Syntax Idea: p�ISSN:
2684-6853
e-ISSN: 2684-883X�
�Vol. 3, No.11, November 2021
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE
STAD DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM�� MEMAHAMI TRIGONOMETRI�
Inan
Nurrofiq
SMAN 1 Sukapura,
Kab.Probolinggo Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
SMA Negeri 1 Sukapura pada
kelas X MIA memiliki masalah pembelajaran pada mata pelajaran Matematika yaitu materi Trigonometri. Pada siswa Kelas X MIA SMA Negeri 1 Sukapura
banyak siswa belum memahami terhadap materi yang di sampaikan guru Matematika. Rendahnya pemahaman siswa terhadap Trigonometri disebabkan siswa kesulitan memahami materi yang�� disampaikan�� oleh��
guru. Siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran dan sulit untuk memperoleh
pemahaman yang mendalam.
Hal ini berakibat� kemampuan siswa dalam Memahami
Trigonometri .Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul
"Implementasi Model Pembelajaran
Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Trigonometri� di Kelas X MIA SMA Negeri 1� Sukapura Tahun Pelajaran 2017/2018" Model Pembelajaran
Cooperative Learning type STAD memlaui� Pendekatan Kontekstual merupakan metode mengajar yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal dengan menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam
kelas .� Perbandingan hasil penelitian yaitu pada pra siklus jumlah
siswa yang tuntas belajar hanya 19 siswa atau 76%, kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 20 siswa atau 80%, dan meningkat pada siklus 2 menjadi 22 siswa atau 88%. Dari perbandingan hasil penelitian tersebut maka dapat
di simpulkan bahwa, dengan konsep 4X pertemuan maka Pembelajaran model Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual berdampak positif bagi proses peningkatan kemampuan siswa dalam memahami
Trigonometri.
Kata
Kunci: model pembelajaran koperasi STAD; pendekatan kontekstual; kemampuan
siswa untuk memahami trigonometri
Abstract
SMA Negeri
1 Sukapura in class X MIA has learning problems in
Mathematics, namely Trigonometry. In Class X MIA SMA Negeri 1 Sukapura, many students do not understand the material
presented by the Mathematics teacher. The low
understanding of students towards Trigonometry is caused by students having
difficulty understanding the material presented by the teacher., Students are
not actively involved in learning and it is difficult to gain deep
understanding. This results in students' ability to understand trigonometry.
Therefore, this study takes the title "Implementation of STAD type
Cooperative Learning Learning Model with a Contextual
Approach to Improve Students' Ability to Understand Trigonometry in Class X MIA
SMA Negeri 1 Sukapura Academic Year 2017/2018"
Learning Model Cooperative Learning type STAD through a Contextual Approach is
a teaching method that emphasizes activities and interactions between students
to motivate each other and help each other in mastering the subject matter in
order to achieve maximum performance by presenting real-world situations into
the classroom. Comparison of research results, namely in the pre-cycle the
number of students who finished studying was only 19 students or 76%, then in
cycle 1 it increased to 20 students or 80%, and increased in cycle 2 to 22
students or 88%. From the comparison of the results of the study, It can be concluded that, with the concept of 4X meetings,
the STAD Cooperative Learning model learning with a Contextual Approach has a
positive impact on the process of increasing students' ability to understand
Trigonometry.
Keywords:
STAD Cooperative Learning Model; Contextual Approach; Students' Ability to
Understand Trigonometry
Received:
2021-10-22; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar
penyampai materi saja, tetapi lebih
dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran (Tkalčič, 2012).
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya
tujuan pendidikan nasional yaitu Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan
pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep
mata pelajaran yang akan disampaikan agar prestasi belajar dan kemampuan yang diperoleh siswa mampu meningkat
secara terus-menerus (Hamsi, 2016).
Kegiatan belajar mengajar merupakan proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan
pembelajaran Guru bukan lagi sebagai pusat
pembelajaran, melainkan bertindak sebagai fasilitator dan motivator.�
Peran guru sebagai� fasilitator dan
motivator sangat diperlukan dalam
setiap pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran Matematika (Khasanah et al., 2020).
Matematika merupakan mata pelajaran yang dikaji oleh setiap jenjang kelas di sekolah. Termasuk juga di kelas X MIA pada
tingkat Sekolah Menengah Atas. Salah satu materi Matematika yang di ajarkan di kelas X MIA adalah Trigonometri. Pada materi ini siswa
di harapkan dapat memahami Trigonometri yang di-ciptakan di daerah setempat (Palayukan, 2018).
Pada kelas X MIA�� SMA Negeri 1 Sukapura
terdapat masalah pembelajaran pada mata pelajaran Matematika khususnya materi Trigonometri. Pada siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Sukapura
banyak siswa yang belum memahami betul terhadap materi yang di sampaikan guru Matematika. Rendahnya pemahaman siswa terhadap Trigonometri disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan�� oleh��
guru.�� Salah satu
usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada siswa kelas X MIA�� SMA Negeri
1 Sukapura adalah dengan memaksimalkan keaktifan siswa dalam KBM menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual merupakan alternative
solusi.
Metode Penelitian
Pokok bahasan dalam Penelitian ini adalah "Implementasi Model Pembelajaran
Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Trigonometri di Kelas X
MIA�� SMA Negeri 1 Sukapura
Tahun Pelajaran 2017/2018". Jadi, Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di Kelas X MIA SMA
Negeri 1 Sukapura dengan jumlah peserta didik 25 siswa.
Adapun rancangan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (Classromm Activity
Research). Pelaksanaan tindakan
dalam PTK meliputi empat alur (langkah):
(1) perencanaan tindakan; (2)
pelaksanaan tindakan; (3) Pengamatan; (4) refleksi (Yusuf & Asrifan, 2020).
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
1.
Prosedur Penelitian Pra Siklus
Tahap pra siklus ini
di laksanakan pada tanggal
20 Januari 2018, bertujuan untuk
mengetahui kondisi awal siswa sebelum
di terapkan model pembelajaran
Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual dengan tahapan sebagai berikut (Novita, 2021):
1)
Perencanaan
Membuat
instrument penelitian yang terdiri
dari lembar observasi kemampuan siswa dalam memahami
Trigonometri, pedoman wawancara, dan penilaian hasil belajar,Membuat RPP (Ratulangi, 2016).
2)
Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan dari kegiatan pra siklus
dimulai dengan dengan kegiatan awal, selanjutnya kegiatan inti dan terahir kegiatan penutup.
Kegiatan Awal;Pengucapan sapaan salam,Doa bersama,Absensi kehadiran siswa di dalam kelas,Dan review sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami Trigonometri
Kegiatan Inti; Guru
memberikan penjelasan tentang Trigonometri, Guru menugaskan siswa agar mengerjakan soal mengenai Trigonometri� (Kusumaningsih, 2011). Kegiatan Penutup;Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan tugasnya,Guru menilai tugas siwa.Salam
penutup
3)
Pengamatan
Hasil belajar pada pra siklus pembelajaran Matematika tentang Trigonometri masih masih sangat rendah dan belum sesuai dengan
yang diharapkan peneliti.
Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut (Nurzakiaty, 2015).
4)
Refleksi
Berdasarkan hasil dari kegiatan
pra siklus diatas dapat disimpulkan
pada tahap Pra Siklus ini dikatakan
kemampuan Siswa Dalam Memahami Trigonometri di Kelas X
MIA�� masih rendah, hal ini
disebabkan pembelajaran di kelas hanya bersifat
transfer ilmu pengetahuan saja dan dilakukan secara konvensional dengan menyampaikan materi pelajaran sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kebutuhan siswa. Pada siklus ini jumlah siswa
yang tuntas belajar 19 siswa atau sekitar
76%, angka tersebut belum memenuhi indikator kinerja yang di tentukan dalam ptk ini yaitu
85%. Maka perlu adanya tidakan selanjutnya yaitu menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual pada siklus 1
2.
Hasil Penelitian Siklus
1
Tahap siklus 1 di laksanakan pada tanggal 22 Januari 2018 dan 27 Januari 2018. Pada tahap ini pembelajaran
di laksanakan dengan menerapkan model pembelajaran
Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual dengan tahapan sebagai berikut
1)
Perencanaan
Adapun perencanaan dalam siklus 1 ini sebagai
berikut: Guru memberi pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan tirgonometri? Guru membimbing siswa dalam pembentukan
kelompok. Guru membagikan lembar kerja pada setiap kelompok. Guru menyajikan pelajaran.Guru
memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh angota kelompok. Anggota kelompok yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti (Ismaimuza & Idris, 2020). Guru memberi kuis/pertanyaan
kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan siswa tidak boleh
saling membantu.Guru
menanggapi hasil kerja peserta didik.
Guru memberi penghargaan kepada siswa yang mendapat nilai tertinggi. Guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan.Guru memberi tugas untuk
minggu depan. Guru memberikan evaluasi (Rahmat, 2019).
2)
Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan dari kegiatan pembelajaran siklus 1 pada pertemuan 1 dan 2 sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan;Mengucapkan salam .Berdo`a sebelum belajar .Mengabsen kehadiran siswa .Apersepsi : Tanya jawab berbagai hal terkait dengan
wawasan siswa mengenai materi yang akan diajarkan dan menyampaikan tujuan pembelajaran .Motivasi : Menjelaskan tujuan kompetensi yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti
Eksplorasi: Guru memberi pertanyaan : Apa yang dimaksud
dengan trigonometri ? (pertemuan 1) dan apa yang di maksud rasio trigonomteri? (pertemuan 2) (rasa ingin tahu);Menjelaskan
trigonometri ? (pertemuan
1) dan rasio trigonomteri?
(pertemuan 2). Guru membimbing siswa dalam pembentukan kelompok (disiplin, kerja sama)
Elaborasi;Guru membagikan lembar kerja pada setiap kelompok (disiplin).Guru menyajikan pelajaran.Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh angota kelompok. Anggota kelompok yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.Guru memberi
kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan siswa tidak boleh
saling membantu
Konfirmasi;Guru menanggapi hasil kerja peserta didik
Kegiatan penutup;Guru memberi
penghargaan kepada siswa yang mendapat nilai tertinggi.Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.Guru
memberi tugas untuk minggu depan.Guru
memberikan evaluasi
3)
Pengamatan
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti bertindak sebagai observer yang bertugas mengamati kegiatan pembelajaran dengan mengisi lembar observasi yang telah disusun sebelum
melaksanakan kegiatan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memahami Trigonometri pada mata pelajaran Matematika . Pada kegiatan belajar mengajar ini guru menggunakan model pembelajaran cooperative learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual.
Berdasarkan hasil dari kegiatan
siklus 1 diatas dapat disimpulkan pada tahap Siklus 1 ini dikatakan kemampuan
Siswa Dalam Memahami Trigonometri di Kelas X MIA�� mulai menunjukkan adanya perubahan ke arah
yang positif, yaitu jumlah siswa yang tuntas belajar dan mendapatkan nilai melebihi standar KKM lebih banyak di bandingkan dengan siklus sebelumnya. Pada siklus ini jumlah
siswa yang tuntas belajar 20 siswa atau sekitar 80%, meskipun ada peningkatan
jumlah siswa namun angka tersebut
masih belum memenuhi indikator kinerja yang di tentukan dalam ptk ini
yaitu 85%. Maka perlu adanya tidakan selanjutnya yaitu menerapkan model pembelajaran
Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual pada siklus 2. Berikut ini adalah grafik
perbandingan jumlah ketuntasan siswa pada pra siklus dan siklus 1.
Grafik 1
Perbandingan Jumlah Ketuntasan
Siswa Pada Pra Siklus Dan Siklus 1
3. Hasil Penelitian Siklus 2
Tahap siklus 2 di laksanakan pada tanggal 29
Januari 2018 dan 6 Februari 2018. Pada tahap ini pembelajaran
di laksanakan dengan menerapkan model pembelajaran
Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual dengan tahapan sebagai berikut
1) Perencanaan�
Adapun perencanaan dalam siklus 2 ini sama dengan
siklus 1. Hanya saja terdapat beberapa perbedaan yaitu pada siklus 2 ini materi
yang di sampaikan lebih
detail dan lebih banyak di bandingakan dengan siklus sebelumnya.
2) Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan dari kegiatan pembelajaran
siklus 2 pada pertemuan 3
dan 4 sebagai berikut;
Kegiatan�Pendahuluan; Mengucapkan salam .Berdo`a sebelum belajar .Mengabsen kehadiran siswa .Apersepsi : Tanya jawab berbagai hal terkait dengan
wawasan siswa mengenai materi yang akan diajarkan dan menyampaikan tujuan pembelajaran .Motivasi : Menjelaskan tujuan kompetensi yang ingin dicapai.
3) Kegiatan�Inti
Eksplorasi: Guru memberi pertanyaan :
Apa yang dimaksud dengan rasio trigonometri?
(rasa ingin tahu). Membahas tentang rasio trigonometri
(pada pertemuan 3) dan rasio
trigonometri untuk sudut-sudut di berbagai kuadran (pertemuan 4). Menjelaskan rasio trigonometri (pada pertemuan 3)
dan rasio trigonometri untuk sudut-sudut di berbagai kuadran (pertemuan 4)
Mendiskusikan�rasio trigonometri (pada pertemuan 3) dan rasio trigonometri untuk sudut-sudut di berbagai kuadran (pertemuan 4)
Guru membimbing siswa dalam pembentukan
kelompok (disiplin, kerja sama)
4) Elaborasi
Guru membagikan lembar kerja pada setiap kelompok (disiplin)
Guru menyajikan pelajaran
Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh angota kelompok. Anggota kelompok yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan siswa tidak boleh
saling membantu
Konfirmasi;Guru�menanggapi hasil kerja peserta didik
Kegiatan�penutup; Guru memberi penghargaan kepada siswa yang mendapat nilai tertinggi. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.
Guru memberi tugas untuk minggu depan.
Guru memberikan evaluasi
5) Pengamatan
Berdasarkan�hasil pengamatan dapat di katakan bahwa kegiatan pembelajaran yang di lakukan pada
siklus 2 ini meski sudh bisa
di nyatakan berjalan lebih kondusif dan sudah sesuai dengan
harapan peneliti. Hal tersebut di karenakan siswa sudah paham
dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual, sehingga siswa masih sudah
memahami apa yang harus di lakukannya.
Hasil belajar pada siklus 2 pada pembelajaran Matematika� tentang Trigonometri� menunjukkan adanya peningkatan. Hampir semua siswa mendapatkan
nilai di atas KKM. Siswa yang tuntas terhitung lebih banyak lagi di bandingkan dengan perolehan hasil belajar pda pra
siklus dan siklus 1 Hal ini bisa dilihat
pada tabel berikut.
Refleksi
Berdasarkan�hasil dari kegiatan
siklus 2 diatas dapat disimpulkan pada tahap Siklus 2 ini dikatakan kemampuan
Siswa Dalam Memahami Trigonometridi Kelas X MIA��
menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik.
Pada siklus ini jumlah siswa yang tuntas belajar 22 siswa atau sekitar
88%, angka tersebut sudah memenuhi indikator kinerja yang di tentukan dalam ptk ini yaitu
85%. Maka di anggap tidak perlu adanya tidakan
selanjutnya, dan penelitian
ini berhenti pada siklus 2. Berikut ini adalah grafik
perbandingan jumlah ketuntasan siswa pada pra siklus , siklus 1 dan siklus 2.
Grafik 2
Perbandingan
Jumlah Ketuntasan Siswa Pada Pra Siklus,�
Siklus 1 dan Siklus 2
B.
Pembahasan
1.
Pembahasan Siklus Pertama
Pada
proses pelaksanaan siklus
ke-1 siswa diminta untuk mengikuti KBM dengan Model Pembelajaran
Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual. Dengan Model Pembelajaran
Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal maka siswa
lebih semangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran (Suparsawan & SD, 2020).
Dari hasil pengamatan, hasil nilai dan wawancara pada siklus I, Model Pembelajaran Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual secara efektif dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami Trigonometri di Kelas X MIA SMA Negeri 1 Sukapura Tahun Pelajaran 2017/2018.
Pada siklus 1 ini jumlah siswa yang tuntas belajar mencapai 20 siswa, dengan prosentase ketuntan 80%.
2.
Pembahasan Siklus Kedua
Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan dalam
2 siklus. Siklus kedua ini adalah
siklus yang merupakan refleksi dari siklus
pertama. Pada siklus ke II ini terdiri
dari kegiatan perencanaan, pengamatan, dan refleksi tindakan. Pada siklus ini pelaksanaan
Model Pembelajaran Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual hampir sama seperti yang di terapkan pada siklus I (Istiana et al., 2015). Dan hasil dari Model Pembelajaran Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual yang sudah di laksanakan menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami Trigonometri di Kelas X MIA SMA Negeri 1� Sukapura Tahun Pelajaran 2017/2018. Pada siklus
2 ini jumlah siswa yang tuntas belajar mencapai 22 siswa, dengan prosentase
ketuntasan 88%.
Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah
di jelaskan pada BAB IV dengan
metode penelitian yang di jelaskan pada BAB III dan dengan kajian toeri yang di jelaskan pada BAB II serta dengan latar belakang
yang telah di jelaskan pada
BAB I,� maka peneliti� membuat� kesimpulan� dari� hasil� penelitian� yang� dilakukan� di�
Kelas X MIA� SMA Negeri 1� Sukapura� Tahun Ajaran 2017/2018, Yaitu:�
"Implementasi Model Pembelajaran
Cooperative Learning Type STAD Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Trigonometri di Kelas X
MIA�� SMA Negeri 1� Sukapura Tahun Pelajaran 2017/2018" dapat
kondusif dan berjalan dengan lancar.
Perbandingan hasil penelitian yaitu pada pra siklus jumlah siswa
yang tuntas belajar hanya 19 siswa atau 76%, kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 20 siswa atau 80%, dan meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 22 siswa atau 88%. Dari penrbandingan hasil penelitian tersebut maka dapat
di simpulkan bahwa, dengan konsep 4X pertemuan maka Model Pembelajaran Cooperative Learning type STAD dengan Pendekatan Kontekstual berdampak positif bagi proses peningkatan kemampuan siswa dalam memahami
Trigonometri.
BIBLIOGRAFI
Hamsi, N. (2016). Upaya Meningkatkan hasil belajar IPS dengan
metode Ceramah Kelas V. Briliant: Jurnal Riset Dan Konseptual, 1(1),
63�67.Google Scholar
Ismaimuza,
D., & Idris, M. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perbandingan Trigonometri
Dalam Segitiga Siku-Siku Di Kelas X Mia 1 Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu. Jurnal
Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, 8(1), 70�81. Google Scholar
Istiana,
G. A., Saputro, A. N. C., & Sukardjo,�
dan J. S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi belajar pokok bahasan larutan penyangga
pada siswa kelas xi ipa Semester II sma negeri 1 ngemplak Tahun pelajaran 2013/2014.
Jurnal Pendidikan Kimia, 4(2), 65�73. Google Scholar
Khasanah,
D. R. A. U., Pramudibyanto, H., & Widuroyekti, B. (2020). PendidikaDalam
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Sinestesia, 10(1), 41�48. Google Scholar
Kusumaningsih,
D. (2011). Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XC SMA N 11
Yogyakarta melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan contextual
teaching and learning (CTL) pada materi perbandingan trigonometri. Skripsi.
Yogyakarta: UNY. Google Scholar
Novita,
T. (2021). Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Menggembangkan Kemampuan
Menulis Cerpen Pada Siswa Ix A Di Smp Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Empat
Lawang Provinsi Sumatera Selatan. Iain Bengkulu. Google Scholar
Nurzakiaty,
I. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization (TAI) Dalam Pembelajaran Integral Di Kelas XII IPA-2 SMA
Negeri 8 Banda Aceh. Jurnal Peluang, 3(2).
Palayukan,
H. (2018). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Perbandingan
Trigonometri Pada Segitiga Siku-Siku Berdasarkan Kriteria Watson Di Kelas X SMA
Katolik Rantepao. Inspiramatika, 4(1), 47�60. Google Scholar
Rahmat,
P. S. (2019). Strategi Belajar Mengajar. PT. Scopindo Media Pustaka. Google Scholar
Ratulangi,
T. (2016). Analisis Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Tematik Menurut
Kurikulum 2013 di SD Negeri 1 Sopai Kabupaten Toraja Utara. Daya Matematis:
Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika, 4(1), 13�19. Google Scholar
Suparsawan, I. K., & SD, S. P.
(2020). Kolaborasi Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran STAD
Geliatkan Peserta Didik. Tata Akbar. Google Scholar
Tkalčič,
M. (2012). The superior-subordinate relationship and work climate in the
Slovenian tourism industry. Academica Turistica-Tourism and Innovation
Journal, 5(1), 31�45. Google Scholar
Yusuf, I., & Asrifan, A.
(2020). Peningkatan Aktivitas Kolaborasi Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan
Stem Dengan Purwarupa Pada Siswa Kelas Xi Ipa Sman 5 YOGYAKARTA:(Improving
Collaboration of Physics Learning Activities through the STEM Approach). Uniqbu
Journal of Exact Sciences, 1(3), 32�48. Google Scholar
Meirina Ikayanti, Inayati (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |