How to cite:
Sunarto, G., (2021) Pengaruh Penggunaan Sandal Drop Foot Terhadap Perbaikan Pola Jalan
Penderita Drop Foot Akibat Kusta Di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto, Syntax Idea,
3(12), https:// doi.org/10.36418/syntax-idea.v3i12.1618
E-ISSN:
2684-883X
Published by:
Ridwan Institute
Syntax Idea: pISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol. 3, No. 12, Desember 2021
PENGARUH PENGGUNAAN SANDAL DROP FOOT TERHADAP
PERBAIKAN POLA JALAN PENDERITA DROP FOOT AKIBAT KUSTA DI
RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH MOJOKERTO
Gatot Sunarto
RSUD. Sumber Glagah Mojokerto Jawa Timur, Indonesia
Abstrak
Pada penanganan Drop Foot akibat kusta, Ortotik Prostetik dapat memberikan
pelayanan dalam bentuk ortosis yaitu Sandal Drop Foot, yang bertujuan untuk
mengurangi derajad Drop Foot pada ankle joint yang disebabkan oleh penurunan
tonus otot dorsal fleksor. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling. Jumlah sampel terdiri dari 10 penderita Drop Foot akibat kusta di Rumah
Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto. Instrumen yang digunakan adalah
Rivermead Visual Gait Assessment form, peralatan video gait analysis ( handycam,
goniometre, alat tulis). Sandal Drop Foot berpengaruh besar pada pasien kusta yang
mengalami drop foot dalam memperbaiki pola jalan dibandingkan tanpa saat
mengunakan Sandal Drop foot. Sandal Drop foot adalah suatu alat bantu atau alat
koreksi untuk mencegah drop foot berkepanjangan atau mencegah kecacatan lebih
lanjut, tetapi tidak bisa menyembuhkan dan mengembalikan normal pada penderita
drop foot akibat kusta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Pengunaan Sandal Drop Foot Terhadap Perbaikan Pola Jalan Penderita Drop Foot
Akibat Kusta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian” Quasi experiment pre
post test with out control desain” one groups pre and post desain, dimana dalam
penelitian ini hanya terdapat satu kelompok subyek teliti yang akan diukur pola
jalannya sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Dari uji alternatif Wilcoxon
diperoleh nilai signifikansi dengan value p = 0.004, karena p < 0.05, maka dapat
dikatakan terdapat pengaruh pengunaan Sandal Drop Foot terhadap perbaikan pola
jalan penderita drop foot akibat kusta.
Kata Kunci: Sandal drop foot; kusta; pola jalan; ortosis
Abstract
In handling Drop Foot due to leprosy, Prosthetic Orthotics can provide services in
the form of ortosis, namely Sandal Drop Foot, which aims to reduce the drop foot
in the ankle joint caused by a decrease in flexor dorsal muscle tone. Sampling is
done by purposive sampling. The sample count consisted of 10 drop foot sufferers
due to leprosy at Sumberglagah Mojokerto Leprosy Hospital. The instrument used
is Rivermead Visual Gait Assessment form, video gait analysis equipment
(handycam, goniometre, stationery). Drop Foot sandals have a big effect on leprosy
patients who experience drop foot in improving road patterns compared to without
when using Drop foot sandals. Drop foot sandals are sutu aids or correction tools
Pengaruh Penggunaan Sandal Drop Foot Terhadap Perbaikan Pola Jalan Penderita Drop
Foot
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2607
to prevent prolonged drop foot or prevent further disability, but can not cure and
restore normal in people with drop foot due to leprosy. The purpose of this study is
to find out the Effect of Using Drop Foot Sandals On Improving Road Patterns of
People With Drop Foot Due to Leprosy. This study uses the research design" Quasi
experiment pre post test with out control design" one groups pre and post design,
where in this study there is only one group of conscientious subjects who will be
measured the pattern of the path before and after being given treatment. From the
alternative test Wilcoxon obtained a value of significance with a value of p = 0.004,
because p < 0.05, it can be said that there is an effect on the use of Drop Foot
Sandals on improving the road pattern of drop foot sufferers due to leprosy.
Keywords: Sandal drop foot; leprosy; road patterns; ortosis
Received: 2021-11-22; Accepted: 2021-12-05; Published: 2021-12-20
Pendahuluan
Program jaminan kesehatan nasioanal (JKN) merupakan program pemerintah di
bidang kesehatan tahun 2014 adalah yang di selenggarakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) sesuai UU No 40 tahun 2004. Dengan Program JKN ini
diharapkan terwujudnya Indonesia sehat. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas,
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi dasar kesehatan (http://bpjs-kesehatan.go.id/, 2014).
Misi program kesehatan nasional untuk pengendalian kusta adalah Indonesia
bebas kusta tahun 2010 dengan tujuan menyembuhkan dan meningkatkan kualitas hidup
penderita kusta. Pada tahun 2009 program pengendalian kusta telah berhasil mengobati
dan menyembuhkan 375.119 penderita dengan Multi-Drug Therapy (MDT) sejak 1990
dan telah menurunkan 80% jumlah penderita dari 107.271 pada tahun 1990 menjadi
21,026 penderita pada tahun 2009. Namun beban akibat kecacatan tingkat 2 masih
tinggi dan ditemukan tiap tahunnya di Indonesia. Secara komulatif sejak tahun 1990
2009, terdapat sekitar 30.000 kasus cacat tingkat 2 (mata tidak bisa menutup karena
syarafnya terganggu, jari tangan atau kaki bengkok (kiting), luka pada telapak tangan
dan kaki akibat mati rasa, kelemahan pada kaki akibat terganggunya saraf motorik)
(Fatmawati, 2018).
Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh kuman
kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
lainnya kecuali susunan saraf pusat (Ariana, 2016). Istilah kusta berasal dari bahasa
sansekerta, yakni Kustha berarti kumpulan gejala gejala kulit secara umum. Kusta
adalah penyakit kronik yang pertama kali menyerang susunan saraf perifer, selanjutnya
dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian atas, kemudian
dapat keorgan lain kecuali susunan saraf pusat (Kosasih & Tieu, 2007). Kusta
menyebabkan fungsi dari system saraf tepi terganggu, diantaranya fungsi sensorik,
motorik, dan otonom. Terganggunya tiga fungsi sistem saraf tepi ini, dapat
menimbulkan kecacatan. Kecacatan kusta adalah keadaan abnormal dari fisik dan fungsi
Gatot Sunarto
2608 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
tubuh serta hilangnya beberapa struktur dan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh
penyakit kusta (RI, 2020). Salah satu kejadian kecacatan komplikasi kusta adalah
terjadinya drop foot.
Indonesia menempati urutan ke 3 setelah India dan Brazil dalam hal penyumbang
jumlah penderita kusta didunia. Di Jawa Timur, jumlah penderita kusta menempati
peringkat pertama terbanyak di seluruh Indonesia. Tercatat pada tahun 2011, jumlah
penderita kusta yang baru ada5.000 jiwa atau sekitar 30% dari jumlah seluruh penderita
baru di Indonesia. Di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah angka kejadian penderita kusta
yang mengalami kecacatan drop foot pada tahun 2013 sekitar 70 orang (Oktaviana,
2021).
Timbulnya cacat kusta terjadi terutama akibat adanya kerusakan saraf (sensorik,
motorik, otonom). Kelumpuhan fungsi motorik termasuk cacat primer. Cacat primer
ialah kelompok cacat yang disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama
kerusakan akibat respon jaringan terhadap kuman Leprae. Kelumpuhan motorik dapat
menyebabkan kelemahan pada anggota gerak. Kelemahan gerak pada kaki dapat
menimbulkan gangguan berjalan, yang pada akhirnya bisa menyebabkan terjadinya drop
foot karena tidak adanya upaya untuk menangani kelemahan gerak pada kaki
(Widyaningsih, 2019).
Ortotik Prostetik merupakan upaya pelayanan kesehatan profesional, yang
bertanggung jawab atas kesehatan klien yang mengalami deformitas, dengan
memberikan layanan berupa (1) pembuatan alat bantu aktivitas Anggota Gerak Atas,
alat bantu mobilitas Anggota Gerak Bawah, dan pembuatan alat penguat/penyangga
tubuh, (2) pembuatan alat pengganti anggota gerak tubuh (Utomo, Setyawan, & Fathi,
2018).
Drop Foot pada kusta memerlukan penanganan karena dapat menganggu fungsi
dan pola jalan penderita. Salah satu penanganannya adalah dengan fisioterapi dan
pengunaan alat bantu (orthosis). Alat bantu atau orthosis yang sesuai diagnosa drop
foot adalah Ankle Foot Orthosis (AFO). AFO adalah sebuah orthosis yang digunakan
untuk pengobatan gangguan atau kelainan di pergelangan kaki dan area bawah sendi
lutut. AFO untuk kasus drop foot di sebut AFO posterior leaf spring. Pada kasus drop
foot yang terjadi pada penderita kusta, penggunaan AFO harus di modifikasi, karena
pada penderita juga disertai dengan kerusakan fungsi saraf otonom, sehingga AFO
untuk drop foot tidak bisa memfiksasi seluruh bagian area di bawah lutut. Modifikasi
juga diperlukan karena terkadang terdapat luka pada kaki ( ulkus plantaris pedis) akibat
kerusakan fungsi saraf sensorik di bagian kaki yang mengalami drop foot atau yang
sebelahnya yang tidak mengalami drop foot. Maka modifikasi AFO yang tepat adalah
Sandal drop foot-AFO disesuaikan dengan keadaan penderita kusta diharapkan mampu
meningkatkan keefektifan fungsi berjalan penderita kusta.
Metode Penelitian
Pada Pengaruh Pengunaan Sandal Drop Foot Terhadap Perbaikan Pola Jalan
Penderita Drop Foot Akibat Kusta Di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto ini
Pengaruh Penggunaan Sandal Drop Foot Terhadap Perbaikan Pola Jalan Penderita Drop
Foot
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2609
peneliti menggunakan jenis penelitian Quasi experiment pre post test with out control
desain” dengan model pendekatan pre-test post-test one group design yaitu eksperimen
yang dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding. Quasi experiment
pre post test with out control desain” adalah study experimental yang dalam mengontrol
situasi penelitian menggunakan cara non randomisasi (Warneke, Last, Liebowitz, &
Pister, 2001). Sedangkan maksud dari pre-test post-test one group design adalah
penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan
sesudah ekperimen (post-test) dengan satu kelompok subjek. Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari hubungan antara Drop Foot dengan Sandal drop foot dan tanpa
Sandal drop foot dengan cara mengamati pengaruh fase jalan selama berjalan. Data
yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk menaksir besarnya kebutuhan di
bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut (Ariyanti & Muslimin, 2015).
Data yang terkumpul dimasukkan ke dalam komputer, dilakukan seleksi data,
pemberian koding dan tabulasi. Analisis dilakukan secara deskriptif dimana variable
dengan skala kontinyu dideskriptifkan sebagai rerata dan simpangan baku (SB). Untuk
mengetahui hasil perbandingan fungsional pada kelompok pengguna sandal drop foot
dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis akan menggunakan uji beda (t test) dengan α = 5%
bila memenuhi uji prasyarat analis. Penetuan menolak atau menerima Ho, didasarkan
pada p value yang tampak pada output uji tersebut apabila p value < 0,05 maka Ho
ditolak, atau sebaliknya. Apabila p value. 0,05 maka Ho diterima. Namun bila tidak
memenuhi persyaratan analisis dilakukan uji hipotesis dengan non parametric.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat (Descriptive)
Subyek dalam penelitian ini penderita kusta yang mengalami drop foot
dengan fleksebilitas pada ankle joint. Jumlah sample pada penelitian ini adalah 10
sample yang mendapat intervensi alat bantu ortosis dari Rumah Sakit Kusta
Sumberglagah Mojokerto instalasi Rehabilitasi medik unit Ortotik prostetik.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Umur Responden
Min
Max
Mean
Umur
30
60
44.50
Umur dari 10 responden yang di teliti berkisar antar umur 30 tahun sampai 60
tahun. Umur responden tertua 60 tahun, termuda 30 tahun, dan rata-rata berumur
44,50 tahun (Astrid, Putranti, & Purwanti, 2018).
Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin adalah: (1) pria
sebanyak 7 subyek (70%), (2) wanita sebanyak 3 subyek (30%). Karakteristik
Gatot Sunarto
2610 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
subyek penelitian berdasarkan dapat dilihat pada tabel berikut (Afriyeni & Sartana,
2017). Tabel 2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Klasifikasi jenis kelamin
Kelompok 1
N
%
Pria
Wanita
7
3
70
30
Jumlah
10
100
Pengumpulan data tahap I merekan tes jalan pada subyek dengan tanpa
menggunakan Sandal Drop Foot kemudian dilakukan tes analisia pola jalan.
Pengumpulan data tahap II merekam tes jalan pada pasien dengan menggunakan
Sandal Drop Foot kemudian dilakukan tes analisa pola jalan (Umaroh, 2018).
Tahap terakhir pengelolaan data dengan cara membandingkan nilai rerata
pola jalan subyek tidak menggunakan Sandal Drop Foot dengan pola jalan subyek
menggunakan Sandal Drop Foot. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
instrument Rivermead Visual Gait Assessment form” yang menilai gerakan-
gerakan fase dalam satu silkus berjalan. Dalam tahap stance fase terdiri dari
gerakan-gerakan sebagai berikut:
Hasil Pengamatan Gerakan Trunk flexed / extended terjadi perubahan pre
test dan post test pada 6 responden, selebihnya nilainya tetap sama pre test dan
post test. Sehingga penggunaan sandal drop foot cukup berpengaruh memperbaiki
pola pada fase gerakan ini.
2. Analisis Bivariat
Pengaruh pola jalan diukur dengan penarikan rata rata, yang hasilnya
erupakan data rasio. Untuk mengeahui ada tidaknya pengaruh nilai rata rata saat
tidak memakai Sandal Drop Foot dan saat pemakaian Sandal Drop Foot
dilakukan uji beda dengan menggunakan paired sample T Test.
Sebelum data di analisis dengan uji Paired Sample T - Test, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas untuk memastikan bahwa data berdistribusi normal.
Dalam penelitian ini jumlah sample kurang dari 30 maka dianggap data
berdistribusi tidak normal sehingga peneliti tidak menggunakan uji normalitas,
sehingga peneliti menggunakan alternative uji Wilcoxon.
Tabel 1
Ranks
N
Mean Rank
Sum of Ranks
posttest - pretest
Negative Ranks
10a
5.50
55.00
Positive Ranks
0b
.00
.00
Ties
0c
Total
10
a. posttest < pretest
Pengaruh Penggunaan Sandal Drop Foot Terhadap Perbaikan Pola Jalan Penderita Drop
Foot
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2611
b. posttest > pretest
c. posttest = pretest
POST TEST - PRE TEST
Z
-2,842a
Asymp. Sig. (2-tailed)
,004
Dari uji alternatif Wilcoxon diperoleh nilai signifikansi dengan value p =
0.004, karena p < 0.05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh terhadap
perbaikan pola jalan antara pre test dan post test.
B. Pembahasan
Pada analisis univariat diketahui bahwa subyek berumur antara 30 hingga 60
tahun, dengan rata-rata 30 tahun dengan Standard Deviasi 1,334. Ditinjau dari jenis
kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek penelitian ini didominasi oleh
kaum laki laki.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pada sisi perlakuan Sandal Drop
Foot menunjukkan ada pengaruh secara signifikan terhadap perbaikan pola jalan
pasien drop foot dibandingkan dengan subyek yang tidak memakai Sandal Drop
Foot. Hasil pengamatan dengan Rivermead Visual gait assessment Form tanpa
mengunakan Sandal Drop Foot dan mengunakan Sandal Drop Foot dan diolah
dalam data statistk menunjukan skor yang signifikan berkurang saat pengamatan
dengan menggunakan Sandal Drop Foot . Dalam penelitian ini dilakukan uji statistik
non parametrik dan menunjukkan bahwa pemakaian Sandal Drop Foot pada kondisi
drop foot akibat kusta terhadap perbaikan pola jalan terdapat pengaruh yang
signifikan (p=0,004<0,005), artinya saat pemakaian Sandal Drop Foot terjadi
perbaikanan pola jalan pada pasien drop foot akibat kusta. Hal ini dikarenakan desain
Sandal Drop Foot yang membatasi Plantar Fleksi pada Ankle dalam posisi terkoreksi
90⁰. Sehingga dari segi biomekanik pada saat GRF bekerja dari bawah menyebabkan
dorsi fleksi dan akan dikontrol oleh dinding belakang cup dan strap sehingga
mencegah dorsal fleksi yang berlebihan dan axis knee dengan GRF line letaknya
bertepatan maka knee akan terkunci atau bisa ekstensi full dan menyebabkan GRF
line berada tepat di axis hip sehingga hip dalam posisi ekstensi normal (ARI, 2017).
Perubahan pola jalan menggunakan sandal drop foot berpengaruh pada hampir
semua fase pola jalan yaitu pada fase phase sebagai berikut : Trunkflexed / extended
cukup berpengaruh berkurang dengan pengunaan sandal drop foot, Trunk side flexed
kurang berpengaruh karna hanya 4 responden yang mengalami perubahan, Trunk and
pelvis: lateral displacement cukup berpengaruh berkurang dengan pengunaan sandal
drop foot , Contralateral drop sangat berpengaruh dengan berkurang gerakan pada
pengunaan sandal drop foot, Hip extension decreased sangat berpengaruh dengan
berkurang gerakan pada pengunaan sandal drop foot, Knee flexion excessive sangat
berpengaruh dengan berkurang gerakan pada pengunaan sandal drop foot, Knee
Gatot Sunarto
2612 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
extension excessive sangat berpengaruh dengan berkurang gerakan pada pengunaan
sandal drop foot, Ankle in excess plantar flexion sangat berpengaruh dengan
berkurang gerakan pada pengunaan sandal drop foot, Ankle in excess dorsi flexion
sangat berpengaruh dengan berkurang gerakan pada pengunaan sandal drop foot,
Inversion excessive sangat berpengaruh dengan berkurang gerakan pada pengunaan
sandal drop foot, Plantar flexion decreased at toe-off sangat berpengaruh dengan
berkurang gerakan pada pengunaan sandal drop foot. Sedangkan dalam fase swing
gerakan-gerakan dirinci sebagai berikut: Trunk flexed sangat berpengaruh dengan
berkurang gerakan pada pengunaan sandal drop foot, Trunk side flexed cukup
berpengaruh dengan berkurang gerakan pada pengunaan sandal drop foot, Hike
pelvis (elevation) sangat berpengaruh dengan berkurang gerakan pada pengunaan
sandal drop foot, Backward rotation pelvis sangat berpengaruh dengan berkurang
gerakan pada pengunaan sandal drop foot, Decreased hip flexion cukup berpengaruh
dengan berkurang gerakan pada pengunaan sandal drop foot, Decreased knee flexion
sangat berpengaruh dengan berkurang gerakan pada pengunaan sandal drop foot,
Ankle in excess plantar flexion sangat berpengaruh dengan berkurang gerakan pada
pengunaan sandal drop foot.
Pengaruh pengunaan sandal Drop foot ini juga menunjukan terjadinya
perbaikan pada pola jalan pasien drop foot pada fase heel strike yang sebelumnya
hilang saat pasien tanpa menggunakan Sandal Drop Foot dan saat pengunaan Sandal
Drop Foot terdapat perbaikan adanya fase heel strike. Selain itu juga pada fase swing
pasien drop foot tanpa mengunakan Sandal Drop Foot cenderung ankle terjadi
plantar fleksi yang berlebihan mengakibatkan terjadinya kompensasi knee dan hip
fleksi yang menghindari foot slap, sedangkan pada pasien yang mengunakan Sandal
Drop Foot pada fase swing ini terjadi perbaikan dengan hilangnya knee dan hip
fleksi yang disebabkan oleh fiksasi posisi ankle pada posisi 90 drajad. Keseimbangan
pasien drop foot kusta yang berjalan tanpa Sandal Drop Foot dan mengunakan
Sandal Drop Foot terlihat sekali lebih stabil pasien drop foot yang mengunakan
Sandal Drop Foot dibandingkan tanpa mengunakan Sandal Drop Foot. Temuan ini
senada dengan penelitian berjudul Pengaruh penggunaan posterior leaf spring ankle
foot orthosis terhadap perbaikan pola jalan penderita drop foot akibat stroke (Ismail,
2019).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru kepada para
praktisi Ortotis Prostetis. Informasi yang dihadapkan adalah tentang penggunaan
Sandal Drop Foot pada kasus Drop Foot akibat kusta, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan acuan lebih lanjut di dalam melaksakan pelayanannya kepada
masyarakat serta dapat mendukung perkembangan ilmu ortotik prostetik di
Indonesia.
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Sandal Drop
Foot terhadap perbaikan pola jalan panderita drop foot akibat kusta. Dari hasil
Pengaruh Penggunaan Sandal Drop Foot Terhadap Perbaikan Pola Jalan Penderita Drop
Foot
Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021 2613
penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan Sandal Drop Foot
berpengaruh terhadap perbaikan pola jalan pada pasien drop foot akibat kusta dan
keseimbangan berjalan pasien lebih baik saat memakai Sandal Drop Foot dibandingkan
tanpa mengunakan Sandal Drop Foot.
BIBLIOGRAFI
Afriyeni, Nelia, & Sartana, Sartana. (2017). Gambaran Tekanan Dan Beban Yang
Dialami Oleh Keluarga Sebagai Caregiver Penderita Psikotik Di Rsj Prof. HB
SaAnin Padang. Jurnal Ecopsy, 3(3).Google Scholar
Ari, Cucuk Prasetyo. (2017). Pengaruh Terapi Senam Kaki Diabetik Terhadap
Sensitivitas Kaki Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Babadan Kabupaten Ponorogo. Stikes Bhakti Husada Mulia. Google Scholar
Ariana, Vivin Istya. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pencarian
Pengobatan Pada Penderita Kusta Multy Bacillary (Mb) Di Kabupaten Pati Tahun
2015. Universitas Negeri Semarang. Google Scholar
Ariyanti, Ariyanti, & Muslimin, Zidni Immawan. (2015). Efektivitas Alat Permainan
Edukatif (APE) Berbasis Media dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung pada
Anak Kelas 2 di SDN 2 Wonotirto Bulu Temanggung. Jurnal Psikologi
Tabularasa, 10(1). Google Scholar
Astrid, Caroline, Putranti, Ismiralda Oke, & Purwanti, Kurniasih Dwi. (2018).
Perbedaan Tingkat Keparahan Psoriasis Pada Pasien Psoriasis Dengan Dan Tanpa
Fokal Infeksi. Mandala Of Health: A Scientific Journal, 11(2), 8094. Google
Scholar
Fatmawati, Fatmawati. (2018). Sistem Pelayanan Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid
terhadap Penyandang Kusta di Kecamatan Biringkanaya Daya Kota Makassar.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Google Scholar
Ismail, Moh Rizal. (2019). Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Pasung Jiwa Karya
Okky Madasari (Kajian Teori Psikoanalisis Sigmund Freud). University of
Muhammadiyah Malang. Google Scholar
Kosasih, P. B., & Tieu, A. K. (2007). Mixed film lubrication of strip rolling using O/W
emulsions. Tribology International, 40(5), 709716. Google Scholar
Oktaviana, Fabiola Tri Ruli. (2021). Determinan Interaksi Dan Partisipasi Sosial
Penderita Kusta. Universitas Airlangga. Google Scholar
Ri, Kemenkes. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(Covid-19). Kemenkes RI, 0115. Google Scholar
Umaroh, Lilik. (2018). Pengaruh Diabetes Self Management Education (Dsme) Melalui
Gatot Sunarto
2614 Syntax Idea, Vol. 3, No. 12, Desember 2021
Media Kalender Terhadap Kepatuhan Perawatan Kaki Klien Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Balai Pengobatan Muhammadiyah Lamongan. Universitas Airlangga.
Google Scholar
Utomo, Prasetyo Catur, Setyawan, Dwi, & Fathi, Muhammad. (2018). Pengaruh
penggunaan medial arch support terhadap penurunan derajat flat foot pada anak
usia 812 Tahun. Jurnal Keterapian Fisik, 3(2), 5862. Google Scholar
Warneke, Brett, Last, Matt, Liebowitz, Brian, & Pister, Kristofer S. J. (2001). Smart
dust: Communicating with a cubic-millimeter computer. Computer, 34(1), 4451.
Google Scholar
Widyaningsih, Tiyas Ayu. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa
Penderita Cva Dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Di
Ruang Aster RSUD Dr Harjono Ponorogo. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Google Scholar
Copyright holder:
Gatot Sunarto (2021)
First publication right:
Syntax Idea
This article is licensed under: