How to cite:
Siswayanti,N., Yunani,A., (2021) Akulturasi Budaya dalam Dakwah Maulana Malik Ibrahim, Syntax
Idea, 3(12), https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i12.1671
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol. 3, No. 12, Desember 2021
METODE PENDIDIKAN PESANTREN GIRI
Novita Siswayanti
Peneliti Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi
Abstrak
Pesantren Giri sebagai pusat pengembangan Islam dan mercusuar pusat
pemerintahan Islam yang didirikan oleh Sunan Giri merealisasikan metode
pendidikan yang kondusif menjadikan pesantren sebagai pusat pendidikan pelatihan
yang progresif dan produktif. Menciptakan kemandirian dan kreatifitas bagi santri
dalam berdakwah dan berkarya di masyarakat. Artikel menggunakan metode
penelitian deskripsi analisis dengan men deskripsikan metode pendidikan yang
diterapkan di Pesantren Giri masa Sunan Giri kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan. Tujuan penelitian ini mengungkap metode pendidikan yang
diterapkan di Pesantren Giri. Adapun metode pendidikan yang diadakan di
Pesantren Giri ialah: Metode Wetonan dan Sorogan, diskusi dan tanya jawab,
problem solving, dakwah bil-hal, pengamalan, belajar sambil bekerja, sosio
darama/pertunjukan, permainan, tembang macapat.
Kata kunci: Metode Pendidikan; Pesantren Giri; Sunan Giri
Abstract
Giri Pesantren as the center of Islamic development and the lighthouse of the
Islamicgovernment center founded by Sunan Giri. He realizes a conducive
educational method of making pesantren a progressive and productive training
education center. Creating independence and creativity for student in da'wah and
work in society. The article uses the research method of descriptive analysis by
educational methods applied in Pesantren Giri Sunan Giri period then analyzed
and interpreted. The purpose of this study reveals the method of education applied
in Giri Pesanren. The methods of education held at Pesantren Giri are: Wetonan
and Sorogan Methods, discussion and questioning, problem solving, dakwah bil-
hal, practice, learning while working, socio darama / performances, games,
macapat singing.
Keywords: Educational Method; Giri Pesantren; Sunan Giri
Received: 2021-11-22; Accepted: 2021-12-05; Published: 2021-12-20
Pendahuluan
Metode pendidikan ialah salah satu alat efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
Ketika tujuan dirumuskan anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka diperguna
kan metode yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Penggunaan metode yang tepat
Akulturasi Budaya dalam Dakwah Maulana Malik Ibrahim
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2675
dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik yang dapat membangkit
kan belajar anak didik dalam kegiatan belajar-mengajar (Bahri & Djumarah, 2002).
Pendidikan Islam atau transmisi Islam pada masa walisanga yang berorientasi
pada usaha mendidik anak didik agar bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkepribadian luhur mulia, memiliki semangat kewiraswastaan dan kemandirian yang
tidak menggantungkan diri kepada orang lain telah mengimplementasikan metode
pendidikan yang sejalan dengan tujuan pendidikan (Jalaludin, 1990).
Pendidikan Islam masa Walisanga yang sejalan dengan sistem pendidikan
pesantren tumbuh dan berkembang di masyarakat; mentoleransi tradisi dan kebiasaan
lokal serta memodifikasikannya ke dalam ajaran Islam dengan tetap bersandar pada
prinsip-prinsip Islam. Sistem pendidikan yang memadukan tiga unsur pendidikan yang
penting,yaitu ibadah, menanamkan keimanan dengan mempelajari ilmu-ilmu keislaman;
tablig menyebarkan ilmu dan amal mengamalkan ilmu dapat hidup mandiri di
masyarakat, dapat mencari rezeki yang halal dan dapat memberikan bantuan kepada
orang lain yang membutuhkan (Amin, 2000).
Sebagai pusat kegiatan pendidikan Islam dan pencetakan kader-kader mubalig
walisanga mendirikan masjid sekaligus pesantren. Syeh Maulana Malik Ibrahim
spiritual father walisanga orang yang pertama kali mendirikan pesantren di Indonesia.
Pesantren masa itu sederhana belum seformal sekarang bentuknya langgar atau musalla
yang digunakan untuk belajar ngaji bisa ngaji Al-Qur’an maupun kitab kuning bahkan
ada juga yang mengajar ilmu kanoragan (Salam, 1960).
Demikian juga dengan Pesantren Giri yang didirikan oleh Sunan Giri di Giri
Kedaton Gresik tumbuh dan berkembang menjadi pesantren sebagai pusat syiar ajaran
Islam yang termasyhur di Jawa Timur dan seluruh pelosok Nusantara pada masanya.
Pesantren Giri sebagai lembaga kaderisasi yang tidak sekedar mendidik para santri
dengan ilmu keislaman saja. Mereka juga ditanamkan dengan spirit perjuangan agama
yang kuat diwarnai keselarasan antara zikir, fikir dan ikhtiar (Widodo, 2004).
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti
sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Giri Kedaton tumbuh
menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Bahkan menurut HJ De Graaf
lahirnya berbagai kerajaan Islam seperti Demak, Pajang dan Mataram tidak lepas dari
peranan Sunan Giri. Seorang raja barulah sah kerajaannya kalau sudah direstui oleh
Sunan Giri. Saat Sultan Pajang akan melakukan pemindahan tahta kekuasaan dari
Pajang ke Mataram memerlukan legitimasi Sunan Giri.Ketika Raden Patah melepaskan
diri dari Majapahit, Sunan Giri bertindak sebagai penasihat dan panglima militer
Kesultanan Demak.Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri.Ia diakui juga sebagai
mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa (De Graaf & Pigeaud, 1985).
Banyak santri yang datang ke Pesantren Giri dari berbagai kalangan baik itu
nelayan, saudagar, pedagang atau berasal dari Pulau Jawa dan Pulau pulau Indoensia
dari Indonesia Timur seperti Sultan Zainal Abidin dari Ternate, Perdana Jamilu dari
Hitu Ambon, Karaeng Matoaya dari Makasar, Raja Banjar dari Banjarmasin, Dato’ri
Bandang dark Gowa belajar dengan Sunan Giri di Pesantren Giri. Para alumni dan
Novita Siswayanti
2676 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
keluarga pesantren Giri setelah kembali ke daerahnya menjadi mubalig yang tangguh
dalam menyiarkan agama Islam. Mereka berdakwah mendirikan pesantren dan
pengajian yang awalnya kecil, lama kelamaan bertambah besar dan terkenal.
(Mustakim, 2020).
Pesantren Giri sebagai lembaga pendidikan dan kemasyarakatan mentransfer
fatwa syariat Islam dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam secara praktis sesuai
dengan sosial kemasyarakatan dan kebutuhan peserta didik, sehingga mereka dapat
hidup mandiri dan menerapkan ilmunya di masyarakat. Pesantren Giri meng
implementasikan berbagai metode pendidikan secara variatif dan menggembirakan yang
dapat menstimulus dan memotivasi minat dan kreatifitas belajar peserta didik. Pesantren
Giri mentransfer fatwa syariat keagamaan secara ceramah atau diskusi, melatih peserta
didiknya untuk mandiri melalui keterampilan berdagang, pertukangan, perikanan,
ataupun menyampaikan pesan-pesan politiknya melalui tembang atau wayang sesuai
dengan tradisi masyarakat (Gani, 2012).
Sunan Giri menggunakan media dan sarana budaya yang mentradisi dan disukai
masyarakat. Sunan Giri menciptakan lagu-lagu tembang permainan dolanan yang
mengandung ajaran dan jiwa keislaman, seperti jelungan, cublak-cublak suweng, ilir-
ilir, bendi gerit, gula ganti yang diiringi dengan irama musik gamelan Jawa meneruskan
sistem mandala sebagai institusi pendidikan yang berkembang menjadi pesantren. Lagu-
lagu itu selain mudah dipahami dan dimainkan oleh anak-anak dan remaja juga sangat
digemari rakyat karena berisi ajaran yang bertingkat tinggi (Mustakin, 2005).
Pesantren Giri yang didirikan oleh Sunan Giri pada masa awal berdirinya Giri
Kedaton (1481 M) pusat pengembangan Islam para walisanga. Pesantren Giri
diresmikan tepat pada perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. dengan ditandai shalat
Jumat berjamaah tepat pada tahun 1487 Masehi. Pesantren Giri sebagai lembaga
pendidikan tertua di tanah Jawa telah menerapkan metode pendidikan yang bervariasi
dalam menyampaikan ilmu-ilmunya kepada peserta didik (Mustakin, 2005). Kajian
tentang Pesantren Giri sangatlah menarik untuk dikaji secara lebih detail tentang metode
pendidikan apa sajakah yang diterapkan di Pesantren Giri dalam merangsang motivasi
belajar peserta didik
Masalah Penelitian yang dikaji terkait dengan metode pendidikan pesantren Giri
meliputi apa sajakah metode pendidikan yang diterapkan di Pesantren Giri dan
bagaimanakah metode pendidikan yang diterapkan di Pesantren Giri.
Tujuan Penelitian.Berdasarkan pada pokok permasalahan sebagaimana tersebut,
maka penelitian bertujuan: untuk mengungkapkan berbagai macam dan model metode
pendidikan yang diterapkan di Pesantren Giri; Artikel yang bersumber dari penelitian
ini diharapkan dapat mendeskripsikan historis dan peran sosial Metode Pendidikan yang
diterapkan Pesantren Giri, sehingga dapat menambah khazanah keagamaan Nusantara,
digali nilai-nilai kearifan lokal, dikonservasi dan direorientasi metode pendidikan yang
dapat diterapkan di pesantren kekinian.
Akulturasi Budaya dalam Dakwah Maulana Malik Ibrahim
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2677
Kajian tentang Metode Pendidikan Pesantren Giri ini akan mengungkapkan dan
menjelaskan beragam metode pendidikan yang diterapkan di Pesantren Giri pada masa
Sunan Giri. Pesantren Giri memiliki peranan penting dalam penyebaran Islam di Jawa.
Metode Penelitian
Metodologi Penelitian Penelitian Metode Pendidikan Pesantren Giri
menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dengan mendeskripsikan beragam
metode pendidikan Pesantren Giri pada masa Sunan Giri kemudian dilakukan analisis
dan penafsiran. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
historis dan pendidikan. Pendekatan historis dilakukan untuk men¬deskripsi¬kan latar
belakang sejarah keberadaan Pesantren Giri dan sejarah sosial pendiriannya. Sedangkan
pendekatan pendidikan untuk mengungkapkan berbagai metode pendidikan yang
diterapkan dalam Pesantren Giri dan tinggalannya berupa hasil kerajinan dan kesenian
baik macapat maupun pewayangan masih diaplikasikan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat Gresik, dengan tujuan untuk mengungkap kehidupan manusia masa lalu
melalui kajian atas tinggalan-tinggalan kebendaan maupun tradisi dan budaya.
Berdasarkan kedua pendekatan tersebut, metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: interview, observasi, dan kajian pustaka meliputi
kajian pendidikan, etnografi, historis, antropologis. Sedangkan sumber data primer
diperoleh langsung dari responden atau informan, pemuka adat dan sejarawan, imam
dan pengurus Giri Kedaton, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Sementara data
sekunder diperoleh dari Perpustakaan, Badan Pelestarian Budaya, Badan Pusat Statistik
dan Pusat Informasi Lainnya.
Kajian Pustaka. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
kajian pustaka. Kajian pustaka digunakan untuk memperoleh bahan-bahan yang
berkaitan dengan Metode Pendidikan Pesantren Giri. Kajian pustaka juga bermanfaat
dalam memberikan sejumlah informasi dan teori serta pemahaman yang menyangkut
topik kajian Adapun beberapa sumber literatur yang digunakan antara lain:
Referensi ringkas, padat, yang sudah diterjemahkan oleh Soekarman dalam Babad
Gresik serta buku karya Erfan berjudul Sejarah Kehidupan Sunan Giri merupakan
referensi utama yang berisikan tentang sejarah kelahiran, peran dam silsilah Sunan Giri
di tanah Jawa. Selain itu buku berjudul Sunan Giri karya Umar Hasyim dan novel Giri
Raja dan Sunan Besar yang Terlupakan karya Yudhi menceritakan dan men
deskripsikan secara naratif dan prosa tentang siapa dan bagaimana kehidupan Sunan
Giri sejak masa lahir, pendidikan, perannya dalam pengasuh dan pemimpin pesantren
serta kepemimpinan Sunan Giri sebagai Prabu Satmata dalam memimpin Kedaton Giri
dan mufti walisongo Raden Fatah Kerajaan Demak di Tanah Jawa.
Buku hasil penelitian Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Malang berjudul
Sejarah Perjuangan dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri yang sebelumnya memaparkan
asal mula agama Islam masuk di Jawa Timur,penyebaran Islam pada Masa Walisongo
ini sangat komprehensif memberikan gambaran tentang biografi dan Dakwah Islamiyah
Sunan Giri. Kelahiran dan Silsilah Sunan Giri, pendidikan dan masa kecil Sunan Giri,
Novita Siswayanti
2678 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
peranan Sunan Giri sebagai pendidik dan penyebar Islam, Peranan Pesantren di Kedaton
Giri dalam Dakwah Islamiah, Media dan daerah dakwah Sunan Giri, Pengaruh dakwah
dan penyiaran Sunan Giri serta karomah dan peninggalan Sunan Giri.
Buku-buku terkait pesantren diantaranya: Buku Tradisi Pesantren Zamakhsyari
Dhofier mengungkapkan secara deskriptif dan jelas seluk-beluk tradisi pesantren mulai
dari latar belakang sejarah berdirinya pesantren, strategi pengajaran di pesantren,
elemen-elemen yang berperan dalam keberlangsungan pesantren sebagai pusat
pendidikan, pusat dakwah serta pusat informasi agent of culture aset sosial dan budaya
bagi kemajuan pembangunan masyarakat, gambaran aktifitas kehidupan sehari-hari
santri di pesantren, serta peran kiai sebagai figur pemimpin dalam mensinergikan dua
entitas tradisi dan modernitas sebagai upaya membangun peradaban dan kemajuan
bangsa.
Suismanto dalam bukunya Menelusuri Jejak Pesantren, menjelaskan peran dan
fungsi pesantren sebagai pusat dakwah dan pengembangan masyarakat, pusat belajar,
pusat informasi, pusat latihan keterampilan dan bengkel kerja. Sehingga santri alumni
pesantren mempunyai kecakapan, keahlian, kreatifitas dan kemandirian dalam
mengaplikasikan bakat, minat dan ilmunya yang bermanfaat bagi dirinya sendiri
maupun kemajuan pembangunan masyarakat. Selain itu tulisan Marwan Saridjo Sejarah
Pondok Pesantren di Indonesia menuliskan yang merupakan kumpulan artikel
memmberikan gambaran tentang sejarah pertumbuhan dan perkembangan pesantren di
Indonesia mulai zaman permulaan Islam, masa walisongo, masa penjajahan sampai
masa kini tahun 80-an.
Hasil dan Pembahasan
1. Pesantren Giri
Pesantren Giri didirikan oleh Sunan Giri pada tahun Jawa ardi luhur kinanti
jalma 1407 Saka (1485 Masehi). Sunan Giri salah seorang walisanga yang memiliki
peranan penting dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Sunan Giri merupakan
tokoh kharismatik yang memiliki basis santri intelektual, sehingga ia diundang oleh
Raden Patah Demak untuk ikut mengokohkan secara resmi berdirinya Kerajaan
Islam Demak di bumi Nusantara. Sunan Giri diangkat sebagai mufti pemimpin
tertinggi keagamaan se-Tanah Jawa yang bergelar Prabu Satmata (Hasyim, 1979).
Sunan Giri yang memiliki nama kecil Raden Paku lahir di Blambangan tahun
1442 M. Ayahnya Syeh Maulana Ishak ulama dari tanah Arab yang tinggal di Pasai
Aceh dan ibunya Dewi Sekardadu anak dari Prabu Menak Sembuyu,penguasa
wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Sunan Giri belajar agama
Islam dengan Sunan Ampel, kemudian melanjutkannya ke Pasai bersama Sunan
Bonang untuk belajar agama kepada ayahnya Syeh Maulana Ishak. Sampai akhirnya
kembali lagi ke Jawa membangun pesantren dan menyebarkan agama Islam di Jawa.
(Soekarman, 1990).
Sunan Giri mendirikan pesantren atas perintah ayahandanya sekaligus gurunya
untuk pulang ke Tanah Jawa menyiarkan Islam sepanjang pantai selatan Jawa.
Akulturasi Budaya dalam Dakwah Maulana Malik Ibrahim
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2679
Begitu selesai belajar ilmu ma’rifatullah dengan ayahandanya Maulana Ishak Sunan
Giri diberikan jubah longgar, destar dan topi kebesaran (makutho). Ayahnya juga
memberi kan segumpal tanah dari Mekah, agar dicocokkan bentuk dan struktur
tanahnya dengan tanah yang berada di Barat Daya Gresik. Maka jika sudah
menemukan tanah tersebut jangan pergi haji,tetapi buatlah terang terlebih dahulu
tanah Jawa yang saat ini masih gelap (Soekarman, 1990).
Setelah mencari ke berbagai tempat di wilayah Gresik, akhirnya Sunan Giri
menemukan lokasi yang sesuai dengan tanah pemberian ayahnya yaitu berada di atas
gunung. Menurut kepercayaan pra Islam gunung adalah tempat keramat yang sakral
tempat bersemayamnya arwah nenek moyang Dewa Ciwa atau Dewa Gunung.
Awalnya tempat ini dijadikan sebagai pusat penyebaran agama selain Islam yang
diberi nama Tapanawa, kemudian oleh Sunan Giri dikuasai dan diganti dengan
tradisi yang Islami. Hubungan sex dan minum-minuman keras yang telah menjadi
kultur atau budaya sebelum Islam, saat kedatangan Sunan Giri dihapuskan, dan
kembali pada Al-Qur’an dan Hadis (Kasdi, 2005).
Kemudian tepat di Bukit Giri pada tahun tingali luhur dadi ratu (1403 Saka)
atau 1481 Masehi Sunan Giri mendirikan pemukiman penduduk, membuat telaga
pegat, masjid, dan pesantren tempat belajar para santri. Pesantren Giri Kedaton
terletak di atas bukit Desa Sidomukti. Pesantren Giri diresmikan tepat pada perayaan
Maulid Nabi Muhammad saw. dengan ditandai shalat Jumat berjamaah tepat pada
tahun 1487 Masehi. Peresmian Pesantren Giri dihadiri oleh Raden Fatah Demak dan
mengangkat Sunan Giri sebagai Prabu Satmata (Yudhi, 2011).
Pesantren Giri merupakan pusat ajaran Tauhid dan Fiqih yang mengajarkan Al-
Quran dan Sunah Rasul. Sunan Giri tidak mau berkompromi dengan adat istiadat
yang dianggapnya merusak kemurnian Islam. Oleh karena itu Sunan Giri dianggap
pemimpin kaum “Putihan” bersama Sunan Ampel dan Sunan Drajat. Semasa
kecilnya Sunan Giri menuntut ilmu tafsir, hadis, fikih, dan ilmu nahwu-saraf dengan
Sunan Ampel. Sunan Giri sangat mendalami ilmu tauhid dan ilmu fikih maka ia
sangat pandai dalam menentukan hukum sehingga ia disebut Abdul Fakih. Ia tidak
kenal kompromi dalam masalah ibadah dengan agama dan kepercayaan selain Islam
Pesantren Giri tumbuh dan berkembang sebagai pusat pengembangan Islam
dan mercusuar pusat pemerintahan Islam. Santrinya berdatangan dari berbagai
daerah; Jawa, Maluku, Sulawesi, Sumbawa maupun Kalimantan. Santrinya ada yang
mukim menetap dalam pesantren dan santri kalong tidak tinggal di pesantren kecuali
waktu-waktu belajar dan mengaji. Pada saat malam tiba santri kalong datang
menuntut ilmu ke pesantren, sedangkan saat pagi dan siang hari mereka melakukan
aktifitas sehari-hari berdagang atau bercocok tanam (Zainuddin et al., 2016).
Dalam perkembangannya, Pesantren Giri menjadi sebuah masyarakat belajar
yang berfungsi sebagai pusat belajar tafaqquh fiddin bagi para santri memperoleh
pendidikan dan pengajaran, pusat informasi agent of culture aset sosial dan budaya
bagi kemajuan pembangunan masyarakat, pusat latihan keterampilan dan bengkel
kerja bagi santri dan masyarakat untuk terampil di bidang pertukangan,
Novita Siswayanti
2680 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
perbengkelan, pertanian, maunpun perdagangan dan pusat dakwah pengembangan
masyarakat memberikan latihan dan pelayanan terpadu bagi kemajuan masyarakat
(Suis, 2004).
2. Metode Pendidikan Pesantren Giri
Pendidikan yang ada di pesantren ialah pendidikan kemasyarakatan. Segenap
santri berlatih memperhatikan dan mengerjakan hal-hal yang nanti akan dialami di
masyarakat. Segala sesuatu diselenggarakan dengan mengingat hal-hal yang akan
dijumpai oleh santri di masyarakat. Santri dididik kesederhanaan dan keikhlasan
dalam hidupnya yang akan menumbuhkan pribadi yang berani, percaya diri, jujur,
bertanggung jawab kepada diri sendiri dan masyarakat (Saridjo, Shaleh, & Syarif,
1979).
Untuk itu Pesantren Giri sebagai lembaga pendidikan kemasyarakatan, kiai dan
santrinya bukan hanya berpartisipasi dengan masyarakat, tetapi juga berintegrasi
dengan kehidupan dan kebutuhan masyarakat. Pesantren Giri menjadi sebuah
masyarakat belajar (learning community)yang berfungsi sebagai pusat dakwah dan
pengembangan masyarakat, pusat belajar, pusat informasi, pusat latihan keterampilan
dan bengkel kerja. Dengan demikian sumber daya setempat, kecakapan dan
keterampilan lokal, serta kreatifitas baik bidang kerajinan maupun kebudayaan
masyarakat terus dikembangkan dan diperkaya. Kiai sebagai pengasuh dengan sistem
among membimbing santri dan masyarakat sekitar untuk saling belajar, saling
mengasihi dan saling membantu (Wawancara dengan Mohamad Ma’arif Pengurus
Masjid Sunan Giri Gresik, 2016).
Oleh karena itu dalam rangka mentransfer dan menginternalisasikan nilai-nilai
Islam, Sunan Giri menerapkan metode pendidikan yang mengakulturasikan adat
istiadat lokal dengan nilai-nilai Islam. Guru berperan dalam merealisasikan metode
pendidikan yang kondusif menciptakan kegiatan belajar belajar yang kondusif
sehingga menjadikan pesantren sebagai pusat pendidikan dan latihan yang progresif
dan produktif menciptakan kemandirian dan kreatifitas bagi santri dalam berdakwah
dan berkarya di masyarakat (Wawancara dengan Mustakim, Pemerhati Sejarah
Gresik, 2016).
Adapun metode pendidikan Pesantren Giri adalah:
1) Metode Wetonan dan Sorogan
Pesantren Giri sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di
tengah- tengah masyarakat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara non
klasikal sorogan bandongan, dan wetonan yang diikuti oleh santri kalong maupun
santri yang mondok di Pesantren Giri. Secara wetonan santri kalong yang tidak
mondok di Pesantren Giri datang berduyun-duyun pada waktu tertentu sebelum
dan atau sesudah shalat fardhu untuk mengikuti kajian keagamaan di Pesantren
Giri.Para guru mengajar santri-santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis
dalam Bahasa Arab oleh ulama besar sejak abad pertengahan (Salam, 1960).
Akulturasi Budaya dalam Dakwah Maulana Malik Ibrahim
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2681
Sunan Giri memperoleh ilmu dari gurunya Sunan Ampel dan ayahandanya
Syeh Maulana Ishak bermacam ilmu fikih, tafsir hadis, nahwu dan saraf, tasawuf/
marifatullah. Di Pesantren Giri Sunan Giri mengajarkan kepada santrinya ilmu-
ilmu keagamaan yang dipelajarinya dari gurunya dengan metode sorogan dan
bandongan. Guru membaca dan menerjemahkan kitab-kitab Islam klasik disertai
dengan interpretasi pandangan pribadinya baik secara bahasa maupun isi kepada
santri. Santri menyimak, menandai dan memberi catatan pada kitab yang dibahas.
Secara sorogan santri menghadap kepada guru dan membacakan kembali isi
kitabnya (Saridjo et al., 1979).
Salah satu kitab yang menjadi referensi dan rujukan bagi santri di Pesantren
Giri adalah Kitab Sittin. Kitab sittin mengandung hukum hukum ibadah terutama
masalah sembahyang praktis berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Hadis
mengagungkan asma Allah memberikan praktek amalan. Mengajarkan tata cara
beribadah dengan panduan kitab sittin unsir insur kefitrahan manusia dalam
islamcara berpikir cara merasakan berilmu beramal sholeh dan berbudi mulai
dengan ajaran agama Islam yang berpangkal kepada dua kalimat syahadat
pengajaran dan pendidikan praktis (Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Malang
dan Panitia Penelitian Dan Pemugaran Sunan Giri, 2014).
Metode sorogan dan bandongan sangat efektif menciptakan suasana dinamis
dan kreatif bagi para santri untuk mengeksplorasi ilmunya. Metode sorogan dalam
dunia modern dapat dipersamakan dengan istilah tutorship atau mentorship sebab
ada kesempatan untuk tanya jawab secara langsung antara guru dengan santri.
Setiap tema yang dibahas ada penjelasan dari guru dan terjadinya tanya jawab dan
komunikasi dua arah-tiga arah yang merangsang santri untuk melatih serta
mengembangkan daya pikir dan daya ingat nya. Santri memiliki keberanian dan
keterampilan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan pengalaman dan
pemikiran yang dimilikinya. Selain itu dengan metode sorogan dan bandongan
juga mengembangkan kemandirian, disiplin, dan tanggumg jawab terhadap
kemajuan dan penguasaan ilmu yang dipelajarinya.
2) Metode Diskusi dan Tanya Jawab
Pesantren merupakan model di mana guru adalah religius figur tidak hanya
berperan sebagai pengajar, namun memiliki multiperan sebagai fasilitator,
dinamisator, inovator dan komunikator.Guru adalah agent of culture yang mampu
meng interpretasikan pesan Ilahi dan risalah profertik serta mampu
mengidentifikasikan kebutuhan, permasalahan dan harapan masyarakat. Untuk itu
dalam dinamika pesantren, kiai dan santri sering dihadapkan pada berbagai
masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut
hubungan sosial (Dhofier Zamakhsyari, 2011).
Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara,
melalui diskusi kelas, tanya jawab antara kiai dengan santri, penemuan maupun
inkuiri. Dengan berdiskusi dan tanya jawab maka akan mendorong anak didik
untuk berani berpendapat dan berargumentasi. Merangsang kreatifitas santri untuk
Novita Siswayanti
2682 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
mengungkapkan ide, gagasan dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
Dengan berdiskusi akan melatih kebebasan santri untuk berani mengambil
keputusan dalam memilih jalan hidupnya sendiri tanpa melepaskan penghormatan
pada yang lainnya dengan pengertian sesuai dengan batasan hukum Islam.
Pesantren Giri sebagai lembaga pendidikan dan kemasyarakatan yang
memberikan solusi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan menyelenggarakan
metode diskusi dan tanya jawab dalam menyelesaikan berbagai persoalan
masyarakat. Pesantren Giri sebagai tempat permusyawaratan dan pertemuan para
walisanga dalam menyatukan pendapat. Diantara walisanga ada dua kelompok
dalam berdakwah yaitu kaum putihan dan kaum abangan. Kaum putihan diketuai
oleh Sunan Ampel, Sunan Drajat, dan Sunan Giri yang berprinsip pada pemurnian
agama dari khurafat sedangkan kaum abangan diketuai oleh Sunan Kalijaga,
Sunan Kudus dan Sunan Bonang yang mengakulturasikan budaya lokal dengan
nilai Islam (Syamlawi, Pudjosumedi, & Mahbub, 1983).
Oleh karena itu untuk menemukan kesepakatan antara kedua kaum diadakan
diskusi secara mufakat untuk menentukan garis perjuangan baik di bidang agama
maupun pemerintahan. untuk mencapai mufakat. Dalam musyawarah disepakati
Sunan Giri diangkat sebagai mufti penasehat para wali se-Jawa dan Sunan
Kalijaga sebagai pemimpin politik dan pemerintahan dengan Giri Kedaton sebagai
pusat penyebaran Islam sekaligus kerajaan rohani (Syamlawi et al., 1983).
Sunan Giri sebagai sesepuh tempat meminta nasihat dan pembimbing
spiritual. Bahkan dalam pemberitaan asing Sunan Giri adalah Paus Islam Jawa
dimana seorang raja tidak dinobatkan sebagai raja jika tidak ada penobatan dari
Sunan Giri. Sunan Giri ber pengetahuan luas dalam hukum Islam oleh Sultan
Demak diserahi tugas untuk memutus kan berbagai permasalahan dan
diselesaikan. secara permusyawatan. Misal saat terjadi perselisihan faham
wujudiah (manunggaling kawula gusti) yang dianut oleh Syeh Siti Jenar di satu
pihak lain menentang paham itu, Sunan Giri berusaha mendamaikannya (Kasdi,
2005).
3) Metode Problem Solving
Pesantren Giri melatih anak didiknya agar mampu memecahkan masalah
secara terampil, kreatif, mandiri dalam menghadapi segala permasalahan di dalam
kehidupan baik pribadi, keluarga, maupun sosial (Soekarman, 1990). Dengan
metode problem solving dapat menumbuh kan rasa persaudaraan dan kerukunan
hidup dalam suasana gotong-royong dan tolong-menolong meringankan beban
bersama. Sehingga anak didik memiliki kesadaran untuk peduli dan cinta kepada
kepentingan masyarakat, mendahului kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi. Memikirkan hajat kebahagiaan atau kesejahteraan umat manusia; sebaik-
baik manusia yang bermanfaat bagi sesamanya.
Pada musim kering pesantren Giri kekurangan air, santri dan masyarakat
Giri Kedaton sulit mendapatkan air. Kemudian Sunan Giri berdiskusi mengajak
santrinya untuk memecahkan masalah secara mufakat dengan menggali sebidang
Akulturasi Budaya dalam Dakwah Maulana Malik Ibrahim
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2683
tanah agar muncul air yang mengalir ke Kedaton Giri. Tempat penampungan air
hingga sekarang masih berfungsi dan digunakan untuk keperluan bersama dan
dikenal sebagai ‘Telaga Pegat’ Saat itulah suatu keajaiban terjadi ketika kegiatan
pengalian telaga sedang berlangsung, Raden Paku menyediakan nasi yang
dimasak dalam periuk (kendil) yang tiada habisnya meskipun dimakan berpuluh-
puluh orang, asalkan isi periuk (nasi) tidak ditumpahkan dan periuknya
dihadapkan ke bawah. Pekerjaan tersebut selesai pada tahun 1408 S/1486 M.
Ditandai dengan CondroSengkolo Sumedya resik her wulu. (Soekarman, 1990).
4) Metode Dakwah bil-Hal
Pesantren Giri sebagai lembaga pendidikan dan kemasyarakatan tidak
semata-mata mentransfer ilmu kepada anak didiknya, tetapi juga
menginternalisasikan nilai-nilai Islam ke dalam sikap dan perilaku yang mulia.
Seorang guru menyampaikan ilmunya guna memperbaiki dan membentuk akhlak
mulia yang dipandang baik menurut nilai-nilai Islam. Sunan Giri mengajar
santrinya dengan metode dakwah bil-hal mem berikan keteladanan dan suri
tauladan yang baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dengan keteladanan
dapat menimbulkan keakraban dan persahabatan batiniah yang kental antara guru
dengan santri dan santri dengan santri (Wawancara dengan Mukhtar Djamil
Tokoh Agama Gresik, 2016).
Melalui kegiatan sosial kemasyarakatan seperti selamatan, tasyakuran,
upacara Sunan Giri berdakwah bil-hal menginternalisasikan nilai-nilai keislaman
dengan kesantunan sikap dan ucapan lemah lembut, sehingga masyarakat bersedia
menerima ajaran Islam dengan kesadaran dan kemauan sendiri dalam suasana
menyenangkan, penuh keakraban dan tanpa paksaan (Wawancara dengan Oemar
Zainudin Budayawan Gresik, 2016).
Dalam proses pendidikan Sunan Giri mengajarkan kepada santrinya agar
dalam meraih cita-cita luhur selalu ikhlas karena Allah, mampu menekan gelora
hawa nafsu mengabaikan segala bentuk rintangan, dan disiplin dalam waktu.
Selain itu Sunan Giri juga membimbing dan menuntun anak didiknya agar
menjalin hubungan yang baik dengan guru,santun dan menghormati guru, bertutur
kata yang baik,mengikuti petunjuk, tidak membantah dan berdusta kepadanya,
tidak mencela semua ajaran pendidik, tidak segan bertanya tentang masalah yang
belum diketahui dan tidak melupakan pendidik terdahulu bila akan menambah
ilmu dengan guru lain Pribadi pendidik berakhlak mulai yang baik (Lembaga
Riset Islam Pesantren Luhur Malang dan Panitia Penelitian Dan Pemugaran Sunan
Giri, 2014).
Melalui metode dakwah bil-hal, Sunan Giri mencontohkan akhlak dan
pribadi yang mulia, sehingga ia disegani dan dimuliakan oleh santrinya,
masyarakat maupun lawan-lawannya. Sunan Giri selalu membuat senang hati
orang lain, walau dalam suasana riang selalu ingat dan waspada. Ia menunjukkan
pola hidup sederhana tidak berlebih-lebihan dalam kehidupan materiil sehari-hari.
Sunan Giri menasihati santrinya agar memberi ilmu supaya orang menjadi
Novita Siswayanti
2684 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
pandai,menyejahterakan kehidupan orang yang miskin, mengajari kesusialaan
kepada orang yang tidak kenal malu dan memberi perlindungan bagi orang yang
menderita (Mustakim, 2020).
5) Metode Pengamalan
Ilmu akan semakin bertambah dan dipahami jika dilanjutkan pada praktek
dan pengamalan. Pengamalan merupakan pendekatan yang efektif melahirkan
keterampilan, mengokohkan keberadaan ilmu di dalam kalbu dan meneguhkannya
dalam ingatan. Pesantren Giri memberikan pelatihan dan keterampilan dalam
berbagai bidang kehidupan yang langsung dipraktekkan kepada santrinya
sehingga nantinya dapat hidup terampil dan mandiri dalam memenuhi keperluan
hidupnya sendiri maupun masyarakat (Syarifudin, 2020).
Para santri mengikuti program latihan dan keterampilan terpadu melalui
pengembangan motivasi dan manajemen usaha. Pesantren Giri sebagai bengkel
kerja dengan memberikan kesempatan latihan dan praktek langsung kepada
santrinya dalam hal pertukangan, perbengkelan, elektronika, pertanian,
perdagangan dan sebagainya. Misalkan saat mendirikan pesantren, santri
memperoleh pengalaman sendiri ikut serta dalam pertukangan, penataan jalan,
aliran listrik maupun saluran air. Hingga akhirnya Kedaton Giri menjadi
lingkungan pesantren, pemukiman penduduk, mushalla dan telaga pegat untuk
pengairan di atas bukit (Sudihartono, 2020).
6) Metode Belajar sambil Bekerja
Salah satu karakteristik pesantren adalah kemandirian. Pesantren Giri
mendidik santrinya agar memiliki jiwa kewiraswastaan, bukan hanya mampu
untuk mandiri, tetapi memiliki keterampilan dan keahlian untuk menciptakan
lapangan pekerjaan bagi orang lain. Sunan Giri berbisnis dengan berbagai
komunitas hingga keluar Pulau Jawa Banjarmasin dan Halmahera. Santri ikut
mengatur dagangannya di pasar sehingga pembeli dapat dengan mudah memilih
dan mencari barang dagangannya. Barang dagangan pun dijual dengan harga yang
wajar dan terjangkau sehingga pembeli langsung membelinya tanpa menawar
terlebih dahulu. Kedaton Giri pun mencapai kemajuan di bidang ekonomi dengan
adanya perkampungan sarung khas gresik dan kampung saudagar Pakelingan
Pecinan Kampung Arab (Mustakim, 2020).
Sunan Giri sejak muda sudah ikut ibu angkatnya Nyai Gede Pinatih
berniaga ke Pulau Banjar dengan membawa barang dagangan hasil bumi tanah
Jawa kain batik dan gula. Terkadang Sunan Giri memberikan barang dagangannya
dengan cuma-cuma kepada fakir miskin dan barang dijualnya dengan harga yang
murah. Harta benda tersebut diniatkan sedekah berbagi kepada kaum duafa dan
zakat membersihkan harta. Ia membebaskan pembelian barang dagangannya dan
menghalalkannya kepada kaum duafa, sehingga ia mendapat teguran dari
ibundanya. Kemudian barang dagangan yang kosong diisi dengan batu dan pasir
atas izin Allah berubah menjadi rotan dan lilin. Sejak itu ibundanya gemar
Akulturasi Budaya dalam Dakwah Maulana Malik Ibrahim
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2685
bersedekah pada para murid juga membutuhkan bantuan dan dikirmnya kepada
Ngampel Surabaya (Erfan).
Atas pengalamannya dalam berdagang Sunan Giri menanamkan sendi-sendi
berbisnis kepada santrinya. Berdagang dengan santun dan lemah lembut,
menawarkan barang dagangannya tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi
sambil berdakwah amar maruf nahi munkar. Berdagang dengan jujur dan
mengungkapkan keunggulan ataupun kekurangan suatu barang.Sunan Giri juga
menanamkan nilai-nilai kedermawanan yang jarang dimiliki oleh pebisnis saat itu
juga masa kini. Ia menginginkan pebisnis di Grissee berjiwa dermawan.
Bersedekah memberikan sebagian harta yang dimilikinya kepada kaum duafa dan
berzakat membersihkan harta. Ia menerapkan ajaran mulia sukses berbisnis dan
punya kepedulian sosial yang tinggi (Erfan).
7) Metode Sosio Drama/Pertunjukan
Metode sosio drama sebagai salah satu metode bercerita dengan
menampilkan berbagai kisah, alur cerita, penokohan yang dilengkapi dengan alat
peraga. Dengan pertunjukan sosio drama dapat menanamkan pendidikan moral
dan pesan-pesan agama tanpa menggurui, menumbuhkan rasa humor, memperluas
wawasan dan pengetahuan dari alur cerita dan penokohan yang diperankan.
(Shaleh, 2000).
Pentas wayang adalah refleksi simbolis hubungan sosial vertikal kepada
Sang Maha Kuasa dan horisontal kepada sesama manusia maupun makhluknya di
muka bumi. Sang dalang menyampaikan kisah dan cerita pewayangan yang
dramatis serta diberi jiwa agama.Sang dalang berkisah secara atraktif dengan
artikulasi kata yang jelas dan intonasi suara yang memikat sesuai dengan tokoh
yang perankan. Dengan kisah pewayangan yang ditampilkan terbangun
pengalaman emosional yang mendalam, mengembangkan daya imajinasi, dan
memberikan kesenangan. Sunan Kalijaga beserta sunan lainnya mentransfer nilai-
nilai Islam melalui pewayangan dan cerita pewayangan dengan corak kebudayaan
Jawa (Rahimsyah, 2013).
Dalam pengajaran dan penyiaran dakwah Islam Pesantren Giri
menpergunakan metode sosiodrama dalam bentuk pementasan wayang kulit yang
menarik, menghibur, dan tema yang mentradisi di lingkungan para santri dan
masyarakat Giri Kedaton. Sunan Giri menciptakan wayang gedog atau wayang
topeng dan ada juga wayang krucil atau wayang klitik yang bentuknya kecil
terbuat dari kayu. Sunan Giri juga menciptakan wayang kancil dengan peraga
wayang gedog bentuk kancil sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran Islam di
Jawa dan Lombok. Seni ini sempat menghilang, tapi sekarang dihidupkan
kembali. Pertunjukan wayang dipentaskan dengan tema yang bervariasi dan dalam
berbagai bahasa disesuaikan dengan watak, sifat, dan perilaku tokoh-tokoh yang
diwayangkan.Cerita pewayangan menggambarkan etnik keislaman, norma dan
kesusilaan dalam hidup sepanjang tuntunan dan ajaran Islam Pementasan wayang
Novita Siswayanti
2686 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
sebagai media untuk mendidik moral dan watak santrinya sesuai dengan nilai-nilai
dan ajaran Islam (Salam, 1960).
8) Metode Tembang-Macapat
Sebagai lembaga pendidikan kemasyarakatan sekaligus lembaga dakwah
yang menyebarkan dan menyiarkan Islam, Pesantren Giri menyampaikan pesan
dakwahnya dengan metode tembang-macapat atau melantunkan syair-syair Islami.
Tembang berarti karangan bunga yang beraroma harum wangi. Wali menyarankan
agar berdakwah Islam dilakukan dengan menaburkan bunga yang harum,
menyenangkan, menggembirakan dan enak didengar dan dihindari dakwah secara
polos, kasar, memaki maki atau menyindir yang melukai hati (Sono, 2008).
Mengajar dengan metode tembang atau macapat berisikan syair-syair
bernapaskan nilai-nilai Islam yang menyenangkan hati, secara tidak langsung
pesan Islam mudah diingat, diterima, dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Sunan Giri menciptakan tembang kinanthi sebagai metode mengajar yang
artinya dikanthi, digandheng atau ditemani. Melalui tembang kinanthi Sunan Giri
mengajak dan menemani orang yang masih buta dari petunjuk Allah untuk
dituntun menuju kepada hidup beragama. Mengajak dan mendekati teman baru
dengan cara damai, bijaksana, dan berbudi pekerti luhur (Slamet, Ahmad).
Sunan Giri menyenandungkan tembang-macapat kinanthi diiringi dengan
alat musik terbang kedung, tambur, seruling, harmonika dan ketipung Seperti
halnya dakwah Islam yang dilakukan oleh walisanga tembang macapat yang
dilantunkan berisikan syair-syair pujian kepada Allah, kisah asal mula terjadinya
alam semesta, kejadian manusia, cerita kehidupan Nabi Muhammad dan
perjalanan dakwahnya dalam menyiarkan Islam (Gani, 2012).
Salah satu tembang kinanthi karya Sunan Giri yang dinyanyikan dalam
permainan dolanan anak pada padang bulan purnama bunyinya: Padang-padang
bulan, ayo gage da dolanan, dolalane naning latar, ngalap padang gilar-gilar,
nundung begog hangatikar. Artinya: terang-terang bulan, marilah lekas bermain,
bermain di halaman, mengambil manfaat dari terang benderang, mengusir gelap
yang lari terbirit-birit.
Adapun maksud dari tembang tersebut adalah agama Islam (bulan) telah
datang memberi penerangan hidup, maka marilah segera orang menuntut
penghidupan (dolanan, bermain) di bumi ini (latar,halaman) akan mengambil
manfaat ilmu Agama Islam (padang gilar-gilar, terang-benderang) itu agar sesat
kebodohan diri (begog, gelap) segera terusir. Saat ini tembang kinanthi masih
ditampilkan di Masjid Sunan Giri terutama pada acara Hari Besar Islam Maulid
Nabi Muhammad dan memperingati hari wafatnya Sunan Giri. Kesenian samroh
atau yalil-yalil qasidah menampilkan vokal grup 12-15 penyanyi puteri
melantunkan tembang kinanthi bernapaskan Islam dan iringi oleh alat musik
tambur seruling harmonika dan ketipung Selain itu Permainan kedungdungan juga
dimainkan pada Bulan Ramadhan yang dimulai dari malem selikur atau dua satu
Akulturasi Budaya dalam Dakwah Maulana Malik Ibrahim
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2687
dan diakhiri mnjelang hari raya Idul Fitri. Adapun waktu pertunjukannya setelah
shalat Ashar sampai mendekati Magrib sambil mengelilingi kota Gresik tujuannya
meng ingatkan pada umat Islam bahwa menjalani puasa tinggal 10 hari lagi (Tim
Penyusun Buku Gresik Dalam Perspektif Sejarah, 2003)
9) Metode Permainan
Untuk membangun suasana belajar yang menyenangkan, dinamis, dan
penuh semangat Pesantren Giri mengadakan metode permainan dalam
pembelajaran. Berbagai permainan yang menarik, mendidik dan berjiwa Islam
seperti jelungan, jamuran, gendi gerit, jor, gula ganti, cublak-cublak suweng, ilir
ilir dan sebagainya diciptakan oleh Sunan Giri (Hasyim, 1979). Permainan salah
satu metode yang dapat merangsang dan melatih kognitif dan psikomotorik anak
didik serta dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar anak didik. Dengan
permainan anak didik merasa senang dan gembira sehingga secara tidak langsung
materi, isi dan pesan pelajaran tersampaikan.
Sunan Giri menciptakan permainan jelungan (jumpritan-Bahasa Jawa)
sebagai media untuk mengajarkan tauhid Keesaan kepada Allah. Permainan
jelungan dimainkan oleh sejumlah anak yang berperan sebagai buruan dan
seorang anak sebagai pemburu. Para buruan akan selamat dari kejaran pemburu
bila telah berpegang pada batang pohon atau tiang yang telah disepakati.
Permainan ini melatih ketangkasan dan kewaspadaan siswa terhadap bahaya yang
menyerangnya (dalam hal ini pemburu/iblis) dan selalu berpegang teguh kepada
agama yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka manusia (buruan) itu
akan selamat dari ajakan/ terkaman iblis yang dilambangkan dengan pemburu
(Salam, 1960).
Dengan permainan dapat merangsang daya keterampilan dan ketangkasan
santri dalam mengaktualisasikan diri, memiliki keberanian dan kepercayaan
terhadap dirinya sendiri. Metode permainan dapat membentuk karakter akhlak
santri. Seorang santri dalam bermain bersama orang lain tentu saja akan belajar
cara bekerja sama, jujur, murah hati dan sportif. Selain itu, anak akan belajar
mentaati peraturan dalam permainan yang telah ditentukan. Mereka pun dapat
meningkatkan ketaatan pada sang Khalik dan kebersamaan dengan teman
sepermainannya.
Kesimpulan
Pesantren Sunan Giri didirikan oleh Sunan Giri salah seorang walisanga yang
memiliki peranan penting dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Pesantren Giri
tumbuh dan berkembang sebagai pusat pengembangan Islam dan mercusuar pusat
pemerintahan Islam. Santrinya berdatangan dari berbagai daerah; Jawa, Maluku,
Sulawesi, Sumbawa maupun Kalimantan. Dalam perkembangannya, Pesantren Giri
menjadi masyarakat belajar yang berfungsi sebagai pusat dakwah dan pengembangan
masyarakat, pusat latihan keterampilan dan bengkel kerja. pusat pendidikan dan latihan
yang progresif dan produktif serta pusat informasi agent of culture aset sosial dan
Novita Siswayanti
2688 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
budaya menciptakan kemandirian dan kreatifitas bagi santri dalam berdakwah dan
berkarya di masyarakat.
Pesantren Giri menerapkan metode pendidikan yang mengakulturasikan adat
istiadat lokal dengan nilai-nilai Islam dengan metode sosiodarma pewayangan dan
penampilan tembang macapat yang menghibur dan sarat makna. Pesantren Giri
melaksanakan pembelajaran secara non klasikal sorogan, bandongan, dan wetonan yang
diikuti oleh santri kalong atau santri yang mondok. Dalam melatih santri untuk
komunikatif dan responsif terhadap berbagai problematika masyarakat, Pesantren Giri
mengadakan metode diskusi, tanya jawab dan problem solving. Agar santri memiliki
keterampilan dan keahlian dalam berbagai bidang kehidupan Pesantren Giri
mengajarkan kemandirian dan metode pendidikan praktis belajar sambil bekerja
pengamalan terhadap ilmu yang diperoleh. Pesantren Giri menyampaikan pesan
dakwahnya dengan metode tembang-macapat atau melantunkan syair-syair Islami.
BIBLIOGRAFI
Amin, Darori. (2000). Islam dan kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media,
83.Google Scholar
Bahri, Djamarah Syaiful, & Djumarah, Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar
Jakarta: Rineka Cipta. Google Scholar
De Graaf, Hermanus Johannes, & Pigeaud, Th G. Th. (1985). Kerajaan-kerajaan Islam
di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Jakarta: Grafiti Pers. Google
Scholar
Dhofier Zamakhsyari. (2011). Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3S.
Erfan. Abu Fatoni Muhammad, tth., Sejarah Kehidupan Sunan Giri. Surabaya: CV.
Bali.
Gani, Roeslan Abdul. (2012). Sejarah Sunan Drajat dalam Jaringan Masuknya Islam di
Nusantara. Lamongan: Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten
Lamongan. Google Scholar
Hasyim, Umar. (1979). Sunan Giri. Kudus: Menara Kudus. Google Scholar
Jalaludin. (1990). Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Kalam Mulia.
Kasdi, Aminuddin. (2005). Kepurbakalaan Sunan Giri. Surabaya: Unesa University
Press.
Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Malang dan Panitia Penelitian Dan Pemugaran
Sunan Giri, 2014. (2014). Sejarah Perjuangan Dan Dakwah Islamiah Sunan Giri
cetakan III. Malang: Pustaka Luhur.
Akulturasi Budaya dalam Dakwah Maulana Malik Ibrahim
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2689
Mustakim, Mustakim. (2020). Konstruksi Pemimpin Atas Tradisi Giri Kedaton Sebagai
Identitas Sosial Budaya Masyarakat Kabupaten Gresik. Universitas
Muhammadiyah Malang. Google Scholar
Mustakin. (2005). Gresik dalam Perspektif Sejarah. Gresik: Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan.
Rahimsyah, Anandha Putri. (2013). Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial
Melalui Teknik Role Playing Untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Peserta
Didik: Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas Atas Sd Laboratorium
Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Universitas Pendidikan
Indonesia. Google Scholar
Salam, Solichin. (1960). Sekitar Walisanga, Kudus: Menara Kudus. 1.
Saridjo, Marwan, Shaleh, Abd. Rachman, & Syarif, Mustofa. (1979). Sejarah Pondok
Pesantren di Indonesia. Dharma Bhakti. Google Scholar
Shaleh, Abdul Rachman. (2000). Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi, dan
Aksi. Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa. Google Scholar
Slamet, Ahmad, tth. Marifat dan Wasiat Sunan Giri. Surabaya: Inti Jiwa Edisi 40.
Soekarman. (1990). Babad Gresik. Gresik: Radya Pustaka Surakarta SM-137. Google
Scholar
Sono, Luwar. (2008). Macapat Gaya Gresik. Surabaya: Karunia.
Sudihartono, Yudi. (2020). Penerapan Quizizz Dalam Pelaksanaan Penilaian
Pengetahuan Peserta Diklat Di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian
Lppm Um Metro, 5(1), 115. Google Scholar
Suis, Manto. (2004). Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta: Alief Press. Google
Scholar
Syamlawi, Ichsan, Pudjosumedi, & Mahbub. (1983). Keistimewaan masjid agung
Demak. Saudara. Google Scholar
Syarifudin, Albitar Septian. (2020). Impelementasi pembelajaran daring untuk
meningkatkan mutu pendidikan sebagai dampak diterapkannya social distancing.
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Metalingua, 5(1), 3134. Google
Scholar
Tim Penyusun Buku Gresik Dalam Perspektif Sejarah. (2003). Gresik Dalam Perspektif
Sejarah. Gresik: Kepala Dinas Pariwisata Informasi dan Komunikasi Kabupaten
Gresik.
Novita Siswayanti
2690 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
Wawancara dengan Mohamad Maarif Pengurus Masjid Sunan Giri Gresik, 1 April
2016.
Wawancara dengan Mukhtar Djamil Tokoh Agama Gresik, 3 April 2016.
Wawancara dengan Mustakim, Pemerhati Sejarah Gresik, 4 April 2016
Wawancara dengan Oemar Zainudin Budayawan Gresik, 5 April 2016
Widodo, Dukut Imam. (2004). Grissee Tempo Doeloe. Pemerintah Kabupaten Gresik.
Google Scholar
Yudhi. (2011). Giri Raja dan Sunan Besar yang Terlupakan. Jakarta: Diva Press.
Google Scholar
Zainuddin, Mukti, Nelwan, Alfa, Farhum, St Aisjah, Najamuddin, Najamuddin, Hajar,
M. A. Ibnu, Kurnia, M., & Sudirman, Sudirman. (2016). Pemetaan Zona Potensi
Penangkapan Ikan Cakalang Periode April-Juni di Teluk Bone dengan Teknologi
Remote Sensing. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 19(3), 167173. Google
Scholar
Copyright holder:
Novita Siswayanti (2021)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: