Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X�����
Vol. 2, No. 4 April 2020
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JARINGAN TANAMAN DENGAN
INOVASI MIKROSKOP DIGITAL BUATAN SENDIRI
Seto Wardono
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPT SMP Negeri 2 Pasuruan Prov. Jawa Timur
Email: s[email protected]
Abstrak
Materi pelajaran yang berhubungan dengan sel, jaringan dan organ tanaman sangat sulit diajarkan dengan media ajar biasa. Selain itu mikroskop
sekolah sudah sangat ketinggalan jaman dan tidak efisien serta sulit
dioperasikan di dalam
proses KBM di era milenium saat
ini. Maka peneliti mencari pemecahan masalah tersebut dengan membuat inovasi berupa menyempurnakan mikroskop konvensional menjadi mikroskop digital yang berbasis multimedia. Mikroskop
digital ini membantu guru dalam praktikum jaringan tanaman menjadi lebih mudah
dan menyenangkan. Metode pembelajaran yang digunakan adalah eksperiment dengan media mikroskop digital buatan sendiri di dalam laboratorium sekolah.� Tujuan pembuatan inovasi ini adalah;
menyempurnakan mikroskop konvensional menjadi mikroskop digital berbasis
multimedia. Praktikum jaringan
tanaman menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Manfaat inovasi adalah� memberi
shock terapi bagi� guru IPA yang selama
ini menggunakan mikroskop konvensional. Inovasi media pembelajaran ini telah diaplikasikan
pada siswa kelas VII A� semester 1, Tahun Pelajaran 2018-2019 dengan jumlah siswa perkelas
32 siswa. Hasil dari aplikasi mikroskop digital buatan sendiri adalah, guru mampu menghasilkan tayangan obyek pengamatan dengan menawan dan sangat mudah menunjukkan
letak-letak organ penyusun jaringan tanaman kepada siswa. Dengan
media mikroskop digital, guru dengan
mudah menanamkan konsep organ-organ penyusun jaringan tanaman secara kontektual kepada siswa.
Kata kunci: Inovasi, Mikroskop, Digital, Jaringan,
Tanaman
Pendahuluan
Materi mengenai perkembangbiakan vegetatif suatu
tumbuhan adalah materi yang hanya dapat dibahas dalam metode observasi (Sulawati, 2017). Sewaktu guru
mengajak siswa melakukan praktikum dengan mengamati jaringan tanaman monokotil
dan dikotil, dimana jaringan monokotil menggunakan batang jagung (Zea mays) dan
batang tanaman kacang tanah (Arachis hepogaea) sebagai wakil dikotil. Kedua
jaringan ini berupa preparat awetan yang telah tersedia di laboratorium
sekolah. Semua kelompok ditugaskan melakukan pengamatan terhadap dua jenis
tanaman tersebut dengan menggunakan mikroskop. Hasil pengamatan dituliskan di
lembar LKS yang berupa gambar jaringan batang monokotil dan dikotil, disertai
dengan keterangan nama-nama organ penyusun jaringan batang tersebut.
Setelah beberapa kelompok mempresentasikan hasil
pengamatannya, di sini terungkap hampir sebagian besar kelompok banyak
melakukan kesalahan dalam mengidentifikasi jaringan dan salah dalam memberi
nama organ penyusun jaringan tanaman. Jaringan yang tidak dimengerti siswa
meliputi; letak jaringan� floem,
xilem,� kambium dan empulur.� Sedang untuk jaringan epidermis dan korteks
siswa dengan mudah menunjukkannya.�
Untuk meyakinkan bahwa siswa memang mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi letak jaringan dan juga kesulitan dalam menyebutkan� nama-nama organ penyusun jaringan.
Peneliti
memutuskan melakukan test awal dan mengambil sampel penelitian dari kelas VII
A� dengan jumlah siswa� 32. Setelah test awal ini diujikan hasilnya
bisa dilihat di dalam table berikut.
Tabel 1
Test Awal
No |
Keterangan |
Jumlah
Siswa |
1 |
Siswa dengan nilai�
kurang dari 70 |
29 orang |
2 |
Siswa dengan nilai di atas 70 |
�3 orang |
���� Dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal IPA (KKM) =70
Dari hasil test awal tersebut diketahui siswa gagal dalam
mengenali dan memahami berbagai jenis anatomi pada jaringan tanaman.� Untuk mengetahui detail masalah, peneliti
juga melakukan pendekatan personal kepada siswa dan melakukan tanya jawab.
Terungkap bahwa siswa tidak memahami susunan anatomi
(alat-alat tubuh tanaman). Walau sebelum proses praktikum dilakukan,� siswa sudah dibekali dengan materi� anatomi tanaman, faktanya siswa masih
mengalami kesulitan.� Hal ini terungkap
dari pertanyaan-pertanyaan siswa yang diajukan pada peneliti :
1. Bagaimana batang
jagung atau kacang tanah bisa di tempelkan di �obyek gelas sehingga terlihat jaringannya?
2. Bagaimana membedakan
jaringan silem dan floem, padahal kalau �dilihat� di dalam mikroskop hanya berupa gambar
bulatan-bulatan saja?
3. Mengapa gambar
anatomi jaringan tanaman di buku dengan yang dilihat di� dalam mikroskop sangat berbeda?
Dalam proses pembelajaran materi anatomi tumbuhan ini,
kesulitan lain yang dialami oleh guru ketika siswa meminta� ditunjukkan organ-organ tanaman langsung
melalui mikroskop.
Di sini guru harus mengecek satu-persatu mikroskop siswa
apakah setiap siswa sudah melakukan praktikum dengan benar. Kemudian
menunjukkan nama jaringan tumbuhan melalui jarum mikroskop pada preparat yang
sedang diamati.�
Bahkan sebagian besar siswa masih kesulitan memfokuskan lensa
sehingga obyek anatomi yang diamati belum terfokus. Dan guru terpaksa membantu
memfokuskan lensa sehingga obyek yang diamati�
terlihat� jelas dan tajam. �Permasalahan
tersebut menimbulkan tanya pada penulis. Bagaimana proses pengamatan anatomi
tumbuhan ini agar lebih� mudah difahami
siswa dan juga tidak merepotkan guru pengajarnya?�
Dari berbagai permasalahan di atas peneliti mencoba mencari
pemecahan masalah. Maka muncul ide untuk pembuatan media mengajar berupa
mikroskop digital buatan sendiri. Dimana mikroskop ini sangat mempermudah
kinerja guru dan juga mempermudah siswa dalam mempelajari anatomi tumbuhan.
Mikroskop digital buatan sendiri ini tidak kalah berkualitas
dengan buatan pabrik. Bisa dihubungkan dengan LCD proyektor sehingga
mampu menayangkan gambar yang ditangkap mikroskop dalam ukuran sangat besar. Guru
dengan mudah bisa menunjukkan letak anatomi tumbuhan tanpa perlu melihat ke
dalam lubang mikroskop, selain itu obyek bisa direkam atau disimpan dalam
bentuk foto atau video.
Anatomi tumbuhan adalah bidang ilmu yang
mempelajari organ tubuh tumbuhan yang mengacu pada truktur rinci sel dan
jaringan tanaman yang meliputi; daun, batang, akar, bunga dan buah. Sedang
fisiologi tumbuhan lebih menekankan dalam tinjauan bagaimana sel dan jaringan
tersebut bekerja sehingga tanaman dapat berfotosisntesis, tumbuh dan berkembang
(Lopez & Barclay, 2017). �
Anatomi tumbuhan hakekatnya salah satu cabang
biologi yang sangat luas, karena meliputi studi tentang sel (sitologi),
jaringan tanaman (histologi) dan juga sistem organ (organologi). Maka dari itu peneliti hanya memfokuskan obyek
penelitian pada materi jaringan tanaman golongan Angiospermae (tanaman
berbunga) yang meliputi monokotil dan dikotil.
Jagung adalah tanaman yang termasuk kedalam
Kingdom Plantae, Devisio Magnoliophyta, Kelas Monocotyledone, Ordo Cyperales, Familia Poaceae, Genus Zea dan
Species Zea mays .� Jagung merupakan rumput kuat yang berumur 1
tahun, berasal dari Amerika, yang biasa ditanam pada ketinggian 1-2000 m (Stenis, 1992).
Struktur anatomi batang dari luar ke dalam
meliputi; jaringan epidermis, kolenkim, dan jaringan pengisi (pith) yang
tersusun oleh sel-sel parenkim. Jaringan berkas pengangkutnya bertipe tersebar
(scattered). Berkas pengangkut ini berbentuk lingkaran yang terdiri dari xilem
dan floem yang� tersebar diantara
jaringan pengisi (pith) di dalam batang.
Kacang tanah secara klasifikasi termasuk
kedalam Kingdom Plantae, Kelas Magnoliophyta, Ordo Leguminosales, Familia
Fabaceae, Genus Arachis dan Species Arachis hypogaea.L� Kacang tanah berasal dari Brasilia, berupa semak
yang berumur 1 tahun, memiliki tinggi batang sekitar 0,6-09 m.
Setelah terjadi penyerbukan yang diikuti dengan
pembuahan, bakal buahnya akan terus menjulur dan mengarah masuk ke dalam tanah
dan membesar menjadi biji kacang berkulit keras (Stenis, 1992).
Tujuan Penelitian
Dari
rumusan masalah, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1.
Menyempurnakan mikroskop konvensional menjadi mikroskop digital
berbasis multimedia, sehingga mudah dioperasikan dan lebih multiguna.
2.
Membantu guru dalam praktikum jaringan tanaman menjadi lebih
mudah dan menyenangkan.
3.
Guru dapat menghasilkan foto-foto atau film jaringan tanaman
asli dari hasil rekaman mikroskop digital sebagai pengganti media charta. Atau
menghasilkan gambar sel/jaringan tanaman untuk melengkapi kekurangan gambar di
buku paket IPA yang tidak tersedia.
4.
Mempermudah siswa memahami anatomi tumbuhan secara kontektual
5.�� Melatih siswa membuat preparat sendiri serta
menayangkannya di mikroskop digital sehingga siswa memahami ukuran, warna,
letak jaringan tanaman sebenarnya.
Manfaat Inovasi
1.
Memberi shock terapi bagi� guru IPA yang selama
ini menggunakan mikroskop konvensional. Dengan mikroskop digital, guru akan
mudah menunjukkan obyek pengamatan tanpa perlu mengamati dari lubang intip di
lensa okuler mikroskop.
2.
Dengan mikroskop digital buatan sendiri, obyek jaringan tanaman yang diamati
bisa secara nyata dilihat di layar monitor komputer atau layar LCD Proyektor.
3.
Obyek pengamatan yang berada di atas obyek gelas bisa di rekam dalam bentuk
file foto atau video dan guru bisa menyimpannya dan sewaktu-waktu dibutuhkan
tinggal membukanya.
4.
Dengan menggunakan mikroskop digital buatan sendiri,� guru akan dipermudah dalam membuat berbagai
foto sel atau jaringan tanaman untuk melengkapi kekurangan gambar di buku paket
IPA.
Metode Penelitian
Metode kuantitatif� disebut juga
metode ilmiah tradisional karena sudah sangat lama dikenal sehingga sudah
mentradisi di masyarakat ilmiah. Mendapat sebutan juga sebagai metode
positivtik karena berlandaskan positivisme. Metode ini memiliki kaidah-kaidah
ilmiah yang terdiri dari; konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan
sistematis. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. (Sugiyono,
2015).
Hasil Aplikasi Praktis Inovasi
Mikroskop� Digital Buatan Sendiri
Tabel 2.
Hasil test siswa yang diajar
dengan media mikroskop digital
Nilai Siswa |
Jumlah Siswa |
Siswa dengan nilai diatas 70 |
25 orang |
Siswa dengan nilai dibawah 70 |
� 7 �orang |
Jumlah siswa
keseluruhan |
32 orang |
Kriteria
ketuntasan minimal (KKM) = 70
Dari kedua tabel di atas bisa dibandingkan
hasilnya, sewaktu kegiatan belajar mengajar menggunakan media mikroskop
konvensional (Tabel 1) dengan menggunakan media mikroskop digital (Tabel 2).�
Pada KBM (kegiatan belajar mengajar) yang
awalnya menggunakan media mikroskop konvensional, setelah diberi test hasilnya
hanya 28 % siswa yang berhasil mengerjakan dari total 32 siswa perkelas.� Hasil dari (9/32 x 100% = 28%), berarti hanya
9 anak yang berhasil memperoleh nilai diatas KKM = 70.
Setelah KBM (kegiatan belajar mengajar)
disempurnakan dengan menggunakan media mikroskop digital, siswa yang memperoleh
nilai diatas KKM = 70 mengalami kenaikan secara signifikan. Yang awalnya hanya
28 % berubah menjadi 78% hasil dari (25/32 x 100 = 78%). Berarti dari total 32
siswa yang berhasil memperoleh nilai diatas KKM ada 25 siswa dan hanya 7 anak
yang gagal.
Dari analisis data di atas, terbukti media
mikroskop digital memberi� dampak
perbaikan terhadap� keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi IPA pada Bab 1. Sistem Organisasi Kehidupan Makhluk
Hidup. Subbab Jaringan-jaringan pada Hewan dan Tumbuhan dilakukan.
KBM yang dilakukan dengan
menerapkan media �mikroskop digital disertai dengan bimbingan intensif guru di dalam laboratorium
IPA, secara nyata mempermudah pemahaman �terhadap
konsep jaringan tanaman dan dampaknya
meningkatkan �prestasi akademik.
Media mikroskop digital yang diaplikasikan di
dalam KBM mampu memberi nuansa yang berbeda. Tayangan anatomi jaringan tumbuhan baik
golongan monokotil maupun dikotil yang dihasilkan mikroskop digital begitu
rinci dan jelas.
Hal ini akan mempermudah persepsi siswa tentang� jaringan tanaman secara proporsional, siswa
bisa membedakan letak jaringan, ukuran dan warna serta nama-nama jaringan atau
anatomi tanaman monokotil dan dikotil dengan lebih mudah.
Data
anatomi batang tumbuhan monokotil dan dikotil yang merupakan hasil capture mikroskop digital buatan sendiri
bisa dilihat di bawah ini.��� ������������
A. Ide Dasar Pembuatan
Mikroskop Digital
Berangkat dari pengalaman
pribadi sebagai guru yang aktif melakukan bimbingan praktikum dengan siswa di
laboratorium sekolah. Penggunaan mikroskop di laboratorium sudah sangat umum
dan bukan hal yang sangat prestisius.�
Malah sebaliknya mikroskop di laboratorium sekolah terasa sangat
tertinggal jaman dan menyulitkan para guru.
Ide dasar pembuatan
mikroskop digital ini bisa terwujud karena adanya kondisi di laboratorium
sekolah sebagai berikut :
1. �Mikroskop Biasa Mempersulit Kinerja Guru
Praktikum dengan
menggunakan mikroskop konvensional menjadi sangat rumit dan tidak praktis
sehingga� membuat guru� kewalahan, sekalipun� siswa telah dibekali cara penggunaan
mikroskop.
Contoh kasus,
sewaktu seluruh siswa diberi tugas mengamati jaringan batang monokotil dan
dikotil dengan menggunakan mikroskop. Terpaksa guru tetap terlibat secara
intensif dan harus mengecek satu-persatu mikroskop seluruh siswa, apakah
spesimen yang sedang diamati oleh siswa sudah�
benar atau tidak.Mengecek satu persatu mikroskop seluruh siswa hanya
untuk meyakinkan bahwa siswa telah melakukan praktikum dengan benar adalah
tindakan yang tidak efisien dan melelahkan.
Gambar 1
Mikroskop
konvensional
�
������������������������
doc. Seto
Alternatif lain, murid
atau ketua kelompok yang belum mengerti dipanggil dan disuruh melihat hasil
eksperiment guru di mikroskop guru dan�
diberi penjelasan bagaimana cara melakukan eksperiment/pengamatan
jaringan tanaman dengan benar. Dalam hal�
ini juga tidak praktis dan memakan waktu, apalagi semua laboratorium SMP
di Pasuruan tidak mempunyai laboran, guru harus bekerja sendiri menyiapkan
segala hal yang berhubungan dengan praktikum.
Di era milenium saat
ini dibutuhkan mikroskop berbasis high technology� (teknologi tingkat tinggi), menggunakan
mikroskop konvensional menjadi sangat tertinggal dan tidak praktis serta
mempersulit kinerja guru IPA. Maka sudah seharusnya mikroskop konvensional
segera di tinggalkan dan laboratorium sekolah wajib mempunyai mikroskop
digital.
2. Mikroskop Digital
Sangat Mahal
Mikroskop digital sangat
canggih praktis dan mempermudah kerja guru IPA. Keunggulan dari mikroskop ini
adalah obyek apapun yang diamati yang berada di obyek gelas (preparat) dapat di
lihat langsung oleh seluruh siswa di dalam laboratorium.
Obyek pengamatan
(preparat) bisa ditayangkan lewat layar komputer atau LCD Proyektor. Dan guru
tiggal menunjukkan bagian-bagian benda yang diamati kepada siswa dengan mudah.
Misal obyek yang diamati berupa batang monokotil, maka guru tinggal menunjukkan
nama-nama organ penyusun jaringan batang tersebut dengan lazer pointers.
Gambar 2
Mikroskop digital
buatan pabrik
�
���������������������������������� ���������������������������������
�www.digital-microscopes.co.uk
�� Keunggulan lain dari mikroskop digital,� obyek yang diamati bisa direkam dalam format
gambar atau video,� jadi bisa digunakan
untuk kebutuhan tertentu, misal untuk membuat power point atau buku.
�Kelemahan satu-satunya dari mikroskop digital
adalah harganya yang sangat mahal. Mikroskop digital untuk hobby sangatlah
murah, tetapi mikroskop berkualitas untuk kegiatan laboratorium sangatlah
mahal.
Dengan kedua alasan
di atas dimana mikroskop biasa (konvensional) sudah sangat tertinggal dan tidak
praktis untuk digunakan di laboratorium IPA. Serta mikroskop digital
berkualitas yang sangat mahal dan tidak mampu dibeli oleh pihak sekolah.
Hal inilah yang
menjadi ide dasar dan mendorong peneliti untuk menciptakan Inovasi berupa
mikroskop digital buatan sendiri,� yang
lebih murah tetapi berkualitas tinggi dan tidak kalah dengan mikroskop digital
buatan pabrik
B. Rancangan Karya
Inovasi Pembelajaran
Jenis inovasi ini
bila diaplikasikan pada proses pembelajaran di sekolah bisa dikriteriakan pada
inovasi media pembelajaran. Karena berupa alat atau unit yang berfungsi
membantu guru dalam penyampaikan obyek pengamatan di laboratorium.
Rancangbangun dari
mikroskop digital ini meliputi 3 sistem, yaitu : sistem mikroskop. sistem
digital dan sistem software penangkap gambar.
1. Sistem Mikroskop
Gambar 3
Mikroskup tanpa okuler
����������������������������������������������������������������������������������������������������
Sebagai dasar
pembuatan mikroskop digital,� peneliti
tetap menggunakan mikroskop konvensional. Yang dimaksud sistem mikroskop disini
adalah mikroskop berkualitas bagus yang berfungsi untuk memperbesar obyek pengamatan.
Di dalam laboratorium sekolah ada beberapa jenis mikroskop, pilihlah jenis
mikroskop guru� (Lihat gambar 7.a diatas)
karena kualitas optiknya lebih bagus dari mikroskop siswa.
Selain itu mikroskop
guru memiliki� dua jenis rotor untuk
mempertajam gambar yang ditangkap optik. Yaitu rotor besar untuk mempercepat
memperoleh gambar dari obyek yang diamati. Rotor kecil untuk memperhalus gambar
obyek yang tertangkap lensa lebih rinci�
dan tajam.
2. Sistem Digital
Sistem digital
adalah sistem yang berfungsi untuk menangkap gambar obyek di dalam mikroskop
dan merubahnya menjadi sinyal digital yang akan dikonversi� dalam bentuk grafis /gambar di layar
komputer. Alat yang berperan dalam mengkonversi obyek dari mikroskop ini adalah
Panel CMOS. Panel inilah yang akan dicangkokkan
pada mikroskop kovensional, sebagai pengganti lensa okuler. Panel CMOS telah
dicangkokkan, atur letak CMOS tepat ditengah lubang� dan ikat dengan isolasi bening. Uji dulu
fungsi CMOS bila semua bekerja dengan benar, baru timpa dengan lakban agar
posisi CMOS tak bergerak.
Gambar 4
Webcam sebagai unit penangkap
gambar
��������������
�
����
���������������������������������������� �doc. seto
Webcam sebagai unit
penangkap gambar
3. Sistem Software
Penangkap Gambar
Gambar 5
Software Penangkap
Gambar
a.�������������������������� b.����������������������������� c.���������������������������� d.
�� ����� Dalam
pembuatan mikroskop digital dibutuhkan perangkat lunak penangkap gambar
(capture). Disini peneliti mencoba menggunakan 4 software yaitu WebcamMax,
CyberlinkYou Cam, Many Cam, Rain Video Capture yang semuanya mudah digunakan
dan bisa di download gratis. Atau bisa menggunakan Video capture bawaan windows
yang sudah terlinstal di laptop. Fungsi dari software ini adalah menangkap gambar
yang sedang ditayangkan oleh CMOS ke layar komputer.
Guru
tinggal memilih salah satu software tersebut untuk menangkap gambar yang berada
di obyek gelas/preparat dan menyimpannya dalam bentuk foto atau video.
4. Aplikasi Praktis
Dalam Pembelajaran
Hasil rancangan inovasi berupa
mikroskop digital buatan sendiri setelah dirangkai dengan laptop dan menjadi
media pembelajaran yang praktis dan efisien. Disini guru tidak perlu
repot-repot mengamati preparat melalui lubang intip pada lensa okuler, tetapi
cukup melihat di layar monitor pada laptop/LCD proyektor.
Gambar 6
Mikroskup Digital Buatan Sendiri
C. HASIL EKSPERIMEN MIKROSKOP DIGITAL
Data anatomi batang tumbuhan monokotil dan
dikotil yang merupakan hasil capture
mikroskop digital buatan sendiri bisa dilihat di bawah ini.���������������
�1. Anatomi Batang Monokotil
Anatomi batang monokotil terbentuk oleh
berbagai jenis jaringan, mulai dari lapisan terluar batang yaitu epidermis yang
tersusun dari selapis sel. Kolenkim yang merupakan bagian penyusun korteks.
Dan� berkas pengangkut yang terdiri dari
xilem dan floem. Kemudian jaringan pengisi batang (pith) yang tersusun oleh
jaringan parenkim dimana bentuk heksagonal dari sel-selnya dengan mudah
terlihat jelas. (perhatikan gambar 7, Anatomi jaringan tanaman monokotil)
Gambar 7
Anatomi jaringan
tanaman monokotil.
2. Anatomi
Batang Dikotil
Gambar 8
Anatomi� jaringan batang tanaman dikotil.
�
Anatomi batang dikotil memiliki struktur
jaringan lebih komplek dan rumit bila dibandingkan dengan anatomi batang
monokotil. Tetapi dengan mikroskup digital buatan sendiri semua menjadi
terlihat jelas dan mudah dibedakan.
Tidak hanya jaringan bahkan sampai struktur
sel-sel secara individual terlihat sangat jelas. Jaringan batang dari hasil
capture mikroskop digital telah peneliti buatkan denah dan keterangan nama-nama
jaringannya, sehingga bisa memberi panduan lebih mudah kepada siswa.
Dari luar kaarah dalam batang secara berurutan
terlihat dengan mudah lapisan epidermis, kemudian disusul oleh jaringan korteks
yang tersusun oleh kolenkim dan parenkim. Letak berkas pengangkut yang peneliti
sengaja memberinya tanda lingkaran putih, dimana berkas pengangkut ini terdiri
dari xylem dan floem.
Kesimpulan
Mikroskop digital buatan sendiri,
telah teruji dan mampu menggantikan peran mikroskop konvensional yang sudah
tidak relevan untuk proses KBM di era milenium saat ini. Dulu sebelum mengenal media mikroskop digital,
banyak guru yang mengajarkan
materi jaringan tanaman enggan mengajak siswanya melakukan praktikum di laboratorium sekolah.� Sekarang guru sangat antusias mengajak murid melakukan praktikum menggunakan media baru ini.
Dengan media mikroskop digital, guru dapat membuat gambar/
foto berbagai jaringan tanaman monokotil dan dikotil dengan mudah. Dan bisa digunakan untuk melengkapi kekurangan gambar jaringan tanaman pada buku ajar. Yaitu buku paket IPA kelas VII, Bab 1. Sistem Organisasi Kehidupan Makhluk Hidup dengan
subbab Jaringan-jaringan
pada Tumbuhan yang tidak disertai gambar-gambar jaringan tanaman dan nama-nama organ penyusunnya.
Media baru ini dapat mengurangi
ketergantungan guru terhadap
gambar jaringan tanaman dari charta
atau download gambar jaringan tanaman� melalui
internet. Guru dengan mudah
menunjukkan organ penyusun jaringan tanaman kepada seluruh siswa di kelas/laboratorium. Media mikroskop
digital ini telah memudahkan siswa dalam memahami nama-nama organ penyusun jaringan tanaman secara kontekstual.
BIBLIOGRAFI
Alexey
Shipunov, 2018, Introduction to Botani, Minot State University, North Dakota,
USA.
C.G.
Van Stenis, 1992,� Flora,� Pt. Pradnya Paramita, Jakarta.
David F. Cutler, Ted Botha, Christiaan Edward
Johannes Botha, Dennis Wm.
Stevenson, Dennis William
Stevenson, 2008, Plant Anatomy: An Applied Approach, John Wiley
& Sons, New York.
David
Justin R, Daniel Purganan, 2013, Amorpho-Anatomical Study Of The Vegetative
Organs Of Arachis Hypgaea, Departement of Biology, Shool of Science and
Enginering,Ateneo de Manila University, Quezon City, Philippines.
F.B
Lopez, G.F. Barclay, Plant Anatomy and Physiology, Pharmacognosy, 2017.
Joan
G. Creager, 1995, Biology, Macmillan Publishing Company, New York.
Manisha Majumdar, 2011, Plant Anatomy Tissue, Imprint, Bookrix
Edtion, USA.
Normand
Overvay, 2011, The History of Photomicrography, 3th EDITION, New York.
Paula J. Rudall,
2007, Anatomy Of Flowering Plant, Cambridge
University Press, �University of
Cambridge, UK.
Sugiyono, 2015, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, Alfabeta. CV, Bandung.