Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X�����
Vol. 2, No. 3 Maret 2020
ANALISIS KESULITAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN
BERDASARKAN RANAH KOGNITIF REVISI TAKSONOMI BLOOM
Sani Mulyani
Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Siliwangi Bandung
Email: [email protected]
Abstrak
Pembelajaran matematika merupakan pengetahuan universal
yang mempunyai peranan penting dalam disipin
ilmu. Materi perbandingan adalah materi matematika yang di ajarkan di SMP kelas VII dan banyak memiliki kontribusi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi, bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan saat menyelesaikan soalperbandingan. Penelitian ini berupaya mengungkapkan
lebih jauh tentang masalah tersebut dengan tujuan penelitian untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan soal perbandingan, Meningkatkan pemahaman pemecahan masalah terhadap materi perbandingan, Meningkatkan pemahaman konsep pada materi perbandingan, Mengetahui apakah melalui pembelajaran materi perbandingan pada siswa SMP kelas VII dengan menggunakan pendekatan problem
solving dapat mengatasi kesulitan serta meningkatkan pemahaman pemecahan masalah siswa. Penelitian ini berbentuk penelitian
deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII SMP. Pengumpulan
data dilakukan dengan tekhnik tes dan wawancara. Tes dilakukan untuk melihat tingkat berfikir siswa dengan berpedoman pada Taksonomi Bloom pada materi perbandingan masih pada berfikir tingkat rendah. Penyebab kesulitan siswa antara lain: pemahaman konsep perbandingan yang masih rendah, kurangnya
keseriusan dalam mempelajari materi perbandingan. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa di kelas, ketidak mampuan menerjemahkan soal cerita. Jarak waktu
pemberian tes dengan materi cukup
jauh dan kurangnya minat atau kemauan
dalam mempelajari materi perbandingan.
Kata kunci: Kesulitan, Pemecahan Masalah,
Perbandingan
Pendahuluan
Matematika merupakan ilmu universal yang memiliki peran
penting dalam berbagai disiplin ilmu. Matematika juga merupakan ilmu yang wajib
dipelajari di Indonesia, mulai dari tingkat SD, SMP/MTs, dan SMA/SMK. Seiring
dengan perkembangan zaman, upaya peningkatan mutu harus ditingkatkan secara
menyeluruh, mencakup perkembangan dimensi kehidupan pada masyarakat. Salah satu
upaya tersebut adalah dengan mengembangkan perangkat pembelajaran yang
berkualitas untuk pembelajaran matematika.Disamping itu, pembelajaran
matematika diharapkan dapat memberikan pembentukan sikap, penataan nalar,
berfikir kritis, serta kemampuan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Indonesia, 2003).
Abdurrahman (Dwidarti, Mampouw, & Setyadi, 2019) mengemukakan bahwa 5
alasan perlunya belajar matematika yaitu berpikir yang logis, untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, mengenal pola hubungan dan generalisasi
pengalaman, untuk mengembangkan kreativitas, dan untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.�
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengungkap
kesulitan-kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal perbandingan
(2) Meningkatkan pemahaman pemecahan masalah terhadap materi perbandingan (3)
Meningkatkan pemahaman konsep pada materi perbandingan (4) Mengetahui apakah
melalui pembelajaran materi perbandingan pada siswa SMP kelas VII dengan
menggunakan pendekatan problem solving dapat mengatasi kesulitan serta
meningkatkan pemahaman pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal
perbandingan. Kemampuan pemecahan masalah materi perbandingan sangat dibutuhkan
dalam proses memahami matematika itu sendiri maupun dalam kehidupan nyata. Hal
ini penting mengingat matematika merupakan mata pelajaran yang akan
dipergunakan dalam seluruh aspek kehidupan. Memiliki kemampuan memecahkan
matematika akan menjadi bekal bagi siswa untuk menjalani kehidupan saat ini dan
nanti.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal materiperbandingan. Mereka belum
bisa membedakan soal tersebut termasuk suatu masalah perbandingan senilai atau
perbandingan berbalik nilai. Hal ini disebabkan karena penyajian materi yang
masih cenderung kurang inovatif serta tidak sistematis dalam menyelesaikan
soalmateri perbandingan Kurniawati (Melanie, Hartoyo, & Ahmad, 2016). Menurut (Adiputra, 2017) Satu
dari sekian sebab terpuruknya nilai matematika adalah karena penerapan model
pembelajaran yang kurang tepat.
Wibowo (Melanie et al., 2016) dalam
penelitiannya juga mengungkapkan ketika siswa diberikan tes, siswa banyak
melakukan kesalahan terutama pada topik perbandingan berbalik nilai. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil tes sebagai berikut: 81,25% siswa bisa menyelesaikan
persoalan perbandingan senilai dan hanya 9,38% siswa yang dapat menyelesaiakan
masalah perbandingan berbalik nilai. Terlepas dari itu, matematika menjadi
pelajaran yang harus dipelajari pada jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Atas. Atiqa, Y. dan Kusrini (Hamidah, Putri, & Somakim, 2018) mengatakan,
matematika memiliki karateristik yaitu mempunyai objek yang bersifat abstrak,
sehingga dapat menyebabkan siswa kesulitan mempelajari matematika.
Salah satu konsep matematika yang digunakan dalam kehidupan
nyata adalah konsep perbandingan. Secara matematika perbandingan berarti sebuah
pernyataan kesamaan antara dua rasio yang biasanya ditulis sebagai a/b=c/d .
Anak-anak maupun dewasa kurang mengerti konsep perbandingan walaupun mereka
sering menggunakannya, misalnya dalam transaksi jual-beli. Sebelum mempelajari
konsep perbandingan senilai, siswa harus telah lebih dahulu memahami konsep
perbandingan. Perbandingan adalah hubungan antara dua kuantitas tertentu,
sedangkan perbandingan senilai adalah pernyataan tentang dua rasio yangsama.
Konsep perbandingan senilai juga dapat ditemukan pada permasalahan pembuatan
makanan atau resep makanan. Tanpa kita sadari konsep perbandingan senilai ini
sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, pemahaman konsep
ini,siswa masih sering mengalami kesulitan dalam proses penerimaan
pengetahuannya.Menurut Pertiwi (Hamidah et al., 2018) siswa masih mendapatkan
kesulitan dalam mengerjakan soal perbandingan. Pendapat tersebut didukung oleh Tiffani
(Hamidah et al., 2018) bahwa siswa masih sering
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan materi perbandingan
senilai dan perbandingan berbalik nilai.
Kemampuan siswa yang beragam dalam menyerap materi seharusnya
didukung dengan pemberian soal yang dapat mengorganisasikan keterampilan
berpikir kognitif siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Giani (Oktaviana & Prihatin, 2018). meneliti tentang
tingkat kognitif soal-soal buku teks matematika. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa persentase soal untuk masing-masing tingkat kognitif adalah:
C1 (3,23%), C2 (30,97%), C3 (61,93%), C4 (3,87%), C5 (0%), C6 (0%). Hasil
tersebut belum memenuhi proporsi soal yang mendukung ketercapaian Kompetensi
Dasar, yaitu 30% untuk C1 dan C2 (mengingat kembali dan memahami), 40% untuk C3
dan C4 (mengaplikasikan dan menganalisis), dan 30% untuk C5 dan C6 (sintesis
dan mencipta). Ketepatan hasil belajar siswa sangat erat hubungannya dengan
aspek kognitif siswa. Menurut taksonomi bloom revisi, kemampuan berpikir
kognitif dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori. Ranah kognitif yang
telah direvisi Anderson dan Kratwohl (Oktaviana & Prihatin, 2018) yakni terdiri dari
mengingat (remember), memahami atau mengerti (understand), menerapkan (apply),
menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).
Berdasarkan akar penyebab masalah tersebut alternatif solusi
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melalui pedekatan problem solving.
Menurut Hendrawan (Hidayat & Maspupah, 2017) dengan pembelajaran
Problem Solving siswa akan mampu memecahkan masalah sesuai dengan kenyataan yang
ada dilingkungan siswa dengan mengkontruksikan pengetahuan awal siswa dengan
pengetahuan baru yang ditemukan secara berkelompok). Sehingga diharapkan
pendekatan problem solving dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di
SMP. (Setiyowati, Wijonarko, & Sulianto, n.d.) mengatakan
�Pendekatan Problem Solving (pemecahan masalah) merupakan suatu� pendekatan atau cara pembelajaranyang digunakan
guru dengan menyajikan pelajaran dan mendorong siswa untuk mencari serta
memecahkan masalah atau persoalan dalam rangkapencapaiantujuan pengajaran�.
(Setiyowati et al., n.d.) menguraikan
langkah-langkah penerapan problem solving yaitu: Memahami masalah, Membuat
rencana, Melaksanakan rencana atau penyelesaian soal, Memeriksa ulang jawaban
yang diperoleh. Adapun kelebihan pemecahan masalah� (Anwar, 2013) 1. Siswa memiliki pola pikir
yang konstruktif karena mengarah pada penganalisisan soal sebelum ditemukan
himpunan penyelesaiannya 2. Siswa dapat mengintegrasikan konsep, dan
keterampilan yang dipelajari 3. Melatih siswa membuat kerangka kerja yang
tersusun rapi untuk membantunya mengorganisasikan usahanya dalam mengerjakan
soal.
Kelemahan model pembelajaran problem solving menurut (Tampubolon & Sitindaon, 2013) : 1. Mereka akan
merasa enggan untuk mencoba manakala siswa tidak tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, 2. Keberhasilan
pembelajaran melalui pendekatan problem solving membutuhkan waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu penerapan pendekatan problem solving pada pembelajaran
materi perbandingan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
siswa dalam materi tersebut Maka dari itu, peneliti mengambil judul �Analisis
Kesulitan Pemecahan Masalah pada Materi Perbandingan Berdasarkan Ranah Kognitif
Revisi Taksonomi Bloom�
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan, menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena
dan peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena sebagaimana adanya
maupun analisis hubungan antar variabel dalam suatu fenomena. Dalam penelitian
ini, instrumen utama dalam pengumpulan data adalah peneliti sendiri. Hal ini
dikarenakan peneliti langsung berhubungan dengan subjek penelitian sehingga
fokus penelitian menjadi jelas, dan diharapkan dapat melengkapi data
Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VIII. Subjek yang
diambil hanya lima orang. Pemilihan subjek wawancara berdasarkan analisa tes
kemampuan matematika siswa menyelesaikan materi perbandingan dalam bentuk soal
cerita dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah melalui pendekatan problem
solving. Instrumen penelitian berupa transkrip wawancara dan dokumentasi berupa
lembar tes siswa. Adapun wawancara yang digunakan yaitu wawancara terbuka,
materi yang diambil yaitu tentang perbandingan dipelajari di kelas VII semester
2.
Hasil
dan Pembahasan
Pengumpulan data pada penelitian ini berupa transkrip
wawancara dan dokumentasi berupa lembar tes siswa berjumlah 5 soal, wawancara
yang digunakan yaitu wawancara terbuka, materi yang diambil yaitu tentang
perbandingan. Analisis data dilakukan peneliti dengan berpedoman pada ranah
kognitif Taksonomi Bloom Revisi menurut Anderson dan Krathwohl. Soal tersebut
berbentuk uraian dengan klasifikasi yang disajikan pada tabel 1 berikut.
Tabel 1
Klasifikasi Soal Cerita Berdasarkan Ranah Kognitif Taksonomi Bloom
Tingkat Kognitif |
Nomor Soal |
Jumlah Soal |
Persentase |
Mengingat/remember(C1) |
- |
0 |
0% |
Memahami/understand(C2) |
5 |
1 |
20% |
Menerapkan/apply(C3) |
1,2, 3, 4 |
4 |
80% |
Menganalisis/anali(C4) |
- |
0 |
0% |
Mengevaluasi
(C5) |
- |
0 |
0% |
Berkreasi/Sintesis(C6) |
- |
0 |
0% |
�
Dari tabel 1 terlihat bahwa tingkat kognitif pada soal cerita
materi perbandingan kelas VII yang di uji cobakan pada kelas VIII.
Memahami (C2) terdapat 1 soal adalah soal nomor 5. Soal
tersebut dikategorikan pada tingkat kognitif memahami (C2) karena soal tersebut
menuntut siswa memahami konsep perbandingan serta memahami bahasa yang
digunakan dalam soal. Menerapkan (C3) terdapat 4
soal yaitu nomor 1, 2, 3, dan 4. Secara umum soal tersebut dikategorikan pada
tingkat kognitif menerapkan (C3) karena soal tersebut mengharuskan siswa untuk
dapat menerapkan konsep perbandingan dan menuntut siswa memilih konsep tertentu
untuk menghitung serta menghubungkan antara dua informasi atau lebih.
Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap hasil pekerjaan
siswa guna untuk mengetahui tingkat berpikir kognitif dan kesulitan siswa
berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi. Pemilihan subjek dalam penelitian ini
diambil dari 5 siswa kelas VIII dengan aspek melaksanakan rencana terkait soal
cerita perbandingan berdasarkan hasil jawaban dan wawancara siswa yang
mengikuti tes tertulis dan telah diklasifikasikan berdasarkan interpretasi
proses kognitif� dalam taksonomi bloom
revisi. Melalui pengelompokan tersebut, terpilih 2 siswa yang dijadikan sebagai
subjek penelitian yaitu satu siswa dari kategori kemampuan tinggi (S1) dan satu
siswa dari kategori kemampuan rendah (S5).
Soal yang digunakan untuk menganalisis kesulitan serta
kemampuan memahami disajikan pada butir soal nomor 5 berikut.
1. Soal nomor 5
Yuni beserta
keluarga akan berlibur ke rumah nenek menggunakan mobil yang di kendarai Ayah.
Ia berangkat dari rumah pukul 07.00 jalan yang pertama ia lalui yaitu jalan A
dengan jarak 120 km selama 1 1/4 jam, lalu ia belok kanan melalui jalan B
dengan jarak 100 km. Dan jalan terakhir Yuni tempuh sebelum sampai kerumah
nenek adalah jalan C dengan jarak 180 km. Dengan kecepatan yang sama, pada
pukul berapa Yuni dan keluarga tiba di rumah nenek?
Berikut disajikan
hasil pekerjaan siswa S1 dan S5 terkait proses pekerjaan dapat dilihat pada
gambar 1 dan 2 berikut.
Gambar 1
Hasil Jawaban Siswa
S1 Pada Indikator Memahami
2.
Siswa Kemampuan Tinggi
Berdasarkan jawaban siswa di atas, siswa S1 sudah memahami informasi apa yang dapat digunakan pada soal serta apa
yang ditanyakan. Setelah itu
siswa mulai merencanakan langkah awal untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada.
Gambar
2
Hasil Jawaban
Siswa S5 Pada Indikator Memahami
Siswa S5 belum mampu mencapai
indikator ini. Siswa S5 dapat mengerjakan soal tersebut tetapi jawaban dari soal
tidak benar dan terlihat siswa S5 belum mampu memahami
soal dengan baik. Kemudian dilakukan wawancara untuk mengkonfirmasi jawaban dari S5.
A �� : Apakah kamu membuat perencanaan
sebelum mengerjakannya ?
EB : Tidak, ketika saya sudah membaca
soalnya saya langsung berpikir untuk mengerjakannya karena saya tidak
memahami soal tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan diperoleh bahwa siswa S1 dalam mengerjakan soal terkait indikator
memahami dapat menyelesaikan soal tersebut. Siswa S1 memahami dalam mengerjakan soal ketika ditanya cara dalam menyelesaikan
soal tersebut menjawab dengan menggunakan konsep dari perbandingan dimana membandingkan secara langsung apa yang diketahui dari soal sehingga
siswa tersebut mencapai indikator memahami. Sedangkan siswa S5 ketika ditanya cara dalam
menyelesaikan soal menjawab tidak memahami cara menyelesaikan
soal sehingga dapat dikatakan siswa S5 tidak mencapai indikator memahami.
Soal yang digunakan untuk
menganalisis kemapuan menerapkan siswa terkait dengan indikator menerapkan disajikan pada butir soal 1, 2, 3, dan 4 berikut. Soal nomor 1, 2, 3, dan 4 :
1.
Diyah membuat sketsa sebuah taman yang nantinya akan di terapkan pada taman belakang rumahnya. Sketsa taman tersebut
berbentuk persegi panjang dengan skala 1:200 Cukupkah informasi tersebut� untuk
menentukan panjang dan lebar taman belakang
rumah Diyah?
2.
Sandi memperkirakan
tinggi Monumen Nasional
(Monas) 137 m sampai 140 m. Lalu
ia membuat model miniatur Monas untuk memenuhi tugas karya seni. Jika
skala 1:200, maka ada berapa kemungkinan
tinggi miniatur Monas yang
di buat Sandi apabila selisih antar miniatur
0,5 secara berurutan? Serta
jelaskan bagaimana kamu memperoleh jawaban tersebut?
3.
Banyak guru di salah satu SMP Bandung adalah 56 orang,
diantaranya 36 guru laki-laki.
Dapatkah kamu menentukan perbandingan untuk, banyak guru perempuan dengan guru laki-laki dan banyak guru laki-laki dengan guru seluruhnya.
4.
Emily adalah
seorang sekretaris sebuah perusahaan. Setiap hari ia
mengetik mulai dari pukul 09.15 dengan selesai pukul 14.05, tetapi waktu ia terpotong
untuk istirahat dari pukul 12.00 sampai 13.30. Emily mampu mengetik pada komputer dengan kecepatan 40 katadalam 1 menit. Setiap halaman kertas hanya mampu
250 kata. Berdasarkan informasi
di atas dapatkah kamu menentukan berapa halaman ketikan yang di hasilkan Emily dalam sehari?
Gambar
3
Hasil Jawaban
Siswa S1 Pada Indikator Menerapkan
Indikator menerapkan hanya dapat dicapai oleh siswa S1. Siswa tersebut mengerjakan soal nomor 1, 2 dan nomor 3 cukup baik
namun pada soal nomor 4 siswa belum
dapat menyelesaikan soal dengan benar.
Siswa S1 dapat menerapkan konsep perbandingan untuk mengerjakan soal nomor 1,2 dan nomor 3 yang disajikan namun pada soal nomor 4 siswa
belum mampu mengerjakan soal dimana siswa tidak
memahami perintah soal serta tidak
dapat menerapkan konsep perbandingan senilai.
Berikut disajikan hasil pekerjaan mahasiswa S5 terkait indikator apply terkait proses pekerjaan dapat dilihat pada gambar 3 berikut.
Gambar
4
Hasil Jawaban
Siswa S5 Pada Indikator Menerapkan
Siswa S5 belum mampu mencapai
indikator ini. Siswa S5 hanya dapat mengerjakan soal nomor 1 dan 3 tetapi jawaban dari soal tidak
benar dan terlihat siswa S5 sudah mencoba menerapkan konsep perbandingan namun jawaban siswa
belum tepat. Terlihat dari jawaban
siswa diperoleh hasil yang hanya asal menjawab soal
tanpa menuliskan proses untuk menjawab soal.
Kemudian dilakukan wawancara untuk mengkonfirmasi jawaban dari S1 dan S5. Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa siswa S1 ketika ditanya cara dalam
menyelesaikan soal maka siswa tersebut
menjawab dalam mengerjakan soal dengan menggunakan konsep dari perbandingan
yang berkaitan ketika soal tersebut berkaitan
dengan perbandingan senilai maka siswa
menggunakan konsep perbandingan senilai begitu juga untuk perbandingan berbalik nilai dapat dikatakan
siswa S1 telah dapat menerapkan konsep perbandingan dalam mengerjakan soal atau mencapai
indikator menerapkan. Sedangkan siswa S5 ketika ditanya cara dalam menyelesaikan
soal maka siswa tersebut menjawab sama sekali
tidak memahami cara menyelesaikan soal tetapi untuk
soal nomor 1 dan 3 siswa mencoba menerapkan
konsep perbandingan tetapi masih belum
menerapkan konsep perbandingan tersebut dengan baik sehingga
dapat dikatakan siswa S5 tidak mencapai indikator menerapkan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
analisis di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa siswa masih mengalami kesulitan baik dalam memahami konsep atau menerapkan
prinsip. Tidak hanya siswa yang memiliki kemampuan rendah yang mengalami kesulitan, namun siswa yang memiliki kemampun matematika tinggi juga masih� mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal uraian matematika materi perbandingan. Peneliti menyarankan kepada guru maupun kepada calon tenaga
pendidik agar pada saat mengajar lebih memperhatikan kesulitan siswa dalam materi
yang di ajarkan, agar siswa
tidak kesulitan dalam menyelesaikan masalah soal uraian
yang berbentuk cerita.
BIBLIOGRAFI
Adiputra,
Yosi. (2017). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Terhadap Pemahaman
Matematik Siswa. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(12),
173�180.
Anwar, Saiful. (2013). Penggunaan Langkah Pemecahan Masalah Polya
Dalammenyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Perbandingan Di Kelas VI Mial-Ibrohimy
Galis Bangkalan. MATHEdunesa, 2(3).
Dwidarti, Ufi, Mampouw, Helti Lygia, & Setyadi, Danang. (2019).
Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Himpunan. Jurnal
Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 315�322.
Hamidah, Dewi, Putri, Ratu Ilma Indra, & Somakim, Somakim. (2018).
Eksplorasi Pemahaman Siswa pada Materi Perbandingan Senilai Menggunakan Konteks
Cerita di SMP. Jurnal Riset Pendidikan Dan Inovasi Pembelajaran Matematika
(JRPIPM), 1(1), 1�10.
Hidayat, Ara, & Maspupah, Meti. (2017). Perbandingan Model
Pembelajaran Problem Solving Dan Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia (Penelitian pada Siswa Kelas XI IPA
SMAN 1 Ciparay Kab. Bandung). Jurnal BIOEDUIN: Program Studi Pendidikan
Biologi, 7(1), 15�26.
Indonesia, Presiden Republik. (2003). Undang-undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.
Melanie, Margaretha Evi, Hartoyo, Agung, & Ahmad, Dian. (2016).
Deskripsi Proses Penyelesaian Soal Cerita Materi Perbandingan Pada Siswa Kelas
VII SMP. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 5(9).
Oktaviana, Dwi, & Prihatin, Iwit. (2018). Analisis Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Perbandingan Berdasarkan Ranah Kognitif Revisi Taksonomi Bloom. Buana
Matematika: Jurnal Ilmiah Matematika Dan Pendidikan Matematika, 8(2:),
81�88.
Setiyowati, Liana, Wijonarko, Wijonarko, & Sulianto, Joko. (n.d.). Penerapan
Metode Problem Solving Model Polya Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Pada
Materi Operasi Hitung Campuran Kelas 3 Sd. JS (Jurnal Sekolah), 2(2),
32�37.
Tampubolon, Togi, & Sitindaon, Sondang Fitriani. (2013). Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA
Negeri 7 Medan. INPAFI (Inovasi Pembelajaran Fisika), 1(3).