Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 4, No. 2, Februari 2022
PERAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN WISATA ALAM DANAU GUNUNG TUJUH PADA WILAYAH TNKS
Awiska Alfata, Elly Malihah, Rini Andari
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Peran masyarakat menjadi salah satu nilai penting dalam pembangunan pariwisata, termasuk pelestaria wisata alam atau ekowisata. Dikarenakan dengan adanya peran tersebut menjadikan masyarakat akan sadar dengan kelestarian alam dan pentingya menjaga hutan guna kelangsungan hidup berkelanjutan. sehingga dapat serta memajukan daerah kita sendiri. Apalagi dengan adanya suatu pelestarian membuat bangga akan kekayaan alam yang luar biasa yang diwariskan oleh nenek moyang untuk ditunjukkan kepada anak cucu kita nantinya. Dalam studi pelestarian ekowisata danau gunung tujuh ini menarik peneliti untuk mengkaji pentingnya sebuah peran masyarakat dalam community based tourism untuk pelestarian ekowisata danau gunung tujuh. Melalui metode wawancara, studi kepustakaan, dan catatan lapangan menghasilkan sebuah penelitian yang bertajuk peran masyarakat terhadap pelestarian wisata alam danau gunung tujuh pada wilayah TNKS
Kata Kunci: peran masyarakat; wisata alam; pelestarian; pariwisata; community
based tourism; metode penelitian
Abstract �
The role of society becomes one of the important values in the development of tourism, including the pelestaria of natural tourism or ecotourism. Because of this role, people will be aware of the preservation of nature and the importance of maintaining forests for sustainable survival. so that we can and advance our own area. Especially with a preservation makes proud of the extraordinary natural wealth inherited by ancestors to be shown to our children and grandchildren later. In the study of the preservation of ecotourism of the seven mountain lake, it attracted researchers to examine the importance of a community role in community based tourism for the preservation of mountain seven lake ecotourism. Through interview methods, literature studies, and field records resulted in a study entitled the role of the community towards the preservation of natural tourism of the seven mountain lakes in the TNKS region.
Keywords: Role of society; nature tourism; preservation; tourism; community
based tourism; research methods
Received: 2022-01-22; Accepted: 2022-2-05; Published: 2022-02-20
Pendahuluan
The commodification of nature (Katz, 1998) and the economic importance of nature experiences have increased during recent decades, as has the importance of nature tourism (Margaryan & Fredman, 2017), (Matilainen & L�hdesm�ki, 2014). This has occurred as the local and global environmental consequences of the growth-oriented tourism industry have become evident (for a review, see Buckley, 2012), and it has become obvious that changes towards more sustainable modes of tourism are required (Saarinen, 2006).
Komodifikasi alam (Katz, 1998) dan pentingnya ekonomi pengalaman alam telah meningkat selama beberapa dekade terakhir, seperti halnya pentingnya wisata alam (Margaryan & Fredman, 2017), (Matilainen & L�hdesm�ki, 2014). Ini telah terjadi ketika konsekuensi lingkungan lokal dan global dari industri pariwisata yang berorientasi pada pertumbuhan telah menjadi jelas (untuk ditinjau, lihat Buckley, 2012), dan telah menjadi jelas bahwa perubahan menuju mode pariwisata yang lebih berkelanjutan diperlukan (Saarinen, 2006).
The survival of organisms significantly depends on the natural conditions, and their distribution is restricted by a variety of external conditions, such as topography, climate, and vegetation. The geographic environment restricts living things, and the change of environment inevitably leads to the reform of living things (Antonelli et al., 2018), (Rahbek et al., 2019), (Spicer, Farnsworth, & Su, 2020).
Kelangsungan hidup organisme secara signifikan tergantung pada kondisi alam, dan distribusinya dibatasi oleh berbagai kondisi eksternal, seperti topografi, iklim, dan vegetasi. Lingkungan geografis membatasi makhluk hidup, dan perubahan lingkungan pasti mengarah pada reformasi makhluk hidup (Antonelli et al., 2018), (Rahbek et al., 2019), (Spicer et al., 2020).
Hutan merupakan sumber daya alam yang memberikan berbagai manfaat bagi kesejahteraan manusia baik manfaat yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung oleh manusia. Seiring dengan pertambahan penduduk, ekonomi dan industrialisasi menyebabkan tekanan terhadap Sumber daya hutan semakin meningkat, baik secara kualitas maupun kuantitasnya (Sadono, 2013).
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan kawasan konservasi yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 901/Kpts-II/1999 seluas kurang lebih 1.375.349,867 Ha dan pada tahun 2004 Menteri Kehutanan menetapkan perubahan fungsi kawasan hutan Sipurak Hook seluas kurang lebih 14.160 Ha menjadi bagian dari kawasan TNKS dengan surat keputusan No.420/Menhut-II/2004, sehingga luas kawasan TNKS menjadi kurang lebih 1.389.509,867 Ha. Di samping sebagai kawasan perlindungan flora dan fayna dan juga manfaat terhadap masyarakat, dalam hal ini TNKS berfungsi sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman hayati untuk kepentingan pelestarian jangka panjang, wahana bagi pendidikan dan penelitian, serta menunjang pengembangan budaya. (Balai besar TNKS)
TNKS atau sering disebut taman nasional kerinci seblat merupakan sebuah kawasan pelestarian alam yang mengandung potensi wisata alam, yang berupa keanekaragaman hayati, wista alam, dan kebudaya masyarakat setempat yang khas. Pengembangan pariwisata alam di TNKS terkhususnya di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi mendukung kelestarian Kawasan. Menurut data dari TNKS Ada lebih kurang 146 desa yang berada di sekitar kawasan taman nasional kerinci seblat di provinsi Jambi, Adapun salah satu desa yang memiliki wisata alam di TNKS adalah ada di kecamatan gunung tujauh desa sungai jernih, yang mempunyai tempat wisata alam yaitu Danau Gunung Tujuh Kerinci. Danau Gunung Tujuh merupakan salah satu Danau tertinggi di Indonesia, Danau ini berada di ketinggian 1.950 meter di atas permukaan laut . Dengan luasnya kawasan TNKS serta Kawasan wisata alam yang dikelola tentunya memerlukan dukungan dari semua pihak khusunya masyarkat disekitar Kawasan hutan dan kawan wisata alam guna terjaganya keanekaragaman hayati serta berkembangnya wisata alam berkelanjutan.
Tabel 1
Luas Wilayah TNKS dan lahan Budidaya menurut table kecamatan di Kab. Kerinci 2018
TNKS area and Cultivation Area by Subdistric in Kerinci Regency, 2018
No |
Kecamatan/ Subdistrict |
Luas TNKS (km2) TNKS area (km2) |
Luas lahan Budidaya (km2)/ Cultrivation Area (km2) |
(1) |
(2) |
(3) |
|
1. |
Gunung Raya |
161.05 |
186.58 |
2. |
Bukit Kerman |
103.37 |
109.57 |
3. |
Batang Merangin |
315.35 |
161.11 |
4. |
Keliling Danau |
234.13 |
130.71 |
5. |
Sitinjau Laut |
168.72 |
5.54 |
6. |
Air Hangat |
19.97 |
38.10 |
7. |
Air Hangat Timur |
169.62 |
41.25 |
8. |
Depati VII |
114.79 |
67.50 |
9. |
Air Hangat Barat |
5.51 |
23.62 |
10. |
Gunung Kerinci |
0 |
14.15 |
11. |
Siulak |
133.17 |
173.70 |
12. |
Siulak Muksi |
69.54 |
73.33 |
13. |
Kaya Aro |
204.86 |
69.45 |
14. |
Gunung Tujuh |
59.49 |
55.68 |
15. |
Kayu Barat |
110.30 |
49.61 |
16. |
Kayu Aro Barat |
121.30 |
85.25 |
|
Kerinci |
1.990.88 |
1.337.16 |
Berdasarkan tabel di atas�� dapat disimpulkan bahwa wilayah gunung tujuh kerinci� memiliki luas wilayah TNKS� seluas 110.02 km� membuat� wilayah gunung tujuh kerinci berada di peringkat ke 10 dengan luas wilayah terluas pada luas lahan untuk lahan budidaya gunung� tujuh kerinci memiliki luas wilayah budidaya yaitu 49.61 km�� dari� seluruh luas lahan budidaya di kabupaten kerinci sebesar 1337.16 km� dan luas tnks 1990.88 km� di kabupaten kerinci.
Peran masyarakat setempat sangat penting dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan yang 'direncanakan sejak awal untuk memberi manfaat bagi masyarakat lokal' penduduk, menghormati budaya lokal, melestarikan sumber daya alam, dan mendidik kedua wisatawan dan penduduk lokal (Lu et al., 1999).
Dalam hubungan pariwisata, sikap penduduk atau masyarakat dibangun di atas evaluasi mereka terhadap pariwisata dalam hal ini adalah manfaat yang diharapkan atau biaya yang diperoleh sebagai imbalannya untuk layanan yang mereka berikan (Sanghera, Hall, Warburton, Campbell, & Pelech, 1992). Jika yang dirasakan dampak positif (manfaat) lebih besar daripada potensi dampak negatif urutan (biaya), masyarakat cenderung mendukung pengembangan pariwisata (Dyer, Gursoy, Sharma, & Carter, 2007), (Gursoy, Chi, & Dyer, 2010), (Ko & Stewart, 2002), (Meyer et al., 2013). Dengan demikian, persepsi warga tentang dampak pariwisata merupakan pertimbangan penting untuk pengembangan yang sukses dan pengoperasian pariwisata (Andriotis & Vaughan, 2003), (McGehee & Andereck, 2004).
Niat baik dan kerjasama dari masyarakat setempat adalah penting untuk keberhasilan dan keberlanjutan setiap pengembangan pariwisata. proyek opment, pemahaman pandangan warga dan permintaan dukungan tersebut sangat penting untuk lokal pemerintah, pembuat kebijakan dan bisnis (McGehee & Andereck, 2004), (McGehee & Andereck, 2004), (Nunkoo & Gursoy, 2012).
Tujuan dari mini riset adalah untuk mengetahui pemikiran ataupun ide dari mahasiswa terhadap suatu pokok permasalahan tertentu.
Metode Penelitian
Penelitian ini didesain untuk menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode analisis deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada, kemudian berupaya untuk menarik realitas ke permukaan sebagai suatu ciri, kharakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, ataupun fenomena tertentu. (Fausayana, 2019). Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh di lapangan melalui wawancara mendalam serta yang diperoleh melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Data sekunder ialah suatu data olahan atau data yang telah dipublikasikan secara resmi yang didapat dari suatru berita media, dokumentasi, dan arsip lembaga terkait lainnya. Adapun metode dalam pengumpulan suatu data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem wawancara. Pada dasarnya wawancara mendalam yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan wawancara tidak berstruktur, meskipun disiapkan pula pedoman untuk melakukan wawancara. Selanjutnya, informasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di sekitar area wisata alam danau gunung tujuh, pemerintahan setempat dan Balai besar Taman Nasional kerinci seblat (TNKS).
Hasil dan Pembahasan
Menurut (Ahsan, Parveen, Khan, & Hadi, 1999) Menggolongkan tingkat peran masyarakat dalam program pembangunan menjadi delapan tingkatan berdasarkan kadar kekuatan masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan atau yang lebih dikenal dengan delapan jenjang peran masyarakat yaitu manipulation atau manipulasi, therapy atau penyembuhan, informing atau pemberian informasi, consultation atau konsultasi, placation atau penunjukan, partnership atau kemitraan, delegated power atau pelimpahan kekuasaan dan citizen control atau masyarakat yang mengontrol,
Secara umum koservasi diartikan sebagai pelestarian yaitu melestarikan atau mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi dan kemampuan lingkungan secara seimbang.Adapun tujuan konservasi yaitu pertama mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia.Kedua Melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang (Legros et al., 2009).
1. Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi
Felid's primary habitat is undisturbed forests, but can also be found in a variety of habitats, ranging from primary green tropical rainforests to cut down secondary forests, mangrove swamps, and dry and deciduous forests (Grassman et al., 2016).
Habitat utama felid ini adalah hutan yang tidak terganggu, tetapi juga dapat ditemukan di berbagai habitat, mulai dari hutan hujan tropis hijau primer hingga hutan sekunder dan yang ditebang, rawa bakau, dan hutan kering dan gugur (Grassman et al., 2016).
Keberadaan Masyarakat desa di Kawasan Taman Naional Kerinci Seblat khususnya di ekowisata danau gunung tujuh, Telah lama jauh sebelum adanya Daerah Konservasi dan adanya Pengelola dari Taman Nasiona Kerinci Seblat. Masyarakat didekat wisata alam khusunya wisata alam danau gunung tujuh dan beberapa diantaranya terletak sangat dekat dengan perbatasan hutan danau gunung tujuh Taman Nasional Kerinci Seblat. Dahulunya masyarakat di perbatasan hutan ini menimbulkan banyak masalah dalam menjaga hutan, karena mereka ikut mengambil hasil hutan seperti kayu untuk untuk diolah dan dijual serta mereka juga menebang hutan untuk menjadikan perkebunan. Tentunya Manusia sebagai mahluk hidup memegang peranan penting yang menentukan terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem. baik ekosistem daratan maupun ekosistem perairan. Ekosistem hutan itu sendiri sebagaimana halnya dengan ekosistem lain seperti padang rumput dan ekosistem perairan harus dimanfaatkan oleh manusia untuk kesejahteraan hidupnya secara baik dan peduli lingkungan dengan bantuan ilmunya dan teknologi.
Cara pemanfaatan yang banyak dan berlebihan serta semena-mena tentunya akan mengakibatkan kehancuran dalam keseimbangan dan hancurnya ekosistem hutan itu sendiri. Peran masyarakat pada hal ini dalam pengawasan pengelolaan kawasan lindung sangat diperlukan mulai dari tahap perencanaan maupun penyusunan yang akan sampai pada tahap pelaksanaan nantinya serta terhadap perannya melakukan perlindungan jangka panjang. Dukungan dan Peran dari elemen masyarakat sekitar diperlukan sejak tahap awal suatu perencanaan kawasan lindung, maka perlu dijelaskan dan disosialisasikan kepada masyarakat mengenai begitu penting adanya wisata alam serta pembangunan kawasan lindung dan tujuan dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat itu sendiri.
Masyarakat hingga saat ini pada Daerah sekitaran Objek wisata Taman Nasional Kerinci Seblat terkhususnya wisata Alam danau gunung tujuh tidak memiliki Wewenang dalam mengelola objek wisata alam tersebut akan tetapi masyarakat dengan kesadaran diri ikut serta dalam menjaga dan mengawasi kelestarian alam sekitaran daerah gunung tujuh demi Kelangsungan konservasi alam danau gunung tujuh. Kepentingan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat diharapkan dapat dipenuhi,dengan cara penerapan program-program Konservasi dan Pembangunan untuk masyarakat di daerah Taman Nassional Kerinci Seblat.�
Diharapakan, keberhasilan Program Konservasi di daerah Taman Nasional Kerinci Seblat pada danau gunung tujuh dan juga program untuk meningkatkan ekonomi Masyarakat tersebut dapat mengurangi niat dan kesempatan dari masyarakat untuk melakukan suatu kerusakan dan perambahan didalam kawasan. Masyarakat sekitar bahkan tidak perlu lagi masuk kedalam Taman Nasional karena sebagian besar kebutuhan pokoknya telah dapat dicukupi dari pengelolaan daerah Kawasan Gunung Tujuh.
2. Kerjasama Antara Masyarakat dengan Taman Nasional Kerinci Seblat
Pada dahulunya masyarakat disekitar kawasan Taman Nasional taman nasional kerinci seblat terkhususnya di area wisata alam gunung tujuh mempunyai kebiasaan mengambil tumbuhan dan satwa liar yang berada di area hutan yang dilindungi. Kebiasaan masyarakat tersebut jelas melanggar Undang-Undang. Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi hal permasalahan tersebut antara lain perlu memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar area hutan yang di lindungi yaitu sosialisasi berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar yang memberikan nilai ekonomis pada masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional. Untuk melaksanakan hal tersebut diperlukan kerjasama antara pihak Pengelola TNKS dengan pihak perguruan tinggi serta pihak lainnya terutama dalam hal dukungan dana dari pemerintah, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar Taman Nasional maupun bagi Pengelola Taman Nasional. Kegiatan masyarakat yang semula terbiasa dengan mengambil hasil hutan dari kawasan Taman Nasional dapat beralih profesi yang lebih baik lagi seperti halnya Dengan membuat makan khas seperti dodol kentang dan juga Bertani sayur sayuran, selain dapat memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar Taman Nasional juga dapat mengubah perilaku, yang semula mengambil hasil hutan dari Taman Nasional menjadi tidak mengambil karena kesibukan berusaha dan Bertani. Sehingga keinginan untuk masuk ke area hutan yang di lindungi� menjadi berkurang. Hal ini juga dapat mendukung kelestarian Taman Nasional serta dapat mensejahterkan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Tujuh.
3. Masyarakat sebagai penerima manfaat Taman Nasional Kerinci seblat (Gunung tujuh)
Pada dasarnya dengan adanya Wisata alam danau gunung tujuh yang menjadi salah satu tujuan utama destinasi wisata di Kerinci. Ini tentunya sangat menguntungkan ekonomi bagi masyarakat setempat. Seperti halnya masyarakat yang berada didaerah Pelompek,Sungai Jerinih,lubuk Pauh dan pasar baru, yang dekat dengan ekowisata danau gunung tujuh. mereka mengakui bahwa dengan adanya Danau gunung tujuh sebagai Objek wisata dan tujuan pendaki gunung tujuh ini secara tidak langsung dapat membantu meningkatkan perekonomian mereka. Karena dengan adanya hal tersebut ini mereka dapat menjual produk khas lokal Kerinci berupa Merchandise, kuliner (Dodol kentang,Kopi Kerinci dan Teh Hitam Kayu aro), serta produk souvenir lainnya bisa digunakan sebagai oleh-oleh dan juga untuk digunakan saat berada disana. Dari situlah mereka mengasumsikan bahwa dengan adanya Wisata alam danau gunung tujuh ini dapat memperoleh kebermanfaatan yang sangat luar biasa.
Kesimpulan
Kontribusi masyarakat sangat berperan penting dalam sebuah kelestarian alam. Berangkat dari harapan-harapan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan ekonomi dan menjaga alam guna keberlangsungan jangka panjang untuk anak cucu agar dapat menikmatinya suatu saat nanti. Bentuk peran masyarakat dalam hal kelestarian alam khususnya di ekowisata danau gunung tujuh ini masyarakat tetap mengawasi dan menjaga kelestarian alam, walaupun masyarakat tidak ikut dalam pengelolaannya karena untuk pengelolaan di Kelola langsung oleh dinas TNKS,
Banyak manfaat yang didapat oleh masyarakat dengan adanya ekowisata danau gunung tujuh ini baik dalam hal meningkatkan perekonomian setempat dengan adanya daya tarik wisatawan dan juga daerah sekitar taman nasional kerinci seblat di anugerahkan oleh tuhan dengan tanah yang subur. Oleh karena kalau bukan masyarakat sekitar sendiri yang bisa menjaga ikut melestarikannya lalu siapa lagi yang akan menjaga serta mengawasi hadiah dari tuhan akan indahnhya ekowisata danau gunung tujuh dan satwa- satwa baik fauna maupun flora yang yang terdapat di Kawasan tersebut. Untuk peneliti selanjutnya, topik ini bisa terus dikembangkan. Dikarenakan masih sedikit akademisi-akademisi maupun masyarakat diluar sana yang belum memahami esensi dari sebuah sebuah pelestarian, sehingga perlu adanya kajian- kajian yang lebih luas terkait dengan hal ini.
BIBLIOGRAFI
Ahsan, Haseeb, Parveen, Nazneen, Khan, Nizam U., & Hadi, S. M. (1999). Pro-oxidant, anti-oxidant and cleavage activities on DNA of curcumin and its derivatives demethoxycurcumin and bisdemethoxycurcumin. Chemico-Biological Interactions, 121(2), 161�175.Google Scholar
Andriotis, Konstantinos, & Vaughan, Roger D. (2003). Urban residents� attitudes toward tourism development: The case of Crete. Journal of Travel Research, 42(2), 172�185. Google Scholar
Antonelli, Alexandre, Kissling, W. Daniel, Flantua, Suzette G. A., Berm�dez, Mauricio A., Mulch, Andreas, Muellner-Riehl, Alexandra N., Kreft, Holger, Linder, H. Peter, Badgley, Catherine, & Fjelds�, Jon. (2018). Geological and climatic influences on mountain biodiversity. Nature Geoscience, 11(10), 718�725. Google Scholar
Dyer, Pam, Gursoy, Dogan, Sharma, Bishnu, & Carter, Jennifer. (2007). Structural modeling of resident perceptions of tourism and associated development on the Sunshine Coast, Australia. Tourism Management, 28(2), 409�422. Google Scholar
Fausayana, Ine. (2019). Peningkatan margin kontribusi dan nilai tambah aneka produk olahan rumput laut di Desa Bungin Permai, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(1), 71�76. Google Scholar
Grassman, L., Lynam, A., Mohamad, S., Duckworth, J. W., Bora, J., Wilcox, D., Ghimirey, Y., Reza, A., & Rahman, H. (2016). Neofelis nebulosa. The IUCN Red List of Threatened Species 2016: e. T14519A97215090. Google Scholar
Gursoy, Dogan, Chi, Christina G., & Dyer, Pam. (2010). Locals� attitudes toward mass and alternative tourism: The case of Sunshine Coast, Australia. Journal of Travel Research, 49(3), 381�394. Google Scholar
Katz, Cindi. (1998). Whose nature, whose culture? Private productions of space and the preservation of nature. Remaking Reality: Nature at the Millennium, 46�63. Google Scholar
Ko, Dong Wan, & Stewart, William P. (2002). A structural equation model of residents� attitudes for tourism development. Tourism Management, 23(5), 521�530. Google Scholar
Legros, Sandrine, Mialet-Serra, Isabelle, Caliman, J. P., Siregar, Fahri Arief, Cl�ment-Vidal, Anne, & Dingkuhn, M. (2009). Phenology and growth adjustments of oil palm (Elaeis guineensis) to photoperiod and climate variability. Annals of Botany, 104(6), 1171�1182. Google Scholar
Lu, Yiling, Lin, Yue Zhen, LaPushin, Ruth, Cuevas, Bruce, Fang, Xianjun, Yu, Shuang Xing, Davies, Michael A., Khan, Humera, Furui, Tatsuro, & Mao, Muling. (1999). The Pten/Mmac1/TEP tumor suppressor gene decreases cell growth and induces apoptosis and anoikis in breast cancer cells. Oncogene, 18(50), 7034�7045. Google Scholar
Margaryan, Lusine, & Fredman, Peter. (2017). Bridging outdoor recreation and nature-based tourism in a commercial context: Insights from the Swedish service providers. Journal of Outdoor Recreation and Tourism, 17, 84�92. Google Scholar
Matilainen, Anne, & L�hdesm�ki, Merja. (2014). Nature-based tourism in private forests: Stakeholder management balancing the interests of entrepreneurs and forest owners? Journal of Rural Studies, 35, 70�79. Google Scholar
McGehee, Nancy G., & Andereck, Kathleen L. (2004). Factors predicting rural residents� support of tourism. Journal of Travel Research, 43(2), 131�140. Google Scholar
Meyer, C., Hofmann, J., Burmeister, T., Gr�ger, D., Park, T. S., Emerenciano, M., Pombo de Oliveira, M., Renneville, A., Villarese, Patrick, & Macintyre, Elizabeth. (2013). The MLL recombinome of acute leukemias in 2013. Leukemia, 27(11), 2165�2176. Google Scholar
Nunkoo, Robin, & Gursoy, Dogan. (2012). Residents� support for tourism: An identity perspective. Annals of Tourism Research, 39(1), 243�268. Google Scholar
Rahbek, Carsten, Borregaard, Michael K., Antonelli, Alexandre, Colwell, Robert K., Holt, Ben G., Nogues-Bravo, David, Rasmussen, Christian M. �., Richardson, Katherine, Rosing, Minik T., & Whittaker, Robert J. (2019). Building mountain biodiversity: Geological and evolutionary processes. Science, 365(6458), 1114�1119. Google Scholar
Saarinen, Jarkko. (2006). Traditions of sustainability in tourism studies. Annals of Tourism Research, 33(4), 1121�1140. Google Scholar
Sadono, Yulian. (2013). Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu di Desa Jeruk Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Jurnal Pembangunan Wilayah Dan Kota, 9(1), 53�64. Google Scholar
Sanghera, Jasbinder S., Hall, Frederick L., Warburton, David, Campbell, Donna, & Pelech, Steven L. (1992). Identification of epidermal growth factor Thr-669 phosphorylation site peptide kinases as distinct MAP kinases and p34cdc2. Biochimica et Biophysica Acta (BBA)-Molecular Cell Research, 1135(3), 335�342. Google Scholar
Spicer, Robert A., Farnsworth, Alexander, & Su, Tao. (2020). Cenozoic topography, monsoons and biodiversity conservation within the Tibetan Region: An evolving story. Plant Diversity, 42(4), 229�254. Google Scholar
Awiska Alfata, Elly Malihah, Rini Andari (2022)
|
First publication right:
|
This article is licensed under:
|