Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X

Vol. 4, No. 8, Agustus 2022

 

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FSLC MENGGUNAKAN MEDIA TTS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

 

Nada Khairun Nisa, Rini Selly

Universitas Negeri Medan

Email: [email protected], [email protected]�����������

 

Abstrak

Salah satu materi kimia yang sulit dipahami oleh siswa di SMAN 1 Tebing Tinggi adalah elektrolit dan non elektrolit. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar mampu memahami materi tersebut perlu diiringi dengan adanya motivasi. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi yakni dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif FSLC, dibarengi dengan penggunaan media TTS untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1) mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa pada model pembelajaran kooperatif FSLC menggunakan media teka-teki silang 2) mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMAN 1 Tebing Tinggi yang diajarkan metode kooperatif FSLC dengan menggunakan media teka-teki silang pada materi elektrolit dan non elektrolit 3) mengetahui korelasi antara motivasi dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran kooperatif FSLC dengan menggunakan media teka-teki silang pada materi elektrolit dan non elektrolit. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dan model yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif FSLC. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan motivasi belajar siswa yang diajar dengan metode FSLC menggunakan teka-teki silang dibandingkan dengan motivasi belajar siswa yang diberikan dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran� elektrolit dan non elektrolit dengan nilai sig. sebesar 0,013 < 0,05. Hasil belajar terdapat perbedaan signifikan yang diajar dengan pembelajaran FSLC menggunakan TTS dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, ditandai dengan nilai Sig. sebesar 0,02 maka Ha diterima. Terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan hasil belajar siswa dengan nilai signifikan 0,039, hasil ini menunjukkan bahwa motivasi berhubungan secara signifikan dengan hasil belajar siswa.

 

Kata Kunci: kooperatif fslc; teka-teki silang; motivasi; hasil belajar

 

Abstract

One of the chemical materials that are difficult for students at SMAN 1 Tebing Tinggi to understand is electrolyte and non-electrolyte. To improve student learning outcomes in order to be able to understand the material, it needs to be accompanied by motivation. One way to increase motivation is to use the FSLC cooperative learning model, accompanied by the use of TTS media to help improve student learning outcomes. This study aims to: 1) knowing the differences in student learning motivation in the FSLC cooperative learning model using crossword media 2) knowing the differences in improving learning outcomes of class X students of SMAN 1 Tebing Tinggi taught by the FSLC cooperative method using crossword media on electrolyte and nonelectrolyte materials 3) knowing the correlation between student motivation and learning outcomes after FSLC cooperative learning by using crossword media on electrolyte material and� non-electrolyte. The method used is the quantitative method and the model used is the cooperative learning model FSLC. The results showed a significant difference in the learning motivation of students taught by the FSLC method using crossword puzzles compared to student learning motivation given with conventional learning in electrolyte and non-electrolyte subjects with sig values By 0.013 < 0.05. Learning outcomes there are significant differences in learning FSLC using TTS compared to conventional learning, characterized by Sig grades to 0.02 then Ha is accepted. There is a significant correlation between student learning motivation and student learning outcomes with a significant score of 0.039, these results show that motivation is significantly related to student learning outcomes.

 

Keywords: fslc cooperative; crossword puzzle; motivation; learning outcomes

 

Pendahuluan

Salah satu mata pelajaran umum yang diberikan pada siswa SMA yaitu mata pelajaran kimia, dimana guru sebagai fasilitator yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa sebagai pihak yang belajar (Aritonang, Suharta, & Suyanti, 2013). Hal ini menuntut siswa memahami konsep-konsep dalam kimia secara keseluruhan sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia, salah satu bidang kajian SMA yaitu materi elektrolit dan non elektrolit.

Materi elektrolit dan non elektrolit biasanya dikelompokkan menjadi dua sub tema, yaitu larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Materi elektrolit menjelaskan tentang larutan yang dapat menghantarkan listrik sedangkan materi non elektrolit larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik (Purnawan & Rohmadyah, 2013).

Motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran elektrolit dan non elektrolit. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada siswa atau anaknya, maka dalam diri siswa atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik, pada materi salah satunya dengan mempelajari elektrolit dan non elektrolit. Ketika motivasi yang baik dan tepat diberikan, anak dapat mengenali manfaat belajar dan tujuan yang dapat dicapai. Motivasi belajar juga diharapkan dapat menanamkan semangat pada diri siswa, terutama yang malas belajar akibat pengaruh negatif dari siswa lain. Selanjutnya dapat membentuk kebiasaan siswa senang belajar, sehingga prestasi belajarnya pun dapat meningkat (Nashar, 2004).� Berdasarkan hasil observasi pra-penelitian yang saya lakukan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi kelas X IPA, penelitian menemukan 78% kurangnya motivasi dan hasil belajar siswa. Dengan ini dibuktikan dengan minimnya minat baca siswa yaitu pada materi elektrolit dan non elektrolit, dan siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan baik dan guru sebagai sudut pandang ke 3.

Model pembelajaran merupakan suatu pedoman yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas (Martinis, 2013). Model pembelajaran kooperatif formulate share listen create (FSLC) merupakan kegiatan belajar dimana peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang diberikan oleh guru (Komariya, Farida, & Vahlia, 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mustika et al., (2021), model pembelajaran kooperatif FSLC mengharuskan siswa memecahkan permasalahan mislanya seperti peristiwa atau pernyataan tentang kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga dan mampu mengemukakan ide untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif FSLC meliputi empat tahap pembelajaran yaitu formulate, share, listen dan create, yaitu pada tahap formulate, siswa dihadirkan dengan� permasalahan agar untuk membangkitkan rasa ingin tahu terhadap pelajaran kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga. Dari hasil penelitian ini menunjukkan terdapat penerapan model pembelajaran kooperatif FSLC dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga di kelas XI MIA SMA Negeri 1 Pekanbaru. Sama halnya dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Hidayati & Asikin, (2013), model pembelajaran kooperatif tipe Formulate� Share �Listen� Create (FSLC) dengan pendekatan kontekstual dengan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Moga Pemalang yaitu: (1) denan menggunakan model pembelajaran kooperatif Formulate� Share �Listen� Create (FSLC), kemampuan komunikasi matematis siswa pada pendekatan kontekstual mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) minimal 85% (2) siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Formulate Share �Listen �Create (FSLC) pada pendekatan kontekstual memiliki kemampuan komunikasi matematis yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dengan model pembelajaran ekspositori.�

Dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada model pembelajaran kooperatif FSLC diantaranya dengan menggunakan media teka-teki silang (TTS). Menurut Azizah, (2022), teka-teki silang adalah permainan yang mengisi jawaban di kolom kotak dengan huruf-huruf sesuai dengan pertanyaan untuk dapat mengasah otak peserta didik. Media teka-teki silang (TTS) juga mengandung unsur permainan yang� dapat menghilangkan rasa jenuh di kelas, membuat siswa menjadi lebih aktif lagi dan juga dapat mengasa otak siswa. Selain itu juga bentuk soal yang digunakan pada media teka-teki silang (TTS) ini akan melatih pikiran mereka agar bisa menjawab pertanyaan dalam teka-teki silang tersebut.

Sesuai dengan latar belakang diatas, maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini yang berjudul �Penerapan Model Pembelajaran Formulate Share Listen Create Menggunakan Media Teka-Teki Silang Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Pada Pokok Bahasa Elektrolit dan Non Elektrolit�.

 

KAJIAN LITERATUR

1.     Model Pembelajaran Formulate Share Listen Create (FSLC)

Pembelajaran kooperatif tipe formulate share listen create (FSLC) yaitu modifikasi dari strategi pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare (TPS) dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland, Arends. 15 Strategi formulate share listen create (FSLC) merupakan strategi pembelajaran kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil. Landasan pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif. Setidaknya ada empat pendekatan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif FSLC yang merupakan bagian dari kumpulan strategi guru, termasuk pembelajaran kooperatif yang mempunyai struktual yaitu formulate share listen create (FSLC).

Model pembelajaran kooperatif kooperatif formulate share listen create (FSLC) adalah proses pembelajaran dimana peserta didik secara aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri dengan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang diberikan (Komariya et al., 2018). Merumuskan model kooperatif tipe kooperatif formulate share listen create FSLC memiliki empat tahap: (1) formulate, (2) share, (3) listen, dan (4) create. Berikut kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Formulate, yaitu secara individu, siswa merumuskan hasil pemikiran atau gagasannya dari suatu permasalahan yang diberikan oleh guru untuk dituangkan ke dalam sebuah jawaban
  2. Share, yaitu berbagi hasil rumusan atau jawaban dengan teman sekelompoknya.
  3. Listen, yaitu setiap kelompok dengan cermat mendengarkan dengan sudut pandang masing-masing pendapat dari temannya, dan mencatat setiap persamaan dan perbedaan dalam jawaban mereka.
  4. Create, yaitu setelah setiap siswa mendengarkan jawaban dari teman satu kelompoknya, mereka menciptakan jawaban baru atau jawaban terbaik melalui diskusi, dan kemudian bersiap untuk mempresentasikan jawaban kelompok jika dipanggil dalam diskusi kelas.

Pada tahap terakhir ini, siswa secara keseluruhan menemukan jawaban barunya, sehingga siswa dapat menyatukan pendapatnya serta terbentuk kemampuan komunikasi matematis yang hampir sempurna dan bahkan mampu mencapai sempurna (Oktavianti et al., 2020).

Model pembelajaran kooperatif tipe FSLC memiliki beberapa kelebihan dan kekurangannya yaitu: (Afrilianto, 2014).

a.      Kelompok belajar yang terdiri dari 2-4 orang akan lebih cepat terbentuk.

b.     Lebih banyak kesempatan bagi setiap anggota kelompok untuk berkontribusi dan berbagai ide.

c.      Interaksi antara anggota kelompok akan lebih mudah dan nyaman dikarena jumlah anggota lebih sedikit tapi waktu yang diberikan lebih banyak.

d.     Kerja kelompok lebih teratur karena jumlah anggota sedikit, sehingga lebih mudah mengontrolnya.

e.      Pada tahap formulate siswa tidak hanya memikirkan jawaban individu, tetapi juga merumuskan dan menuliskan berbagai kemungkinan jawaban dari permasalahan yang diberikan.

f.      Dengan adanya tahap create, siswa diberikan kesempatan untuk membuat jawaban baru berdasarkan ide-ide terbaik dari kelompoknya maupun kelompok lain.

Adapun kekurangan dari model pembelajaran kooperatif FSLC adalah sebagai berikut:

Perbedaan dari peneliti sebelumnya yaitu, peneliti sebelumnya tidak menggunakan media pembelajaran sedangan dalam penelitian ini menggunakan media pembelajaran dengan begitu siswa lebih aktif lagi dalam mengikuti pembelajaran dikelas.

a.    Banyak kelompok yang harus diawasi.

b.   Lebih sedikit ide yang dihasilkan karena kelompok hanya terdiri dari 2-4 orang.

yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa dan dapat menambahkan pemahaman peserta didik pada materi elektrolit dan non elektrolit.

 

2.     Media Teka � teki Silang

Media teka-teki silang (TTS) kimia mengandung unsur permainan sehingga dapat menghilangkan rasa jenuh di kelas, meningkatkan keaktifan siswa dan mengasah daya pikir siswa. Selain itu bentuk soal yang dalam teka-teki silang (TTS) kimia ini akan mengembangkan kemampuan kreatif siswa, karena mereka akan dituntut untuk mengembangkan pikiran mereka untuk bisa menjawab pertanyaan dalam teka-teki silang (Ermaita, Pargito, 2016).

Siswa dilibatkan dalam teka teki silang sejak kegiatan awal pembelajaran dimulai. Siswa didorong untuk berpatisipasi dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya secara mental tetapi juga secara fisik. Dengan ini menciptakan lingkungan yang lebih menyenangkan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Dengan TTS ini dapat memberikan pemahaman materi secara mudah dan mendalam. Penyususn TTS ini akan mendorong partisipasi dan minat siswa. Teka-teki silang tentunya lebih menarik, teknik pembelajaran kosakata tentu lebih menarik sebagai pembelajaran karena mengandung unsur permainan, hiburan serta dapat dilakukan secara santai dengan berbagai variasi. Media teka teki silang ini disusun sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru selama proses belajar mengajar. Media teka-teki silang (TTS) diberikan setelah pembelajaran selesai untuk menguji kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Untuk menggunakan media teka-teki silang (TTS) sebagai media pembelajaran yaitu guru terlebih dahulu mendemonstrasikan permainan teka-teki silang kepada siswa di depan kelas, kemudian memberitahukan cara memainkannya. Sebelum pengajar mendemonstrasikan permainan tersebut, guru membuat teka-teki silang berdasarkan materi yang akan diajarkan. Pengajar menyiapkan bahan yang akan diajarkan, seperti pelajaran kimia di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi dengan sub bab elektrolit dan non elektrolit. Kemudian pengajar membuat ruang-ruang kosong atau kotak-kotak untuk mengisi huruf-huruf yang sesuai yang terdiri dari ruang mendatar dan menurun.

 

Metode Penelitian

Peneliti menggunakan model pembelajaran yang peneliti gunakan yaitu model pembelajaran kooperatif FSLC dimana siswa membentuk kelompok dan bertanggung jawab terhadap materi yang diberikan oleh guru. Diharapkan dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan model pembelajaran FSLC. Model pembelajaran kooperatif FSLC merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara penuh dalam rangka memecahkan masalah kimia dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat mencapai tujuan pendidikan secara lebih baik.

Dan media yang peneliti gunakan adalah media teka-teki silang, dimana media teka -teki silang yang mengandung unsur permainan untuk menghilangkan rasa jenuh di kelas, membuat siswa tetap aktif dan mengasah otak siswa (Ginayah, Mashuri, & Wardhani, 2018). Selain itu bentuk soal yang disajikan dalam teka-teki silang ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan kreatif mereka, karena mereka perlu mengembangkan pikiran mereka untuk menjawab pertanyaan dalam teka-teki silang.

Dalam penelitian ini digunakan dua kelas, yaitu kelas pertama dengan model pembelajaran kooperatif formulate share listen create (FSLC), dan kelas kedua menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah). Setelah akan diteliti hasil belajar dan motivasi siswa setelah penerapan pembelajaran tersebut diharapkan adanya pengaruh terhadap hasil belajar dan motivasi peserta didik (Juariah & Sari, 2015).

Untuk mengetahui lebih lanjut dalam penelitian ini dapat ditemukan dalam gambar bagan alir kerangka berpikir berikut ini:

 

 

 

 

Model Konvensional

(Ceramah)

�Hasil Belajar

Model Pembelajaran Kooperatif Formulate Share Listen Create

Model

Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran FSLC dan Media teka-Teki Silang (Postest)

Media Teka-Teki Silang

�Motivasi Belajar

Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran FSLC dan Media Teka-Teki Silang (Pritest)

Hasil Akhir

Peningkatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1

bagan alir kerangka berpikir

 

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitiannya yaitu, peneliti membuat instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda dengan 40 soal dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 option, yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa pada materi elektrolit dan non elektrolit. Instrumen hasil belajar divalidasi oleh validator ahli dosen kimia UNIMED sebelum digunakan sebagai alat penelitian. Setelah validator ahli menyatakan instrumen tes tersebut valid, selanjutnya diujicobakan pada siswa kelas XI IPA 8 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Tujuan uji coba untuk menetapkan validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, dan daya pembeda tes.

 

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif FSLC dengan teka-teki silang pada materi Elektrolit dan Non Elektrolit yang diberikan pengajaran pada peserta didik SMA/MA Kelas X Semester genap sesuai dengan kurikulum 2013. Media pembelajaran yang dipakai adalah teka-teki silang (TTS) digunakan pada pembelajaran supaya siswa lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran tersebut serta siswa juga dituntut untuk mengemukakan ide atau gagasan yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Tes awal (pretest) terlebih dahulu diberikan sebelum kedua sampel tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, hal ini bertujuan agar melihat kemampuan awal siswa, untuk membuat masing-masing kelas eksperimen menjadi normal dan homogen dengan kelas kontrol. Tahap selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan pembelajar yang tidak sama seperti kelas eksperimen diberikan pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif FSLC dengan media teka-teki silang dan kelas kontrol diberikan pengajaran dengan model konvensional. Pada proses pembelajaran terakhir diberikan tes akhir (postest) kepada siswa yang bertujuan untuk melihat bagaimana perubahan hasil belajar siswa yang sesudah diberikan perlakuan. pada hasil olah data didapatkan nilai rata-rata pretest pada kelas eksperimen adalah 61,41 dan nilai pretest kontol adalah 56,25 dan perbedaan nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

 

1.     Data Motivasi Belajar Siswa

������ � Instrumen non tes yang diterapkan pada penelitian ini berupa angket dengan jumlah 25 pernyataan. Data rata-rata motivasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel 1.

 

Tabel 1

Data Motivasi Belajar Siswa

 

Data

Kelas

Rata-rata

Standar Deviasi

Sig.

(2- Tailed)

Keterangan

Postest

Eksperimen

75, 3438

3, 57960

0, 030

0,05

Ha diterima

Kontrol

72, 9375

4, 97696

0, 030

0,05

������ Diagram rata-rata motivasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada gambar 1.


Gambar 2

Motivasi Belajar Siswa

2.     Data Hasil Belajar Siswa

���� Berbagai perlakuan diterapkan pada data statistik hasil belajar siswa kelas eksperimen dan siswa diberikan pretest sebelum kedua kelas sampel diberi perlakuan, dengan tujuan untuk menentukan apakah kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Kelas eksperimen kemudian diberikan perlakuan yang berbeda dengan kelas kontrol, yaitu kelas eksperimen diajar dengan model pembelajaran kooperatif FSLC dengan menggunakan media TTS dan kelas kontrol diajar dengan model tradisional. Kedua sampel kelas ini diberikan tes akhir (postest) untuk mengukur hasil belajar siswa setelah kelas kontrol dikumpulkan berdasarkan hasil perhitungan yang terangkum dalam Tabel 4.2.

 

Tabel 2

 

Mean

N

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1

kelas eksperimen

1.0000

32

0.00000

0.00000

Pretest

61.4063

32

7.85292

1.38821

Pair 2

Postest

88.1250

32

6.18922

1.09411

kelas kontrol

2.0000

32

0.00000

0.00000

Pair 3

Pretest

56.2500

32

9.24575

1.63443

Postest

83.9063

32

4.35045

0.76906

�Hasil Perolehan Rata-Rata Pretest dan Postest

 

����������� Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan perbedaan hasil perolehan rata-rata nilai pretest dan postest kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui tabel diatas yang ditunjukkan pada gambar 2.


Gambar 2

Diagram Hasil Perolehan Rata-rata Pretest Dan Postest

 

����������� Berdasarkan perhitungan, kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif FLSC dan media teka-teki silang (TTS) memiliki nilai rata-rata hasil belajar (pretest) sebesar 88,12, sedangkan kelas kontrol yang diberikan pembelajaran dengan model konvensional memiliki rata-rata nilai 83,90. Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada siswa kelas kontrol dalam hal hasil belajar.

Pembahasan

Awal penelitian masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pretest untuk menentukan kemampuan awal siswa. Hasil pretest kemudian diuji normalitas dan homogenitas didapat bahwa data normal (sig.0,034 dan 0,064). Setelah dilakukan pengumpulan data dengan distribusi normal dan homogen, kedua sampel tersebut diberikan perlakuan yang berbeda untuk mengetahui hasil belajar siswa dimana kelas eksperimen siswa dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Formulate Share Listen Create (FSLC) dengan media TTS dan kelas kontrol siswa dibelajarkan dengan model konvensional. Pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Formulate Share Listen Create (FSLC) dengan media teka-teki silang rata-rata hasil belajar siswa sebesar 88,12. Sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan model konvensional diperoleh nilai rata-rata 83,90.

Berdasarkan data yang diperoleh, pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan bahwa menggunakan model dan media pembelajaran berhasil meningkatkan pemahaman siswa terhadap apa yang telah mereka pelajari. Pada kelas eksperimen siswa diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Formulate Share Listen Create� (FSLC) dengan media teka-teki silang sebagai salah satu model pembelajaran memiliki beberapa kelebihan diantaranya siswa dapat merumuskan hasil pemikiranya sendiri dari permasalahan yang diberikan oleh guru, menyampaikan hasil pemikiran siswa terhadap teman sekelompoknya, setiap kelompok mendengarkan dengan seksama, dan menyampaikan hasil diskusi mereka dengan mempresentasikan kedepan kelas. Interaksi antara siswa membuat kerjasama antara siswa meningkat dan proses pembelajaran yang diterapkan menjadi lebih efektif (Suharni, 2021).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mustika et al., (2021) menggunakan model pembelajaran kooperatif Formulate Share Listen Create (FSLC) pada materi kesetimbangan ion dan pH larutan penyangga pada sekor rata-rata setiap fase diperoleh 1,78 dengan kriteria baik. Demikian pula Penelitian Silvi, (2018) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif Formulate Share Listen Create (FSLC) mendapatkan ketuntasan klasikal sebesar 87,50%.

Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran yang sudah dikembangkan oleh guru mata pelajaran melalui pengguna model pembelajaran langsung (konvensional). Guru menyampaikan materi pembalajaran yang sedang dibahas, kemudian guru mengajukan dan memberi soal latihan. Proses pembelajaran pada kelas kontrol kurang kondusif karena sebagian siswa masih tidak memperhatikan penjelasan guru ketika pembelajaran berlangsung.

Penulis menemui kendala dikelas kontrol, diantaranya siswa yang masih sangat kurang minat belajarnya, mereka menganggap pembelajaran kimia sebagai pembelajaran yang sulit, sehingga siswa menjadi bosan ketika menghadapi masalah yang tidak dapat mereka selesaikan. Selain itu siswa kurang aktif dan terkendala dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, meskipun demikian proses pembelajaran berlangsung baik.

 

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan motivasi belajar siswa yang diajar dengan metode pembelajaran kooperatif FSLC menggunakan teka-teki silang dibandingkan dengan motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi elektrolit dan nonelektrolit. Dengan ditandai nilai sig. sebesar 0,013 < 0,05, sedangkan hasil belajar siswa diperoleh nilai sig. sebesar 0,02 maka Ha diterma, dan nilai korelasi yang didapat sebesar 0,039, maka hasil ini menunjukkan bahwa motivasi berhubungan secara signifikan dengan hasil belajar siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

Afrilianto, M. (2014). Strategi Formulate Share Listen Create untuk mengembangkan kemampuan Matehamtical Problem Posing siswa SMP. DIDAKTIK: Jurnal Ilmiah STKIP Siliwangi Bandung, 8(1), 21�28. Google Scholar

Aritonang, Marni, Suharta, & Suyanti, Retno Dwi. (2013). Integrasi Strategi Pembelajaran Dan Media Pembelajaran Untuk Membentuk Karakter Dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sma Pada Pokok Bahasan Minyak Bumi. Jurnal Pendidikan Unimied, 3(1), 1�9. Google Scholar

Azizah, Rofiatul. (2022). Permainan Teka Teki Silang dalam Pembelajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Maharah Kitabah. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, 3(2), 117�129. Google Scholar

Ermaita, Pargito, Pujiati. (2016). Penggunaan Media Pembelajaran Crossword Puzzle untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa. Studi Sosial, 04(1), 81�89. Google Scholar

Ginayah, Lulu Ul, Mashuri, Mohan Taufiq, & Wardhani, Raden Roro Ariessanty Alicia Kusuma. (2018). Pengaruh Media Teka-Teki Silang (Tts) Kimia 3D Terhadap Kemampuan Kreatif Siswa Pada Materi Hidrokarbon Kelas X Sma Negeri 12 Banjarmasin. Dalton : Jurnal Pendidikan Kimia Dan Ilmu Kimia, 1(2), 14�19. Google Scholar

Hidayati, I., & Asikin, M. (2013). keefektifan model FSLC dengan pendekatan konteksgual terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. 3(2). Google Scholar

Juariah, Juariah, & Sari, Ratna. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Formulate Share Listen Create (Fslc) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 5(2), 143. Google Scholar

Komariya, Komariya, Farida, Nurul, & Vahlia, Ira. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Fslc Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 7(1), 96. Google Scholar

Martinis, Yamin. (2013). Strategi dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi GP Press Group. Google Scholar

Mustika, Karina Dilla, Amran, Elva Yasmi, & Holiwarni, Betty. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Formulate Share Listen Create (Fslc) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Ion Dan Ph Larutan Penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Riau, 6(1), 30�36. Google Scholar

Nashar. (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan pembelajaran. Jakarta: Delia press. Google Scholar

Oktavianti1, Ni Wayan, Astawa, I. Wayan Puja, & Sariyasa. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Formulate Share Listen Create ( FSLC ) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Payangan. Wahana Matematika Dan Sains: Jurnal Matematika, Sains, Dan Pembelajarannya, 14(1), 148�155. Google Scholar

Purnawan, & Rohmadyah. (2013). Kimia Untuk SMA/Ma Kelas X. Sidoarjo: Masmedia. Google Scholar

Silvi, Indiriani. (2018). Pengaruh Model pembelajaran Kooperatif Informal Tipe Formulate Share Listen Create (Fslc) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif matematis Peserta Didik Smpn 19 Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan Dan Teknologi, 3(2), 1�8. Google Scholar

Suharni, Suharni. (2021). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. G-Couns: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 6(1), 172�184. Google Scholar

Copyright holder:

Nada Khairun Nisa, Rini Selly (2022)

 

First publication right:

This article is licensed under:

 

�