Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No.11, November 2021
ANALISA PERILAKU DALAM EVALUASI INFORMASI DAN PENYEBARAN
HOAX DI MEDIA SOSIAL
Kris
Aditya, Dewi Tamara
Binus Business School, Binus
University, Indonesia�
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Pada
zaman sekarang teknologi semakin berkemban, hal ini bisa dilihat dari teknologi
informasi yang semakin pesat. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
faktor-faktor dari teori perilaku terencana (TPB) dalam penyebaran berita
hoaks. Variabel teori perilaku Terencana yang digunakan adalah sikap, norma
subjektif dan kontrol perilaku. Penelitian ini juga menggunakan model Faktor Technology
Acceptance (TAM) dengan variabel perceived usefulness dan perceived
ease of use.Variabel penyebaran berita hoaks diukur dengan viral mobile
intention (VMI). Metode penelitian adalah kuantitatif menggunakan survei yang
ditujukan kepada responden di Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku tidak berpengaruh pada niat untuk
menyebarkan hoaks yang diukur dengan viral mobile intention (VMI). Analisis
faktor Mobile Viral Marketing (MVM) dalam penelitian ini diukur dengan viral
mobile attitude (VMA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa MVM berpengaruh pada
niat untuk menyebarkan hoaks yang diukur dengan viral mobile intention (VMI).
Kata
Kunci: teori perilaku terencana; model
penerimaan teknologi; pemasaran viral seluler
Abstract
There is a time now
technology is increasingly connected, this can be seen from the rapid
information technology. The goal of the study was to identify factors from planned
behavior theory (TPB) in the spread of hoax news. The planned behavior theory
variables used are attitudes, subjective norms and behavioral control. The
study also used the Factor Technology Acceptance (TAM) model with perceived
usefulness and perceived ease of use variables. �Hoax news dissemination variables are measured
by viral mobile intention (VMI). The research method is quantitative using
surveys addressed to respondents in Jabodetabek. �The results showed that attitudes, subjective
norms and behavioral controls had no effect on the intention to spread hoaxes
as measured by viral mobile intention (VMI). Analysis factor of Mobile Viral
Marketing (MVM) in this study was measured by viral mobile attitude (VMAs). The
results showed that MVM had an effect on the intention to spread hoaxes as
measured by viral mobile intention (VMI).
����
Keywords:
theory of planned behavior; technology acceptance model; mobile ����� viral marketing
Received:
2021-10-22; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Perkembangan serta kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) telah mencapai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara luas
(Hasbullah, 2020). Inovasi teknologi informasi
berkembang pesat, yang tidak dibarengi dengan pemanfaatan yang tepat, misalnya
penggunaan media sosial yang digunakan untuk menyebarkan berita, informasi yang
cepat atau tidak akurat atau hoax. Dengan adanya internet sebagai media
online, maka dengan mudah informasi yang belum diketahui kebenarannya dapat
menyebar dengan cepat dan luas. Pada masa dimana internet banyak digunakan,
penyebaran informasi menjadi lebih cepat dan banyak, sehingga belum tentu
masyarakat yang melihat atau membacanya akan mencari kebenaran dari informasi
yang diterimanya dan pada kenyataannya tidak sedikit yang justru langsung
menyebarkan informasi tersebut kepada orang lain. Oleh karena itu banyak
penggiat pasar mempromosikan produk atau jasa mereka di media sosial dengan kekuatan
Word-Of-Mouth atau dari mulut ke mulut (Zein, 2019).
Bentuk
word-of-mouth online tanpa hambatan yang muncul dengan munculnya Internet, sering
disebut viral marketing (Agakichiev et al., 2009). Viral marketing
dapat diprediksi karena bergantung pada penerimaan dan interpretasi pesan
pemasaran oleh konsumen (DuFour & Marzano, 2011). Pemasaran viral,
tidak seperti pemasaran televisi, pemasaran radio, papan iklan, atau selebaran,
membutuhkan input konsumen langsung (Phelps et al., 2004).
Pemasaran tradisional memungkinkan konsumen untuk secara pasif mengonsumsi
pesan, sedangkan pemasaran viral bergantung pada konsumen yang bersedia
mengambil bagian aktif dalam menyebarkan pesan (Stonedahl et al., 2010). Ketika video,
gambar, dan frasa menjadi populer di internet, mereka dikatakan
"viral" (Humbird et al., 2011).
Hoax
adalah berita tidak benar yang sering muncul dalam kehidupan masyarakat. Tidak
hanya muncul dalam kehidupan masyarakat Indonesia, namun dapat muncul di hampir
seluruh masyarakat dunia, terutama melalui jejaring media sosial. Hoax bisa
membuat orang resah karena informasi yang tidak jelas. Kemajuan inovasi TIK
membuat proses penyebaran hoaks menjadi lebih mudah kepada masyarakat. Hoax
atau berita palsu bisa jadi diartikan sebagai artikel berita dengan sengaja dan
salah verifikasi, dan dapat membuat pembaca salah paham (Allcott & Gentzkow, 2017).
Saat
ini penyebaran berita hoax telah marak terjadi dan tersebar luas di Indonesia.
Hal ini biasanya berlangsung pada kondisi-kondisi tertentu seperti halnya pada
saat pemilihan umum presiden (Pilpres) atau pemilihan umum kepada daerah
(pilkada) serentak yang terjadi pada beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini kerap
terjadi lantaran adanya perbedaan pandangan politik dan black campaign
yang kerap di lakukan melalui media sosial. Masyarakat yang mana bertindak sebagai
penikmat atau konsumen informasi pada saat ini dapat dikatakan belum bisa
membedakan antara informasi yang benar atau hoax. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya masyarakat yang percaya dengan informasi apapun yang telah tersebar
di media sosial tanpa mencari tahu dahulu apakah informasi tersebut benar
adanya atau tidak (Purwaningsih, 2019).
Hal
ini mengacu pada masih rendahnya keinginan penerima informasi untuk mengetahui
kredibilitas informasi yang diterima, merasa bahawa informasi yang diterima
dari kerabat sudah benar, mudahnya percaya pada apa yang diterima tanpa
melakukan pemeriksaan kembali memudahkan penyebaran informasi atau berita hoax
dimasyarakat (Siregar, 2021).
Menurut
(Wali, 2017)
meneliti mengenai viral marketing dan niatan membeli konsumen di Siprus Utara,
menemukan bahwa umur dan brand image tidak terbukti mempengaruhi niatan membeli.
Sementara iklan viral terbukti mempengaruhi niatan membeli konsumen smartphone.
Menurut (Yeo et al., 2020)
meneliti mengenai pengaruh pesan viral terhadap niatan membeli produk fashion
di Malaysia. Mereka menemukan bahwa entertainment tidak terbuki mempengaruhi
niatan membeli . Namun variabel informativeness, credibility dan consumer
involvement mempengaruhi niatan membeli barang fashion.
Kontribusi
paper ini dapat dilihat dari beberapa hal. Pertama, paper ini meneliti hubungan
viral mobile intention dengan penyebaran hoaks pada strategi marketing. Kedua,
penelitian ini memaparkan manajerial implikasi pada strategi marketing berbasis
viral. Yang terakhir, paper ini memberikan input bahwa faktor-faktor terkait Perilaku
Terencana dan Penerimaan Teknologi tidak berpengaruh terhadap niat penyebaran
hoaks.
Pemaparan
latar belakang dari penelitian terdahulu, peneliti melihat masih sedikit
penelitian yang memperdalam motivasi yang mendasari perilaku mahasiswa dalam
meneruskan berita hoax dan melakukan penelitian untuk melihat kemiripan pola penyebaran
Hoax dengan Viral Marketing.
Penelitian
ini dilakukan guna menganalisis perilaku dalam evaluasi informasi dan
penyebaran hoax di media sosial dalam kehidupan masyarakat.
Metode Penelitian
Metode
penelitian ini tergolong pendekatan kuantitatif deskriptif. yang mana ini
merupakan suatu metode yang digunakan untuk bisa memvisualisasikan fenomena
yang ada, dan saat ini sedang berlansung atau berlangsung pada masa lalu (Hamdi & Bahruddin, 2015). Penelitian ini
mempelajari tentang masalah yang ada didalam masyarakat, selain itu juga bagaimana
norma dapat berlaku di dalam masyarakat. Selain itu juga membahas tentang
situasi yang meliputi hubungan, kegiatan dan sikap serta pandangan atas proses
yang tengah berlangsung terhadap suatu kondisi yang ada (Hamdi & Bahruddin, 2015).
Hasil dan Pembahasan
Gambaran
umum dikelompokkan berdasarkan beberapa kelompok seperti gender, tempat tinggal
dan usia responden, dijelaskan seperti tabel dibawah:
Tabel 1
Profil Demografi Responden
Kelompok |
Jumlah |
Prosentase |
Gender: Laki � laki Perempuan |
58 42 |
58% 42% |
Tempat Tinggal: Jakarta Pusat Jakarta Timur Jakarta Barat Jakarta Utara Jakarta Selatan |
21 16 16 22 25 |
21% 16% 16% 22% 25% |
Usia: 18 � 20 Tahun 21 � 25 Tahun 26 � 30 Tahun |
21 45 34 |
21% 45% 34% |
Sumber: Lampiran yang diolah, 2021
Tabel diatas menjelaskan bahwa 58% responden adalah
responden laki�laki, jika dilihat dari tempat tinggal, maka diketahui 25%
bertempat tinggal di Jakarta Selatan dan berdasarkan usia, 45% responden berusia
21 � 25 tahun. Selain menjelaskan profil responden berdasarkan ketiga kelompok
tersebut, penelitian ini juga menjelaskan beberapa hal seperti yang dibawah
ini:
Kelompok |
Jumlah |
Prosentase |
Lama Berbicara di Telepon < 30 Menit - < 1 Jam 1 Jam � 2 Jam 2.5 Jam � 3.5 Jam > 4 Jam |
27 36 24 13 |
27% 36% 24% 13% |
Banyaknya Pesan yang Dikirim: < 10 Pesan 11 � 29 Pesan 30 � 49 Pesan >50 Pesan |
37 30 16 17 |
37% 30% 16% 17% |
Frekuensi Meneruskan Pesan: Tidak Pernah Jarang Kadang Sering Sangat Sering / Selalu |
14 36 23 9 18 |
14% 36% 23% 9% 18% |
Pesan yang Sering Dikirim: Berita Entertain (music, film, gossip artis) Video lucu Lainnya |
11 39 44 6 |
11% 39% 44% 6% |
Tindakan Saat Menerima Pesan: Mencari tahu kebenaran dan memastikan buka hoax Mencari tahu kebenaran dan membagikan kepada kerabat Hanya membaca untuk diri sendiri, tanpa mencari tahu
kebenarannya Langsung membagikan ke kerabat tanpa mencari tahu
kebenarannya |
15 37 39 9 |
15% 37% 39% 9% |
Sumber: Lampiran yang diolah, 2021
Tabel tersebut menjelaskan beberapa perilaku responden antara
lain, 15% responden dalam penelitian ini saat menerima pesan, responden mencari
tahu dan memastikan pesan tersebut bukan hoax, 37% mencari tahu dan membagikan
kepada kerabat, 39% hanya membaca untuk dirinya sendiri dan tidak mencari tahu kebenarannya
serta 9% langsung membagikan kepada kerabat tanpa mencari tahu kebenarannya.
A. Hasil Uji Vaiditas dan Reliabilitas
1. Convergent Validity
Terdapat prinsip yang dimiliki pada convergent validity, yaitu
merupakan variabel manifest dari konstruk yang memiliki korelasi yang tinggi.
Dihitung melalui partial least square, korelasi memiliki hubungan antara item
score dan construct score. Setelah itu akan dihasilkan nilai factor loading
agar dapat memiliki nilai convergent validity. (Manoppo & Arie, 2016)
menjelaskan jika indikator dapat dikatakan reliable jika mempunyai nilai korelasi
diatas 0,7. Sedangkan, nilai factor loading 0.5 sampai 0.6 dikatakan reliable
pada riset tahap pengembangan.
Sekarang penelitian pada tahap pengembangan, dari ini
menggunakan cutoff value sebesar 0.5. Berikutnya, indikator bernilai outer
loading yang tak mencapai cutoff value dieliminasi dan dilakukan reestimasi
pada model.
Tabel 2
Hasil Uji Validitas (Factor Loading)
Variabel |
Indikator |
Nilai Loading Factor |
Keterangan |
Sikap |
S1 |
0.512 |
Valid |
S2 |
0.624 |
Valid |
|
S3 |
0.702 |
Valid |
|
Norma
Subjektif |
NS1 |
0.807 |
Valid |
NS2 |
0.647 |
Valid |
|
Kontrol
Perilaku |
KP1 |
0.648 |
Valid |
KP2 |
0.742 |
Valid |
|
KP3 |
0.786 |
Valid |
|
Perceived Usefulness |
PU1 |
0.570 |
Valid |
PU2 |
0.602 |
Valid |
|
PU3 |
0.718 |
Valid |
|
PU4 |
0.804 |
Valid |
|
PU5 |
0.761 |
Valid |
|
Perceived Ease Of Use |
PE1 |
0.976 |
Valid |
PE2 |
0.758 |
Valid |
|
Viral Mobile Attitude |
VMA1 |
0.947 |
Valid |
VMA2 |
0.929 |
Valid |
|
Viral Mobile Intentition |
VMI1 |
0.972 |
Valid |
VMI2 |
0.969 |
Valid |
Sumber: Data penelitian diolah
Dilihat hasil pengujian validitas di
atas diketahui bahwa semua variabel dinyatakan valid, sehingga dapat dilakukan pengujian
tahap selanjutnya.
2. Validitas Diskriminant
Validitas diskriminasi umumnya bertujuan menguji setiap
indikator dengan loading tinggi pada setiap variabelnya daripada indikator variabel
lainnya. Konstruksi dapat disebut mempunyai validitas diskriminasi yang baik
pada saat nilai cross loadingnya korelasi konstruksinya memiliki indikator yang
lebih tinggi jika di bandingkan dengan kontruksi lainnya (Manoppo & Arie, 2016).
Dibawah ini merupakan nilai cross loading pada tiap - tiap indikator:
Tabel 3
�Hasil Uji Validitas Diskriminan
|
Kontrol
Perilaku |
Norma
Subjektif |
PE |
PU |
Sikap |
VMA |
VMI |
Kontrol Perilaku |
0.728 |
|
|
|
|
|
|
Norma Subjektif |
0.153 |
0.732 |
|
|
|
|
|
PE |
0.129 |
-0.113 |
0.874 |
|
|
|
|
PU |
0.470 |
0.418 |
0.018 |
0.697 |
|
|
|
Sikap |
0.137 |
0.158 |
-0.084 |
0.205 |
0.618 |
|
|
VMA |
0.297 |
0.412 |
0.077 |
0.280 |
0.295 |
0.938 |
|
VMI |
0.141 |
0.323 |
0.034 |
0.249 |
0.279 |
0.630 |
0.970 |
Sumber
: Lampiran
Berdasarkan Tabel tersebut menunjukkan bahwa antar konstrak
tidak saling berhubungan yang dapat diketahui dari nilai cross loading antar variabel
yang bernilai lebih tinggi dibandingkan yang lainnya, hal ini dapat disimpulkan
jika indikator-indikator tersebut mempunyai validitas diskriminasi yang baik
dalam menyusun setiap variabelnya.
3. Construct Validity
Construct validity dianalisa lewat pebandingan nilai dari
akar AVE setiap variabel dengan korelasinya antar variabel. Jika nilai dari
akar AVE lebih besar daripada korelasinya, maka construct validity dari
variabel dikatakan baik. Selain itu, suatu variabel dikatakan memiliki construct
validity baik jika nilai AVE masing-masing variabel lebih besar dari 0,5. Di
bawah merupakan sajian data tentang nilai AVE setiap variabel:
Tabel 4
Hasil Uji Average Variance Extracted
(AVE)
Variabel |
AVE |
Sikap |
0.381 |
Norma Subjektif |
0.536 |
Kontrol Perilaku |
0.529 |
Perceived Usefulness |
0.485 |
Perceived Ease Of Use |
0.764 |
Viral Mobile Attitude |
0.880 |
Viral Mobile Intentition |
0.942 |
Sumber: Data penelitian diolah
Tabel diatas memaparkan bahwa nilai AVE seluruh variabel
terkecuali variable sikap dan PU memiliki nilai > 0,5. Dengan demikian,
dipaparkan bahwa secara keseluruhan, variabel memiliki construct validity baik.
Kesimpulannya, indikator - indikator yang digunakan dikatakan memenuhi construct
validity.
4. Evaluasi Uji Inner Model (R-Square)
Inner model bisa dilakukan evaluasi lewat nilai R-Square
agar dapat melakukan konstrak dependen dengan nilai t-statistik dari hasil
pengujian koefisien jalur. Jika nila R-Square tinggi maka model prediksi dari
model penelitian yang diajukan juga semakin tinggi. Pada variabel laten endogen
didalam model structural yang mempunyai hasil R2 sebesar 0,75 dapat memberikan
indikasi jika model kuat, R2 sebesar 0,5 memberikan indikasi jika model
moderate, R2 sebesar 0,25 memberikan indikaso jika model lemah (Sinaga & Ghozali, 2012). Adapun output PLS
sebagaimana dijelaskan berikut:
Tabel 5
�Uji R-Square
Konstruk |
R-Square |
VMA |
0.280 |
VMI |
0.412 |
Sumber: Lampiran yang diolah, 2020
Hasil pengujian inner model diperoleh nilai R-Square pada
variabel independen Family Communication Patterns (FCP) dan Faktor Demografi
(FD) dalam Financial Literacy (FL) memiliki nilai R square sebesar 0.25 dan
0.412 yang berarti model tersebut adalah �lemah�.
Tabel 6
Hasil Pengujian Hipotesis
|
Original Sample (O) |
Sample Mean (M) |
Standard Deviation (STDEV) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Sikap � VMA |
0.222 |
0.238 |
0.090 |
2.485 |
0.013 |
Sikap � VMI |
0.094 |
0.112 |
0.087 |
1.087 |
0.278 |
NS � VMA |
0.365 |
0.335 |
0.089 |
4.084 |
0.000 |
NS � VMI |
0.056 |
0.055 |
0.085 |
0.654 |
0.514 |
KP � VMA |
0.204 |
0.213 |
0.102 |
1.998 |
0.046 |
PU � VMA |
-0.016 |
0.021 |
0.107 |
0.152 |
0.880 |
PU � VMI |
0.048 |
0.060 |
0.084 |
0.570 |
0.569 |
PE � VMA |
0.111 |
0.060 |
0.130 |
0.857 |
0.392 |
PE � VMI |
0.003 |
-0.021 |
0.092 |
0.037 |
0.970 |
VMA � VMI |
0.565 |
0.552 |
0.073 |
7.735 |
0.000 |
Sumber: Lampiran yang diolah, 2020
5. Pengaruh Theory of Planned Behavior
(TPB) terhadap Niat Menyebarkan Hoax
Faktor Theory of Planned Behavior (TPB) yang diteliti
ialah sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku sedangkan niat menyebarkan hoax
dalam penelitian ini diukur melalui viral mobile intention (VMI), dimana faktor
VMI itu sendiri dipengaruhi oleh faktor viral mobile attitude (VMA). Hasil
penelitian ini memaparkan faktor TPB yakni secara langsung sikap, norma
subjektif dan kontrol perilaku tidak berpengaruh terhadap viral mobile attitude
(VMA) atau niat menyebarkan hoax. Namun seluruh faktot TPB yakni sikap, norma
subjektif dan kontrol perilaku berpengaruh terhadap viral mobile attitude
(VMA).
Hal ini menjelaskan bahwa perasaan positif atau negatif
pengguna media sosial dalam penelitian ini memengaruhi niatnya untuk
menyebarkan hoax. Hasil ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya,
dimana menurut (Seni & Ratnadi, 2017)
menjelaskan bahwa pandangan atas perilaku diamini berdampak langsung pada
kehendak berperilaku yang kemudian diafiliasikan dengan kontrol perilaku persepsian
dan norma subjektif.
6. Pengaruh Technology Acceptance Model
(TAM) terhadap Niat Menyebarkan Hoax
Pada penelitian ini Theory Acceptance Model (TAM) diukur
dengan dua faktor yaitu perceived usefulness (PU) dan perceived ease of use
(PE). PU menjelaskan kepercayaan seseorang memakai suatu teknologi dapat
berdampak meningkatkan kinerja mereka, selanjutnya PE menjelaskan kepercayaan
seseorang bahwa dengan menggunakan sistem tertentu akan bebas dari usaha.
Hasil pengujian hipotesis menjelaskan bahwa PU dan PE tidak
memiliki pengaruh terhadap VMA dan VMI. Hal ini menjelaskan bahwa kemudahaan
responden dalam penelitian ini menggunakan teknologi tidak memengaruhi seseorang
tersebut untuk melakukan tindakan menyebarkan hoax serta tidak memengaruhi
besar atau kecilnya niat responden dalam penelitian untuk menyebarkan konten
viral. Hal ini mempertegas bahwa responden dalam penelitian ini yang menggunakan
media sosial tidak menggunakan media sosial untuk menyebarkan hoax atau konten
yang sedang viral. Sehingga dalam hal ini responden penelitian ini memenuhi pengungkapan
teori oleh (Dewi, 2018)
dimana TAM digunakan oleh pengguna media sosial dalam penelitian ini sebagai
suatu fungsi dari tujuan perilaku, dimana responden dalam penelitian ini tidak
memiliki tujuan untuk menyebarkan hoax, meskipun penggunaan media sosial dinilai
mudah dan menyenangkan.
7. Pengaruh Mobie Viral Marketing
Terhadap Niat Menyebarkan Hoax
Pada penelitian ini mobile viral marketing diukur dengan
viral mobile attitude (VMA) sedangkan niat menyebarkan hoax diukur dengan
dengan viral mobile intention (VMI). Hasil penelitian ini memaparkan bahwa VMA
berpengaruh terhadap VMI, hal ini menunjukkan bahwa keyakinan seseorang
(perasaan posisit atau negatif seseorang) terhadap sesuatu akan berdampak pada
niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Pada penelitian ini, perasaan
negatif atau positif pengguna media sosial berpengaruh terhadap niat menyebarkan
hoax.
Pada dasarnya viral marketing (MVM) merupakan sebuah strategi
dalam bidang pemasaran yang melibatkan konten digital yang setelahnya dilakukan
penyebaran massive menggunakan media sosial, yang dapat menghasilkan potensi akan
pertumbuhan eksponensial pada waktu yang singkat terhadpa objek viral itu (Velia & Candraningrum, 2019). Dalam hal ini
semakin seseorang merasa bahwa tindakannya adalah negatif maka seseorang tersebut
tidak akan memiliki kekuatan atau keyakinan untuk menyebarkan konten viral,
namun apabila seseorang merasa bahwa perbuatannya itu positif maka akan semakin
kuat membentuk keyakinan untuk melakukan perbuatan menyebarkan konten viral
dimana dalam penelitian ini konten viral yang dirujuk ialah distribusi hoax.
Kesimpulan
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasikan faktor-faktor pada teori perilaku Terencana
dan teori Penerimaan Teknologi terhadap variabel Viral Mobile Intention terkait
penyebaran hoaks. Strategi marketing adalah menggunakan kanal mobile baik itu media
social maupun search engine operator untuk menyiarkan konten dengan biaya rendah.
Penyebaran konten ini tidak terkait dengan hoaks yang pada dasarnya akan merugikan
bisnis itu sendiri.
Kesimpulan
penelitian ini adalah faktor-faktor teori perilaku Terencana seperti sikap,
norma subjektif dan kontrol perilaku tidak berpengaruh terhadap niat
menyebarkan hoax yang diukur melalui viral mobile intention (VMI). Faktor-faktor
teori Penerimaan Teknologi seperti perceived usefulness dan perceived ease of
use juga terbukti tidak berpengaruh terhadap niat menyebarkan hoax yang diukur
melalui viral mobile intention. Sementara itu variabel Mobile Viral Marketing berpengaruh
terhadap penyebaran hoax.
BIBLIOGRAFI
Agakichiev, G., Agodi, C., Alvarez-Pol, H., Atkin, E.,
Badura, E., Balanda, A., Bassi, A., Bassini, R., Bellia, G., & Belver, D.
(2009). The high-acceptance dielectron spectrometer HADES. The European
Physical Journal A, 41(2), 243�277.Google Scholar
Allcott,
H., & Gentzkow, M. (2017). Social media and fake news in the 2016 election.
Journal of Economic Perspectives, 31(2), 211�236. Google Scholar
Dewi,
N. P. S. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5e Berbantuan Media
Lingkungan Terhadap Kompetensi Pengetahuan Ipa. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pendidikan, 2(2), 113�120. Google Scholar
DuFour,
R., & Marzano, R. J. (2011). Leaders of learning: How district, school,
and classroom leaders improve student achievement. Solution Tree Press. Google Scholar
Hamdi,
A. S., & Bahruddin, E. (2015). M Google Scholaretode penelitian kuantitatif aplikasi dalam
pendidikan. Deepublish. Google Scholar
Hasbullah,
M. A. (2020). Penegakan Hukum Persaingan Usaha Dalam Sektor Ekonomi Digital. Jurnal
Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), 4(1), 582�597. Google Scholar
Humbird,
D., Davis, R., Tao, L., Kinchin, C., Hsu, D., Aden, A., Schoen, P., Lukas, J.,
Olthof, B., & Worley, M. (2011). Process design and economics for
biochemical conversion of lignocellulosic biomass to ethanol: dilute-acid
pretreatment and enzymatic hydrolysis of corn stover. National Renewable
Energy Lab.(NREL), Golden, CO (United States).
Manoppo,
H., & Arie, F. V. (2016). Pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan dan profitabilitas
terhadap nilai perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2011-2014. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan
Akuntansi, 4(2). Google Scholar
Phelps,
E. A., Delgado, M. R., Nearing, K. I., & LeDoux, J. E. (2004). Extinction
learning in humans: role of the amygdala and vmPFC. Neuron, 43(6),
897�905. Google Scholar
Purwaningsih,
R. (2019). Pandangan Hukum Islam Terhadap Kampanye Hitam Dan Ujaran
Kebencian Dalam Pemilihan Presiden 2019. Uin Raden Intan Lampung. Google Scholar
Seni, N. N. A., &
Ratnadi, N. M. D. (2017). Theory of planned behavior untuk memprediksi niat
berinvestasi. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 12,
4043. Google Scholar
Sinaga,
D. M. T., & Ghozali, I. (2012). Analisis pengaruh audit tenure, ukuran
KAP dan ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit. Fakultas Ekonomika
dan Bisnis. Google Scholar
Siregar,
N. S. S. (2021). Komunikasi Terapeutik Bernuansa Islami. Scopindo Media
Pustaka. Google Scholar
Stonedahl,
S. H., Harvey, J. W., W�rman, A., Salehin, M., & Packman, A. I. (2010). A
multiscale model for integrating hyporheic exchange from ripples to meanders. Water
Resources Research, 46(12). Google Scholar
Velia,
V., & Candraningrum, D. A. (2019). Pengaruh Viral Marketing Video Promosi
Instagram terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Bakso Goreng iONG. Prologia,
3(2), 358�364. Google Scholar
Wali,
M. (2017). Adsense Mobile dan Respon Pengguna Smartphone: Intrusiveness dan
Irritation. Jurnal EMT KITA, 1(2), 107�120. Google Scholar
Yeo,
C., Kaushal, S., & Yeo, D. (2020). Enteric involvement of coronaviruses: is
faecal�oral transmission of SARS-CoV-2 possible? The Lancet Gastroenterology
& Hepatology, 5(4), 335�337. Google Scholar
Zein, M. F. (2019). Panduan
Menggunakan Media Sosial untuk Generasi Emas Milenial. Mohamad Fadhilah
Zein. Google Scholar
Kris Aditya, Dewi
Tamara (2021) |
First
publication right: |
This
article is licensed under: |