Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 4, No. 8, Agustus 2022
PENGEMBANGAN
E-MODUL BERBASIS INKUIRI TERSTRUKTUR
PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI SMA
Rhadita Ismi Azzara, Tita
Juwitaningsih
Universitas Negeri Medan
Email: [email protected]m, [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan e-modul berbasis inkuiri terstruktur
pada pokok bahasan ikatan kimia di SMA berdasarkan validasi ahli materi dan
ahli media serta respon siswa terhadap e-modul yang dikembangkan. Pengembangan e-modul dalam penelitian ini menggunakan
model 4D yang terdiri dari 3 tahap yaitu: tahap define (pendefinisian), tahap
design (perancangan), dan tahap develop (pengembangan). Subjek penelitian adalah e-modul berbasis inkuiri terstruktur.
Objek penelitian adalah materi ikatan kimia. Instrumen penelitian pengembangan
ini menggunakan lembar validasi dan lembar angket respon siswa yang telah
memenuhi standar BSNP yang memuat beberapa aspek yaitu aspek kelayakan isi,
aspek kelayakan peyajian, aspek kelayakan kegrafikan, dan aspek kelayakan
bahasa. Penilaian validasi dan respon siswa menggunakan penilaian skala Likert
dengan rentang skor perbutir 1-5. Produk yang dikembangkan divalidasi oleh 5
validator yang terdiri dari 3 dosen kimia dan 2 guru kimia. Proses uji coba
respon siswa terhadap e-modul yang
berikan kepada 10 siswa SMA Swasta PAB 4 Sampali. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh persentase rata - rata penilaian pada validator ahli materi sebesar
88,2%, validator ahli media sebesar 90,2 % dengan kriteria penilaian
valid/layak, dan persentase penilaian respon siswa berdasarkan aspek
kemenarikan, aspek materi, dan aspek bahasa diperoleh nilai sebesar 90,1 dengan
kriteria sangat tinggi.
Kata Kunci: E-modul; Inkuiri
Terstruktur; Ikatan Kimia
Abstract
This study aims to
determine the feasibility of a structured inquiry-based e-module on the subject
matter of chemical bonds in high school based on the validation of material
experts and media experts as well as student responses to the e-module
developed. The development of the e-module in this study uses a 4D model which
consists of 3 stages, namely: the define stage (definition), the design stage
(design), and the develop stage (development). The subject of the study is a
structured inquiry-based e-module. The object of study is chemical bond matter.
This development research instrument uses validation sheets and response questionnaire
sheets for students who have met BSNP standards which contain several aspects,
namely aspects of content feasibility, aspects of feasibility of study, aspects
of graphic feasibility, and aspects of language feasibility. Validation and
response assessment of students using Likert scale assessment with a score
range of 1-5. The product developed was validated by 5 validators consisting of
3 chemistry lecturers and 2 chemistry teachers. The process of testing the
student's response to the e-module given to 10 students SMA Swasta PAB 4
Sampali. Based on the results of the study, the average percentage of
assessment on material expert validators was 88.2%, media expert validators
were 90.2% with valid / feasible assessment criteria, and the percentage of
student response assessments based on aspects of interest, material aspects,
and language aspects obtained a score of 90.1 with very high criteria.
Keywords: E-modul;� Structured inquiry; �Chemical Bonding
Pendahuluan
�������� Kurikulum 2013 merupakan suatu kebijakan baru yang ditetapkan oleh pemerintah dalam bidang pendidikan yang diharapkan mampu menjawab tantangan maupun persoalan yang akan dihadapi dunia pendidikan (Sinambela,2017). Kurikulum 2013 menekankan pada proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), sehingga siswa dituntut aktif, kreatif serta inovatif dalam proses pembelajaran (Amin,2013).
���� ���� Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melaksanakan kurikulum pada lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan dapat menyampaikan materi yang diajarkan dan memberikan fasilitas dalam belajar, sehingga siswa dapat memahami materi yang diajarkan.Pembelajaran yang diterapkan saat ini merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang melibatkan keaktifan siswa dan mengarahkan siswa untuk menggali potensi yang ada dalam diri siswa. Namun pelaksanaan untuk pembelajaran kimia di SMA masih kurang efektif karena keterbatasan bahan ajar di sekolah sehingga memberikan pengaruh terhadap semangat belajar siswa dikarenakan sebagian besar materinya membutuhkan visualisasi yang sesuai untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa (Herawati & Muhtadi, 2018).
�������� Salah satu materi pada kelas X SMA adalah ikatan kimia. Materi ikatan kimia merupakan ilmu yang mempelajari cara atom bergabung membentuk molekul ataupun gabungan ion-ion. Secara garis besar, ikatan kimia dibagi menjadi ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam. (Haris & Al Idrus, 2011). Adapun kesulitan siswa dalam materi ikatan kimia yaitu membedakan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya seperti pada topik materi ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan koordinasi. Menurut farida (dalam eka, 2011) siswa menyatakan bahwa materi ikatan kimia salah satu materi yang memang sulit untuk dipahami, sebab memuat konsep-konsep yang saling berhubungan. Kesulitan utama yang dialami siswa yaitu hanya bisa mengulangi definisi dari istilah - istilah yang ada dalam materi ikatan kimia, namun tidak benar-benar memahami arti sebenarnya ataupun dapat dikatakan siswa belum mampu untuk menerapkan konsep ikatan kimia. Materi ikatan kimia tidak hanya membutuhkan model pembelajaran yang tepat� untuk memacu siswa dalam menguasai konsep tetapi juga dibutuhkan bahan ajar yang efektif sehingga konsep ikatan kimia dapat lebih mudah dipahami oleh siswa. Berdasarkan hal tersebut maka bahan ajar pada pembelajaran kimia harus dikemas menjadi lebih menarik sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran kimia. Hal ini untuk membantu guru supaya siswa menjadi aktif dan mandiri, maka dapat digunakan bahan ajar berupa modul elektronik atau disingkat �dengan� e-modul.
���� �� Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kimia SMA Swasta PAB 4 Sampali diperoleh data bahwa penggunaan bahan ajar yang digunakan di sekolah tersebut masih terbatas, dimana siswa hanya menggunakan buku cetak dalam pelaksanaan pembelajaran. (Yuliana & Arikunto, 2008) �Selain itu keterbatasan bahan ajar mengakibatkan proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Hal ini memberikan dampak pada siswa yang tidak bersemangat ketika mengikuti pembelajaran kimia, sehingga proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas kurang maksimal. (Amin & Zhang, 2013)
���� ��� Salah satu faktor pendukung dalam proses pembelajaran di kelas adalah bahan ajar berupa modul. Modul merupakan bahan belajar yang dikemas secara sistematis yang memuat seperangkat belajar terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar secara spesifik. Saat ini, sebagian besar modul yang digunakan dalam proses pembelajaran masih dalam bentuk cetak. Adapun kelemahan modul dalam bentuk cetak dinilai monoton dan tidak interaktif yang membuat siswa cepat merasa bosan, serta membutuhkan biaya cetak yang besar jika terdapat banyak gambar. Hal ini dapat mempengaruhi minat dan semangat siswa dalam menggunakannnya. Agar pembelajaran menjadi lebih efektif maka harus digunakan bahan ajar yang mendukung berupa modul elektronik (Sabri dalam Sagita,� 2017).
�������� E-modul merupakan bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu yang ditampilkan menggunakan perangkat elektronik seperti komputer dan handphone. E-modul juga merupakan seperangkat bahan belajar berbentuk digital atau non cetak yang digunakan dalam keperluan belajar mandiri sehingga dapat menuntun siswa untuk memecahkan masalah dengan caranya sendiri. Kelebihan dari e-modul ini lebih praktis untuk dibawa, tampilan isi terdiri gambar-gambar, contoh soal, evaluasi, penilaian diri, video maupun rangkuman, biaya produksi lebih murah, pemakaian tahan lama, dan tidak dibatasi tempat maupun waktu (Santosa, 2017). E-modul ini menggunakan salah satu model yang disarankan berdasarkan kurikulum 2013 yaitu berbasis inkuiri terstruktur. Menurut Zion & Ruth (dalam Novia, 2021) menyatakan bahwa Inkuiri terstruktur merupakan salah satu cara dalam pembelajaran yang berbasis inkuiri digunakan dalam dunia pendidikan sains. Kelebihan dari model inkuiri terstruktur ini ialah mendapatkan keterampilan belajar, mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sehari-hari, memperoleh ataupun menganalisa infomasi menjadi lebih terampil, serta dapat belajar secara kelompok dan mandiri (Zion & Mendelovici,2012).
�������� Berdasarkan hasil
penelitian Rahma D.H & Azhar M, (2021) mengenai pengembangan e-modul kimia berbasis inkuiri
terstruktur di SMA/MA menunjukkan bahwa dengan model inkuiri terstruktur dapat
membantu siswa untuk memahami materi serta meningkatkan minat dan semangat
belajar siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu penelitian yang dilakukan
oleh Novia, (2021) menyatakan bahwa model inkuiri terstruktur dapat membantu
siswa memahami konsep - konsep materi dengan caranya sendiri, serta
meningkatkan keaktifan siswa dan minat maupun motivasi siswa dalam proses
pembelajaran. �
1.
E-modul
���� E-Modul merupakan bahan belajar yang tersedia dalam format elektronik yang penyajian ilustrasi, teks, gambar, contoh soal, video serta latihan evaluasi. Berdasarkan kemajuan teknologi saat ini, modul dapat dilakukan dengan bentuk e-modul yang ditampilkan melalui android smartphone maupun komputer (Herawati & Muhtadi, 2018). E-modul juga merupakan salah satu alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, maupun cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitas secara elektronik (Solihudin, 2018). Penggunaan e-modul ini sangat efisien karena tidak dibatasi waktu, serta dapat digunakan dimana saja di sekolah maupun dirumah, sebab rata - rata siswa memiliki android di era teknologi sekarang ini (Laili, 2019).
���� Purwanto (dalam Sani 2015) menyatakan bahwa tujuan dalam penyusunan e-modul untuk siswa yaitu : (1) Agar siswa memiliki kesempatan dalam melatih diri dengan belajar secara mandiri, (2) Pembelajar diluar kelas ataupun di luar jam pelajaran (3) Berkesempatan menguji kemampuan sendiri dengan melakukan latihan soal yang telah disajikan pada e-modul. Dari tujuan modul diatas dapat disimpulkan bahwa modul sebagai bahan ajar untuk mempermudah dalam membimbing maupun mengarahkan siswa untuk proses pembelajaran yang meningkatkan suatu motivasi dan minat dalam diri untuk belajar sehingga mencapai proses belajar yang lebih efektif maupun efisien.
2.
Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur
������� Inkuiri terstruktur merupakan suatu model yang melibatkan siswa secara aktif maupun kreatif dalam mencari sesuatu, menelaah, merumuskan konsep maupun prinsip kimia untuk mendorong siswa agar berkembang dalam intelektual ataupun keterampilan dalam memecahkan suatu masalah. Untuk pembelajaran inkuiri terstruktur ini pembelajaran berpusat untuk siswa,� agar siswa dapat berpartisipasi aktif untuk proses pembelajaran. Definisi lain dari inkuiri terstruktur yaitu siswa akan diberikan pernyataan terhadap masalah, prosedur maupun analisis suatu hasil. Untuk komunikasi dari hasil maupun kesimpulan yang tidak disediakan yang di mana siswa akan perlu melakukan suatu eksperimen yang bisa mendapatkan data ataupun melakukan dari interpretasi sendiri (Jiun etl., 2018).
����������� Sanjaya (dalam Salim & Tiawa, 2015) menyatakan bahwa tujuan utama dalam strategi inkuiri ialah suatu pengembangan proses dalam pembelajaran dapat berorientasi untuk keterampilan berpikir. Kriteria keberhasilan dari suatu proses pembelajaran dalam menggunakan model struktur inkuiri yang tidak ditentukan dalam suatu pemahaman untuk materi pembelajaran yang tetapi sejauh mana untuk siswa aktif dalam mencari ataupun menemukan sesuatu. Adapun langkah - langkah dalam model inkuiri terstruktur yang dikemukakan oleh Trianto (dalam Alam, 2021) terdiri dari 5 fase, ialah :
1)
Menyajikan suatu
pertanyaan ataupun permasalahan, ini
2)
Membuat suatu hipotesis,
3)
Merancang suatu
percobaan,
4)
Mengkomunikasikan hasil
percobaan,
5)
Menyimpulkan suatu hasil.
�������� Kelebihan model inkuiri terstruktur diantaranya ialah: menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda, mendapatkan keterampilan untuk belajar, mengaitkan pengetahuan baru ke pengaetahuan sehari-hari,� menganalisa infomasi menjadi lebih terampil, serta dapat belajar secara kelompok dan mandiri (Zakiyah, 2011).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode RnD (Research and Development) dengan model 4D (Difine, Design, Develop, dan Dessiminate). Research and Development (R&D) merupakan metode penelitian pengembangan yang digunakan dalam pembelajaran dengan menghasilkan suatu produk tertentu,serta keefektifan dalam metode yang digunakan (Syauque,2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan penilaian validator ahli dan penilaian respon siswa terhadap e-modul yang dikembangkan. Penelitian ini dilakukan hanya sampai pada tahap develop atau (pengembangan) saja. Penilaian penelitian ini oleh validator ahli media dan ahli materi berjumlah 5 orang yang terdiri dari 3 dosen kimia� Unimed dan 2 guru kimia, serta penilaian angket respon yang diberikan kepada 10 siswa kelas X SMA Swasta PAB 4 Sampali.
Langkah� langkah
yang dilakukan dalam penelitian diantaranya adalah : 1) Tahap define (pendefenisian), berupa analisis
kebutuhan meliputi: analisis awal, analisis silabus, dan analisis materi buku,
2) Tahap design (perancangan), dibagi
menjadi 2 tahap yaitu penyusunan draft
e-modul dan menggunakna aplikasi anyflip,
3) Tahap develop (pengembangan),
dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap validasi e-modul, tahap revisi, dan tahap
respon siswa. Pada tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu
produk e-modul berbasis inkuiri tersruktur pada pokok bahasan ikatan kimia yang
valid dan layak digunakan sebagai pendukung sumber belajar.
Penilaian data yang dianalisis
menggunakan penilaian skala Likert dengan
rentang skor perbutir 1-5 yang dapat dilihat sebagai berikut:
%Xin=
Keterangan :
%𝑋𝑖𝑛��� : Persentase pada jawaban dari pernyataan ke-i pada angket
Σs������� : Jumlah skor pada jawaban total untuk pernyataan ke-i
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 : Skor maksimum untuk diharapkan dalam pernyataan ke-I (Sudjana, 2005).
Penilaian validasi dan respon siswa berdasarkan skala Likert memiliki kategori dalam tabel 1 dan tabel 2 (Arikunto,2008).
Tabel
1
Kriteria
Penilaian Validasi
Persentase (%) |
Tingkat Valid |
Keterangan |
100 -� 76 |
�� Valid |
����� Layak/tidak direvisi |
75 � 51 |
�� Cukup valid |
��� Cukup layak/revisi sebagian |
60 � 26 |
�� Kurang valid |
���� Kurang layak/revisi sebagian |
< 26 |
�� Tidak valid |
���� Tidak layak/revisi seluruhnya |
������������������������������������������������������������������
������������������������������������������������������������������
Tabel 2
Kriteria
Penilaian Respon Angket
Persentase |
Kriteria |
80,1% - 100% |
Sangat Tingi |
60,1% - 80 % |
Tinggi |
40,1% - 60 % |
Sedang |
20,1% - 40 % |
Rendah |
0,0 %� - 20 % |
Sangat Rendah |
Hasil dan Pembahasan
Data hasil penelitian yang didapat setelah melakukan penelitian dan
pengambilan data di SMA Swasta PAB 4 Samapal. Berdasarkan dari tujuan
penelitian dan jenis penelitian R&D dengan model 4D, Maka dihasilkan produk
berjenis e-modul berbasis inkuiri terstruktur pada pokoko bahasan ikatan kimia
di SMA. Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model pengembangan 4D
terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap
difine (pendefinisian), tahap design
(perancangan), dan tahap develop
(pengembangan). Dari ketiga tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.�������� Tahap Define (Pendefinisian)
Tahap define bertujuan untuk menetapkan fakta dan mendefinisikan
syarat-� syarat yang dibutuhkan dalam
pembuatan bahan ajar. Pada tahap difine ini dibagi menjadi 3 tahap analisis
yaitu analisis awal, analisis silabus, dan analisis materi. Adapun uraian dari
tahap pendefinisian antara lain:
a.�������� Analisis Awal
Analisis awal dari penelitian pengembangan ini yaitu mengidentifikasikan
masalah dasar yang dihadapi dalam proses pembelajaran kimia. Pada tahap ini,
peneliti melakukan observasi kepada guru kimia di SMA� Swasta PAB 4 Sampali untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Dari hasil observasi didapati
proses pembelajaran kimia di kelas X hanya menggunakan bahan ajar berupa buku
paket. Selain itu, media yang digunakan pada saat jam pembelajaran berupa papan
tulis dan powerpoint. Guru juga jarang memanfaatkan media dan bahan ajar
lainnya seperti membuat video animasi, e-modul, dan LKS. Pada saat pembelajaran
guru kimia di SMA Swasta PAB 4 Sampali menggunakan metode ceramah, diskusi, dan
penugasan. Hal ini yang menyebabkan siswa kurang memahami materi kimia pada
saat pembelajaran. Adapun konsep yang kurang dipahami siswa pada materi ikatan
kimia yaitu siswa mengalami kesulitan dalam proses pembentukan ikatan kovalen
rangkap dua� dan rangkap tiga, serta
dalam menentukan senyawa kovalen polar dan non polar. Hal ini mengakibatkan,
siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran kimia selanjutnya. Adapun tujuan
dari observasi ini adalah untuk menemukan titik masalah yang menjadi pedoman
pembuatan e-modul. Setelah mengetahui permasalahan siswa melalui observasi yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya inovasi baru berupa
bahan ajar sebagai pendukung pembelajaran kimia yang lebih efektif untuk
membantu siswa dalam memahami materi.
a.
Analisis
Silabus
Tahap analisis
silabus dilakukan untuk mengetahui kompetensi inti dan kompetensi dasar serta
mengkaji materi yang dijadikan sebagai pokok bahasan pembuatan e-modul.
Berdasarkan tahap ini dapat disimpulkan bahwa silabus yang digunakan sudah
sesuai dengan kurikulum 2013. Selanjutnya hasil analisis silabus ini akan
dijadikan sebagai acuan dalam rancangan dan pengembangan e-modul berbasis inkuiri terstruktur pada pokok bahasan ikatan
kimia di SMA.
b. Analisis Materi Buku
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap
materi yang sesuai dengan topik permasalahan sehingga materi dapat disusun
kembali secara sistematis. Analisis materi ini dilakukan pada beberapa buku dengan
pengarang yang berbeda-beda. Sehingga, dipilihlah 3 buku yang dianalisis untuk
kebutuhan isi dari rancangan e-modul pembelajaran. Penilaian hasil rata - rata
analisis buku yang memuat buku 1 diperoleh nilai sebesar 89,79%, buku kedua
diperoleh nilai sebesar 88,03, dan buku ketiga diperoleh nilai sebesar 86,17%.
Maka hasil rata-rata nilai keseluruhan dari ketiga buku diperoleh nilai sebesar
86,80%. Setelah dianalisis, buku tersebut akan menjadi referensi untuk
pembuatan e-modul yang akan dikembangkan.
1. Tahap
Design (Perancangan)
Tahap design merupakan tahap penyusunan draft
awal e-modul yang akan digunakan dalam pembelajaran ikatan kimia. Tahap ini
bertujuan untuk menyiapkan pedoman/landasan dalam penyusunan e-modul secara
menyeluruh. Penyusunan e-modul ini memerlukan beberapa aplikasi yaitu Microsoft
Word dan platform Anyflip. Aplikasi
Microsoft Word digunakan untuk
membuat isi dan desain e-modul
tersebut, kemudian e-modul dikonversi ke bentuk PDF dan dipublikasi dengan
menggunakan aplikasi platform Anyflip.
Pada platform Anyflip memiliki
beberapa komponen seperti tema, template, audio visual. Pembuatan e-modul ini dirancang menggunakan
komponen - komponen yang dilengkapi dengan bagian awal e-modul meliputi; cover, kata pengantar, petunjuk penggunaan e-modul, kompetensi inti dan kompetensi
dasar, tujuan pembelajaran, sintak model pembelajaran, peta konsep dan kata
kunci. Pada bagian isi e-modul
meliputi; sub pokok materi, contoh soal, latihan soal, tokoh kimia, catatan
kimia, ekperimen, uji kompetensi, dan rangkuman. Pada bagian akhir e-modul meliputi; kunci jawaban,
glosarium, dan tabel periodik
Gambar 1
Cover dan isi e-modul
1.
Tahap Develop (Pengembangan)
Tahap develop atau tahap pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari validasi ahli terhadap e-modul dan uji coba terbatas. Validasi terhadap e-modul dilakukan oleh validator ahli materi dan ahli media. Pada uji coba terbatas dilakukan dengan melibatkan siswa kelas X Ipa SMA Swasta PAB 4 Sampali. Uji coba terbatas dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap e-modul yang dikembangkan. Adapun hasil dari tahap pengembangan diuraikan sebagai berikut.
a.
Validasi
Ahli Materi
Penilaian validasi materi dilakukan oleh 3 orang ahli yang terdiri dari 1 dosen kimia Unimed dan 2 guru kimia SMA Swasta PAB 4 Sampali. Penilaian instrumen validasi digunakan berdasarkan kriteria BSNP dari beberapa aspek yaitu aspek kelayakan isi, aspek kelayakan penyajian, dan aspek kelayakan bahasa. penilaian rata-rata oleh� validator ahli materi pada aspek kelayakan isi diperoleh hasil sebesar 89,7%, pada aspek kelayakan penyajian diperoleh hasil sebesar 89,3%, dan pada aspek kelayakan bahasa diperoleh hasil sebesar 85,8%. Hasil dari rata - rata keseluruhan yang diperoleh dari setiap aspek sebesar 88,2%. Hal ini menunjukan materi di dalam e-modul berbasis inkuiri terstruktur pada pokok bahasan ikatan kimia dengan kriteria �layak� untuk digunakan.
Diagram Penilaian Validasi Materi
b.
Validasi
Ahli Media
Penilaian validasi media ini dilakukan oleh 3 orang ahli yang terdiri dari 3 dosen kimia Unimed. Penilaian validasi ahli media menggunakan penilaian berdasarkan kriteria BSNP dari beberapa aspek yaitu aspek kelayakan kegrafikan dan aspek kelayakan bahasa. penilaian rata - rata oleh validator ahli media pada aspek kelayakan kegrafikan diperoleh hasil sebesar 93,4%, dan pada aspek kelayakan bahasa diperoleh hasil sebesar 87%. Hasil dari rata - rata keseluruhan yang diperoleh dari setiap aspek sebesar 90,2%. Hal ini menunjukan media dalam e-modul berbasis inkuiri terstruktur pada pokok bahasan ikatan kimia dengan kriteria �layak� untuk digunakan dan tidak perlu direvisi.
Daigram Penilaian Validasi
Media
c.
Respon
Siswa Terhadap E-modul
Pada tahap uji coba terbatas peneliti memberikan lembar angket respon siswa kepada 10 siswa di SMA Swasta PAB 4 Sampali. Uji coba terbatas bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari penilaian respon siswa terhadap e-modul. Penilaian respon siswa menggunakan kriteria BSNP dari beberapa aspek yaitu aspek kemenarikan, aspek materi, dan aspek bahasa. penilaian rata - rata respon siswa pada aspek kemenarikan diperoleh nilai sebesar 89,3 %, pada aspek materi diperoleh nilai sebesar 89 %, dan pada aspek bahasa diperoleh nilai sebesar 92 %. Maka, hasil penilain rata - rata secara keseluruhan diperoleh nilai sebesar 90,1% dengan kriteria �sangat tinggi�.dan �sangat menarik� Penilaian respon siswa terhadap e-modul mendapatkan respon positif oleh siswa dimana siswa merasa puas dalam memahami konsep materi ikatan kimia.
Gambar 4
Diagram Hasil Respon Siswa
Pembahasan
Penelitian
ini menghasilkan produk e-modul berbasis inkuiri terstruktur dengan menggunakan
model 4D yang terdiri dari tahap difine
(pendefinisian), tahap design (tahap
desain), tahap develop (tahap pengembangan),
dan tahap dessiminate (tahap
peyebaran). Penelitian e-modul ini digunakan sampai tahap develop atau tahap pengembangan. Tahap difine (tahap pendefinisian) dilakukan dengan mengidentifikasi
masalah berupa analisis awal, analisis silabus, dan analisis materi. Hasil dari
tahap pendefinisian ini ditemukan
permasalahan yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini. Permasalahan dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa siswa belum memahami konsep materi
ikatan kimia, bahan ajar yang digunakan pada pembelajaran kimia di kelas berupa
buku cetak dengan metode ceramah,diskusi dan penugasaan. Maka dari itu,
peneliti menemukan ide dari permasalahan dengan cara membuat suatu inovasi baru
berupa bahan ajar yang dinamakan e-modul.
Tahap
design (tahap perancangan), pada tahap ini terdapat beberapa langkah yang perlu
dilakukan yaitu penyusunan format draft dan aplikasi anyflip. Penyusunan rancangan draft dilakukan dengan komponen -
komponen sesuai struktur e-modul meliputi; kata pengantar, daftar isi, penggunaan
petunjuk, peta konsep, kegiatan pembelajaran pada sub pokok bahasan, ekperimen,
evaluasi, rangkuman, daftar pustaka (Winarni,2018). Kemudian, e-modul berbasis
inkuiri terstruktur pada pokok bahasan ikatan kimia menggunakan aplikasi
platform anyflip. Aplikasi platform anyflip memiliki program desain yang
menarik dengan template bervariasi, serta dilengkapi gambar dan video yang
tersambung ke dalam youtube (Maghfiroh, 2022).
Tahap
develop (tahap pengembangan)
dilakukan untuk mengahsilkan produk berupa e-modul yang telah direvisi melalui
validasi ahli. Penilaian validasi dilakukan untuk mengetahui kelemahan atau
kekurangan dari e-modul tersebut. Setelah validasi dan revisi selesai, kemudian
dilakukan uji coba terbatas kepada 10 siswa di SMA Swasta PAB 4 Sampali.
Penilaian dari setiap siswa mendapatkan respon positif terhadap pengembangan
e-modul berbasis inkuiri terstruktur ini. Hal ini bahwa hasil kelayakan e-modul
secara keseluruhan layak digunakan sebagai bahan ajar atau sumber belajar.
Kelayakan tersebut sudah dibuktikan dengan hasil evalusi oleh validator ahli
materi, ahli media, serta uji coba terbatas kepada siswa. Berdasarkan hasil
uraian, maka diperoleh hasil penilaian yang dapat dijelaskan dalam 3 tahap
validasi ahli materi, validasi ahli media, dan respon siswa.
Penilaian
validasi ahli materi menilai bahwa kelayakan materi terhadap e-modul berbasis inkuiri terstruktur
dibagi menjadi tiga aspek penilaian yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian,
dan kelayakan bahasa. Hasil penilaian rata - rata secara keseluruhan kelayakan
dari validasi ahli materi diperoleh nilai sebesar 88,2%. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa validasi ahli materi pada e-modul berbasis inkuiri
terstruktur dengan kriteria �layak� digunakan sebagai bahan ajar. Validasi ahli
media menilai bahwa kelayakan media terhadap e-modul berbasis inkuiri terstruktur dibagi menjadi dua aspek
penilaian yaitu aspek kelayakan kegrafikan dan aspek kelayakan bahasa. Hasil
penilaian dari validasi ahli media dari setiap aspek kelayakan secara
keseluruhan diperoleh nilai rata - rata sebesar 90,2%. Maka, dapat disimpulkan
bahwa validasi ahli media menyatakan e-modul berbasis inkuiri terstruktur dalam
kriteria �layak� digunakan sebagai bahan ajar dan tidak ada revisi.
Setelah
dilakukan validasi oleh validator ahli materi dan ahli media, kemudian
melakukan respon siswa di kelas X Ipa di SMA Swasta PAB 4 Sampali. Respon siswa
dilakukan dengan uji coba terbatas menggunkaan lembar angket� yang berjumlah 10 lembar untuk 10 siswa kelas
X Ipa. Lembar angket respon siswa yang digunakan sudah sesuai berdasarkan
kriteria penilaian BSNP dari setiap aspek yaitu aspek ketertarikan, aspek
materi dan aspek bahasa. Maka, hasil penilaian rata - rata respon siswa dari
keseluruhan setiap aspek diperoleh nilai sebesar 90,1% dengan kriteria �sangat
tinggi� dan layak digunakan.
Kesimpulan
������ Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil nilai rata- rata keseluruhan pada e-modul yang dinilai oleh validator ahli materi diperoleh nilai sebesar 88,2% dan penilaian validator ahli media diperoleh nilai sebesar 90,2%, maka penilaian dari validator memiliki kriteria sangat layak/valid. Penilaian hasil rata - rata keseluruhan dari respon siswa diperoleh nilai sebesar 90,1% dengan kategori sangat tinggi dan sangat menarik untuk e-modul.
BIBLIOGRAFI
Amin, S.
(2013). Tinjauan Keunggulan dan Kelemahan Penerapan Kurikulum 2013 Tingkat SMA/MI. Al Bidayah. 5 (2). 261-279. Google Scholar
Arikunto,
S. (2008). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Google Scholar
Gultom, E.
Situmorang, M. & Silaban, R. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Inovatif dan
Interaktif Melalui Pendekatan Saintifik pada Pengajaran Termokimia. Jurnal
Pendidikan Kimia. 7 (2). 49-56. Google Scholar
Harawati, N. S., & Muhtadi, A. (2018). Pengembangan modul elektronik (e-modul) interaktif pada mata pelajaran Kimia kelas XI SMA. Jurnal inovasi teknologi pendidikan. 5(2). 180-191. Google Scholar
Jiun, L. T., Kamarudin, N., Talib,
O., & Hassan, A. (2018). The effect of structured inquiry-based teaching on
biology students� achievement test. International
Journal of Education, Psychology and Counseling. 3 (12).
81-89. Google Scholar
Laili, I., Ganefri
& Usmeldi. (2019). Efektivitas
Pengembangan E-Modul Project Based Learning �pada Mata Pelajaran Instalasi Motor Listrik. Jurnal Imiah Pendidikan Dan Pembelajaran. 3 (3). 306-315. Google Scholar
Magfiroh, L.R., Zawawi, I., dan Suryanti, S. (2022).
Pengembangan E-LKPD Berbasis Etnomatika Menggunakan Aplikasi Anyflip Materi
Segiempat dan Segitiga. Didaktika. 28
(2). 15-27. Google Scholar
Rahma, D. H., & Azhar, M. (2021). Pengembangan Modul Berbasis Inquiri Terstruktur pada Materi Larutan Penyangga pada SMA/MA. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan. 3 (3). 1067-1074. Google Scholar
Sagita, R., Azra, F., & Azhar, M. (2017). Pengembangan modul konsep mol berbasis inkuiri terstruktur dengan penekanan pada interkoneksi tiga level representasi kimia untuk kelas X SMA. Jurnal Eksakta Pendidikan (Jep). 1 (2) 25-32. Google Scholar
Winarni, R. A. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia BerbasisMultiple Representasi Pada Materi Laju Reaksi di SMA Panca Bhakti Pontianak. Jurnal Pendidikan. 1-12. Google Scholar
Zakiyah, N. (2011). Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia. Skripsi, Pendidikan Biologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. Google Scholar
Zion, M., & Mendelovici, R. (2012). Moving from structured to open inquiry: Challenges and limits. Science Education International. 23 (4). 383-399. Google Scholar
Winarni, R. A. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia
Berbasis Multiple Representasi Pada Materi Laju Reaksi di SMA Panca Bhakti
Pontianak. Jurnal Pendidikan. 1-12. Google Scholar
Zakiyah, N. (2011). Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia.
Skripsi, Pendidikan Biologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. Google Scholar
Zion, M., & Mendelovici, R. (2012). Moving from
structured to open inquiry: Challenges and limits. Science Education
International. 23 (4).� �383-399. Google Scholar
Copyright holder: Rhadita Ismi Azzara,
Tita Juwitaningsih (2022) |
First publication right: |
This article is licensed
under: |