonaldo |
80 |
68 |
74 |
Tidak Tuntas |
23 |
Rizky Handika |
95 |
80 |
88 |
Tuntas |
24 |
Rosalinda |
100 |
78 |
89 |
Tuntas |
25 |
Susanti |
85 |
78 |
82 |
Tuntas |
26 |
Yazid |
85 |
55 |
70 |
Tidak Tuntas |
27 |
Yoga |
85 |
75 |
80 |
Tuntas |
28 |
Yunis |
100 |
100 |
100 |
Tuntas |
|
Rata-rata |
89 |
78 |
82 |
|
Gambar 3
Grafik Analisis Hasil Belajar Siklus II
����� Dari table diatas nilai
tugas kelompok peserta didik semuanya diatas KKM dengan
rata-rata 89. Adapun nilai postest pada siklus II
peserta didik yang belum tuntas sebanyak 7 orang
dengan persentase 25%. Jika dilihat dari nilai akhir� pada siklus II menunjukkan
bahwa� peserta didik yang tuntas sebanyak �25� orang
dengan persentase 89 % ,
sedangkan yang tidak tuntas ada 3 orang dengan persentase 11% artinya �peserta
didik� belum
mencapai ketuntasan minimal 75 �pada materi statistika .
Siklus II nilai maksimum adalah 100 ,nilai minimum 70.
Nilai siklus II rata-rata 82 dikatagori sangat� baik. Dapat dikatakan bahwa siklus II
sudah menunjukkan peningkatan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan �model
example non example (Dwi., 2012).
4) Refleksi Siklus II
Permasalahan disiklus I
sudah dapat diatasi di siklus II, yaitu peserta didik sudah focus, waktu
efisien, sudah kompak dalam kelompok dan ketuntasan sudah mencapai 89 % dengan
peserta didik berjumlah 25 orang, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak
3 orang peserta didik dipersentasi 11%.
Pembahasan
A. Perbandingan
Siklus I dan Siklus II
Tabel 6
Perbandingan Hasil Nilai Siklus I dan Siklus II
No |
Nama |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
1.
|
Afdalu |
73 |
79 |
2.
|
Agus Purnadi |
73 |
80 |
3.
|
Ahmad Jalaludin |
78 |
81 |
4.
|
Al-Aksar |
71 |
74 |
5.
|
Amirudin |
78 |
83 |
6.
|
Annisa |
77 |
82 |
7.
|
Ardi Febriansyah |
70 |
80 |
8.
|
Arfah |
80 |
83 |
9.
|
Atikah |
81 |
84 |
10.
|
David Suryadi |
75 |
78 |
11.
|
Desvia Silvana |
71 |
78 |
12.
|
Fazilla |
77 |
83 |
13.
|
Indi |
82 |
82 |
14.
|
Janita |
84 |
90 |
15.
|
Jumadi |
73 |
78 |
16.
|
Karli Roza |
70 |
78 |
17.
|
Lenny |
85 |
94 |
18.
|
Nova |
88 |
93 |
19.
|
Pardi |
73 |
75 |
20.
|
Reza Okta |
80 |
80 |
21.
|
Riki Samudra |
79 |
83 |
22.
|
Reonaldo |
63 |
74 |
23.
|
Rizky Handika |
82 |
88 |
24.
|
Rosalinda |
89 |
89 |
25.
|
Susanti |
80 |
82 |
26.
|
Yazid |
68 |
70 |
������ 27 |
Yoga |
77 |
80 |
������ 28 |
Yunis |
100 |
100 |
|
Rata-rata |
69 |
80 |
Gambar 4
Grafik
Perbandingan Siklus I dan Siklus II
Adapun hasil pengamatan tentang aktivitas peserta didik dalam diskusi kelompok diberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal. Setiap indicator aktivitas peserta didik mengalami perubahan antara siklus I dan Siklus II dari katagori aktif menjadi katagori sangat aktif, artinya peserta didik diberi motivasi dalam proses pembelajaran karena akan menimbulkan dorongan terhadap kepercayaan, perhatian dan bimbingan untuk lebih aktif.��� Dalam diskusi kelompok membuat� peserta didik bertanggung jawab menguasai materi pembelajaran dan mampu untuk menjawab� setiap soal� yang diberikan (Pribadi, Antar, n.d.2012).
Pada kegiatan akhir guru memberikan evaluasi berupa postes� kepada seluruh peserta didik yang hadir berjumlah 28 orang. Setiap soal yang diberikan di sesuaikan dengan materi dan berdasarkan model pembelajaran example non example, tetapi tidak semua soal dapat di sajikan dalam bentuk gambar. Penilaian hasil belajar per siklus� dinilai dari tugas kelompok dan nilai postest.
Dari hasil postest siklus I, jumlah siswa yang hadir sebanyak 28 orang peserta didik diperoleh nilai� di bawah KKM 75 sebanyak 11 orang dengan persentase 39 %, sedangkan nilai tertinggi satu orang 100 dan nilai terendah adalah 50. Sedangkan nilai postes siklus II, jumlah peserta yang hadir 28 orang dengan nilai tertinggi adalah 100 satu orang dan nilai terendah adalah 55, jika dipersentasi nilai di bawah KKM 75 ada 9 orang peserta didik dengan persentase 32 %.
Berdasarkan analisis� hasil belajar peserta didik diperoleh bahwa pada siklus 1, jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 18 orang dengan� persentase sebesar 64%. Adapun peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 36%. Sedangkan� pada siklus II jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 25 orang dengan persentase sebesar 89%. Jumlah� peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 3 orang dengan persentase 11%. Rata-rata siklus I sebesar 69, sedangkan� rata-rata siklus II mengalami kenaikkan� 11 angka menjadi 80.
Sementara itu, ketuntasan secara klasikal pada siklus I sebesar 64% dengan jumlah 18 orang peserta didik yang mampu mengerjakan soal dengan baik, sedangkan� ketuntasan� secara klasikal pada siklus II� sebesar 89% dengan jumlah peserta yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebanyak 25 orang, sehingga dapat dikatakan bahwa kenaikkan ketuntasan� secara klasikal� sebesar 25% antara siklus I dan siklus II (Sanjaya, 2017).
Dari penjelasan di atas.� bahwa perbandingan antara hasil belajar pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan, baik secara individu maupun secara klasikal. Persentase� yang tidak tuntas sebelum penelitian tindakan kelas 57% karena mungkin disebabkan seringnya peneliti menggunakan pembelajaran secara konfesional. Akibatnya peserta didik malas untuk belajar, bertanya, menjawab maupun� menanggapi pertanyaan dari guru, sehingga peserta didik tidak senang terhadap pelajaran matematika. Karena adanya kegiatan diskusi peserta didik lebih aktif dan lebih semangat mengikuti pelajaran maka dapat meningkatkan hasil belajar (Komalasari, 2017).
Melihat dari hasil belajar peserta didik sebelum penelitian Tindakan kelas� nilai menjadi rendah disebabkan karena� tidak menggunakan model pembelajaran� salah satunya adalah model example non example. Menurut (Isjoni, 2016), melalui Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan pendapatnya. Dengan adanya diskusi akan terjalin komunikasi� yang baik, sehingga� peserta didik saling berbagi pendapat tentang pengetahuan yang mereka miliki dan peserta didik berani mengukapkan pendapatnya (Rusmono, 2017).
Penelitian ini pernah dilakukan (Kanthi, 2018), berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MAN 1 Tulungagung. Implikasi dari penelitian model pembelajaran example non example meningkatkan pembelajaran kegiatan aktivitas �dan hasil belajar peserta didik. Dengan example non example, peneliti �dapat memahami kebutuhan peserta didik dan kebutuhan dalam belajar untuk menciptakan suasana belajar yang cocok bagi peserta didik,� dalam proses pembelajaran pasif menjadi aktif.
Oleh karena itu proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran example non example dapat diterapkan dan digunakan� untuk materi selanjutnya karena model example non example menampilkan soal-soal dalam bentuk gambar sehingga peserta didik dapat berpikir secara kritis. Peserta didik menjadi mampu mengemukakan pendapatnya, dan peserta didik mampu memperluas pemahaman konsep�� dari materi yang diberikan dalam bentuk�� gambar. Meningkatnya hasil belajar peserta didik karena adanya kegiatan diskusi antar peserta didik sehingga peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. Jadi model pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (Tendrita et al., 2017).
Kesimpulan
Hasil penelitian
tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa:
1)
Pembelajaran dengan menggunakan model
example non example dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik
pada materi Statistika tahun ajaran 2021/2022.
2)
Hasil belajar�� pada siklus I yang tuntas 18 orang dengan
persentasi 64%, dan� yang tidak tuntas 10
orang dengan persentasi 36%. Sedangkan siklus II yang tuntas 25 orang dengan persentasi
89%, dan yang tidak tuntas 3 orang dipersentasi 11%. Persentasi jumlah peserta
didik yang tuntas belajar mengalami peningkatan�
25%.
3)
Pembelajaran dengan model example non
example dapat meningkat aktivitas belajar peserta didik, ditandai dengan
persentasi secara klasikal� kegiatan
aktifitas kelompok dikatagori aktif (79%) siklus I dan siklus II sangat aktif
(87%). Mengalami peningkatan 8%.
Dwi., Sayekti Kanthi. (2012). Metode /Model Pembelajaran Example Non Example.Google Scholar
Hakim, Lutfi. (2016). Pengaruh likuiditas, kualitas aset, permodalan, efisiensi operasi, dan
rentabilitas terhadap return on asset pada Bank kelompok buku 4 periode 1
januari 2013-31 maret 2016. Universitas Bangka Belitung. Google Scholar
Hamdayama, Jumanta. (2014). Model dan metode
pembelajaran kreatif dan berkarakter. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2(3). Google Scholar
Hopkins, Patrick E. (2013). Thermal transport across
solid interfaces with nanoscale imperfections: effects of roughness, disorder,
dislocations, and bonding on thermal boundary conductance. International Scholarly Research Notices.
Google Scholar
Isjoni. (2016) Cooperative. Bandung. Alfabeta.Google Scholar
Kanthi. (2018). Upaya
Meningkatkan Pemahaman Materi Fungsi Komposisi Melalui Model Pembelajaran
Example Non Example Pada Kelas XI IPS 2 MAN 1 Tulungagung. Google Scholar
Komalasari, Kokom. (2017). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. Google Scholar
Media., Shoimin. (2017). Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruz
Media. Google Scholar
Muktilah. (2013). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
IPS melelui Penera Model. Jakarta:
Kata Pena, 71�72. Google Scholar
Pribadi, Antar, 2012. (n.d.). AM Sardiman.(2011).
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Arikunto,
Suharsimi.(2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Jurnal Katalogis, 4(4), 166�177. Google Scholar
Rahmadani, Rahmadani. (2019). Metode Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learnig (Pbl). Lantanida Journal, 7(1),
75�86. Google Scholar
Ricardo, R., & Meilani, R. I. (2017). Impak Minat
dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa (The impacts of students�
learning interest and motivation on their learning outcomes). Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran,
1(1), 79�92. Google Scholar
Rusmono. (2017). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu Untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Google Scholar
Sanjaya, Wina. (2017). Paradigma baru mengajar. Kencana. Google Scholar
Tendrita, Miswandi, Mahanal, Susriyati, &
Zubaidah, Siti. (2017). Pembelajaran reading-concept-map think pair share (remap
tps) dapat meningkatkan hasil belajar kognitif. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 2(6), 763�767. Google Scholar
Rislayanti
(2022) |
First
publication right: |
This
article is licensed under: |