Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 4, No. 7, Juli 2022
REKOMENDASI TERBAIK 9 JENIS TANAMAN SEBAGAI BAHAN DASAR ZAT AKTIF
PEMBUATAN GEL SERUM ANTI JERAWAT
Andi Permana, Nisa
Nur Azizah, Shofia Difa Aulia, Nia Yuniarsih
Fakultas
Farmasi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Email: [email protected], [email protected],
[email protected],
[email protected].
Abstrak
Perkembangan industri kosmetik yang terus
meningkat menyebabkan beragamnya produk serum yang beredar di pasar, baik dari
segi merk, fasilitas, jenis, harga, maupun variasi yang terkandung dalam produk
tersebut. Kenyataan ini membuat sebagian konsumen, terutama yang kurang paham
mengenai serum wajah menjadi kesulitan menemukan produk serum wajah yang sesuai
dengan kondisi kulit. Penggunaaan bahan herbal merupakan salah satu bentuk
upaya dalam mengurangi efek samping penggunaan kosmetik. Penelitian ini
bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai beberapa jenis tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai bahan dasar zat aktif pembuatan serum gel anti-Acne
ini. Penelitian ini mengambil dari beberapa jurnal nasional maupun
internasional yang dirilis dalam rentang waktu dari 2009 � 2021 Terdapat
berbagai tumbuhan yang memiliki aktivitas sebagai zat aktif antibakteri atau
anti-Acne yaitu belimbing wuluh, biji pepaya, daun baluntas, daun
kemangi, jeruk nipis, mangga, manggis, semangka, sirsak dan juga temu putih.
Beberapa tumbuhan tersebut dapat di gunakan sebagai bahan dasar pembuatan serum
karena memiliki aktifitas antibakteri yang sangat baik.
Kata Kunci: anti-Acne gel serum; kulit wajah;
bakteri anti-Acne; tumbuhan alami.
Abstract
The
development of the cosmetic industry that continues to increase has resulted in
various circulations of serum products on the market, both in terms of brands,
facilities, types, prices, and variations contained in these products. This
fact makes it difficult for some consumers, especially those who do not
understand about facial serum, to find facial serum products that are suitable
for skin conditions. The use of herbal ingredients is an effort to reduce the
side effects of cosmetics. This review aims to provide information about
several types of plants that can be used as basic ingredients in the form of
the active substance of this anti-Acne serum gel. This review is taken from
several national and international journals released in the period from 2009 to
2021. There are various plants that have activity as antibacterial or anti-Acne
active substances, namely Averrhioa
limbi Linn, Pluchea Indica L, Carica Papaya L, Ocimum Basilicum
L, Mangifera Indica L, Garcinia Mangostana L, Citrus Aurantifolia (CA), Annona
Muricita L dan Muntingia Calabura L, Citrullus
Lanatus Thunb. Some of these plants can be used as basic ingredients for making
serum because they have excellent antibacterial activity.
Keywords:
anti-acne gel serum; face skin; anti-acne bacteria; natural plant.
Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang kaya akan banyaknya
keanekaragaman hayati. Dengan banyaknya keanekaragaman hayati tersebut maka
indonesia mendapat julukan �Mega Diodiversity� sehingga akan memberikan manfaat yang serba guna dan
menjadi paru � paru dunia untuk masa depan (Anggraini,
2018). Keanekaragaman
hayati tesebut tentunya sangat banyak bebagai macam jenis yaitu contohnya
tumbuhan. Masyarakat di Negara Indonesia sejak zaman dahulu telah banyak memanfaatkan
tumbuhan sebagai obat, dan sebagai bahan yang memiliki peran untuk menjadi
kosmetik serta perawatan kulit. Keanekaragaman hayati di Indonesia merupakan
salah satu faktor pendukung pengembangan produk perawatan kulit dari bahan alam
(Ramadhania, 2018).
Dengan adanya hal tersebut maka di Indonesia sedang trend �Back to
Nature� yang dimana menyarakat mempercayai bahwa senyawa aktif dari bahan yang
berasal dari alam lebih aman dibandingkan senyawa kimia sintetik.
Bagian perawatan kulit yang penting untuk dijaga yaitu
pada bagian wajah. Wajah merupakan bagian tubuh yang sering diperhatikan
dibandingkan dengan bagian tubuh lainya, terutama bagi wanita. Penuaan pada
kulit merupakan proses yang tidak dapat dihindari, dimana manusia akan
mengalami kelambanan proses pembaruan sel kulit dan produksi collagen,
melemahnya stuktur pendukung internal dan lapisan pelindung alami kulit.
pelambatan proses regenerasi disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup.
Stress oksifatif intraseluler dan ekstraseluler yang disebabkan oleh Reactive
Oxyangen Species (ROS), dapat mempercepat penuaan dini pada kulit, yang di
tandai dengan keriput dan pigmentasi (Masaki, 2010).
Perawatan pada kulit wajah merupakan cara untuk merawat kesehatan dan kebugaran kulit wajah agar terjaga dari sel kulit mati, debu, kotoran, sisa make up yang
menempel dan menghindari dari berbagai masalah yang terjadi pada kulit.
Masalah kulit wajah salah satunya yaitu
Acne. Acne
disebabkan karena adanya infeksi
bekteri seperti Acne vulgaris sp. setelah terjadi peningkatan hormon pada tubuh, terjadinya ke aktifkan pada kelenjar lemak sehingga pertumbuhan bakteri pada kelenjar
semakin meningkat. Untuk mengetahui perawatan terbaik untuk penderita
jerawat, penting untuk memahami penyebabnya, yaitu disebabkan karena adanya
bakteri penyebab jerawat. Maka dari itu, diperlukan perawatan yang intena
dan bertahap terhadap jerwat tersebut,
dan tentu dengan cara alami.
Kosmetik Herbal adalah Produk yang diformulasikan
menggunakan berbagai bahan kosmetik yang diizinkan di mana satu atau lebih
bahan herbal digunakan untuk memberikan manfaat kosmetik tertentu
(Nia
& Hadjmohammadi, 2021). Ekstrak herbal
adalah metodologi kuno yang telah ditemukan dalam kitab suci yunani dan Veda,
diproses dengan menghancurkan bahan dalam mangkuk lalu diperas hingga
mendapatkan sarinya, Herbal umumnya didefinisikan sebagai tanaman non-kayu yang
telah mati (Shivanand, Nilam, & Viral,
2010).
Pada kosmetik adanya bahan atau sediaan yang sering digunakan di bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir
dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
guna untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan dan memperbaiki bau badan serta melindungi dan memelihara tubuh pada kondisi baik.
Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang berkembang akhir
� akhir ini adalah serum gel. Serum memiliki sediaan dengan viskositas rendah,
sehingga serum dikategorikan
sebagai sediaan emulsi. Serum memiliki kelebihan yaitu memiliki ketinggian
konsentrasi pada bahan aktif sehingga efeknya lebih cepat diserap oleh kulit, sehingga
dapat memberikan efek yang lebih nyaman dan lebih mudah menyebar dipermukaan
kulit karena viskositasnya yang tidak terlalu tinggi (Farmawati, 2014). Jenis
serum meliputi anti Acne, brightening, antiaging, serum bulu mata, dan
lain � lain yang saat
ini juga berkembang serum yang berasal dari bahan alam.
Perkembangan industri kosmetik yang terus meningkat
menyebabkan beragamnya produk serum yang beredar di pasar, baik dari segi merk,
fasilitas, jenis, harga, maupun variasi yang terkandung dalam produk tersebut.
Kenyataan ini membuat sebagian konsumen, terutama yang kurang paham mengenai
serum wajah menjadi kesulitan menemukan produk masker yang sesuai dengan
kondisi kulit. Oleh karena itu diperlukanlah bahan alami
dari alam yang dapat menunjukkan aktivitasnya sebagai agen antibakteri.
Adanya
temuan-temuan dipasaran mengenai bahan-bahan kimia skincare untuk jerawat yang
mengandung bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan BPOM yaitu di antaranya
adanya kandungan asam salisilat yang melebihi persyaratan BPOM yaitu sampel
mengandung asam salisilat lebih dari 2% pada sampel A sehingga skincare
tersebut� tidak di perbolehkan di perjual
belikan secara luas di pasaran dan tidak boleh digunakan karena apabila suatu
skincare mengandung kadar asam salisilat tinggi maka wajah akan terkikis dan menimbulkan
masalah kulit, memerah, panas, ruam dan dermatitis. Maka untuk menhindari hal
tersebut masyarakat perlu adanya edukasi lebih lanjut mengenai skincare yang
akan digunakan, dan untuk mencegah hal tersebut terjadi perlunya inovasi dan
pengetahuan lebih dalam mengenai skincare yag berasal dari alam atau bersifat
alami yang dapat menjadi alternatif dalam menghambat aktivitas bakteri penyebab
jerawat sehingga dapat menjadi bahan dalam pembuatan skincare herbal
anti Acne. Sehingga penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu
yaitu berisi mengenai efektivitas zat aktif dari 9 tumbuhan dari alam terhadap
zona hambat bakteri penyebab jerawat dari berbagai jenis tanaman yang ada di Indonesia yang dapat diformulasikan sebagai bahan
dasar zat aktif
alami pada pembuatan kosmetik
herbal sebagai
agen Antiacne
gel serum wajah berdasarkan
kandungan senyawa fitokimia tanaman tersebut untuk melindungi kulit wajah dari
infeksi bakteri.
Metode Penelitian
Penelitian ini
berisi tinjauan dari beberapa artikel yang di publikasikan. Proses pencarian
sumber dari riview artikel ini dimulai pada bulan Februari 2022 dilakukan
dengan cara penelusuran pustaka jurnal penelitian, artikel ilmiah dan review
jurnal melalui database elektronik seperti Google Scholar, PubMed dan Science
Direct. Pencarian dan penelusuran pustaka dilakukan dengan menggunakan kata
kunci terkait seperti: anti Acne serum dan herbal treatment of anti
Acne serum. Lalu dipilih artikel yang mencangkup tumbuhan yang berada di
Indonesia sehingga terpilih 9 artikel. Sumber data yang di dapat terdiri atas
jurnal internasional sebagai sumber data utama dan jurnal nasional sebagai
sumber data tambahan. Kriteria inklusi dan eksklusi sumber data yang digunakan
memuat informasi mengenai tanaman dan kandunganya, metode pengujian aktivitas
antibakteri terhadap zona hambat yang di timbulkan. Jurnal yang digunakan
adalah jurnal dengan tahun penerbitan 10 tahun terakhir. Abstraksi data dan
penyusunan penelitian ini yaitu data sisusun secara independen dari setiap
sumber data yang di peroleh dan dapat ditampilkan dalam bentuk tabel dengan
penyusunana disesuaikan dengan format yang ditentukan.
Hasil dan Pembahasan
Tanaman yang berpotensi sebagai gel seum anti jerawat :
No |
Nama Tanaman |
Bagian Tumbuhan |
Tipe Ekstrak |
Kandungan Fitokomia |
Referensi |
1 |
Averrhioa limbi Linn |
Daun |
Etanol |
Flavonoid dan Triterpenoid, Tanin, Polifenol,
Saponin. |
(Datu, Mita, & Rusli, 2015; Parikesit, 2011; Puteri & Milanda, 2016) |
2 |
Pluchea Indica L |
Daun |
Etanol |
Lavonoid, Fenolik,
Tannin dan Alkaloid. |
|
3 |
Carica Papaya L |
Biji |
Etanol |
Fenol, Alkaloid, Saponin, Tanin, dan Flavonoid. |
(Hasrawati, Hardianti, Qama, & Wais, 2020; Mahatriny, Payani, Oka, & Astuti, 2014) |
4 |
Ocimum Basilicum L |
Daun |
Etanol |
Flavonid dan Saponin. |
|
5 |
Mangifera Indica L. |
Daun |
Etanol |
Alkaloid, Flavonoid, Tannin dan Saponin |
|
6 |
Garcinia Mangostana L |
Kulit |
Etanol |
Xanton |
(Ovalle-Magallanes,
Eugenio-P�rez, & Pedraza-Chaverri, 2017) |
7 |
Citrus Aurantifolia (CA) |
Kulit |
Minyak Zaitun |
Terpenoid |
|
8 |
Citrullus
Lanatus Thunb |
Kulit |
Kloroform |
Terpenoid dan Alkaloid |
|
9 |
Annona Muricita L dan Muntingia Calabura L |
Daun |
Etanol |
Triterpenoid |
A.
Belimbing
Wuluh (Averrhioa Limbi Linn)
Belimbing wuluh ini dapat dimanfaatkan mengobati batuk rejan, jerawat, tekanan darah tinggi, gusi berdarah, sariawan, gigi berlubang, radang pencernaan (Parikesit, 2011). Belimbing wuluh mengandung senyawa gula, fenolik, ion kalsium, asam amino, asam sitrat, Asam Format vitamin dna sianidin 3-o-h-D-glukosa. Belimbing wuluh juga mengandung senyawa flavonoid dan triterpenoid, tanin, polifenol, saponin yang berperan sebagai antibakteri (Datu et al., 2015; Parikesit, 2011; Puteri & Milanda, 2016). Selain itu, ekstrak metanol belimbing buah belimbing wuluh memiliki aktivitas antioksidan (Hasanuzzaman, Ali, Hossain, Kuri, & Islam, 2013). Dengan adanya kandungan dan potensi belimbing wuluh sebagai antibakteri dan antioksidan maka untuk proses penyembuhan jerwat perlu adanya kosmetik sebagai terapi pengobatan untuk jerawat. Kosmetik tersebut dapat berupa sediaan gel. Terdapat hasil penelitian (Yani & Patricia, 2021) gel anti jerawat ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi linn) yaitu dapat menghambat P.Acnes dengan zona hambat 10,1-10,73 mm dan S.aureus dengan zona hambat 10,35-10,93 mm sehingga dengana danya hasil pengujian tersebut gel ekstrak belimbing wuluh dapat menghambat bakteri jerawat. Sediaan gel baik digunakan untuk pengobatan jerawat dikarenakan sediaan gel dengan pelarut yang polar lebih mudah dibersihkan dari permukaan kulit wajah setelah pemakaian dan tidak mengandung minyak yang dapa meningkatkan keparahan jerawat. Sediaan gel juga memiliki keuntungan dapat meningkatkan efektivitas dan kenyamanan penggunanya, dapat menghantarkan zat aktif atau bahan obat dengan baik (Yulia Anggraeni, Hendradi, & Purwanti, 2012).
B. Beluntas (Pluchea Indica L.)
Merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang tersebar luas di Indonesia. Daun beluntas (Plichea indica L.) sebagai aktivitas antibakteri karena memiliki kandungan kimia antara lain alkaloid, flavonoid, polifenol, tannin, monoterpen, sterol dan kuinon. Berdasarkan hasil penelitian (Nuraeni, 2021) Sediaan gel serum ekstrak etanol Daun beluntas dapat digunakan sebagai obat antijerawat terhadap penghambatan pertumbuhan Propionibacterium Acne dengan formula 1 konsentrasi 0,5% dapat menghambat pertumbuhan Propionibacterium Acne sebesar 11,53 mm, formula 2 dengan konsentrasi 0,75% sebesar 11,83 mm, dan formula 3 dengan konsentrasi 1% sebesar 20,73 mm. Dengan adanya senyawa kandungan metabolit sekunder, aktivitas sebagai antibakteri, lalu hasil penelitian maka Daun beluntas ini dapat di formulasikan dalam sediaan gel serum dan di gunakan dalam pengobatan jerawat yang di sebabkan oleh bakteri.
C. Pepaya (Carica Papaya L.)
Pepaya memiliki berbagai macam manfaat salah satunya adalah sebagai antibakteri pembasmi jerawat. Bagian papaya yang dapat sebagai antibakteri yaitu pada bagian biji. Biji pepaya merupakan sampah pertanian yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus Aureus dan terhadap Propionibacterium Acnes (Syarifah, Mulyanti, & Priani, 2015). Biji papaya engandung senyawa kimia seperti golongan fenol, alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang diduga mempunyai khasiat sebagai antibakteri (Mahatriny et al., 2014).� Terdapat penelitian yang dilakukan terhadap buah papaya yaitu penelitian terkait sediaan serum antijerawat ekstrak biji pepaya dengan Formula basis xanthan gum 1,2% merupakan sediaan yang terbaik dibanding Formula lainnya, dengan besar zona hambat 11,39 mm lebih besar dari standar tetrasiklin 10,41 mm. Yang mana Formula dengan basis xanthan gum 1,2% merupakan sediaan yang paling stabil dan diterima baik pada permukaan kulit (Hasrawati et al., 2020).
D. Daun Kemangi (Ocimum X Africanum Lour.)
Daun Kemangi merupakan tumbuhan berupa daun yang mudah di jumpai dan didapatkan di mana saja. Daun kemangi memiliki aroma khas yang dapat menghangatkan tubuh. Daun kemangi memiliki aktifitas farmakologi sebagai analgesic, antipiretik, antiseptic, antiinflamasi, antioksidan dan antibaktei (Rasekh et al., 2012). Kandungan senyawa daun kemangi yang berperan sebagai antibakteri yaitu tanin, flavonoid dan minyak atsiri, alkaloid, saponin, tanin (Angelina, Turnip, & Khotimah, 2015). Senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri pada daun kemangi adalah flavonoid (Aminah & Kasim, 2020). Flavonoid yang terkandung pada daun kemangi yang bersifat antibakteri adalah apigenin. Terdapat penelitian (Fikayuniar, Kusumawati, Silpia, Monafita, & Tusyaadah, 2021) terhadap sediaan serum ektrak etanol daun kemangi sebagai anti jerawat yang dapat menghambat bakteri Staphylococus Aureus dengan zona hambat 14,4 nm pada formula 3 sehingga dengana danya penelitian tersebut daun kemangi dapat sebagai antibakteri penyebab jerawat Daun kemangi di formulasikan dalam sediaan serum. Serum dapat memberi kenyamanan dan meningkatkan efektivitas terapetik. Serum dalam sediaan farmasi digunakan pada kulit wajah berupa sediaan serum dalam pemanfaatnya sebagai anti Acne, antiaging dan moisturizing. Sediaan serum ini akan menghantarkan lapisan film tipis dari bahan aktif permukaan kulit dengan konsentrasi zat aktif yang tinggi (Fikayuniar et al., 2021). Daun kemangi juga dapat di formulasikan dalam sediaan gel antijerawat. Gel dipilih memiliki sifat lunak, lembut, mudah dioleskan dan tidak meninggalkan lapisan minyak pada permukaan kulit.
E. Mangga (Mangifera Indica L.)
Pada bagian daun memiliki senyawa aktif alkaloid, fitosterol, resin, flavonoid, polifenol, tannin, kuinon, dan dan terdapat mangiferan yang termasuk kedalam golongan xanton yang dapat digunakann sebagai antimikroba� (Khaerunnisa, Priani, & Lestari, 2015; Somkuwar & Kamble, 2013). Terdapat hasil penelitian (Prasetyo, Anggraini & Komariah, 2020) Gel esktrak daun mangga arumanis yang dapat berpotensi sebagai antibakteri pada formula 3 yang mengandung 30% ekstrak daun manga yang dapat menghambat bakteri S. aureus dan P. Acnes pada zona hambat masing-masing sebesar 9,33�0,57 mm dan 3,00�0,5 mm dengan adanya hasil penelitian tersebut maka daun magg dapat menghambat bakteri penyebab jerawat. Untuk mengobati jerawat akibat bakteri tersebut perlu adanya kosmetika atau skincare yang dapat menyembuhkan jerawat tersebut. Mangga ini dapat diformulasikan dalam sediaan gel dikarenakan sediaan gel lebih baik untuk dibersihkan dari permukaan kulit yang disebabkan oleh pelaru yang polar dan gel pun tidak mengandung minyak yang dapat memperparah keadaan jerawat (Sasanti, Wibowo, Fidrianny, & Caroline, 2012).
F. Manggis (Garcinia Mangostana)
Buah Manggis dengan julukan ratu buah tropis (Queen of Tropical Fruit) dikarenakan seluruh bagian dari buah manggis dapat dimanfaatkan (Komansilan, Mintjelungan, & Waworuntu, 2015) pada bagian kulit buah manggis yang berpotensi sebagai antibakteri terhadap S. aureus karena mengandung senyawa xanton yang merupakan senyawa golongan polifenol (Zhou et al., 2011). Xanton yang terdapat dalam buah manggis terdiri daru α-, β-, dan γ-mangostin, garcinon E, 8-deoksigartanin, gartanin, dll. Salah satu khasiat senyawa α-mangostin yaitu sebagai antibakteri. Kulit buah manggis juga mengandung senyawa Alkaloid, saponin, fenolik, flavonoid, tannin, triterpenoid, steroid, glikosida. Dengan mekanisme kerja pada saponin meningkatkan permeabilitas, membrane sel sehingga sel bakteri menjadi hemolysis, flavonoid mengikat protein yang dapat menganggu metabolism bakteri, tanin pada konsentrasi rendah dapat berpotensi sebagai bakteriostatik (Poeloengan, 2010). Kulit manggis sebagai antibakteri pada bakteri Bacillus cereus ATCC 10876 pada PI dengan konsentrasi 80% dengan zona hambatsebesar 20.89 mm sehingga dengan adanya hasil penelitian tersebut kulit buah manggis dapat mengobati bakteri penyebab jerawat. Pada buah manggis ini dapat di buat dengan formulasi gel di karenakan jerawat dapat terobati dengan sediaan topical yang berbentuk sediaan gel pun memiliki keuntungan yaitu tidak lengket, jumlah air dalam gel yang tinggi sehingga dapat menghidrasi lapisan tanduk dan terjadi perubahan permeabilitas jaringan tanduk menjadi permeable terhadap bahan aktif yang dapat meningkatkan permeases bahan aktif.
G. Jeruk Nipis
Minyak atsiri jeruk nipis mengandung zat hidrokarbon teroksigenase (fenol) yang besifar anti bakteri. terdapat hasil penelitian pada beberapa formulasi serum jeruk nipis memiliki daya hambat terhadap propionbacterium Acnes antara 20,80 � 26,13 mm, sedangkan kontrol negatif dan positif hanya 5,78 � 12,47 mm. Formulasi serum yang paling baik memiliki komposisi minyak atsiri jeruk nipis, minyak nilam dan minyak zaitun dengan pH yang dihasilkan adalah 5,2 dan viskositanya adalah 41,82 CP (Fitri et al., 2017).
H. Semangka (Citrullus Lanatus Thunb.)
masuk kedalam keluarga cucurbitaceae. semangka juga adalah buah yang dapat tumbuh di segala musim. Pada bagian tubuh semangka, bagian kulit semangka yang dapat berpotensi sebagai antibakteri karena memiliki senyawa aktif sebagai alkaloid, fenol, saponin, dam terpenoid (Odewunmi, Umoren, Gasem, Ganiyu, & Muhammad, 2015). Terpenoid dengan kandungan likopen merupakan senyawa yang paling aktif terhadap antiakteri (Buang, 2013). Kulit semangka untuk mempermudah pemakaian, maka kulit semangka tersedia dalam sediaan gel wajah dengan konsentrasi 5%, 10% mampu menghambat bakteri Propionibacterium Acne dan Staphylococcus Aureus dengan zona hambat 4,96 mm dan 5,84 mm (Yola Anggraeni et al., 2019). Semangka juga mengandung vitamin C dan A, sebagai antioksidan juga semangka dapat di gunakan sebagai penetral radikal bebas dan mengurangi kerusakan sel dalam tubuh (Praja, 2014).
I. Sirsak
Sirsak merupakan spesies dari A. muricata Linn. memiliki beberapa aktivitas farmakologi seperti antihipertensi, antidiabetes, antioksidan, anti inflamasi, antibakteri, antikanker aktvitas farmakologi tersebut berasal dari kandungan senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan Sirsak (Megasari & Krissanjaya, 2017). Daun sirsak mengandung senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid, alkaloid, tannin, steroid, dan tritepenoid. Kandungan senyawa lain yang terdapat pada daun sirsak adalah adanya senyawa asetogenin. Ekstrak metanol daun muda sirsak (Annona Muricata L) mengandung senyawa acegonin annonaceous, yaitu annomuricine dan muricapentocin yang memiliki efek antibakteri. Acetogenin merupakan senyawa polyketides dengan struktur 30-32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone, rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktifitas sitotoksik. Daun sirsak memiliki potensi sebagai anti bakteri pada beberapa strain bakteri seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Dengan adanya kandungan senyawa dan potensi tersebut tentunya daun sirsak dapat menjadi kosmetik untuk menyembuhkan bakteri penyebab jerawat secara alami dalam kosmetik dengaan sediaan gel. Terdapat penelitian yang membuat formula mikrogel yang mengandung ekstrak daun sirsak dikomibinasikan dengan daun kersen sebagai bahan aktif Hasil yang diperoleh bahwa formulasi stabil secara fisik dan kimia selama penyimpanan 90 hari, pengujian invivo pada kelinci di hasilkan tidak menimbulkan iritasi selama 72 jam, Ekstrak berpotensi menghambat bakteri Propionibacterium Acne (Setiawan, 2018).
Kesimpulan
Kosmetik Herbal adalah Produk yang diformulasikan
menggunakan berbagai bahan kosmetik yang diizinkan di mana satu atau lebih
bahan herbal digunakan untuk memberikan manfaat kosmetik tertentu. terdapat
jenis tanaman yang memiliki aktifitas sebagai agen anti acne diantaranya yaitu
belimbing Wuluh, Biji Pepaya, Daun Baluntas, Daun Kemangi, Jeruk Nipis, Mangga,
Manggis, Semangka, Sirsak. Tanaman � tanaman tersebut
berpotensi untuk dijadikan bahan dalam pembuatan kosmetik herbal sebagai anti acne.
Aminah, Sitti, & Kasim, Erni. (2020). Pengembangan
Pestisida Nabati Sebagai Pengendalian Lalat Buah Pada Tanaman Cabai Rawit di
Desa Lowa Kecamatan Tanasitolo. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
(JurDikMas) Sosiosaintifik, 2(2), 114�122. Google Scholar
Angelina, Maria, Turnip, Masnur, & Khotimah, Siti. (2015).
Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.)
terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Jurnal
Protobiont, 4(1). Google Scholar
Anggraeni, Yola, Ambarwati, Tika, Miranti, Irmas, &
Genatrika, Erza. (2019). Citrula Gel dari Limbah Kulit Buah Semangka (Citrullus
lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai) sebagai Antijerawat (Acne
vulgaris). PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of
Indonesia), 16(1), 74�84. Google Scholar
Anggraeni, Yulia, Hendradi, Esti, & Purwanti,
Tutiek. (2012). Karakteristik sediaan dan pelepasan natrium diklofenak dalam
sistem niosom dengan basis gel carbomer 940. Pharma Scientia, 1(1),
1�15. Google Scholar
Anggraini, Wenti. (2018). Keanekaragaman hayati dalam
menunjang perekonomian masyarakat Kabupaten Oku Timur. Jurnal Aktual, 16(2),
99�106. Google Scholar
Buang, Ariyani. (2013). Formulasi krim masker wajah
menggunakan lapisan putih kulit semangka (Citrullus vulgaris Schard) sebagai
pelembab. Media Farmasi, 11(18), 36�41. Google Scholar
Datu, Jeryanti Tandi, Mita, Nur, & Rusli, Rolan. (2015). Aktivitas
Antibakteri Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn.) terhadap Bakteri
Pseudomonas Aeruginosa dan Staphylococcus Epidermidis. Proceeding of
Mulawarman Pharmaceuticals Conferences, 1, 36�42. Google Scholar
Farmawati, Noorviana. (2014). Formulasi serum penghambat
kerja tirosinase yang mengandung fitosom ekstrak biji lengkeng (Dimocarpus
longan Lour) menggunakan Eksipien Koproses Kasein-Xanthan Gum= Formulation of
serum for tyrosinase inhibition containing phytosome of longan seed extract.
Google Scholar
Fikayuniar, Lia, Kusumawati, Anggun Hari, Silpia, Mega Putri,
Monafita, Herlina, & Tusyaadah, Laela. (2021). formulasi dan uji efektivitas
antibakteri sediaan serum antijerawat ekstrak etanol daun kemangi (ocimum x
africanum lour.). Jurnal Buana Farma: Jurnal Ilmiah Farmasi, 1(4),
14�20. Google Scholar
Fitri, Noor, Fatimah, Ifat, Chabib, Lutfi, & Fajarwati,
Febi Indah. (2017). Formulation of anti Acne serum based on lime peel essential
oil and in vitro antibacterial activity test against Propionibacterium Acnes.
AIP Conference Proceedings, 1823(1), 20123. AIP Publishing LLC. Google Scholar
Hasanuzzaman, Md, Ali, Md Ramjan, Hossain, Marjan, Kuri, Sourov,
& Islam, Mohammad Safiqul. (2013). Evaluation of total phenolic content,
free radical scavenging activity and phytochemical screening of different
extracts of Averrhoa bilimbi (fruits). International Current Pharmaceutical
Journal, 2(4), 92�96. Google Scholar
Hasrawati, Andi, Hardianti, Hardianti, Qama, Adisti, &
Wais, Muhammad. (2020). Pengembangan Ekstrak Etanol Limbah Biji Pepaya (Carica
papaya L.) Sebagai Serum Antijerawat. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 7(1),
1�8. Google Scholar
Khaerunnisa, Riana Rahayu, Priani, Sani Ega, & Lestari,
Fetri. (2015). Formulasi dan uji efektivitas sediaan gel antiseptik tangan
mengandung ekstrak etanol daun mangga arumanis (Mangifera indica L.). Prosiding
Farmasi, 553�561. Google Scholar
Komansilan, Julian G., Mintjelungan, Christy N., &
Waworuntu, Olivia. (2015). Daya hambat ekstrak kulit manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap Streptococcus mutans. E-GiGi, 3(2). Google Scholar
Mahatriny, N. N., Payani, N. P. S., Oka, I. B. M., &
Astuti, K. W. (2014). Skrining fitokimia ekstrak etanol daun pepaya (Carica
papaya L.) yang diperoleh dari daerah Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Jurnal
Farmasi Udayana, 3(1), 279863. Google Scholar
Masaki, Hitoshi. (2010). Role of antioxidants in the skin:
anti-aging effects. Journal of Dermatological Science, 58(2),
85�90. Google Scholar
Megasari, Elly, & Krissanjaya, Rochmad. (2017). Skrining
Fitokimia Dan Aktivitas Anti Bakteri Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L). Java
Health Jounal, 4(1). Google Scholar
Mohammadi, Leila, Ramezanian, Asghar, Tanaka, Fumina, &
Tanaka, Fumihiko. (2021). Impact of Aloe vera gel coating enriched with basil
(Ocimum basilicum L.) essential oil on postharvest quality of strawberry fruit.
Journal of Food Measurement and Characterization, 15(1), 353�362.
Google Scholar
Nia, Negar Nooraee, & Hadjmohammadi, Mohammad
Reza. (2021). Amino acids-based hydrophobic natural deep eutectic solvents as a
green acceptor phase in two-phase hollow fiber-liquid microextraction for the
determination of caffeic acid in coffee, green tea, and tomato samples. Microchemical
Journal, 164, 106021. Google Scholar
Nuraeni, Watini. (2021). Formulasi Dan Uji Antibakteri Sediaan
Gel Serum Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea Indica L) Terhadap
Propionibacterium Acne. Jurnal Buana Farma: Jurnal Ilmiah Farmasi,
1(3), 11�13. Google Scholar
Odewunmi, Nurudeen A., Umoren, Saviour A., Gasem, Zuhair M.,
Ganiyu, Saheed A., & Muhammad, Qamaruddin. (2015). L-citrulline: An active
corrosion inhibitor component of watermelon rind extract for mild steel in HCl
medium. Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers, 51,
177�185. Google Scholar
Ovalle-Magallanes, Berenice, Eugenio-P�rez, Dianelena, &
Pedraza-Chaverri, Jos�. (2017). Medicinal properties of mangosteen (Garcinia
mangostana L.): A comprehensive update. Food and Chemical Toxicology, 109,
102�122. Google Scholar
Parikesit, M. (2011). Khasiat dan Manfaat Belimbing Wuluh Obat
Herbal Sepanjang Zaman Stomata. Surabaya. Hlm, 2�5. Google Scholar
Poeloengan, Masniari. (2010). Uji aktivitas antibakteri ekstrak
kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn). Media Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan, 20(2). Google Scholar
Praja, Denny Indra. (2014). Islamic Food Combining: Menu
sehat Nabi Muhammad. garudhawaca. Google Scholar
Prasetyo, Anggraini, Ongky Dyah, & Komariah, Aris. (2020).
Efek Ekstrak Kulit Mangga Arumanis terhadap Penurunan Edema Kaki Mencit
Putih Jantan yang Diinduksi Karagenin (The Effect of Arumanis Mango Peel
Extract on Decreasing the Paw Oedema in White Male Mice Induced by Carrageenin).
Google Scholar
Puteri, Teresya, & Milanda, Tiana. (2016). Uji Daya
Hambat Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) Terhadap Bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus. Farmaka, 14(2), 9�17. Google Scholar
Ramadhania, Zelika Mega. (2018). Edukasi Dan Pemanfaatan Herbal
Sebagai Bahan Kosmetika Alami Di Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Dharmakarya,
7(3), 189�192. Google Scholar
Rasekh, Hamid Reza, Hosseinzadeh, Leila, Mehri, Soghra,
Kamli-Nejad, Mohammad, Aslani, Majid, & Tanbakoosazan, Farahnaz. (2012).
Safety assessment of Ocimum basilicum hydroalcoholic extract in wistar rats:
acute and subchronic toxicity studies. Iranian Journal of Basic Medical
Sciences, 15(1), 645. Google Scholar
Sasanti, T. J., Wibowo, M. S., Fidrianny, I., & Caroline,
S. (2012). Formulasi gel ekstrak air teh hijau dan penentuan aktivitas
antibakterinya terhadap propionibacterium Acnes. Bandung, Indonesia:
School of Pharmacy ITB. Google Scholar
Setiawan, Fajar. (2018). Pengembangan Produk Sediaan Gel
Kombinasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricita L) dengan Daun Kersen (Muntingia
Calabura L) Sebagai Anti Bakteri Propionibacterium Acnes Penyebab
Jerawat. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan,
Analis Kesehatan Dan Farmasi, 17(2), 526�535. Google Scholar
Shivanand, Pandey, Nilam, Meshya, & Viral, D. (2010). Herbs
play an important role in the field of cosmetics. International Journal of
PharmTech Research, 2(1), 632�639. Google Scholar
Somkuwar, Dipali O., & Kamble, Vilas A. (2013). Phytochemical
screening of ethanolic extracts of stem, leaves, flower and seed kernel of Mangifera
indica L. International Journal of Pharma and Bio Sciences, 4(2),
383�389. Google Scholar
Syarifah, Fitri Yani, Mulyanti, Dina, & Priani, Sani Ega.
(2015). Formula Edibe Film Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L.) dan Uji
Aktivitasnya terhadap Bakteri Klebsiella Penumoniae dan Staphyolococcus Aureus.
Prosiding Farmasi, 405�414. Google Scholar
Yani, Ahmad, & Patricia, Venny. (2021). Studi Literatur: Potensi
Tanaman Belimbing Wuluh Dalam Menurunkan Tekanan Darah Penderita Hipertensi.
Google Scholar
Zhou, Xiaojun, Huang, Riming, Hao, Jing, Huang, Huijuan, Fu, Manqin, Xu,
Zhifang, Zhou, Yongmei, Li, Xu‐E, Qiu, Samuel X., & Wang, Bin.
(2011). Two new prenylated xanthones from the pericarp of Garcinia mangostana
(Mangosteen). Helvetica Chimica Acta, 94(11), 2092�2098. Google Scholar
Andi
Permana, Nisa Nur Azizah, Shofia Difa Aulia, Nia Yuniarsih (2022) |
First
publication right: |
This
article is licensed under: |