Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No.11, November 2021
PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN DAN JARAK ELEKRODA
TERHADAP PENURUNAN KADAR COD DAN TSS PADA LIMBAH BATIK MENGGUNAKAN METODE
ELEKTROKOAGULASI
Hammami Fajar Kurniawan
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jawa
Tengah, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Keberadaan industri tekstil khususnya pada produksi batik di daerah pasti akan memberikan keuntungan pada daerah tersebut, karena bisa menyerap tenaga kerja dari daerah tersebut. Akan tetapi dimana ada keuntungan maka disitu juga akan terdapat kekurangan, seperti halnya pada pabrik tekstil ini yang mana limbah cair yang di hasilkan memberikan dampak negatif pada lingkungan. Limbah cair ini berasal dari proses pencucian dan pewarnaan yang mengandung zat warna, logam berat, dan konsentrasi garam yang tinggi. Penelitian ini mengkji limbah batik dari pabrik tekstil menggunakan metode elektrokoagulasi dengan elektroda alumunium. Penelitian pengolahan limbah cair batik telah dilakukan. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa variabel jarak elektroda dan kecepatan pengadukan mempengaruhi nilai efisiensi penurunan COD dan nilai penurunan TSS pada limbah batik. Secara umum, semakin tinggi kecepatan pengadukan dan semakin dekat jarak antar elektroda, semakin tinggi pula efisiensi penurunan TSS dan COD. Terdapat titik optimal untuk kecepatan pengadukan, yang mana penurunan efisiensi TSS dan COD tertinggi diperoleh pada kecepatan pengadukan 200 rpm. Dari variabel yang di kaji, didapatkan nilai optimal pada kedua variabel yaitu pada jarak elektroda 1,6 dan pada kecepatan pengadukan 200 rpm, dengan hasil nilai efisiensi yang di dapat yaitu pada penurunan COD sebesar 89,39% dan pada penurunan TSS sebesar 90,45%.
Kata Kunci: limbah batik; elektrokoagulasi;
effisiensi; elektroda
Abstract
The existence of the textile industry, especially in batik production in
the region, will certainly provide benefits to the area, because it can absorb labor
from the area. However, where there are advantages, there will also be
disadvantages, as is the case in this textile factory where the liquid waste
produced has a negative impact on the environment. This liquid waste comes from
the washing and coloring process which contains dyes, heavy metals, and high
salt concentrations. This study examines batik waste from a textile factory
using the electrocoagulation method with aluminum electrodes. Research on batik
wastewater treatment has been carried out. The results of this study prove that
the electrode distance and stirring speed variables affect the COD reduction
efficiency and TSS reduction in batik waste. In general, the higher the
stirring speed and the closer the electrode spacing, the higher the TSS and COD
reduction efficiency. There is an optimal point for stirring speed, where the
highest reduction in TSS and COD efficiency is obtained at a stirring speed of
200 rpm. From the variables studied, the optimal value for both variables was obtained, namely at the electrode distance of 1.6 and at
a stirring speed of 200 rpm, with the result that the efficiency value obtained
was a decrease in COD of 89.39% and a decrease in TSS of 90.45 %.
Keywords: batik waste; electrocoagulation; efficiency; electrode
Pendahuluan
Di dirikannya suatu industri pada suatu daerah akan
memberikan dampak positif dan negatif. salah satu dampak positifnya
yaitu terdapatnya penyerapan tenaga kerja dan memberikan pemasukan pada daerah tersebut, sedangkan untuk dampak negatifnya
sendiri yaitu terdapatnya limbah yang dihasilkan yang mana dapat membahayakan lingkungan tersebut (Supriatna, Jumiati, & Waseh, 2018).
Peraturan Badan Lingkungan
Hidup Pemerintah Kota Surakarta tahun
2016, air sungai kelas 2 yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pengelolaan ikan air tawar, peternakan dan air untuk mengairi pertanaman. Kondisi air yang tercemar tersebut dampak dari pengolahan
pembuangan air limbah batik
yang belum dilakukan sesuai prosedur (Rumaisa, Christy, & Hermanto, 2019).
Berdasarkan data rekapitulasi
kualitas air sungai Kota
Surakarta, terdapat pengambilan
sampel di berbagai lokasi. Pada daerah Kaliayar Tengah dimana sungai tersebut berdampak pada pembuangan air limbah tekstil. Berdasarkan parameter secara kimia yang diperoleh, air sungai pada daerah Kaliayar memliki pH 6,65 (mg/L);
TSS 15 (mg/L); DO 1,6 (mg/L); BOD 16,4 (mg/L); COD 36,9 (mg/L); PO4 0,8582
(mg/L) (Rumaisa et al., 2019).
Pada
beberapa tahun terakhir telah dikembangkan sebuah metode yaitu elektrokoagulasi
yangmana metode tersebut sangat efektif untuk mengolah limbah cair dari
industri tekstil. Metode ini efisien diterapkan untuk pengolahan air limbah
yang mengandung logam berat, bahan makanan,� minyak,� pewarna� tekstil,� bahan organik, dan polutan lain. Elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia serta koagulasi-flokulasi (Nurafiah S, 2018).
Metode ini menggunakan sel elektrokimia, yang berupa dua elektroda,
yakni katoda dan anoda, yang direndam dalam larutan konduktif
atau elektrolit dan dihubungkan bersama melalui rangkaian listrik yang tersambung dengan sumber arus
dan perangkat control (Nurafiah S, 2018). Dalam sel elektrokoagulasi terjadi reaksi oksidasi di anoda sementara reaksi reduksi di katoda. Material elektroda yang paling banyak digunakan adalah alumunium karena memiliki nilai resistivitas yang kecil sehingga dapat mengalirkan arus listrik lebih baik
jika dibandingkan dengan material lain. Pada anoda,
terjadi oksidasi terhadap ion negatif sehingga membentuk Al3+ yang akan berikatan dengan OH- membentuk koagulan Al OH)3. Sementara itu, gas hidrogen yang dihasilkan di katoda membantu flok terangkat
ke permukaan. Ikatan antara koagulan
dengan polutan yang terdapat dalam air limbah inilah yang dapat mengurangi kadar pencemaran limbah batik sebelum akhirnya dibuang ke lingkungan. Penelitian ini mempelajari pengolahan limbah batik dengan metode elektrokoagulasi menggunakan elektroda alumunium. Secara khusus, pengaruh variabel kecepatan pengadukan dan jarak elektroda terhadap kualitas limbah setelah treatment dipelajari. Kualitas limbah cair batik diukur dari kadar TSS dan COD (Ayu, 2018).
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kecepatan Pengadukan dan Jarak Elektroda pada metode Elektrokoagulasi Terhadap Penurunan Kadar Cod Dan Tss Limbah Batik. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu rancangan acak lengkap (RAL). Analisis yang dilakukan berupa analisis kuntitatif menggunakan metode reflux (Hengki Adi Saputra, Badariah, & Novalyan, 2019).
Proses pengambilan data dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Universitas Jenderal Soedirman dengan sampel berupa air limbah industri batik Sokaraja. Metode yang digunakan yaitu elektrokoagulasi dengan elektroda alumunium serta memvariasikan waktu pengadukan dan jarak elektroda. Kajian selanjutnya yaitu membandingkan data hasil yang diperoleh dengan literatur jurnal pendukung serta hasil penelitian elektrokoagulasiyang pernah dilakukan sebelumnya (Devy & Haryanto, 2021).
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Sampel yang digunakan pada penelitian ini berupa limbah batik sokaraja yang diambil dari Desa Sokaraja Kulon yang berada di Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah.
Sampel yang digunakan di uji kadar
COD dan kadar TSS dengan memvariasikan variabel kecepatan pengadukan dan jarak elektroda. Hasil
yang didapatkan setelah melalukan uji sebagai berikut.
Tabel 1
�Data uji Kadar COD dan kadar TSS
Jarak Elektroda (cm) |
Kecepatan Pengadukan (rpm) |
Kadar COD (mg/L) |
Efisiensi Penurunan Kadar COD (%) |
Kadar TSS (mg/L) |
Efisiensi Penurunan Kadar TSS (%) |
1,6 |
200 |
74,15 |
89,39 |
476 |
86,87 |
400 |
125 |
82,12 |
470 |
87,03 |
|
600 |
169,49 |
75,75 |
436 |
87,97 |
|
800 |
211,86 |
69,69 |
418 |
88,47 |
|
1000 |
275,42 |
60,60 |
346 |
90,45 |
|
3,2 |
200 |
190,67 |
72,72 |
562 |
84,50 |
400 |
252,11 |
63,93 |
534 |
85,27 |
|
600 |
298,72 |
57,27 |
510 |
85,93 |
|
800 |
349,57 |
50 |
474 |
86,92 |
|
1000 |
381,35 |
45,45 |
442 |
87,81 |
|
4,8 |
200 |
381,35 |
45,45 |
694 |
80,86 |
400 |
402,54 |
42,42 |
624 |
82,79 |
|
600 |
423,72 |
39,39 |
598 |
83,50 |
|
800 |
434,32 |
37,87 |
552 |
84,77 |
|
1000 |
497,88 |
28,78 |
524 |
85,54 |
|
6,4 |
200 |
423,72 |
39,39 |
792 |
78,15 |
400 |
434,32 |
37,87 |
758 |
79,09 |
|
600 |
466,10 |
33,33 |
710 |
80,41 |
|
800 |
540,25 |
22,72 |
670 |
81,52 |
|
1000 |
582,62 |
16,66 |
664 |
81,68 |
|
8 |
200 |
487,28 |
30,30 |
946 |
73,91 |
400 |
519,06 |
25,75 |
840 |
76,83 |
|
600 |
572,03 |
18,18 |
802 |
77,88 |
|
800 |
614,40 |
12,12 |
794 |
78,10 |
|
1000 |
646,18 |
7,57 |
726 |
79,97 |
1. Kualitas Limbah
Batik Sokaraja
Sampel yang digunakan
dalam riset ini merupakan limbah
batik yang diambil dari
Desa Sokaraja Kulon yang terletak
di Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah. sampel
yang digunakan hendak dicoba proses elektrokoagulasi.
Pada riset ini proses elektrokoagulasi memakai elektroda (Al) / (Al). Proses elektrokoagulasi
dicoba dengan alterasi kecepatan pengadukan dan jarak elektroda dengan parameter yang dianalisis merupakan kandungan COD serta kandungan TSS.
Saat sebelum
diberi perlakuan dengan proses elektrokoagulasi, sampel limbah batik dianalisis kandungan COD serta kandungan TSS terlebih dulu buat
mengenali mutu dari limbah tersebut.
Hasil analisis limbah bisa dilihat pada tabel x.
Tabel 2
�Kualitas awal limbah
batik Sokaraja
Parameter |
Satuan |
Hasil uji |
Baku mutu Air limah tekstil |
|
Limbah Batik |
COD |
Mg/L |
699,15 |
150 |
TSS |
Mg/L |
3626 |
50 |
Bersumber pada tabel 2, bisa dikenal kalau limbah tersebut tidak layak dibuang langsung ke area
sebab nilai COD serta TSS yang sangat besar melebihi baku kualitas air limbah.
Dengan demikian limbah butuh diberi perlakuan saat sebelum dibuang ke area.
Salah satu perlakukan yang dicoba merupakan dengan proses elektrokoagulasi
memakai elektroda Aluminium (Suhartini & Nurika, 2018).
B.
Pembahasan
TSS merupakan partikel yang tertahan pada glass fiber filter dengan
ukuran kurang dari atau sama dengan 2μm. Partikel yang dimaksud meliputi
baik zat organik maupun anorganik seperti alga, nutrien, dan logam. Hasil
pengujian limbah batik sebelum di-treatment memiliki kadar TSS 362 mg/L, dan
COD sebesar 699,15 mg/L (Rahmayanti & Mujiburohman, 2020). Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. KEP-51/MENLH/10/1995, batas ambang TSS dan COD dalam limbah detergent
masing-masing 100 mg/L dan 300 mg/L (Rahmayanti & Mujiburohman, 2020).� Setelah
dilakukan treatment variasi kecepatan pengadukan dan jarak elektroda, terjadi
penurunan kadar TSS dengan efisiensi penurunan sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 1.
Gambar 1
�Efisiensi
Penurunan Kadar TSS (%) Setiap
Variasi
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa setelah elektrokoagulasi
dijalankan, efisiensi penurunan kadar TSS semakin turun dengan naiknya
kecepatan pengadukan. Hal ini dapat dijelaskan dari konsep tumbukan bahwa
peningkatan kecepatan pengadukan, di satu sisi, bisa menaikkan frekuensi
tumbukan antara koagulan dengan partikel-partikel sekitarnya membentuk flok.
Selama proses elektrokoagulasi elekroda Al mengalami oksidasi (melepas
elektronnya) menjadi Al3+yang kemudian berikatan dengan OH- dari air membentuk
Al(OH)3 yang berfungsi sebagai koagulan (Tety Sudiarti, Eko Prabowo Hadisantoso, & Asep Supriadin, 2018). Dengan kecepatan pengadukan yang semakin tinggi,
gerakan koagulan untuk mengikat polutan melalui tumbukan antar partikel juga
akan semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan semakin besar kecepatan pengadukan
yang dipakai maka akan semakin banyak pula flok yang dihasilkan, yang akhirnya
menurunkan kadar TSS. Akan tetapi, jika kecepatan pengadukan terlalu tinggi,
tumbukan yang dihasilkan antar partikel justru dapat melepaskan ikatan flokulan
dan kembali menjadi partikel-partikel kecil dalam air (suspended solid) (Humairoh, 2014).
Dari gambar
yang sama terlihat bahwa semakin berdekatan elektroda, semakin tinggi efisiensi
penurunan TSS. Hal ini terkait dengan jarak lintasan arus listrik bahwa semakin
tinggi panjang lintasan, atau jarak elektroda makin jauh, nilai hambatan
listriknya pun semakin besar. Pada beda potensial yang sama, arus listrik yang
mengalir semakin kecil sehingga pembentukan koagulan juga semakin kecil.
Tetapi, jarak yang terlalu dekat juga beresiko karena jumlah koagulan yang
meningkat bisa mengganggu sistem akibat hubungan singkat elektroda. Saat elektroda
dipasang pada jarak 1,6 cm, dengan kecepatan pengadukan 200, 400, 600, 800 dan
1000 rpm didapat efisiensi yang semakin menurun, yakni 90,45%, 88,47%, 87,97%,
87,03%, dan 86,87%. Sementara itu, saat elektroda dipasang pada jarak 3,2 cm,
efisiensi penurunan TSS mengikuti pola yang sama dengan ketika elektroda
berjarak 1,6 cm, hanya nilainya lebih rendah yang mana efisiensi tertinggi
diperoleh sebesar 87,81%. Pada kedua variasi jarak elektroda, semua titik
optimum didapat saat kecepatan pengadukan 200 rpm (Sari et al., 2020).
Nilai TSS tersebut
masih berada diatas ambang batas baku mutu limbah cair batik. Agar nilai TSS
dapat berada dibawah ambang batas baku mutu dapat dilakukan proses filtrasi
dengan adanya penambahan massa koagulan salah satu contoh biji kelor. Hal tersebut
disebabkan karena terdapat partikel koloid yang mempunyai muatan listrik yang
stabil pada limbah batik cair, dan ketika koagulan ditambahkan maka akan mengakibatkan
partikel koloid menjadi tidak stabil dan akan menyatu dengan partikel koloid
yang lainnya kemudian partikel tersebut akan terendapkan. Penambaha koagulan
harus sesuai dosis, apabila melebihi dosis maka kandungan TSS nya akan menurun,
hal ini disebabkan partikel yang terendapkan dapat stabil kembali (Indrayani, 2018).
Pada proses
koagulasi umumnya menggunakan koagulan alum dan tawas, namun pada koagulan
tersebut memiliki dampak negatif pada kesehatan dan dapat mencemari lingkungan.
Untuk menghindari dampak negatif tersebut, akan lebih baik bila menggunakan
bahan alami seperti contoh biji kelor, biji kelor memiliki kandungan berupa
protein bersifat polielektrolit kationik yang berguna untuk menjernihkan air,
protein tersebut juga mengandung asam amino yang akan mengalami ionisasi atau
disosiasi ketika dilarutkan dalam air. Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh
(Suryanti et al., 2019) penambahan massa koagulan sebanyak 60gr pada limbah
batik mampu menurukan efektifitas TSS sebesar 91,67% (Fadillah, 2019).
Secara kimiawi
COD menunjukkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan
organik. Pengaruh kecepatan pengadukan dan jarak elektroda terhadap penurunan
COD ditunjukkan pada Gambar 2. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap efisiensi
penurunan COD mirip dengan terhadap efisiensi penurunan TSS, bahwa semakin
tinggi kecepatan pengadukan, semakin menurun efisiensi penurunan COD. Kemiripan
ini terjadi karena bahan-bahan yang bisa dioksidasi secara kimiawi sebagian
juga berbentuk suspended solid yang keberadaannya dipengaruhi seberapa banyak
yang terikat koagulan Al(OH)3 (Amanda, 2019).
Gambar
2
�Efisiensi Penurunan Kadar COD (%) Setiap Variasi
Pada
jarak elektroda 1,6 cm, dengan kecepatan pengadukan 200, 400, dan 600, 800 dan
1000 rpm didapat efisiensi penurunan COD sebesar 89,93%, 82,12%, 75,75%,
69,69%, 60,60%. Kecenderungan yang sama terjadi saat elektroda dipasang pada
jarak 8 cm, dengan nilai yang lebih rendah, efisiensi penurunan COD yang
optimal terjadi pada kecepatan pengadukan 200 rpm. Berbeda dengan kondisi awal
TSS, limbah cair batik yang digunakan kebanyakan memiliki COD jauh di atas
ambang batasnya. Perlu pengolahan elektrokoagulasi secara berseri untuk
menghasilkan limbah laundry yang COD-nya memenuhi syarat (Rahajeng, Sumiyati, & Samudro, 2015).
Kesimpulan
Penelitian pengolahan limbah cair batik telah dilakukan. Terbukti bahwa kecepatan pengadukan dan jarak antar elektroda mempengaruhi efisiensi penurunan TSS dan COD pada limbah cair batik. Secara umum, semakin tinggi kecepatan pengadukan dan semakin dekat jarak antar elektroda, semakin tinggi pula efisiensi penurunan TSS dan COD. Terdapat titik optimal untuk kecepatan pengadukan, yang mana penurunan efisiensi TSS dan COD tertinggi diperoleh pada kecepatan pengadukan 200 rpm. Diperoleh titik optimal pada variabel yang di pelajari yaitu pada kecepatan pengadukan 200 rpm dan pada jarak elektroda 1,6 cm, dengan hasil efisiensi penurunan kadar TSS sebesar 90,45% dan hasil efisiensi penurunan kadarCOD sebesar 89,39%.
BIBLIOGRAFI
Amanda, Yessinta Trizna. (2019). Pemanfaatan
Biji Trembesi (Samanea Saman) Sebagai Koagulan Alami Untuk Menurunkan Bod, Cod,
Tss, Kekeruhan Pada Pengolahan Limbah Cair Tempe (Studi di Industri Tempe UD. X
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember).Google Scholar
Ayu, Adi Puspitarini. (2018). Komparasi
Recovery Aluminium Lumpur PDAM X Menggunakan Metode Elektrolisis Dengan Membran
Penukar Kation Dan Membran Penukar Anion. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Google Scholar
Devy, Belinda Liana, & Haryanto, A. R.
(2021). Pengaruh Beda Potensial dan Waktu Kontak terhadap Penurunan Kadar COD
dan TSS pada Limbah Batik menggunakan Metode Elektrokagulasi. Jurnal Teknik
Kimia USU, 10(2), 63�69. Google Scholar
Fadillah, Yuliana. (2019). Analisa
Pengaruh Tekanan Terhadap Nilai Efisiensi Proses Filtrasi Lumpur dengan
Penambahan Koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) dan Al2 (SO 4) 3 Menggunakan
Alat Plate and Frame Filter Press (Analysis of the Effect of Pressure on the
Efficiency of the Sludge Filtration Process By Aading Poly Aluminium Chloride
(PAC) and Al2 (SO4) 3 Coagulants Using a Plate and Frame Filter Press).
undip vokasi. Google Scholar
Hengki Adi Saputra, Tb150968, Badariah,
Badariah, & Novalyan, Devie. (2019). Aplikasi Biosorben Dari Limbah
Sabut Pinang (Areca Catechu L.) Untuk Meningkatkan Kualitas Air Sungai
Batanghari. Uin Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Google Scholar
Humairoh, Liza. (2014). Penerapan Metode
Elektrokoagulasi Dalam Penjernihan Air Sungai Musi Menggunakan Elektroda
Aluminium. Politeknik Negeri Sriwijaya. Google Scholar
Indrayani, Lilin. (2018). Pengolahan limbah
cair industri batik sebagai salah satu percontohan IPAL batik di Yogyakarta. Ecothropic,
12(2), 173�184. Google Scholar
Nurafiah S, Nadia. (2018). Pengolahan
Limbah Cair Laboratorium Kimia dengan Metode Elektrokoagulasi dan Koagulan Biji
Kelor. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Google Scholar
Rahajeng, Estuning Mugi, Sumiyati, Sri,
& Samudro, Ganjar. (2015). Pengaruh konsentrasi Chemical Oxygen Demand
(COD) dan pH terhadap kinerja Granular Activated Carbon Dual Chamber Microbial
Fuel Cells (GAC-DCMFCs). Jurnal Teknik Lingkungan, 4(2), 1�8. Google Scholar
Rahmayanti, Shofia, & Mujiburohman, Muhammad.
(2020). Pengaruh Kecepatan Pengadukan dan Jarak Elektroda Elektrokoagulasi
Terhadap Penurunan Kadar TSS dan COD pada Limbah Cair Laundry. Proceeding of
The URECOL, 305�308. Google Scholar
Rumaisa, Dewi, Christy, Evie, &
Hermanto, Hermanto. (2019). Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Surakarta Dalam
Pengendalian Pencemaran Sungai (Studi Pada Dinas Lingkungan Hidup Kota
Surakarta). Jurnal Hukum Media Bhakti. Google Scholar
Sari, Mila, Mahyuddin, Mahyuddin,
Simarmata, Marulam M. T., Susilawaty, Andi, Wati, Cheppy, Munthe, Seri
Asnawati, Hidayanti, Rahmi, NNPS, Rd Indah Nirtha, Fatma, Fitria, &
Saputra, Harry Ade. (2020). Kesehatan lingkungan perumahan. Yayasan Kita
Menulis. Google Scholar
Suhartini, Sri, & Nurika, Irnia.
(2018). Teknologi Pengolahan Limbah Agroindustri. Universitas Brawijaya
Press. Google Scholar
Supriatna, Peri, Jumiati, Ipah Ema, &
Waseh, Hasuri. (2018). Analisis Dampak Sosial Ekonomi Kebijakan Pembangunan
Pelabuhan Pt Cemindo Gemilang Terhadap Kehidupan Masyarakat Desa Darmasari
Kecamatan Bayah Kabupaten Lebakbanten. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Google Scholar
Tety Sudiarti, Sudiarti, Eko Prabowo Hadisantoso,
Hadisantoso, & Asep Supriadin, Supriadin. (2018). Prosiding: Seminar
Nasional Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2018 Tema:�Peran Sains Dalam
Meningkatkan Nilai Tambah Bahan Alam Untuk Kesejahteraan. Masyarakat.� PROSIDING:
Seminar Nasional Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2018 Tema:�Peran Sains
Dalam Meningkatkan Nilai Tambah Bahan Alam Untuk Kesejahteraan., 1(1),
1�227. http://digilib. uinsgd. ac. id. Google Scholar
Hammami
Fajar Kurniawan (2021) |
First
publication right: |
This
article is licensed under: |