JOURNAL SYNTAX IDEA p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN:
2548-1398 |
Vol. 6, No. 03, March 2024 |
l. A. Yani 117, Jemur
Wonosari, Kec. Wonocolo
Kota Surabaya, Jawa Timur
Nisfi Zulfatul Laili1, Imam Syafi�i2
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, Indonesia
Email : 1[email protected],2[email protected]
Dua keterampilan penting yang harus dimiliki mahasiswa PAI untuk berdakwah adalah menulis dan public speaking. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk untuk merangsang minat Mahasiswa PAI dalam bidang menulis dan public speaking sebagai sarana dakwah. Metode yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah studi pustaka, yang mana akan membahas mengenai analisis keterampilan mahasiswa PAI menggunakan teori Need for achievement. Adapun hasil dari penelitian ini memaparkan bahwa menuis dan public speaking merupakan dua kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa PAI sebagai pendukung prestasi mereka.
Kata Kunci: menulis, public speaking, dakwah,
need for achievement
PAI
students must possess two essential skills to preach: writing and public speaking. This research has a
purpose, namely to stimulate the interest of
PAI students in writing and public speaking
as a means of dakwah. The method used in this research is a literature
study, which will discuss the analysis
of the skills of PAI students using the theory of Need for achievement. The results of this study explain that writing and public speaking
are two skills
that PAI students must
possess to support their achievements.
Keywords:
writing, public speaking, dakwah, need for achievement
Pendidikan Agama Islam adalah upaya yang dilakukan lembaga pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik yang taat serta memiliki akhlak yang mulia serta dapat mendedikasikan ilmu ajaran agama Islam (Hidayat, 2019; Kambali et al., 2019). Pendidikan agama Islam memiliki korelasi yang kuat dengan ilmu agama yang harus dipahami dan ditularkan kepada orang lain (Hidayat & Alifah, 2022; Sunarso, 2020).
Namun permasalahan yang sering muncul adalah banyak mahasiswa khususnya PAI, pada saat mereka memiliki wawasan yang lebih, akan tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengamalkan ilmunya kepada orang lain (Aladdiin & Ps, 2019). Kenyataannya, pada saat seorang mahasiswa PAI dinyatakan lulus dari perguruan tinggi, tentu saja mereka berusaha berkontribusi kepada masyarakat. Biasanya yang dilihat oleh masyarakat adalah seberapa besar kontribusi terhadapnya bukan seberapa berharganya mahasiswa tersebut. Sebagai contoh, terlihat bahwa ada beberapa mahasiswa PAI yang memiliki nilai IPK tinggi, Akan tetapi, sebagian dari mereka tidak dapat menjadi yang di inginkan dimasyarakat, saat masyarakat menunjuk menjadi seorang penceramah atau khatib, mereka tidak dapat melaksanakannya. Melihat permasalahan tersebut, penulis merasa bahwa kemampuan menulis serta public speaking sangat penting untuk dimiliki oleh mahasiswa PAI. Hal tersebut bertujuan agar dapat mencetak lulusan PAI yang dapat mengamalkan ilmunya kepada masyarakat (Pitaloka & Nandani, 2021).
Sebagai metode dakwah yang masih relevan hingga saat ini, pengguasaan dalam bidang menulis dan public speaking sangat penting untuk dimiliki bagi setiap mahasiswa PAI. Selain alasan tersebut itu, perlu kita ketahui bahwa menulis dan public speaking merupakan bagian dari sejarah. Karena dulu ada beberapa cendekiawan Islam menyampaikan dakwah mereka melalui tulisan. Kemudian muncul penguasaan public speaking yang kemungkinan besar membantu keberhasilan dakwah mereka.
Di sisi
lain, terdapat argumen demografis dalam pembangunan Indonesia melalui
pendidikan yang patut untuk dipertimbangkan. Seperti apa yang dijelaskan
Sutrisno dalam bukunya bahwa argumentasi demografi adalah apa yang diterima siswa hari ini akan
membentuk perkembangan mereka di masa depan.
Penting untuk dipahami bahwa apa yang dipelajari siswa hari ini akan membentuk
mereka di masa depan, sesuai dengan argumen
demografis tersebut. Adapun
tujuan dari diadakannya keterampilan menulis dan public speaking adalah agar
mahasiswa PAI menjadi produktif, dengan harapan lulusan PAI saat ini tidak hanya menjadi pengajar PAI, tetapi
juga dapat menjadi seorang penulis
serta pembicara yang hebat untuk mengamalkan ilmunya pada orang lain (Sutrisno, 2015).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan. Melalui pendekatan tersebut, peneliti membahas berbagai literatur yang relevan dengan konteks penelitian (Hidayat & Hardiyanto, 2022). Data penelitian berasal dari dua sumber, primer dan sekunder. Data primer berkiblat pada teori Need for Achievement karya David McClelland. Sedangkan data sekunder meliputi sejumlah buku dan jurnal pelengkap yang memiliki pembahasan berkaitan dengan topik yang diteliti (Sari & Asmendri, 2020). Peneliti mengadakan analisis, setelah data penelitian terkempul. Hal tersebut bertujuan memudahkan menarik kesimpulan.
A. Kompetensi menulis naskah dan public speaking
Menulis adalah kebiasaan para cendekiawan terdahulu (Uni, 2020). Mereka memiliki pengetahuan luar biasa dan mempraktekkannya melalui tulisan kemudian mereka sebarkan kepada masyarakat luas. Hingga hari ini, sebagian besar karya ulama terdahulu masih digunakan oleh umat Islam. Salah satunya adalah Imam AnNawawi. Ia menulis kitab Arba'in Nawawi dan Riyadhus Shalihin, dua di antaranya masih dipelajari hingga saat ini. Dia memberikan kuliah tertulis. Ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal jariyahnya (Nurcahyani, 2020).
Keuntungan dari public speaking sangat banyak. Khusus untuk mahasiswa yang mengambil jurusan agama seperti PAI, kegiatan seperti dakwah, ceramah, khutbah atau menjadi pembicara di berbagai tempat, dan sebagainya. Pengetahuan yang baik saja tidak cukup, tanpa memiliki kemapuan penyampaian yang baik. Kegiatan dakwah sangat penting dalam islam. karena tanpa dakwah, Islam akan sunyi.
Dalam melakukan kegiatan dakwah, seorang penceramah harus memiliki kecakapan atau kemampuan, baik kemahiran keilmuan maupun kemahiran dalam pendistribusian materi. Untuk mencapai keberhasilan dalam berdakwah, seorang da'i harus menguasai berbagai teori, teknik, metode, karakter, dan prinsip public berbicara di depan umum (Farid & Khairussani, 2020). Hal ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan para rasul sebelumnya dalam upaya mereka untuk mengkomunikasikan perjanjian serta peraturan dari Allah SWT. Dakwah dan penceramah merupakan hal yang berkaitan. Seiring dengan kemajuan dan dinamika masyarakat modern saat ini, seorang penceramah menggunakan kemajuan dan kecanggihan alat dan media dakwah sebagai bentuk public speaking dalam berdakwah. Dengan demikian, seorang penceramah dapat berdakwah di berbagai media seperti radio, televisi, film, sinetron, dan seni musik. Saat membagikan materi dakwah, masih banyak yang menggunakan metode ceramah (public speaking) (Kharisma Linda, 2022). Tetapi seorang mahasiswa harus memiliki kepercayaan diri saat menjadi pembicara ditengah masyarakat. Karena jika tidak didukung dengan rasa percaya diri, semua yang telah dipersiapkan akan terasa percuma.
Seperti apa yang dikatakan
McClelland dalam teorinya,
bahwa kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh kondisi mentalnya (Agus Rohmat
Hidayat, Nur Alifah, 2023). Karena
kondisi mental sangat penting bagi kehidupan seseorang. Menurut teori
tersebut, McClelland membagi kebutuhan hidup manusia menjadi tiga kebutuhan, yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan
akan kekuasaan, dan kebutuhan akan afiliasi (Hernanda &
Mukzam, 2018).
1.
Kebutuhan Prestasi. prestasi adalah
sesuatu yang diraih atas keberhasilan seseorang
dalam mensukseskan usahanya.
Manusia dapat mewujudkan impiannya dengan menggunakan berbagai macam potensi yang ada dalam
dirinya. Namun faktor terbesar dalam
kesuksesan atau pencapaian seseorang adalah pola
pikir. Berangkat dari pola piker inilah yang mendorong seseorang untuk tetap bersemangat dan tangguh dalam mencapai semua tujuan dan impiannya.
2.
Kebutuhan kekuasan. Menurut teori ini,
kekuasaan diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan individu
tersebut. Seseorang yang memiliki keinginan
besar akan kekuasaan
cenderung menjadi pemimpin dengan mudah karena mereka mampu mempengaruhi orang lain
dengan mudah.
3.
Kebutuhan Afilasi. Afilasi merupakan
kebutuhan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia
yang sering disebut makhluk sosial
harus mampu menghasilkan atau membentuk hubungan sosial yang baik. Salah satu ciri orang dengan kebutuhan
ini adalah mereka
menyukai persahabatan. Mereka dapat memelihara hubungan sosial yang baik dan lebih
menyukai hal-hal yang kooperatif daripada
yang kompetitif.
Kemudian dalam sumber lain juga disebutkan oleh David McClellland dalam teori Need for Achievement bahwa semakin besar motivasi seseorang maka semakin besar pula potensi energinya untuk mencapai cita-citanya. McClelland berpendapat bahwa setiap individu tentunya memiliki cadangan energi yang dapat dikembangkan dan dilepaskan tergantung pada motivasi dan kondisi mental individu tersebut serta dinamika (Ardiansyah & Suyanto, 2019). Oleh karena itu, motivasi yang mengarahkan penyimpanan energi dalam diri individu memiliki tiga jenis kebutuhan, yaitu: Pertama, kebutuhan akan potensi (need for achievement), kedua, kebutuhan akan kekuasaan, dan ketiga, kebutuhan untuk asosiasi (need of Affiliation).
Shane dkk menyebutkan McClelland pernah mengatakan bahwa orang dengan tingkat n-Ach yang tinggi dalam dirinya cenderung menikmati atau terlibat dalam aktivitas pribadi untuk mendapatkan hasil, tidak seperti mereka yang memiliki tingkat keterlibatan tinggi (Rohima, 2015). Orang dengan tingkat n-Ach tinggi akan sangat termotivasi secara pribadi dalam banyak hal, salah satunya adalah karir dan bisnis mereka (Dwijayanti, 2018).
Menurut McClellland, setiap manusia memiliki kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan pola hidup individu dan kepribadian yang dapat dibentuknya. Motivasi yang Selalu muncul dari dalam diri setiap individu akan menjadi mesin kesuksesan. Motivasi ini menyebabkan individu selalu mencari pencapaian pribadi daripada penghargaan dari orang lain.
Berdasarkan ketiga kebutuhan di atas, bentuk motivasi ini dapat digolongkan sebagai n-Ach, yaitu kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan. Need for Achievement (nAch) adalah teori untuk mencapai sesuatu yang benar-benar sulit dicapai, selain itu teori ini adalah untuk menaikkan tujuan yang telah dicapai menjadi tujuan yang lebih tinggi.14 Berbeda dengan n-Ach, kebutuhan akan kekuasaan (nPow) adalah keinginan seseorang untuk menjadi berpengaruh dan berpengaruh, serta mampu mengendalikan individu lain. Berdasarkan nPow, McClellland merinci, jika seseorang memiliki nPow tinggi, mereka cenderung memiliki sikap atau kepribadian yang bertanggung jawab, mempengaruhi orang lain, berorientasi sosial, dan menikmati situasi kompetitif. Dalam hal menulis dan berbicara di depan umum, kebutuhan akan kekuasaan menciptakan suasana persaingan dalam menulis dan orasi, yaitu persaingan untuk menghasilkan karya yang baik sehingga dapat mempengaruhi orang lain. Selain itu, kebutuhan ketiga, khususnya nAff, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang baik. Kebutuhan ini dicirikan oleh kecenderungan yang sangat termotivasi untuk menjalin persahabatan, dan tidak menyukai situasi persaingan. Ketika ini dikaitkan dalam konteks menulis dan berbicara di depan umum, itu menciptakan lingkungan sosial yang baik dengan menulis dan berbicara. Kebutuhan akan ikatan ini akan meningkat dan
menurun tergantung pada situasi yang dialami individu.15
Pendapat McClellland yang dikutip oleh Robbbin dalam buku karya Susanto dan Cindy Lestari mengungkapkan bahwa kebanyakan orang memiliki ketiga sifat tersebut, namun setiap individu memiliki sifat dan kecenderungan yang berbeda. Ada yang cenderung akan prestasi, ada beberapa cenderung mampu mempengaruhi orang lain atau memiliki pengaruh, dan ada yang cenderung terhadap aspek afilasi. Perbedaan kecenderungan setiap individu merepresentasikan sikap setiap individu dalam kehidupan sehari-hari.
David McClelland membagi kebutuhan manusia menjadi 3 bagian dalam teori need for achievement, yaitu kebutuhan prestasi, kebutuhan kekuasaan, dan kebutuhan afiliasi.
Pertama, kebutuhan prestasi atau lebih dikenal dengan kebutuhan akan potensi, dijelaskan bahwa kebutuhan prestasi adalah sesuatu yang diperoleh seseorang untuk mencapai keberhasilannya. Manusia dapat mewujudkan prestasinya melalui potensi yang dimilikinya. Dari kebutuhan akan prestasi atau potensi, jika dibarengi dengan peningkatan kualitas siswa PAI, sangat mungkin siswa PAI dapat mewujudkan potensinya melalui latihan menulis dan public speaking. Dosen dan lembaga pendidikan setempat juga bertugas untuk menumbuhkan motivasi dan minat mahasiswa terhadap kebiasaan menulis public speaking. Kedepannya, lulusan PAI bisa menjadi lulusan handal baik dalam menulismaupun public speaking.
Kemudian kedua, kebutuhan akan kekuasaan. Maksud dari kekuasaan di sini adalah kemampuan individu atau kelompok untuk mempengaruhi perilaku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan individu tersebut. Seseorang dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi� maka cenderung berperilaku lebih asertif.
Berdasarkan
kebutuhan akan kekuasaan ini, yang memiliki tujuan seseorang dapat mempengaruhi individu atau kelompok lain, hal
ini dapat dilakukan oleh siswa dengan
menulis dan berbicara di depan umum. Tentunya
berdasarkan pemahaman yang baik dan benar, seseorang yang suka menulis akan mudah
mempengaruhi orang lain dengan
tulisannya, dan seorang pembicara juga dapat dengan mudah mempengaruhi orang lain dengan kata-kata
yang ia tuturkan melalui public
speaking.
Khusus bagi mahasiswa PAI, dengan ilmu agama yang dimilikinya yang nantinya juga akan terjun ke masyarakat, mereka dapat dengan mudah berdakwah secara tertulis maupun lisan (public speaking). Dalam proses menulis, tentu tidak ada seorang penulis yang sekali menulis langsung jadi, pastinya ada masa untuk merevisi isi dari tulisannya tersebut.
Berdasarkan tiga analisis di atas, menulis dan public speaking merupakan dua potensi yang semestinya dimiliki oleh mahasiswa sebagai penunjang prestasinya, menulis dan public speaking merupakan cara mudah untuk mempengaruhi orang baik melalui lisan maupun tulisan, dengan menulis dan public speaking juga dapat membentuk kontak sosial menjadi lebih baik lagi. Maka dengan ketiga langkah menulis dan public speaking tersebut dapat membuat mahasiswa PAI menjadi mudah dalam berdakwah.
KESIMPULAN
Namun pada
kenyataannya,pada saat mengabdikan dirinya kepada masyarakat, masih banyak lulusan mahasiswa
yang belum siap. Mereka dituntut
untuk mengamalkan ilmunya
dalam masyarakat, terlebih mahasiswa PAI yang memiliki dasar
ilmu agama. Memang ada banyak mahasiswa yang memiliki
pemahaman yang baik, nilai akademik
yang tinggi, tetapi masih sedikit dari mereka yang terlihat perannya di dalam masyarakat. David McClelland membagi kebutuhan manusia.
menjadi tiga kebutuhanberdasaran teori Need for Achievement, yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan kekuasaan,
dan kebutuhan akan afiliasi. Apabila tiga kebutuhan itu dikaitkan dengan menulis dan public speaking sebagai sarana dakwah, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa dengan
menulis dan public speaking menjadikan
mahasiswa PAI dapat berprestasi.
Melalui menulis dan Public Speaking seorang mahasiswa
PAI dapat mempengaruhi orang lain melauli
untaian kata dalam tulisannya
serta tutur katadalam ucapannya. Kemudian yang
terakhir yaitu dengan menulis dan public
speaking mahasiswa PAI dapat membentuk
hubungan sosial yang lebih baik daripada sebelumnya, dengan cara membagikan
ilmu-ilmu agamanya melalui tulisan
dan lisannya, kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Dengan melihat nasalah yang
ada, penulis merasa dengan melatih dan melakukan
kebiasaan menulis dan public speaking ini
diharapkan agar calon lulusan
mahasiswa khususnya mahasiswa
PAI dapat mengamalkan ilmu-ilmunya kepada masyarakat
melalui tulisan dan ceramahnya.
Terkait ceramah, khutbah, kultum, dan sejenisnya, itu tidak mudah untuk dilakukan, membutuhkan teknik dan rasa percaya diri yang tinggi untuk melakukan
itu semua. Begitu juga dengan menulis.
Ada kalimat yang mengatakan, �Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan teringat�. Dalam pembahasan, penulis sudah menyampaikan tentang bagaimana sebuah ilmu yang bermanfaat menjadi amal jariyah dan lading pahala
bagi penulisnya apabila ilmu itu
ditulis. Lihatlah karya-karya orang
hebat seperti ilmuan muslim dan sebagainya. Begitu juga banyak penulis yang mengatakan, �Menulislah,
karena kelak kau akan menjadi bagian
dari sejarah� dan juga �Menulislah, agar orang-orang yang hidup di
masa depan tahu bahwa kita pernah hidup di masa lalu.�
Agus Rohmat
Hidayat, Nur Alifah, A. A. R. (2023). Kontribusi Digitalisasi Bisnis Dalam
Menyokong Pemulihan Ekonomi dan Mengurangi Tingkat Pengangguran di Indonesia. Jurnal
Syntax Idea, 5(9), 1259�1269.
https://doi.org/10.46799/syntax-idea.v5i9.2559
Aladdiin, H. M. F., & Ps, A. M. B.
K. (2019). Peran Materi Pendidikan Agama Islam di Sekolah dalam Membentuk
Karakter Kebangsaan. Jurnal Penelitian Medan Agama, 10(2).
Ardiansyah, M. F., & Suyanto, T.
(2019). Hubungan Minat Belajar dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VII Pada
Mata Pelajaran PPKn di SMP Negeri 1 Krian. Kajian Moral Dan Kewarganegaraan,
7(1).
Dwijayanti, N. M. L. (2018). Pengaruh
model konseling behavioral dengan teknik modeling dan teknik asertif untuk
meningkatkan need for achievment ditinjau dari jenis kelamin siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Mengwi. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Indonesia, 2(2),
13�25.
Farid, A., & Khairussani, Mi.
(2020). Kompetensi Menulis dan Public Speaking Sebagai Sarana Dakwah Mahasiswa
PAI Ditinjau dari Teori Need For Achievement. AL-WIJD�N Journal of Islamic
Education Studies, 5(2), 212�223.
Hernanda, D., & Mukzam, M. D.
(2018). Pengaruh Kebutuhan Prestasi Kekuasaan, dan Afiliasi Terhadap Kinerja
Karyawan (Studi pada karyawan PT. PLN Persero Area Kediri Distribusi Jawa
Timur). Jurnal Administrasi Bisnis, 62(1).
Hidayat, A. R. (2019). Hubungan Disiplin
dan Kreatifitas Guru dengan Produktifitas Kerja Guru. Inkubis: Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, 1(2), 79�86.
Hidayat, A. R., & Alifah, N. (2022).
Reading for Students in English Language Education Programs. International
Journal of Social Health, 1(2), 57�63.
Hidayat, A. R., & Hardiyanto, F.
(2022). Lembaga Keuangan dan Kebijakan Publik Dalam Menangani Krisis Ekonomi
Global. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(10),
17710�17719.
Kambali, K., Ayunina, I., & Mujani,
A. (2019). Tujuan Pendidikan Islam dalam Membangun Karater Siswa di Era Digital
(Studi Analisis Pemikiran Pendidikan Islam Abuddin Nata). Ris�lah, Jurnal
Pendidikan Dan Studi Islam, 5(2, Sept), 1�19.
Kharisma Linda, F. (2022). Strategi
Retorika Melalui Kegiatan Muhadhoroh Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur�an
Al-Asy�ariyyah Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. UIN Prof. KH Saifuddin
Zuhri.
Nurcahyani, A. P. (2020). Konsep
Sikap Istiqomah dalam Kitab Riyadh ash-Sholihin Karya Imam An-Nawawi dan
Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam. IAIN Ponorogo.
Pitaloka, A. A. P., & Nandani, S. A.
S. (2021). Guru kreatif dan inovatif. Aku Bangga Menjadi Guru; Peran Guru
Dalam Penguatan Nilai Karakter Peserta Didik (Antologi Esai Mahasiswa
Pendidikan Agama Islam), 150.
Rohima, S. (2015). Entreprenuership
dalam Pemberdayaan Diri Masyarakat Miskin. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 13(1),
37�52.
Sari, M., & Asmendri, A. (2020).
Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian Pendidikan IPA. Natural
Science: Jurnal Penelitian Bidang IPA Dan Pendidikan IPA, 6(1),
41�53.
Sunarso, A. (2020). Revitalisasi
Pendidikan Karakter melalui Internalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan
Budaya Religius. Jurnal Kreatif: Jurnal Kependidikan Dasar, 10(2),
155�169.
Sutrisno, H. (2015). Pendidikan Islam
di era peradaban modern. Prenada Media.
Uni, S. Q. A. (2020). Analisis Pemikiran
Pendidikan Menurut Ibnu Sina dan Kontribusinya Bagi Pendidikan Islam di Era
Modern. Journal of Islamic Education Research, 1(3), 225�238.
Copyright Holder: Zulfatul Laili1, Imam Syafi�i2 (2024) |
First publication right: |
This article is licensed under: |