Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol. 4, No. 8, Agustus 2022
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FSLC MENGGUNAKAN
MEDIA TTS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN
ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Nada Khairun Nisa, Rini Selly
Universitas Negeri Medan
Email: [email protected],
[email protected]�����������
Abstrak
Salah satu materi kimia yang
sulit dipahami oleh siswa di SMAN 1 Tebing Tinggi adalah elektrolit dan non
elektrolit. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar mampu memahami materi
tersebut perlu diiringi dengan adanya motivasi. Salah satu cara untuk
meningkatkan motivasi yakni dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
FSLC, dibarengi dengan penggunaan media TTS untuk membantu meningkatkan hasil
belajar siswa. Penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1)
mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa pada model pembelajaran kooperatif
FSLC menggunakan media teka-teki silang 2) mengetahui perbedaan
peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMAN 1 Tebing Tinggi yang diajarkan metode
kooperatif FSLC dengan menggunakan media teka-teki silang pada materi
elektrolit dan non elektrolit 3) mengetahui korelasi antara motivasi
dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran kooperatif FSLC dengan menggunakan
media teka-teki silang pada materi elektrolit dan non elektrolit. Metode yang
digunakan yaitu metode kuantitatif dan model yang digunakan yaitu model
pembelajaran kooperatif FSLC. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan motivasi belajar siswa yang diajar
dengan metode FSLC menggunakan teka-teki silang dibandingkan dengan
motivasi belajar siswa yang diberikan dengan pembelajaran konvensional pada
mata pelajaran� elektrolit dan non
elektrolit dengan nilai sig. sebesar 0,013 < 0,05. Hasil belajar terdapat perbedaan signifikan yang diajar
dengan pembelajaran FSLC menggunakan TTS dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional, ditandai dengan nilai Sig. sebesar 0,02 maka Ha diterima.
Terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan
hasil belajar siswa dengan nilai signifikan 0,039,
hasil ini menunjukkan bahwa motivasi berhubungan secara signifikan dengan hasil
belajar siswa.
Kata Kunci: kooperatif
fslc; teka-teki silang; motivasi; hasil belajar
Abstract
One of
the chemical materials that are difficult for students at SMAN 1 Tebing Tinggi to understand is electrolyte and
non-electrolyte. To improve student learning outcomes in order to be able to
understand the material, it needs to be accompanied by motivation. One way to
increase motivation is to use the FSLC cooperative learning model, accompanied
by the use of TTS media to help improve student learning outcomes.
This study aims to: 1) knowing the differences in student learning motivation
in the FSLC cooperative learning model using crossword media 2) knowing the
differences in improving learning outcomes of class X students of SMAN 1 Tebing Tinggi taught by the FSLC cooperative method using
crossword media on electrolyte and nonelectrolyte materials 3) knowing the
correlation between student motivation and learning outcomes after FSLC
cooperative learning by using crossword media on electrolyte material and� non-electrolyte. The method used is the
quantitative method and the model used is the cooperative learning model FSLC.
The results showed a significant difference in the learning motivation of
students taught by the FSLC method using crossword puzzles compared to student
learning motivation given with conventional learning in electrolyte and
non-electrolyte subjects with sig values By 0.013 <
0.05. Learning outcomes there are significant differences in learning FSLC
using TTS compared to conventional learning, characterized by Sig grades to
0.02 then Ha is accepted. There is a significant correlation between student
learning motivation and student learning outcomes with a significant score of
0.039, these results show that motivation is significantly related to student
learning outcomes.
Keywords: fslc
cooperative; crossword puzzle; motivation; learning outcomes
Pendahuluan
Salah satu mata pelajaran umum
yang diberikan pada siswa SMA yaitu mata pelajaran kimia, dimana guru sebagai
fasilitator yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa
sebagai pihak yang belajar (Aritonang, Suharta, & Suyanti, 2013). Hal ini menuntut siswa memahami konsep-konsep dalam kimia secara keseluruhan
sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia, salah satu bidang kajian SMA yaitu materi elektrolit
dan non elektrolit.
Materi elektrolit dan non
elektrolit biasanya dikelompokkan menjadi dua sub tema, yaitu larutan
elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Materi elektrolit menjelaskan
tentang larutan yang dapat menghantarkan listrik sedangkan materi non
elektrolit larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik (Purnawan & Rohmadyah, 2013).
Motivasi sangat penting dalam
proses pembelajaran elektrolit dan non elektrolit. Apabila guru dan orang tua
dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri
siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik, pada
materi salah satunya dengan mempelajari elektrolit dan non elektrolit. Ketika
motivasi yang baik dan tepat diberikan, anak dapat mengenali manfaat belajar
dan tujuan yang dapat dicapai. Motivasi belajar juga diharapkan dapat
menanamkan semangat pada diri siswa, terutama yang malas belajar akibat
pengaruh negatif dari siswa lain. Selanjutnya dapat membentuk kebiasaan siswa senang
belajar, sehingga prestasi belajarnya pun dapat meningkat (Nashar, 2004).� Berdasarkan hasil observasi pra-penelitian
yang saya lakukan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi kelas X IPA, penelitian
menemukan 78% kurangnya motivasi dan hasil belajar siswa. Dengan ini dibuktikan
dengan minimnya minat baca siswa yaitu pada materi elektrolit dan non
elektrolit, dan siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan
baik dan guru sebagai sudut pandang ke 3.
Model pembelajaran merupakan
suatu pedoman yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas (Martinis, 2013).
Model pembelajaran kooperatif formulate share listen create (FSLC)
merupakan kegiatan belajar dimana peserta didik secara aktif membangun
pengetahuannya sendiri dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
diberikan oleh guru (Komariya, Farida, & Vahlia, 2018).
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Mustika et al., (2021), model
pembelajaran kooperatif FSLC mengharuskan siswa memecahkan permasalahan
mislanya seperti peristiwa atau pernyataan tentang kesetimbangan ion dan pH
larutan penyangga dan mampu mengemukakan ide untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif FSLC meliputi empat tahap
pembelajaran yaitu formulate, share, listen dan create, yaitu
pada tahap formulate, siswa dihadirkan dengan� permasalahan agar untuk membangkitkan rasa
ingin tahu terhadap pelajaran kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga. Dari
hasil penelitian ini menunjukkan terdapat penerapan model pembelajaran
kooperatif FSLC dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada materi
kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga di kelas XI MIA SMA Negeri 1
Pekanbaru. Sama halnya dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Hidayati & Asikin, (2013), model
pembelajaran kooperatif tipe Formulate� Share �Listen� Create (FSLC)
dengan pendekatan kontekstual dengan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Moga
Pemalang yaitu: (1) denan menggunakan model pembelajaran kooperatif Formulate�
Share �Listen� Create (FSLC), kemampuan komunikasi matematis siswa pada
pendekatan kontekstual mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) minimal 85%
(2) siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Formulate Share �Listen �Create
(FSLC) pada pendekatan kontekstual memiliki kemampuan komunikasi matematis yang
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dengan model pembelajaran
ekspositori.�
Dalam meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa pada model pembelajaran kooperatif FSLC diantaranya
dengan menggunakan media teka-teki silang (TTS). Menurut Azizah, (2022), teka-teki silang
adalah permainan yang mengisi jawaban di kolom kotak dengan huruf-huruf sesuai
dengan pertanyaan untuk dapat mengasah otak peserta didik. Media teka-teki
silang (TTS) juga mengandung unsur permainan yang� dapat menghilangkan rasa jenuh di kelas, membuat
siswa menjadi lebih aktif lagi dan juga dapat mengasa otak siswa. Selain itu
juga bentuk soal yang digunakan pada media teka-teki silang (TTS) ini akan
melatih pikiran mereka agar bisa menjawab pertanyaan dalam teka-teki silang
tersebut.
Sesuai dengan latar belakang
diatas, maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini yang berjudul
�Penerapan Model Pembelajaran Formulate Share Listen Create Menggunakan
Media Teka-Teki Silang Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Pada Pokok
Bahasa Elektrolit dan Non Elektrolit�.
KAJIAN LITERATUR
1.
Model Pembelajaran Formulate Share Listen
Create (FSLC)
Pembelajaran
kooperatif tipe formulate share listen create (FSLC) yaitu modifikasi
dari strategi pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare (TPS)
dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland, Arends. 15
Strategi formulate share listen create (FSLC) merupakan strategi
pembelajaran kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil. Landasan pembelajaran
kooperatif tidak berubah, namun terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif.
Setidaknya ada empat pendekatan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif
FSLC yang merupakan bagian dari kumpulan strategi guru, termasuk pembelajaran
kooperatif yang mempunyai struktual yaitu formulate
share listen create (FSLC).
Model pembelajaran
kooperatif kooperatif formulate share listen create (FSLC)
adalah proses pembelajaran dimana peserta didik secara aktif mengkontruksi
pengetahuannya sendiri dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
diberikan (Komariya et al., 2018). Merumuskan model kooperatif
tipe kooperatif formulate
share listen create FSLC memiliki empat tahap: (1) formulate, (2) share, (3) listen,
dan (4) create. Berikut
kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai
berikut.
Pada tahap
terakhir ini, siswa secara keseluruhan menemukan jawaban barunya, sehingga
siswa dapat menyatukan pendapatnya serta terbentuk kemampuan komunikasi
matematis yang hampir sempurna dan bahkan mampu mencapai sempurna (Oktavianti et al., 2020).
Model
pembelajaran kooperatif tipe FSLC memiliki beberapa kelebihan dan kekurangannya
yaitu: (Afrilianto, 2014).
a. Kelompok belajar yang terdiri dari 2-4
orang akan lebih cepat terbentuk.
b. Lebih banyak kesempatan bagi setiap
anggota kelompok untuk berkontribusi dan berbagai ide.
c. Interaksi antara anggota kelompok akan
lebih mudah dan nyaman dikarena jumlah anggota lebih sedikit tapi waktu yang
diberikan lebih banyak.
d. Kerja kelompok lebih teratur karena jumlah
anggota sedikit, sehingga lebih mudah mengontrolnya.
e. Pada tahap formulate siswa tidak
hanya memikirkan jawaban individu, tetapi juga merumuskan dan menuliskan
berbagai kemungkinan jawaban dari permasalahan yang diberikan.
f. Dengan adanya tahap create, siswa
diberikan kesempatan untuk membuat jawaban baru berdasarkan ide-ide terbaik
dari kelompoknya maupun kelompok lain.
Adapun
kekurangan dari model pembelajaran kooperatif FSLC adalah sebagai berikut:
Perbedaan dari peneliti sebelumnya yaitu, peneliti
sebelumnya tidak menggunakan media pembelajaran sedangan dalam penelitian ini
menggunakan media pembelajaran dengan begitu siswa lebih aktif lagi dalam
mengikuti pembelajaran dikelas.
a. Banyak kelompok yang harus diawasi.
b. Lebih sedikit ide yang dihasilkan karena
kelompok hanya terdiri dari 2-4 orang.
yang bertujuan untuk
mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa dan dapat menambahkan
pemahaman peserta didik pada materi elektrolit dan non elektrolit.
2.
Media Teka � teki Silang
Media
teka-teki silang (TTS) kimia mengandung unsur permainan sehingga dapat
menghilangkan rasa jenuh di kelas, meningkatkan keaktifan siswa dan mengasah
daya pikir siswa. Selain itu bentuk soal yang dalam teka-teki silang (TTS)
kimia ini akan mengembangkan kemampuan kreatif siswa, karena mereka akan
dituntut untuk mengembangkan pikiran mereka untuk bisa menjawab pertanyaan
dalam teka-teki silang (Ermaita, Pargito, 2016).
Siswa
dilibatkan dalam teka teki silang sejak kegiatan awal pembelajaran dimulai.
Siswa didorong untuk berpatisipasi dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya
secara mental tetapi juga secara fisik. Dengan ini menciptakan lingkungan yang
lebih menyenangkan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Dengan TTS ini dapat memberikan pemahaman materi secara mudah dan mendalam.
Penyususn TTS ini akan mendorong partisipasi dan minat siswa. Teka-teki silang
tentunya lebih menarik, teknik pembelajaran kosakata tentu lebih menarik
sebagai pembelajaran karena mengandung unsur permainan, hiburan serta dapat
dilakukan secara santai dengan berbagai variasi. Media teka teki silang ini
disusun sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru selama proses belajar
mengajar. Media teka-teki silang (TTS) diberikan setelah pembelajaran selesai
untuk menguji kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Untuk
menggunakan media teka-teki silang (TTS) sebagai media pembelajaran yaitu guru
terlebih dahulu mendemonstrasikan permainan teka-teki silang kepada siswa di
depan kelas, kemudian memberitahukan cara memainkannya. Sebelum pengajar
mendemonstrasikan permainan tersebut, guru membuat teka-teki silang berdasarkan
materi yang akan diajarkan. Pengajar menyiapkan bahan yang akan diajarkan,
seperti pelajaran kimia di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi dengan sub bab elektrolit
dan non elektrolit. Kemudian pengajar membuat ruang-ruang kosong atau
kotak-kotak untuk mengisi huruf-huruf yang sesuai yang terdiri dari ruang
mendatar dan menurun.
Metode Penelitian
Peneliti menggunakan model pembelajaran yang peneliti gunakan yaitu model pembelajaran kooperatif FSLC dimana siswa membentuk
kelompok dan bertanggung jawab terhadap materi yang diberikan oleh guru. Diharapkan dapat meningkatkan berpikir
kreatif siswa dengan menggunakan model pembelajaran FSLC. Model pembelajaran
kooperatif FSLC merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
keterlibatan siswa secara penuh dalam rangka memecahkan masalah kimia dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat mencapai tujuan pendidikan secara lebih baik.
Dan media yang peneliti
gunakan adalah media teka-teki silang, dimana media teka -teki silang yang
mengandung unsur permainan untuk menghilangkan rasa jenuh di kelas, membuat
siswa tetap aktif dan mengasah otak siswa (Ginayah, Mashuri, & Wardhani, 2018). Selain itu bentuk
soal yang disajikan dalam teka-teki silang ini akan membantu siswa
mengembangkan kemampuan kreatif mereka, karena mereka perlu mengembangkan
pikiran mereka untuk menjawab pertanyaan dalam teka-teki silang.
Dalam penelitian ini digunakan
dua kelas, yaitu kelas pertama dengan model pembelajaran kooperatif formulate
share listen create (FSLC), dan kelas kedua menggunakan model pembelajaran
konvensional (ceramah). Setelah akan diteliti hasil belajar dan motivasi siswa
setelah penerapan pembelajaran tersebut diharapkan adanya pengaruh terhadap
hasil belajar dan motivasi peserta didik (Juariah & Sari, 2015).
Untuk mengetahui lebih lanjut
dalam penelitian ini dapat ditemukan dalam gambar bagan alir kerangka berpikir
berikut ini:
Model
Konvensional (Ceramah) �Hasil Belajar Model
Pembelajaran Kooperatif
Formulate Share Listen Create Model Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran
FSLC dan Media teka-Teki Silang (Postest) Media
Teka-Teki Silang �Motivasi Belajar Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran FSLC
dan Media Teka-Teki Silang (Pritest) Hasil
Akhir Peningkatan
Gambar 1
bagan alir kerangka berpikir
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitiannya yaitu, peneliti membuat instrumen
penelitian berupa tes pilihan ganda dengan 40 soal dalam bentuk pilihan ganda
dengan 5 option, yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa pada materi
elektrolit dan non elektrolit. Instrumen hasil belajar divalidasi oleh
validator ahli dosen kimia UNIMED sebelum digunakan sebagai alat penelitian.
Setelah validator ahli menyatakan instrumen tes tersebut valid, selanjutnya
diujicobakan pada siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Tujuan uji
coba untuk menetapkan validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, dan daya
pembeda tes.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ini adalah
model pembelajaran kooperatif FSLC dengan teka-teki silang pada materi
Elektrolit dan Non Elektrolit yang diberikan pengajaran pada peserta didik
SMA/MA Kelas X Semester genap sesuai dengan kurikulum 2013. Media pembelajaran
yang dipakai adalah teka-teki silang (TTS) digunakan pada pembelajaran supaya
siswa lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran tersebut serta siswa juga
dituntut untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimiliki untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan.
Tes awal (pretest) terlebih
dahulu diberikan sebelum kedua sampel tersebut diberikan perlakuan yang
berbeda, hal ini bertujuan agar melihat kemampuan awal siswa, untuk membuat
masing-masing kelas eksperimen menjadi normal dan homogen dengan kelas kontrol.
Tahap selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan pembelajar yang tidak sama
seperti kelas eksperimen diberikan pengajaran dengan model pembelajaran
kooperatif FSLC dengan media teka-teki silang dan kelas kontrol diberikan
pengajaran dengan model konvensional. Pada proses pembelajaran terakhir
diberikan tes akhir (postest) kepada siswa yang bertujuan untuk melihat
bagaimana perubahan hasil belajar siswa yang sesudah diberikan perlakuan. pada
hasil olah data didapatkan nilai rata-rata pretest pada kelas eksperimen
adalah 61,41 dan nilai pretest kontol adalah 56,25 dan perbedaan nilai
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1.
Data Motivasi Belajar Siswa
Data |
Kelas |
Rata-rata |
Standar Deviasi |
Sig. (2- Tailed) |
|
Keterangan |
Postest |
Eksperimen |
75, 3438 |
3, 57960 |
0, 030 |
0,05 |
Ha diterima |
Kontrol |
72, 9375 |
4, 97696 |
0, 030 |
0,05 |
2. Data Hasil Belajar Siswa
���� Berbagai
perlakuan diterapkan pada data statistik hasil belajar siswa kelas eksperimen
dan siswa diberikan pretest sebelum kedua kelas sampel diberi perlakuan,
dengan tujuan untuk menentukan apakah kedua kelas berdistribusi normal dan
homogen. Kelas eksperimen kemudian diberikan perlakuan yang berbeda dengan
kelas kontrol, yaitu kelas eksperimen diajar dengan model pembelajaran
kooperatif FSLC dengan menggunakan media TTS dan kelas kontrol diajar dengan
model tradisional. Kedua sampel kelas ini diberikan tes akhir (postest)
untuk mengukur hasil belajar siswa setelah kelas kontrol dikumpulkan
berdasarkan hasil perhitungan yang terangkum dalam Tabel 4.2.
Tabel
2
|
Mean |
N |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
|
Pair 1 |
kelas eksperimen |
1.0000 |
32 |
0.00000 |
0.00000 |
Pretest |
61.4063 |
32 |
7.85292 |
1.38821 |
|
Pair 2 |
Postest |
88.1250 |
32 |
6.18922 |
1.09411 |
kelas kontrol |
2.0000 |
32 |
0.00000 |
0.00000 |
|
Pair 3 |
Pretest |
56.2500 |
32 |
9.24575 |
1.63443 |
Postest |
83.9063 |
32 |
4.35045 |
0.76906 |
�Hasil Perolehan
Rata-Rata Pretest dan Postest
����������� Berdasarkan
tabel diatas, dapat disimpulkan perbedaan hasil perolehan rata-rata nilai pretest
dan postest kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui tabel diatas
yang ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2
Diagram Hasil Perolehan Rata-rata Pretest Dan Postest
Awal penelitian masing-masing kelas eksperimen dan
kelas kontrol diberikan pretest untuk menentukan kemampuan awal siswa.
Hasil pretest kemudian diuji normalitas dan homogenitas didapat bahwa
data normal (sig.0,034 dan 0,064). Setelah dilakukan pengumpulan data dengan
distribusi normal dan homogen, kedua sampel tersebut diberikan perlakuan yang
berbeda untuk mengetahui hasil belajar siswa dimana kelas eksperimen siswa
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Formulate
Share Listen Create (FSLC) dengan
media TTS dan kelas kontrol siswa dibelajarkan dengan model konvensional. Pada
kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Formulate Share Listen Create (FSLC) dengan media teka-teki silang rata-rata
hasil belajar siswa sebesar 88,12. Sedangkan pada kelas kontrol dengan
menggunakan model konvensional diperoleh nilai rata-rata 83,90.
Berdasarkan data yang diperoleh, pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol menunjukan bahwa menggunakan model dan media
pembelajaran berhasil meningkatkan pemahaman siswa terhadap apa yang telah
mereka pelajari. Pada kelas eksperimen siswa diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif Formulate Share Listen
Create�
(FSLC) dengan media teka-teki silang sebagai salah satu model
pembelajaran memiliki beberapa kelebihan diantaranya siswa dapat merumuskan
hasil pemikiranya sendiri dari permasalahan yang diberikan oleh guru,
menyampaikan hasil pemikiran siswa terhadap teman sekelompoknya, setiap
kelompok mendengarkan dengan seksama, dan menyampaikan hasil diskusi mereka
dengan mempresentasikan kedepan kelas. Interaksi antara siswa membuat kerjasama
antara siswa meningkat dan proses pembelajaran yang diterapkan menjadi lebih
efektif (Suharni, 2021).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mustika et al., (2021)
menggunakan model pembelajaran kooperatif Formulate
Share Listen Create (FSLC) pada materi kesetimbangan ion dan pH
larutan penyangga pada sekor rata-rata setiap fase diperoleh 1,78 dengan
kriteria baik. Demikian pula Penelitian Silvi, (2018)
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif Formulate Share Listen Create (FSLC) mendapatkan ketuntasan klasikal sebesar
87,50%.
Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran yang sudah dikembangkan oleh guru mata pelajaran melalui pengguna
model pembelajaran langsung (konvensional). Guru menyampaikan materi
pembalajaran yang sedang dibahas, kemudian guru mengajukan dan memberi soal
latihan. Proses pembelajaran pada kelas kontrol kurang kondusif karena sebagian
siswa masih tidak memperhatikan penjelasan guru ketika pembelajaran
berlangsung.
Penulis menemui kendala dikelas kontrol,
diantaranya siswa yang masih sangat kurang minat belajarnya, mereka menganggap
pembelajaran kimia sebagai pembelajaran yang sulit, sehingga siswa menjadi
bosan ketika menghadapi masalah yang tidak dapat mereka selesaikan. Selain itu
siswa kurang aktif dan terkendala dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan
oleh guru, meskipun demikian proses pembelajaran berlangsung baik.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, dapat disimulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan motivasi belajar siswa yang diajar dengan metode
pembelajaran kooperatif FSLC menggunakan teka-teki silang dibandingkan dengan
motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada
materi elektrolit dan nonelektrolit. Dengan ditandai nilai sig. sebesar 0,013
<
BIBLIOGRAFI
Afrilianto, M. (2014). Strategi Formulate Share Listen
Create untuk mengembangkan kemampuan Matehamtical Problem Posing siswa SMP. DIDAKTIK:
Jurnal Ilmiah STKIP Siliwangi Bandung, 8(1), 21�28. Google Scholar
Aritonang, Marni, Suharta, & Suyanti,
Retno Dwi. (2013). Integrasi Strategi Pembelajaran Dan Media Pembelajaran Untuk Membentuk
Karakter Dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sma Pada Pokok Bahasan Minyak
Bumi. Jurnal Pendidikan
Unimied, 3(1), 1�9.
Google Scholar
Azizah, Rofiatul. (2022). Permainan Teka
Teki Silang dalam Pembelajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Maharah Kitabah. Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab, 3(2), 117�129. Google Scholar
Ermaita, Pargito, Pujiati. (2016).
Penggunaan Media Pembelajaran Crossword Puzzle untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa. Studi Sosial, 04(1), 81�89. Google Scholar
Ginayah, Lulu Ul, Mashuri, Mohan Taufiq,
& Wardhani, Raden Roro Ariessanty Alicia Kusuma. (2018). Pengaruh Media
Teka-Teki Silang (Tts) Kimia 3D Terhadap Kemampuan Kreatif Siswa Pada Materi
Hidrokarbon Kelas X Sma Negeri 12 Banjarmasin. Dalton : Jurnal
Pendidikan Kimia Dan Ilmu Kimia, 1(2), 14�19. Google Scholar
Hidayati, I., & Asikin, M. (2013). keefektifan
model FSLC dengan pendekatan konteksgual terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa. 3(2). Google Scholar
Juariah, Juariah, & Sari, Ratna.
(2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Formulate Share Listen
Create (Fslc) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. Kreano,
Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 5(2), 143. Google Scholar
Komariya, Komariya, Farida, Nurul, &
Vahlia, Ira. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Fslc Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa. AKSIOMA:
Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 7(1), 96. Google Scholar
Martinis, Yamin. (2013). Strategi dalam
Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi GP Press Group. Google Scholar
Mustika, Karina Dilla, Amran, Elva Yasmi,
& Holiwarni, Betty. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Formulate Share Listen Create (Fslc) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Ion Dan Ph Larutan Penyangga. Jurnal
Pendidikan Kimia Universitas Riau, 6(1), 30�36. Google Scholar
Nashar. (2004). Peranan Motivasi dan
Kemampuan awal dalam kegiatan pembelajaran. Jakarta: Delia press. Google Scholar
Oktavianti1, Ni Wayan, Astawa, I. Wayan
Puja, & Sariyasa. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Formulate Share Listen Create ( FSLC ) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Payangan. Wahana Matematika Dan Sains: Jurnal
Matematika, Sains, Dan Pembelajarannya, 14(1), 148�155. Google Scholar
Purnawan, & Rohmadyah. (2013). Kimia
Untuk SMA/Ma Kelas X. Sidoarjo: Masmedia. Google Scholar
Silvi, Indiriani. (2018). Pengaruh Model
pembelajaran Kooperatif Informal Tipe Formulate Share Listen Create (Fslc)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif matematis Peserta Didik Smpn 19
Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan Dan Teknologi, 3(2), 1�8. Google Scholar
Suharni, Suharni. (2021). Upaya Guru Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. G-Couns: Jurnal Bimbingan Dan Konseling,
6(1), 172�184. Google Scholar
Nada Khairun Nisa, Rini Selly (2022) |
First publication right: |
This article is licensed
under: |
�