Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X

Vol. 4, No. 9, September 2022

 

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA MATERI STATISTIKA� MELALUI MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE��� KELAS XII IPS� SMA NEGERI 1 SINGKEP TAHUN AJARAN 2021/2022

 

Rislayanti

SMA Negeri 1 Singkep

Email: [email protected]

�����������������������������������������������������������������������������������

Abstrak

Dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas peserta didik,� kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu hal yang penting, karena dengan berpikir kritis peserta didik akan menggunakan potensi pikiran secara maksimal untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Jenis penelitian ini merupakan Jenis penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh guru sebagai upaya pemecahan masalah dan memperbaiki� mutu pembelajaran di kelas. Alasan menggunakan jenis penelitian ini karena masih banyak nilai� peserta didik yang belum mencapai batas ketuntasan sehingga peneliti ingin mencoba menerapkan Model pembelajaran Example Non Example dalam penelitian Tindakan kelas ini. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan instrumen� observasi aktivitas peserta didik dalam kelompok, dan tes sebagai instrumen yang telah divalidasi oleh validator untuk mengetahui hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Example Non Example pada peserta didik kelas XII IPS 3 di SMA Negeri 1 Singkep. Kegiatan ini dilakukan� dua siklus dengan lima kali pertemuan , dimana dua� kali pertemuan siklus pertama dan tiga kali pertemuan siklus kedua. Aktifitas belajar peserta didik� di siklus I dipersentasikan secara klasikal mencapai� 79%� dan siklus II 87% yang artinya dalam pelaksanaan penerapan model ini mendapatkan hasil yang Baik, mengalami peningkatan 8 % . Adapun hasil tugas kelompok dalam mengerjakan soal-soal di nilai semuanya mencapai KKM, yaitu 75 baik di siklus I maupun Siklus II. Tugas� kelompok siklus I rata-rata klasikal 83 dan siklus II 89 mengalami peningkatan. Sedangkan hasil belajar peserta didik siklus I� yang tuntas 18 orang dengan persentase 64% , sedangkan siklus II peserta didik yang tuntas sebanyak 25 orang dengan persentasi��� 89 %, sehingga kenaikan mencapai 25%.

 

Kata Kunci: Aktivitas; Materi Statistik; Hasil Belajar; Model Example Non Example

 

Abstract

In the learning process to develop students' creativity, critical thinking skills are one of the important things, because with critical thinking students will use the potential of their minds to the fullest to solve a problem they face in everyday life. This type of research is a type of classroom action research conducted by the teacher as an effort to solve problems and improve the quality of learning in the classroom. The reason for using this type of research is because there are still many student scores that have not reached the limit of completeness so that researchers want to try to apply the Example Non Example learning model in this classroom action research. This research was carried out using an instrument of observing the activities of students in groups, and the test as an instrument that has been validated by the validator to determine learning outcomes using the Example Non Example learning model for students of class XII IPS 3 at SMA Negeri 1 Singkep. This activity was carried out in two cycles with five meetings, where there were two meetings in the first cycle and three meetings in the second cycle. The students' learning activities in the first cycle were presented classically reaching 79% and in the second cycle 87%, which means that in the implementation of the application of this model the results were good, an increase of 8%. As for the results of group assignments in working on the questions, all of them reached the KKM, which was 75 both in cycle I and cycle II. The classical average of the first cycle group was 83 and the second cycle was 89 increased. While the learning outcomes of students who completed the first cycle were 18 people with a percentage of 64%, while the second cycle students who completed were 25 people with a percentage of 89%, so the increase reached 25%.

 

Keywords: Activity; Statistics Materials; Learning Outcomes; Model Example Non Example

 

Pendahuluan

Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan perubahan, dengan pendidikan diharapkan dapat membentuk karakter penerus bangsa yang inovatif, terampil dan kreatif. Dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas peserta didik,� kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu hal yang penting, karena dengan berpikir kritis peserta didik akan menggunakan potensi pikiran secara maksimal untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, berpikir kritis juga penting untuk merefleksi diri peserta didik agar� peserta didik terbiasa dilatih untuk berpikir (Rahmadani, 2019).

�Berdasarkan pengalaman selama mengajar penulis selaku guru mata Pelajaran matematika ditemukan permasalahan pembelajaran yaitu� banyak peserta didik� yang mendapatkan nilai� di bawah KKM (Muktilah., 2013). Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu faktor dari dalam diri peserta didik terbiasa pembelajaran konfensional, seperti masih kurangnya keaktifan dalam pembelajaran di kelas. Disini terlihat bahwa dalam proses pembelajaran , masih minimnya partisipasi� peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas yang malas bertanya, menjawab, maupun menanggapi pertanyaan dari guru (Muktilah., 2013) Saat diberikan pertanyaan, hanya beberapa siswa saja yang mau menjawab pertanyaan dari guru, jika di beri tugas masih banyak tidak mengumpulkan tepat waktu. Peserta didik cenderung belum terbiasa� berpikir secara kritis dalam menyelesaikan permasalahan sehingga saat di tuntut untuk mengerjakan soal yang bersifat kritis menjadi tidak terbiasa dan sulit. Pembelajaran menjadi pasif dan berdampak pada hasil belajar peserta didik yang rendah (Tendrita, Mahanal, & Zubaidah, 2017).

Merujuk kepada hasil ulangan harian KD 3.1� yaitu mendiskripsikan jarak dalam ruang ( antar titik, titik ke garis, dan titik ke bidang) kelas XII IPS disajikan dalam tebel di bawah ini (Ricardo & Meilani, 2017)

 

Tabel 1

Data Tuntas dan Tidak Tuntas� XII IPS

No

Kelas

Jumlah Siswa

Tuntas (%)

TidakTuntas� (%)

1

XII IPS 1

29

69% (20)

31% (9)

2

XII IPS 2

25

68% (17)

32% (8)

3

XII IPS 3

28

43% (12)

57% (16)

Sumber: Data Olahan Tahun 2021

 

Berdasarkan hasil pembelajaran sebelum penelitian menunjukkan bahwa pada� kelas XII IPS-1 sebanyak 69% siswa yang tuntas dengan jumlah peserta didik sebanyak� 20 orang, sementara itu, untuk yang tidak tuntas sebanyak 31% atau 9 orang. Kelas XII IPS-2 sebanyak�� 68% peserta didik yang tuntas dengan jumlah peserta didik 17 orang, 32% siswa yang tidak tuntas dengan jumlah siswa 8 orang. Sedangkan� kelas XII IPS-3� peserta didik yang tuntas� adalah 43% dengan jumlah peserta didik 12 orang, 57% peserta didik yang tidak tuntas atau jumlah peserta didik 16 orang. Dilihat dari ke tiga kelas di atas, nilai peseerta didik yang paling banyak tidak tuntas� nilai dibawah� KKM 75 adalah kelas XII IPS-3. Hal ini mungkin di sebabkan penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran agar menjadi lebih baik. Dan untuk meningkatkan hasil belajar, keaktivan belajar� dan melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu model pembelajaran example non example.� Kelebihan dari model pembelajaran example non example adalah pemahaman konsep cepat melalui pengalaman yang nyata, mengamati dari materi berupa contoh gambar yang mereka lihat. Sedangkan kelemahan model example non example adalah tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar �(Hamdayama, 2014).

Dalam penelitian ini� peneliti akan menerapkan model pembelajaran example non example agar peserta didik untuk lebih mudah memahami materi pelajaran dalam menganalisis gambar-gambar serta mendiskripsikan apa yang ada di dalam gambar baik secara individu maupun berkelompok (Isjoni, 2016).

 

Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari solusi pemecahan masalah dalam proses belajar mengajar sebagai peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dan Desain penelitian sebagai bentuk pelaksanaan penerapan model pembelajaran berdasarkan rancangan penelitian, dimana penelitian ini dilakukan dua siklus. Menurut (Hopkins, 2013) penelitian Tindakan kelas terdiri atas empat tahapan� setiap siklus, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi, yang terdapat pada gambar� di bawah ini:

 

Gambar 1

Desain Penelitian Tindakan Kelas oleh Hopkins

 

 

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Singkep mulai tanggal 1 September 2021 sampai dengan 27 November 2021 di kelas XII IPS 3� SMAN 1 Singkep yang berjumlah 28 orang, yaitu laki-laki 14 orang dan perempuan 14 orang. Kegiatan ini dilakukan� dua siklus dengan lima kali pertemuan , dimana dua� kali pertemuan siklus pertama dan tiga kali pertemuan siklus kedua. Pada siklus pertama , materinya adalah penyajian data dan membuat table distribusi frekuensi. Sedangakan siklus kedua materinya adalah ukuran pemusatan data (Hakim, 2016).

A.      Deskripsi Data Hasil Penelitian

1)    Hasil Siklus I

a.     Perencanaan

Perencanaan penelitian� ini adalah menentukan kelas penelitian, Menyusun program pengajaran, Menyusun rancangan model pembelajaran example non example, Menyusun tugas kelompok, Menyusun soal tes berupa postes, Menyusun instrument tes disesuaikan dengan materi, Menyusun instrument observasi untuk mengukur aktivitas peserta didik (Kanthi, 2018).

b.    Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 09 September 2021� selama 2 x 30 menit. Dalam tahapan proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan model example non example. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP (terlampir). Kegiatan awal dengan waktu lebih kurang lima menit, mengucapkan salam,berdoa lalu memeriksa kehadiran peserta didik. Kemudian memberikan motivasi, apersepsi Kegiatan inti selama lima puluh menit, peserta didik dibagi menjadi sembilan kelompok. Delapan kelompok anggotanya� terdiri dari tiga� orang dan satu kelompok anggotanya dua orang. Dalam setiap kelompok memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan di bagi berdasarkan nilai postes sebelum penelitian tindakan kelas. Tiap kelompok peneliti memberikan embaran tugas kelompok yang sudah dipersiapkan sebelumnya di sesuaikan dengan langkah -langkah model example non example. Kemudian peneliti menjelaskan secara rinci� materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik dicatat padal lembaran observasi aktivitas kerja kelompok dan membimbing kegiatan kelompok. Adapun didalamnya terdapat tujuh indikator kegiatan penilaian lembar observasi aktivitas belajar peserta didik seperti persiapan kelompok,� semangat kelompok, kekompakan anggota kelompok, keaktifan anggota dalam kelompok, tanggapan atau jawaban pertanyaan guru, pemanfaatan waktu dan menyelesaikan tugas kelompok (Terlampir). Setiap kelompok harus menyelesaikan� tugas yang diberikan dan mempersentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Karena waktu tidak cukup untuk menjelaskan hasil diskusinya maka ditunda untuk pertemuan berikutnya (Media., 2017)

c.     Hasil Pengamatan

Dalam proses mengerjakan tugas kelompok , peneliti melihat ada peserta didik yang diam sepertinya tidak peduli, malas mengerjan tugas yang diberikan sedangkan teman sekelompok mengerjakan dengan asik dan tekun. Ada juga kelompok lain antusias dalam mengerjakan soal, bertanya dengan teman kelompok lain atau dengan guru. Karena waktu tidak cukup untuk menjelaskan hasil diskusinya maka ditunda untuk pertemuan berikutnya.

Pertemuan kedua tanggal empat belas September, peserta didik mempersentasikan hasil diskusi kelompok. Peneliti meminta tiga kelompok� mempersentasikan hasil diskusi kelompok yaitu kelompok satu, lima dan kelompok delapan. Dan kelompok lain di minta untuk memperhatikan dan memberikan pertanyaan juga menyanggah apabila masih ada jawaban yang belum tepat. Guru memberi penguatan pada hasil diskusi kelas dan siswa mencatat penguatan yang diberikan. Pada kegiatan akhir guru dan peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan analisis pengamatan selama proses pembelajaran masih ada kelompok peserta didik belum selesai mengerjan soal-soal yang diberikan� , masih ada peserta didik� malas mengerjakan tugas yang diberikan, tidak peduli dengan anggota kelompoknya yang asik mengerjakan tugas yang diberikan. Masih ada peserta dididk tidak memperhatikan pada saat teman yang lain mempersentasikan hasil kerja kelompok. Hasil observasi� kegiatan aktivitas peserta didik selama� mengerjakan tugas kelompok pada siklus I di sajikan dalam table berikut ini:

 

Tabel 2

Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I

No

Aktivitas Siswa

Kel. 1

 

Kel. 2

Kel.� 3

Kel. 4

Kel. 5

Kel. 6

Kel. 7

Kel. 8

Kel. 9�

1

Persiapan kelompok

3

4

3

3

4

3

3

3

3

2

Semangat kelompok

4

4

3

3

4

3

3

3

3

3

Kekompakan anggota kelompok

3

3

3

3

3

3

3

3

3

4

Keaktivan anggota kelompok

3

3

3

3

3

3

3

3

3

5

Tanggapan/ jawaban atas pertanyaan guru

4

4

3

3

3

3

3

3

3

6

Pemanfaatan waktu

3

4

3

3

3

3

3

3

3

7

Menyelesaikan tugas kelompok

4

4

3

3

3

3

4

3

4

 

Persen %

 

86%

93%

75%

75%

 

82%

75%

79%

75%

79%

Keterangan:

1.   Sangat kurang : skor 1

2.   Kurang : skor 2

3.   Baik : skor 3

4.   Sangat Baik : skor 4

 

����������������������������������������� Tabel 3

�������������������������������������������� Rentang Nilai

Rentang Nilai

Katagori

81-100%

Sangat aktif

61-80%

Aktif

41-60%

Cukup aktif

21-40%

Kurang aktif

0-20%

Pasif

Dari� tabel� observasi kegiatan aktivitas peserta didik terdiri dari tujuh indikator, dengan persentasi� terdapat empat kelompok katagori sangat aktif , yaitu kelompok 1, 2, 5 dan 7.� Sedangkan katagori aktif terdapat pada kelompok 3,4,6,8 dan 9. Maka dari hasil�� persentasi secara keseluruhan kegiatan aktifitas kelompok dikatagorikan aktif dengan total skor 79% (Terlampir).

Pada kegiatan akhir,� peneliti memberikan tes berupa postes kepada seluruh peserta didik yang menjadi sampel penelitian. Peserta didik yang hadir sebanyak 28 orang. Dimana peserta didik mengerjakan lima soal bentuk essai, setiap soal disesuaikan dengan model pembelajaran example non example, tetapi tidak semua soal dapat disajikan dalam bentuk gambar. Penilaian hasil belajar siklus I dinilai dari tugas kelompok dan hasil postest di jumlahkan di bagi dua. Berikut ini disajikan gabungan� tugas kelompok dan nilai postes yang telah tertera pada� tabel di bawah ini.

 

Table 4

�Hasil Nilai� Siklus I

No

Nama

Tugas kelompok

Nilai postest

Rata-rata

(Siklus I)

Keterangan

1

Afdalu

75

70

73

Tidak Tuntas

2

Agus Purnadi

75

70

73

Tidak Tuntas

3

Ahmad Jalaludin

80

75

78

Tuntas

4

Al-Aksar

80

62

71

Tidak tuntas

5

Amirudin

80

75

78

Tuntas

6

Annisa

75

78

77

Tuntas

7

Ardi Febriansyah

80

60

70

Tidak tuntas

8

Arfah

85

75

80

Tuntas

9

Atikah

85

77

81

Tuntas

10

David Suryadi

80

70

75

Tuntas

11

Desvia Silvana

85

56

71

Tidak tuntas

12

Fazilla

75

78

77

Tuntas

13

Indi

85

79

82

Tuntas

14

Janita

85

83

84

Tuntas

15

Jumadi

85

60

73

Tidak Tuntas

16

Karli Roza

75

65

70

Tidak Tuntas

17

Lenny

85

85

85

Tuntas

18

Nova

100

76

88

Tuntas

19

Pardi

75

70

73

Tidak Tuntas

20

Reza Okta

80

79

80

Tuntas

21

Riki Samudra

80

77

79

Tuntas

22

Reonaldo

75

50

63

Tidak Tuntas

23

Rizky Handika

85

78

82

Tuntas

24

Rosalinda

100

78

89

Tuntas

25

Susanti

80

79

80

Tuntas

26

Yazid

85

50

68

Tidak Tuntas

27

Yoga

80

73

77

Tuntas

28

Yunis

100

100

100

Tuntas

 

Rata-rata

83

73

78

 

 

Gambar 2

Grafik Analisis Hasil Belajar Siklus I

 

Berdasarkan table di atas bahwa nilai tugas setiap kelompok sudah mencapai nilai KKM 75. Hasil� postest pada� peserta didik yang tuntas secara individu �18 orang dengan persentasi 64% , �dan 10 orang� tidak tuntas dengan persentasi 36% artinya �belum mencapai KKM �75. Nilai siklus I diperoleh dari gabungan nilai tugas kelompok dan nilai postes sehingga peserta didik yang tidak untas ada 10 orang peserta didik dengan persentase 64%. Nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah� adalah 50. Rata-rata siklus I�� adalah 78 dan ketuntasan belajar� masih di bawah 85%� yaitu� 64%, berarti ada perbaikan pembelajaran di siklus II.

2)    �Refleks Siklus I

�Berdasarkan pengamatan dalam pembelajaran di kelas ditemukan;

1)        Masih ada peserta didik belum fokus mengerjakan tugas yang diberikan.

2)        Kekurangan waktu karena soal banyak jadi tidak efisien , sehingga persentasi dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.

3)        Masih ada peserta didik yang tidak bekerja sama, hanya mengharapkan teman sekelompoknya.

4)        Dari hasil pembelajaran pada siklus I nilai peserta didik dibawah KKM yaitu 10 orang dipersentase 36% dan di atas KKM 18 orang dipersentase 64 %.

5)        Lebih ditingkatkan lagi perhatian dan bimbingan kepada peserta didik dalam� memahami setiap permasalahan yang di hadapi untuk mengerjakan tugas kelompok maupun individu.

3)    Hasil Siklus II

a.         Perencanaan

�� Perencanaan siklus II meneruskan permasalahan di siklus I. Di siklus II peneliti diharapkan lebih ditingkatkan perhatian dan motivasi kepada kelompok yang kurang memahami setiap permasalahan yang dihadapi dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan Setiap kegiatan belajar mengajar peneliti memberikan lembar kerja sebanyak tiga kali dengan 3 kali pertemuan. Satu kali pertemuan 60 menit (2 x 30 menit). Untuk evaluasi berupa postest satu kali pertemuan (2x30) menit. Jadi� di Siklus II alokasi waktu 8 x 30 menit. Kemudian kegiatan tugas kelompok di amati dan di ceklis pada lembar observasi yang sudah dipersiapkan oleh peneliti untuk mengetahui kegiatan kelompok peserta didik dalam� menerapkan model pembelajaran Example Non Example dengan baik dan sistematis. Kemudian tes tertulis peneliti lakukan adalah dengan memberikan postest� setelah akhir pelajaran.

b.         Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan pertama di mulai pada hari Selasa, tanggal 05 Oktober 2021 dilaksanakan selama 2 x 30 menit. Dalam tahapan proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Example Non Example, materinya adalah ukuran pemusatan data yaitu mencari mean, median dan modus data tunggal dan data berkelompok dalam� table distribusi frekuensi dilaksanakan sesuai dengan RPP ( lampiran I ). Kegiatan awal dengan waktu 5 menit, terlebih dahulu membaca doa mengucapkan salam, menyapa peserta didik. Peserta didik menjawab salam. Guru membuka pembelajaran� dengan memeriksa kehadiran peserta didik, kemudian memberi motivasi, apersepsi, menuliskan judul dan tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti berlangsung 50 menit, guru membagikan tugas kelompok kepada peseta didik, sebelumnya peserta didik sudah duduk pada kelompok masing-masing dan guru memberi petunjuk apa yang harus dikerjakan peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Dan meminta perwakilan setiap kelompok untuk memaparkan dan menjelaskan hasil diskusi yang telah dilakukan. Selanjutnya guru memberikan penguatan pada hasil diskusi. Pada kegiatan akhir hasil diskusi dikumpulkan guna untuk di nilai hasil tugas diskusi peserta didik. Karena dari pengalaman siklus I waktu tidak efisien dikarnakan soal terlalu banyak maka di siklus II butir soal di kurangi.

�Pada pertemuan ke dua pada hari Kamis tanggal 07 Oktober 2021 dengan materi mencari� mean, median, dan modus disajikan dalam table dan histogram. Langkah-langkah kegiatan inti sama seperti pertemuan sebelumya.� Selanjutnya guru memberikan penguatan pada hasil diskusi. Pada kegiatan akhir hasil diskusi dikumpulkan guna untuk di nilai hasil tugas diskusi peserta didik.

Pertemuan ke tiga, pada hari Kamis tanggal 12 Oktober 2021, dengan materi Kuartil data tunggal dan data Berkelompok. Langkah-langkah kegiatan inti sama seperti pertemuan sebelumnya. Perserta didik diminta mempersentasikan hasil diskusi dan mengumpulkan tugas untuk di beri nilai. Pada pertemuan berikutnya peserta didik mengadakan kegiatan evaluasi adalah dengan memberikan test berupa postest bentuk uraian.

c.         Hasil Pengamatan

Hasil observasi kegiatan� peserta didik dalam mengerjakan tugas kelompok disajikan dalam table berikut ini.

 

Tabel 4

Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II

 

No

Aktivitas Siswa

Kel. 1

 

Kel. 2

Kel.� 3

Kel. 4

Kel. 5

Kel. 6

Kel. 7

Kel. 8

Kel. 9�

1

Persiapan kelompok

4

4

3

3

4

3

3

3

3

2

Semangat kelompok

4

4

4

3

4

4

4

4

4

3

Kekompakan anggota kelompok

4

4

3

3

3

3

4

3

4

4

Keaktivan anggota kelompok

3

4

3

3

4

3

3

3

3

5

Tanggapan/ jawaban atas pertanyaan guru

4

4

3

3

3

4

4

3

3

6

Pemanfaatan waktu

3

4

3

3

3

3

3

3

3

7

Menyelesaikan tugas kelompok

4

4

4

4

4

4

4

4

4

 

Persen %

 

93%

100%

82%

79%

 

89%

86%

89%

82%

86%

 

 

Keterangan

1.    Sangat kurang : skor 1

2.    Kurang : skor 2

3.    Baik : skor 3

4.    Sangat Baik : skor 4

Pada tabel� hasil� kegiatan aktivitas peserta didik terdapat sembilan kelompok dan setiap kelompok dipilih berdasarkan kemampuan belajar yang heterogen. Kesembilan kelompok di pantau dan diamati� aktifitas kelompok, kemudian� dicatat setiap perlakuan anggota kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Pengamatan ini dilaksanakan pada waktu proses belajar mengajar di kelas. Adapaun rentang nilai yang diperoleh secara keseluruhan� dikatagori sangat aktif dengan total nilai 87% (terlampir). Pengamatan di nilai disesuaikan berdasarkan� tujuh indicator yang tertera di table 4.3

Pada kegiatan akhir guru memberikan evaluasi berupa postes yang ke-2 kepada seluruh peserta didik yang hadir berjumlah 28 orang. Setiap soal yang diberikan di sesuaikan berdasarkan model pembelajaran example non example, tetapi tidak semua soal dapat di sajikan dalam bentuk gambar. Penilaian hasil belajar siklus II dinilai dari tugas kelompok dan nilai postest di jumlahkan di bagi dua. Gabungan nilai tugas kelompok dan nilai postes di sajikan dalam tabel berikut ini.

 

Table 5

Hasil Nilai� Siklus II

No

Nama

Tugas Kelompok

Nilai Postest

Nilai

Siklus II

Keterangan

1

Afdalu

80

78

79

Tuntas

2

Agus Purnadi

80

80

80

Tuntas

3

Ahmad Jalaludin

83

78

81

Tuntas

4

Al-Aksar

83

65

74

Tidak Tuntas

5

Amirudin

85

80

83

Tuntas

6

Annisa

80

83

82

Tuntas

7

Ardi Febriansyah

85

75

80

Tuntas

8

Arfah

90

75

83

Tuntas

9

Atikah

90

77

84

Tuntas

10

David Suryadi

83

73

78

Tuntas

11

Desvia Silvana

85

70

78

Tuntas

12

Fazilla

80

85

83

Tuntas

13

Indi

85

78

82

Tuntas

14

Janita

90

90

90

Tuntas

15

Jumadi

85

70

78

Tuntas

16

Karli Roza

80

70

78

Tuntas

17

Lenny

95

92

94

Tuntas

18

Nova

100

85

93

Tuntas

19

Pardi

80

70

75

Tuntas

20

Reza Okta

85

75

80

Tuntas

21

Riki Samudra

85

80

83

Tuntas

22

Reonaldo

80

68

74

Tidak Tuntas

23

Rizky Handika

95

80

88

Tuntas

24

Rosalinda

100

78

89

Tuntas

25

Susanti

85

78

82

Tuntas

26

Yazid

85

55

70

Tidak Tuntas

27

Yoga

85

75

80

Tuntas

28

Yunis

100

100

100

Tuntas

 

Rata-rata

89

78

82

 

 

 

Gambar 3

Grafik Analisis Hasil Belajar Siklus II

 

����� Dari table diatas nilai tugas kelompok peserta didik semuanya diatas KKM dengan rata-rata 89. Adapun nilai postest pada siklus II peserta didik yang belum tuntas sebanyak 7 orang dengan persentase 25%. Jika dilihat dari nilai akhir� pada siklus II menunjukkan bahwa� peserta didik yang tuntas sebanyak �25� orang dengan persentase 89 % , sedangkan yang tidak tuntas ada 3 orang dengan persentase 11% artinya �peserta didik� belum mencapai ketuntasan minimal 75 �pada materi statistika . Siklus II nilai maksimum adalah 100 ,nilai minimum 70. Nilai siklus II rata-rata 82 dikatagori sangat� baik. Dapat dikatakan bahwa siklus II sudah menunjukkan peningkatan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan �model example non example (Dwi., 2012).

4)    Refleksi Siklus II

Permasalahan disiklus I sudah dapat diatasi di siklus II, yaitu peserta didik sudah focus, waktu efisien, sudah kompak dalam kelompok dan ketuntasan sudah mencapai 89 % dengan peserta didik berjumlah 25 orang, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 3 orang peserta didik dipersentasi 11%.

 

Pembahasan

A.      Perbandingan Siklus I dan Siklus II

 

Tabel 6

Perbandingan Hasil Nilai Siklus I dan Siklus II

No

Nama

Siklus 1

Siklus 2

1.       

Afdalu

73

79

2.       

Agus Purnadi

73

80

3.       

Ahmad Jalaludin

78

81

4.       

Al-Aksar

71

74

5.       

Amirudin

78

83

6.       

Annisa

77

82

7.       

Ardi Febriansyah

70

80

8.       

Arfah

80

83

9.       

Atikah

81

84

10.   

David Suryadi

75

78

11.   

Desvia Silvana

71

78

12.   

Fazilla

77

83

13.   

Indi

82

82

14.   

Janita

84

90

15.   

Jumadi

73

78

16.   

Karli Roza

70

78

17.   

Lenny

85

94

18.   

Nova

88

93

19.   

Pardi

73

75

20.   

Reza Okta

80

80

21.   

Riki Samudra

79

83

22.   

Reonaldo

63

74

23.   

Rizky Handika

82

88

24.   

Rosalinda

89

89

25.   

Susanti

80

82

26.   

Yazid

68

70

������ 27

Yoga

77

80

������ 28

Yunis

100

100

 

Rata-rata

69

80

 

 

 

Gambar 4

Grafik Perbandingan Siklus I dan Siklus II

 

Adapun hasil pengamatan tentang aktivitas peserta didik dalam diskusi kelompok diberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal. Setiap indicator aktivitas peserta didik mengalami perubahan antara siklus I dan Siklus II dari katagori aktif menjadi katagori sangat aktif, artinya peserta didik diberi motivasi dalam proses pembelajaran karena akan menimbulkan dorongan terhadap kepercayaan, perhatian dan bimbingan untuk lebih aktif.��� Dalam diskusi kelompok membuat� peserta didik bertanggung jawab menguasai materi pembelajaran dan mampu untuk menjawab� setiap soal� yang diberikan (Pribadi, Antar, n.d.2012).

Pada kegiatan akhir guru memberikan evaluasi berupa postes� kepada seluruh peserta didik yang hadir berjumlah 28 orang. Setiap soal yang diberikan di sesuaikan dengan materi dan berdasarkan model pembelajaran example non example, tetapi tidak semua soal dapat di sajikan dalam bentuk gambar. Penilaian hasil belajar per siklus� dinilai dari tugas kelompok dan nilai postest.

Dari hasil postest siklus I, jumlah siswa yang hadir sebanyak 28 orang peserta didik diperoleh nilai� di bawah KKM 75 sebanyak 11 orang dengan persentase 39 %, sedangkan nilai tertinggi satu orang 100 dan nilai terendah adalah 50. Sedangkan nilai postes siklus II, jumlah peserta yang hadir 28 orang dengan nilai tertinggi adalah 100 satu orang dan nilai terendah adalah 55, jika dipersentasi nilai di bawah KKM 75 ada 9 orang peserta didik dengan persentase 32 %.

Berdasarkan analisis� hasil belajar peserta didik diperoleh bahwa pada siklus 1, jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 18 orang dengan� persentase sebesar 64%. Adapun peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 36%. Sedangkan� pada siklus II jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 25 orang dengan persentase sebesar 89%. Jumlah� peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 3 orang dengan persentase 11%. Rata-rata siklus I sebesar 69, sedangkan� rata-rata siklus II mengalami kenaikkan� 11 angka menjadi 80.

Sementara itu, ketuntasan secara klasikal pada siklus I sebesar 64% dengan jumlah 18 orang peserta didik yang mampu mengerjakan soal dengan baik, sedangkan� ketuntasan� secara klasikal pada siklus II� sebesar 89% dengan jumlah peserta yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebanyak 25 orang, sehingga dapat dikatakan bahwa kenaikkan ketuntasan� secara klasikal� sebesar 25% antara siklus I dan siklus II (Sanjaya, 2017).

Dari penjelasan di atas.� bahwa perbandingan antara hasil belajar pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan, baik secara individu maupun secara klasikal. Persentase� yang tidak tuntas sebelum penelitian tindakan kelas 57% karena mungkin disebabkan seringnya peneliti menggunakan pembelajaran secara konfesional. Akibatnya peserta didik malas untuk belajar, bertanya, menjawab maupun� menanggapi pertanyaan dari guru, sehingga peserta didik tidak senang terhadap pelajaran matematika. Karena adanya kegiatan diskusi peserta didik lebih aktif dan lebih semangat mengikuti pelajaran maka dapat meningkatkan hasil belajar (Komalasari, 2017).

Melihat dari hasil belajar peserta didik sebelum penelitian Tindakan kelas� nilai menjadi rendah disebabkan karena� tidak menggunakan model pembelajaran� salah satunya adalah model example non example. Menurut (Isjoni, 2016), melalui Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan pendapatnya. Dengan adanya diskusi akan terjalin komunikasi� yang baik, sehingga� peserta didik saling berbagi pendapat tentang pengetahuan yang mereka miliki dan peserta didik berani mengukapkan pendapatnya (Rusmono, 2017).

Penelitian ini pernah dilakukan (Kanthi, 2018), berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MAN 1 Tulungagung. Implikasi dari penelitian model pembelajaran example non example meningkatkan pembelajaran kegiatan aktivitas �dan hasil belajar peserta didik. Dengan example non example, peneliti �dapat memahami kebutuhan peserta didik dan kebutuhan dalam belajar untuk menciptakan suasana belajar yang cocok bagi peserta didik,� dalam proses pembelajaran pasif menjadi aktif.

Oleh karena itu proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran example non example dapat diterapkan dan digunakan� untuk materi selanjutnya karena model example non example menampilkan soal-soal dalam bentuk gambar sehingga peserta didik dapat berpikir secara kritis. Peserta didik menjadi mampu mengemukakan pendapatnya, dan peserta didik mampu memperluas pemahaman konsep�� dari materi yang diberikan dalam bentuk�� gambar. Meningkatnya hasil belajar peserta didik karena adanya kegiatan diskusi antar peserta didik sehingga peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. Jadi model pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (Tendrita et al., 2017).

 

Kesimpulan

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa:

1)        Pembelajaran dengan menggunakan model example non example dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada materi Statistika tahun ajaran 2021/2022.

2)        Hasil belajar�� pada siklus I yang tuntas 18 orang dengan persentasi 64%, dan� yang tidak tuntas 10 orang dengan persentasi 36%. Sedangkan siklus II yang tuntas 25 orang dengan persentasi 89%, dan yang tidak tuntas 3 orang dipersentasi 11%. Persentasi jumlah peserta didik yang tuntas belajar mengalami peningkatan� 25%.

3)        Pembelajaran dengan model example non example dapat meningkat aktivitas belajar peserta didik, ditandai dengan persentasi secara klasikal� kegiatan aktifitas kelompok dikatagori aktif (79%) siklus I dan siklus II sangat aktif (87%). Mengalami peningkatan 8%.

 

 

BIBLIOGRAFI

Dwi., Sayekti Kanthi. (2012). Metode /Model Pembelajaran Example Non Example.Google Scholar

Hakim, Lutfi. (2016). Pengaruh likuiditas, kualitas aset, permodalan, efisiensi operasi, dan rentabilitas terhadap return on asset pada Bank kelompok buku 4 periode 1 januari 2013-31 maret 2016. Universitas Bangka Belitung. Google Scholar

Hamdayama, Jumanta. (2014). Model dan metode pembelajaran kreatif dan berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia, 2(3). Google Scholar

Hopkins, Patrick E. (2013). Thermal transport across solid interfaces with nanoscale imperfections: effects of roughness, disorder, dislocations, and bonding on thermal boundary conductance. International Scholarly Research Notices. Google Scholar

Isjoni. (2016) Cooperative. Bandung. Alfabeta.Google Scholar

Kanthi. (2018). Upaya Meningkatkan Pemahaman Materi Fungsi Komposisi Melalui Model Pembelajaran Example Non Example Pada Kelas XI IPS 2 MAN 1 Tulungagung. Google Scholar

Komalasari, Kokom. (2017). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. Google Scholar

Media., Shoimin. (2017). Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruz Media. Google Scholar

Muktilah. (2013). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS melelui Penera Model. Jakarta: Kata Pena, 71�72. Google Scholar

Pribadi, Antar, 2012. (n.d.). AM Sardiman.(2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Arikunto, Suharsimi.(2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Jurnal Katalogis, 4(4), 166�177. Google Scholar

Rahmadani, Rahmadani. (2019). Metode Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learnig (Pbl). Lantanida Journal, 7(1), 75�86. Google Scholar

Ricardo, R., & Meilani, R. I. (2017). Impak Minat dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa (The impacts of students� learning interest and motivation on their learning outcomes). Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 79�92. Google Scholar

Rusmono. (2017). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia. Google Scholar

Sanjaya, Wina. (2017). Paradigma baru mengajar. Kencana. Google Scholar

Tendrita, Miswandi, Mahanal, Susriyati, & Zubaidah, Siti. (2017). Pembelajaran reading-concept-map think pair share (remap tps) dapat meningkatkan hasil belajar kognitif. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 2(6), 763�767. Google Scholar

 

Copyright holder:

Rislayanti (2022)

 

First publication right:

Syntax Idea

 

This article is licensed under: