Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853e-ISSN: 2684-883X
Vol. 3, No.11, November 2021
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LOW BACK PAIN PADA PENENUN GALERY ULOS
SIANIPAR MEDAN
Evan
Filemon, Gerry
Silaban, Nurmaini
Universitas Sumatera Utara (USU)
Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung
bawah merupakan salah satu keluhan kesehatan
yang sering di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan LBP pada penenun di
Galery �Ulos Sianipar. Sekitar 80 persen
orang dewasa pernah merasakan kondisi ini. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan
di Galery Ulos Sianipar
pada bulan Agustus 2021. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh
penenun yang bekerja di Galery Ulos Sianipar Medan sebanyak 54 orang dengan menggunakan rumus slovin diperoleh sampel sebesar 48 orang. Metode analisis data dilakukan dengan
uji univariat dan bivariat, khusus
untuk sikap kerja dengan metode
Rapid Entire Body Assessment (REBA), dilakukan dengan bantuan kamera, busur dan lembaran kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor individu: umur (p=0,003), indeks massa tubuh (p=0,044) dan lama bekerja (p=0,022); faktor lingkungan kerja: durasi kerja (p=0,020) dan waktu istirahat (p=0,018); dan faktor pekerjaan: beban kerja (p=0,001) dan sikap kerja (p=0,001) memiliki hubungan dengan LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan. Disarankan kepada pemilik usaha menyesuaikan
letak benang pada mesin tenun dengan
posisi duduk pekerja sehingga tidak mengharuskan pekerja mengangkat tangan lebih tinggi, kepada
penenun disarankan untuk mengurangi atau menghindari postur janggal seperti membungkuk yang dapat menyebabkan kelelahan pada otot karena pekerjaan menenun frekuensinya sering atau berulang.
Kata Kunci: Low back pain; faktor individu; faktor lingkungan; faktor pekerjaan
Abstract
Low Back Pain (LBP) is
one of the most common health complaints in the community. This study aims to
analyze the relationship of factors related to LBPin
weavers at the Ulos Sianipar Gallery. About 80
percent of adults have experienced this condition. This research is a quantitative research with a cross sectional approach. The
study was conducted at the Ulos Sianipar Gallery in
August 2021. The population in this study were all 54 weavers who worked at the
Ulos Sianipar Gallery in Medan using the slovin formula, a sample of 48 people was obtained. The data
analysis method was carried out using univariate and bivariate tests,
specifically for work attitudes with the Rapid Entire Body Assessment (REBA)
method, carried out with the help of cameras, bows and worksheets. The results showed
that individual factors: age (p=0.003), body mass index (p=0.044) and length of
work (p=0.022); work environment factors: work duration (p=0.020) and rest time
(p=0.018); and work factors: workload (p=0.001) and work attitude (p=0.001)
have a relationship with LBP on weavers at Galery Ulos
Sianipar Medan. It is recommended for business owners
to adjust the position of the thread on the loom to the worker's sitting
position so that it does not require workers to raise their hands higher,
weavers are advised to reduce or avoid awkward postures such as bending over
which can cause muscle fatigue due to frequent or repetitive weaving..
Keywords: Low
back pain; individual factors; environmental factors; work factors
Received:
2021-10-22; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Salah
satu penyakit akibat kerja yaitu
Low Back Pain (LBP) atau
nyeri punggung bawah. LBP merupakan salah satu keluhan kesehatan
yang lumrah di masyarakat. Sekitar 80 persen orang dewasa dikabarkan pernah merasakan keadaan ini (Sandira, 2021).
80 persen dari kita akan mengalami masalah punggung di beberapa titik dalam hidup kita.
Sakit punggung menempati urutan kedua setelah
sakit kepala sebagai penyebab rasa sakit yang paling sering, dan menduduki peringkat teratas dari cedera
di tempat kerja, menyebabkan lebih banyak kehilangan waktu, kecacatan dan uang daripada cedera di tempat kerja lainnya.
Punggung kita yaitu jaringan tulang, tendon, ligamen, dan saraf yang direkayasa dengan cermat yang membantu menyeimbangkan dan menahan beban tubuh
dan beban yang kita bawa. Kerusakan atau ketidakseimbangan pada sistem yang rapuh ini bisa membuat
otot dan persendian stres, menyebabkan nyeri dan cedera. Sikap tubuh yang buruk, mengangkat, menekuk dan menggapai yang buruk, dan kegiatan memutar secara bertahap dapat melemahkan susunan pendukung punggung anda serta menyebabkan
rasa sakit dan cedera (Daswani, 2019).
Sebagian
besar pekerja di perkantoran atau pelayanan kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan
ukuran pekerja Indonesia.
Posisi kerja yang salah dan dipaksakan
dapat menyebabkan mudah lelah sehingga
kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang
dapat menyebabkan gangguan jasmani dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah LBP (Tim K3 FT UNY, 2014).
LBP
kronis sering dijumpai pada lansia, sedangkan LBP akut bisa disebabkan karena terjatuh atau kecelakaan lainnya. LBP menjadi lebih umum di antara
orang-orang muda yang terikat
meja sepanjang hari atau mereka
yang melakukan pekerjaan
manual. Secara umum, LBP
yang biasanya tidak melibatkan keadaan gawat ini disebabkan
oleh postur tubuh yang buruk dan melebihi batas daya tahan
otot punggung dan perut (Truong, 2020).
Dalam
penelitian terdahulu tentang LBP yang dilaksanakan di Etiopia menjabarkan besarnya LBP terkait pekerjaan di kalangan industri garmen tergolong tinggi. Variabel independen seperti; Jenis kelamin, masa kerja di industri garmen, riwayat kesehatan MSD sebelumnya dan lama
jam kerja per hari memiliki hubungan yang kuat dengan LBP. Akan tetapi pekerja laki-laki lebih rentan mengalami LBP dibandingkan pekerja perempuan di industri garmen, hal ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan di sektor lain yang sejenis sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki
lebih lanjut (Tafese et al., 2018).
Kasus
LBP bukanlah permasalahan baru. Di Indonesia, angka prevalensi kejadian LBP belum tentu pasti,
namun diperkirakan banyak warga terdampak
antara 7,6-37 persen dari populasi (�Kasus Low Back Pain Perlu Perhatian
Khusus,� 2014). Berdasarkan
sebuah penelitian LBP di
Bandung, Jawa Barat menjabarkan faktor
risiko LBP terjadi pada ibu rumah tangga
yakni sikap berdiri lebih banyak pada durasi bekerja lebih dari delapan
jam, riwayat pernah bekerja sebelumnya, dan masa kerja 5�10 tahun (Nugraha et al., 2020).
Sebuah penelitian LBP di sebuah usaha penjahitan
di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan
ada hubungan lama duduk dan
sikap duduk terhadap keluhan LBP pada penjahit rumahan di Kecamatan Tasikmadu yakni dalam uji Spearman sebesar 0,000
dan 0,038. Tingkat hubungan antara
lama duduk pada keluhan LBP lebih
rendah ketimbang sikap duduk pada keluhan LBP.
Dari kedua hubungan diatas bisa dikatakan
bahwa lebih berhubungan lama duduk daripada sikap duduk terhadap keluhan LBP. Dikarenakan nilai Correlation Coefficient-nya
lebih besar yaitu 0,713>0,334. Semakin
lama ataupun semakin salah dalam melakukan kegiatan menjahit baik waktu menjahit
juga sikap dalam menjahit maka akan
semakin mempengaruhi keluhan LBP (Rachmat et al., 2019).
Membuat keadaan kerja
yang sehat dan aman adalah kepentingan pekerja, pengusaha dan pemerintah, serta masyarakat luas. Meski tampak sederhana
dan jelas, gagasan ini belum mendapatkan
pengakuan yang berarti. Ratusan juta orang di seluruh dunia saat ini dipekerjakan dalam keadaan yang berkembang biak dengan kesehatan buruk dan/atau tidak aman. Setiap
tahun, cedera dan penyakit terkait pekerjaan menewaskan sekitar dua juta
orang di seluruh dunia, lebih
besar dari jumlah kematian tahunan global akibat malaria. Setiap tahun, diperkirakan
160 juta kasus baru penyakit terkait
pekerjaan terjadi di seluruh dunia, termasuk penyakit pernapasan dan kardiovaskular, kanker, gangguan pendengaran, gangguan muskuloskeletal dan reproduksi, penyakit mental dan neurologis (Lambak, 2017).
Dari
beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa pekerjaan yang memerlukan waktu lama untuk berdiri, mengangkat, dan menggendong lebih rentan terhadap
sakit punggung; sedangkan, pekerjaan yang membutuhkan tugas manual yang berulang lebih rentan terhadap nyeri ekstremitas atas yang melibatkan bahu, siku, pergelangan tangan, dan tangan.
Salah
satu usaha busana di Kota Medan saat ini ialah Galery
Ulos Sianipar. Pertenunan
dan Galery Ulos Sianipar merupakan usaha yang bergerak di bidang tekstil. Khususnya dalam pembuatan ulos dan songket adat bangsa
Batak. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) ini telah berdiri sejak 28 Juni 1992 (Anggraini, 2019). Tidak hanya kain ulos, ada juga berbagai cinderamata yang dijual di galeri ini contohnya
cemilan, kopi dan berbagai pernak-pernik lainnya dengan harga yang nisbi sesuai kebutuhan.
Kain ulos beragam corak ini yang paling digemari pengunjung adalah corak sadum (Zulfiani, 2019).
Berdasarkan hasil observasi
pendahuluan di tempat kerja tenun ulos di Galery Ulos Sianipar Medan terhadap delapan orang pekerja penenun ulos yang ditemui pada saat istirahat, lima orang diantaranya
menyatakan pernah mengalami LBP. LBP yang dialami pekerja utamanya dirasakan setelah melakukan pekerjaan. Mayoritas pekerja mengeluh di daerah punggung yang terasa nyeri, pegal, linu,
ngilu dan rasa tidak enak pada daerah punggung bawah. Keadaan tersebut tentunya bisa menurunkan
efisiensi, efektivitas kerja serta pekerja
tidak merasa lebih aman dan nyaman dalam bekerja
sehingga dapat menyebabkan peluang kesalahan dalam melakukan pekerjaan semakin besar sehingga
dapat mempengaruhi produktivitas pekerja.
Pekerjaan menenun ini
melalui beberapa tahap pekerjaan mulai dari pembuatan
benang (proses pemintalan kapas), pewarnaan (untuk mendapatkan warna), gatip (rangkaian grafis bercorak khusus), unggas (pencerahan benang), ani (benang yang sudah selesai diunggas), dan selanjutnya tonun (tenun) yaitu proses pembentukan benang yang sudah �diani� menjadi
sehelai ulos. Hasil observasi
ditemui pekerjaan menenun tersebut semuanya dilakukan dalam kondisi duduk. Bekerja dengan keadaan yang sangat tidak ergonomis, yaitu bekerja dalam posisi
duduk dalam jangka waktu yang lama. Penenun kerap membungkukkan punggungnya saat menenun dan tidak dalam posisi tegak
sehingga hal itu berlanjut sekian
lama dan menimbulkan nyeri dipunggungnya. Penenun masing-masing mengaku
bahwa mereka sering merasa pegal-pegal,
nyeri pada bagian pinggang, punggung, leher, bahu, paha, betis bagian depan
(tibia), lengan atas dan bawah setelah melakukan
serangkaian kegiatan menenun yang dilakukan baik secara jongkok,
dan membungkuk dalam waktu yang lama.
Semua tahapan pekerjaan
dilakukan dengan mempertahankan posisinya tanpa bergerak yang terkadang terlihat canggung dan tidak alamiah untuk mendapatkan
hasil yang maksimal, berbagai risikopun dapat dialami diantaranya
nyeri otot dan sendi. Berdasarkan hal tersebut, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan LBP pada Penenun Galery Ulos Sianipar Medan.
Manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pengelola dan pekerja di Galery Ulos Sianipar untuk lebih memperhatikan akan bahaya dan risiko LBP bagi pekerja. Selain itu bagi para mahasiswa/i, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran di saat mereka hendak
meneliti LBP di tempat-tempat
pertenunan dan penjualan.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang menekankan
pada proses pengambilan data variabel
independen dan dependen
pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, S., & Ismael, 2016).
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan
memakai kuesioner mengenai faktor penyebab LBP pada penenun Galery Ulos Sianipar Medan Tahun 2021.
Penelitian ini dilakukan
di Galery Ulos Sianipar
Jalan A.R. Hakim Gang Pendidikan No. 130 Medan pada bulan
Agustus 2021.
Populasi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penenun tetap yang bekerja di Galery Ulos Sianipar Medan berjumlah 54 orang dengan sampel sebanyak 48 responden.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel
independen yaitu faktor individu (usia, masa kerja, dan IMT), faktor lingkungan (durasi menenun dan waktu istirahat), faktor pekerjaan (beban kerja dan sikap dalam bekerja)
dan variabel dependen yaitu Low Back Pain (LBP).
Pengolahan data dilakukan dengan SPSS 21 dengan menggunakan
uji analisis univariat untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi responden dan bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan variabel dependen dengan memakai uji chi
square pada tingkat kepercayaan
95 persen (p<0,05).
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
a. Univariat
Analisis univariat
bertujuan untuk mendapatkan gambaran distribusi ataupun besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penenun yang bekerja di Galery Ulos Sianipar Medan sebanyak 14 orang.
Faktor Individu. Berdasarkan distribusi faktor individu pekerja yang bekerja di Galery Ulos Sianipar Medan yaitu usia, terbagi dalam tiga
kelompok usia yaitu kelompok usia 25 sampai dengan 38 tahun, kelompok usia 39 sampai dengan 52 tahun dan kelompok usia 53 sampai dengan 65 tahun. Menurut pembagian kelompok tersebut penenun yang bekerja di Galery Ulos Sianipar Medan yang berada dalam kelompok
usia 25 sampai 38 tahun ada enam
penenun (12,5%), kelompok umur 39 sampai dengan 52 tahun yaitu sebanyak 39 penenun (81,3%) dan kelompok umur 53 tahun sampai
dengan 65 tahun ada tiga penenun
(6,3%). Dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Distribusi Penenun Berdasarkan Faktor Individu yaitu Umur Pekerja
di Galery Ulos Sianipar
Medan
No. |
Umur |
n |
% |
1 |
25-38
tahun |
6 |
12,5 |
2 |
39-52
tahun |
39 |
81,3 |
3 |
53-65
tahun |
3 |
6,3 |
|
Total |
48 |
100,0 |
Sumber Data: Hasil Olah Data SPSS versi
21, Tahun 2021
Distribusi penenun yang
bekerja di Galery Ulos Sianipar Medan berdasarkan faktor individu yaitu IMT terbagi dalam dua kelompok
yaitu berisiko dan tidak berisiko. pada kelompok IMT berisiko ada sepuluh penenun
(20,8%) sedangkan kelompok
IMT tidak berisiko sebanyak 38 penenun (79,2%). Dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Distribusi Penenun Berdasarkan Faktor Individu yaitu IMT pada Pekerja di Galery Ulos Sianipar Medan
No. |
IMT |
n |
% |
1 |
Berisiko: |
10 |
20,8 |
2 |
Tidak berisiko |
38 |
79,2 |
3 |
Total |
48 |
100,0 |
Sumber Data: Hasil Olah Data SPSS versi
21, Tahun 2021
Distribusi penenun
yang bekerja di Galery Ulos
Sianipar Medan berdasarkan faktor individu yaitu lama bekerja terbagi dalam tiga
kelompok yaitu kurang dari lima tahun, lima sampai dengan 10 tahun dan lebih dari 10 tahun.
pada kelompok lama bekerja kurang dari lima tahun ada delapan
penenun (16,7%), kelompok
lama bekerja lima sampai dengan 10 tahun sebanyak 19 penenun (39,6%) dan kelompok lama bekerja lebih dari 10 tahun
ada 21 penenun (43,8%). Dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Distribusi Penenun Berdasarkan Faktor Individu yaitu Lama Bekerja Pekerja di Galery Ulos Sianipar Medan
No. |
Lama
Bekerja |
n |
% |
1 |
<5 tahun |
8 |
16,7 |
2 |
5-10 tahun |
19 |
39,6 |
3 |
>10 tahun |
21 |
43,8 |
|
Total |
48 |
100,0 |
Sumber Data: Hasil Olah Data SPSS versi
21, Tahun 2021
Faktor Lingkungan. Distribusi penenun di Galery Ulos Sianipar Medan berdasarkan faktor lingkungan yaitu durasi kerja terbagi
dalam dua kelompok yaitu kurang dari delapan
jam perhari dan lebih sama dengan delapan
jam perhari. pada kelompok kurang dari delapan
jam perhari terdapat 17 penenun (35,4%) sedangkan pada kelompok lebih sama dengan delapan
jam perhari sebanyak 31 penenun (64,6%) bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Distribusi Penenun Berdasarkan Faktor Lingkungan yaitu Durasi Bekerja
di Galery Ulos Sianipar
Medan
No. |
Durasi Bekerja |
n |
% |
1 |
<8 jam/hari |
17 |
35,4 |
2 |
≥8 jam/hari |
31 |
64,6 |
|
Total |
48 |
100,0 |
Sumber Data: Hasil Olah Data SPSS versi
21, Tahun 2021
Distribusi penenun
di Galery Ulos Sianipar
Medan berdasarkan faktor lingkungan yaitu waktu istirahat terbagi dalam dua
kelompok yaitu kurang dari 30 menit dan lebih sama dengan 30 menit. pada kelompok kurang dari 30 menit ada sembilan
penenun (18,8%) sedangkan
pada kelompok lebih sama dengan 30 menit sebanyak 39 penenun (81,3%). Dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
5
Distribusi Penenun Berdasarkan Faktor Lingkungan
Waktu Istirahat di Galery Ulos
Sianipar Medan
No. |
Waktu
Istirahat |
n |
% |
1 |
<30 menit |
9 |
18,8 |
2 |
≥30 menit |
39 |
81,3 |
|
Total |
48 |
100,0 |
Sumber Data:
Hasil Olah Data SPSS versi 21, Tahun 2021
Faktor Pekerjaan.
Distribusi penenun di Galery Ulos Sianipar Medan berdasarkan faktor pekerjaan yaitu beban kerja, terbagi
dalam tiga kelompok yaitu kelompok kurang dari lima kg, kelompok lima sampai dengan 10 kg, dan kelompok lebih dari 10 kg. pada kelompok kurang dari lima kg ada delapan penenun
(16,7%), sedangkan kelompok
lima sampai dengan 10 kg sebanyak 40 penenun (83,3%) dan tidak ada penenun
yang memiliki beban kerja lebih dari
10 kg. Dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Distribusi Penenun Berdasarkan Faktor Pekerjaan yaitu Beban Kerja di Galery Ulos Sianipar Medan
No. |
Beban
Kerja |
n |
% |
1 |
<5 kg |
8 |
16,7 |
2 |
5-10 kg |
40 |
83,3 |
3 |
>10 kg |
0 |
0,0 |
|
Total |
48 |
100,0 |
Sumber Data: Hasil Olah Data SPSS versi
21, Tahun 2021
Distribusi penenun
di Galery Ulos Sianipar
Medan berdasarkan faktor lingkungan yaitu sikap kerja. Dengan
menggunakan metode REBA sikap kerja terbagi
dalam lima kelompok yaitu risiko sangat rendah, risiko rendah, risiko sedang, risiko tinggi dan risiko sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada penenun dengan
risiko sangat rendah, kelompok risiko rendah ada sepuluh
penenun (20,8%), risiko sedang sebanyak 26 penenun (54,2%), risiko tinggi adasepuluh penenun (20,8%) dan risiko sangat
tinggi ada duapenenun (4,2%. Dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Distribusi Penenun Berdasarkan Faktor Pekerjaan yaitu Sikap Kerja
di Galery Ulos Sianipar
Medan
No. |
Sikap Kerja |
n |
% |
1 |
Risiko Sangat Rendah |
0 |
0,0 |
2 |
Risiko Rendah |
10 |
20,8 |
3 |
Risiko Sedang |
26 |
54,2 |
4 |
Risiko Tinggi |
10 |
20,8 |
5 |
Risiko Sangat Tinggi |
2 |
4,2 |
|
Total |
48 |
100,0 |
Sumber Data: Hasil Olah Data SPSS versi
21, Tahun 2021
Keluhan LBP. Distribusi
penenun di Galery Ulos Sianipar Medan berdasarkan keluhan LBP terbagi dalam lima kelompok yaitu tidak nyeri,
nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri
berat terkendali dan nyeri berat tidak
terkendali. pada kelompok tidak nyeri sebanyak
11 penenun (22,9%), nyeri ringan sebanyak 19 penenun (39,6%), nyeri sedang sebanyak 17 penenun (35,4%), nyeri berat terkendali ada satu penenun
(2,1%), dan tidak ada penenun dengan nyeri berat tidak
terkendali bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
8
Distribusi Penenun Berdasarkan Keluhan LBP pada Pekerja di Galery Ulos Sianipar Medan
No. |
Keluhan LBP |
n |
% |
1 |
Tidak nyeri |
11 |
22,9 |
2 |
Nyeri ringan |
19 |
39,6 |
3 |
Nyeri Sedang |
17 |
35,4 |
4 |
Nyeri Berat Terkendali |
1 |
2,1 |
5 |
Nyeri Berat Tidak Terkendali |
0 |
0,0 |
|
Total |
48 |
100,0 |
Sumber Data: Hasil Olah Data SPSS versi
21, Tahun 2021
b.
Bivariat
���� Analisa bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan. Hasil analisis
pada penelitian ini menggunakan uji chi
square pada taraf signifikan
p<0,05.
���� Faktor Individu (Usia, Masa Kerja, dan IMT) dengan LBP pada Penenun Galery Ulos Sianipar Medan. Berdasarkan distribusi faktor individu penenun yang bekerja di Galery Ulos Sianipar Medanyaitu umur, sebagian besar dari kelompok umur
39 sampai dengan 52 tahun yaitu sebanyak
39 penenun (81,3%) mengalami
nyeri ringan dan nyeri sedang yaitu
masing-masing sebanyak 16 penenun
(33,3%). Analisis statistik
menunjukkan p-value sebesar
0,003 (p<0,05), artinya ada
hubungan usia terhadap LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan.
IMT menunjukkan bahwa sebagian besar penenun di Galery Ulos Sianipar Medan tidak berisiko sebanyak 38 penenun (79,2%) mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak
17 penenun (35,4%). Analisis
statistik menunjukkan
p-value sebesar 0,044 (p<0,05), artinya ada hubungan
IMT terhadap LBP pada penenun
di Galery Ulos Sianipar
Medan.
Lama bekerja
menunjukkan bahwa sebagian besar penenun di Galery Ulos Sianipar Medan bekerja lebih dari 10 tahun
yaitu sebanyak 21 penenun (43,8%) mengalami nyeri sedang sebanyak
11 penenun (22,9%). Analisis
statistik menunjukkan
p-value sebesar 0,022 (p<0,05), artinya ada hubungan
lama bekerja pada LBP pada penenun
di Galery Ulos Sianipar
Medan.
Distribusi penenun berdasarkan faktor individu (usia, masa kerja, dan IMT) dengan LBP pada Penenun Galery Ulos Sianipar Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 9
Distribusi Hubungan
Faktor Individu (Usia, Masa
Kerja, dan IMT) dengan LBP
pada Penenun Galery Ulos Sianipar Medan
No |
Faktor
Individu |
Keluhan LBP |
||||||||||||
Tidak Nyeri |
Nyeri
Ringan |
Nyeri Sedang |
Nyeri
Berat Terkendali |
Nyeri
Berat Tidak Terkendali |
Jumlah |
P-Value |
||||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
|
||
|
Usia |
|||||||||||||
1 |
25-38 tahun |
3 |
6,3 |
2 |
4,2 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
6 |
12,5 |
0,003 |
2 |
39-52 tahun |
7 |
14,6 |
16 |
33,3 |
16 |
33,3 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
39 |
81,3 |
|
3 |
53-65 tahun |
1 |
2,1 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
3 |
6,3 |
|
|
Total |
11 |
22,9 |
19 |
39,6 |
17 |
35,4 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
48 |
100,0 |
|
|
IMT |
|||||||||||||
1 |
Berisiko: |
1 |
2,1 |
2 |
4,2 |
6 |
12,6 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
10 |
20,8 |
0,044 |
2 |
Tidak berisiko |
10 |
20,8 |
17 |
36,4 |
11 |
22,9 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
38 |
79,2 |
|
|
Total |
11 |
22,9 |
19 |
39,6 |
17 |
35,4 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
48 |
100,0 |
|
|
Lama Bekerja |
|||||||||||||
1 |
<5 tahun |
5 |
10,4 |
1 |
2,1 |
2 |
2,1 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
8 |
16,7 |
0,022 |
2 |
5-10 tahun |
4 |
8,3 |
11 |
22,9 |
4 |
8,3 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
19 |
39,6 |
|
3 |
>10 tahun |
2 |
2,1 |
7 |
14,6 |
11 |
22,9 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
21 |
43,8 |
|
|
Total |
11 |
22,9 |
19 |
39,6 |
17 |
35,4 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
48 |
100,0 |
|
Sumber Data: Hasil Olah Data SPSS versi
21, Tahun 2021
Dari tabel 9 bisa disimpulkan
bahwa faktor individu yaitu usia, IMT dan lama bekerja berhubungan dengan LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan.
Faktor Lingkungan Kerja yaitu Durasi
Kerja dan Waktu Istirahat dengan LBP pada Penenun Galery Ulos Sianipar Medan. Berdasarkan distribusi faktor lingkungan kerja di Galery Ulos Sianipar Medan yaitu durasi kerja menunjukkan
bahwa sebagian besar penenun sebanyak
31 penenun (64,6%) bekerja lebih dari delapan
jam perhari mengalami nyeri sedang sebanyak
15 penenun (31,3%). Analisis
statistik menunjukkan
p-value sebesar 0,020 (p<0,05), artinya ada hubungan
durasi kerja terhadap LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan. Waktu
istirahat menunjukkan bahwa sebagian besar penenun beristirahat
lebih dari 30 menit yaitu sebanyak
39 penenun (81,3%) mengalami
nyeri ringan yaitu sebanyak 19 penenun (39,6%). Analisis statistik menunjukkan p-value sebesar 0,018 (p<0,05), artinya
ada hubungan waktu istirahat pada LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10
Distribusi Hubungan
Faktor Lingkungan Kerja yaitu Durasi Kerja
dan Waktu Istirahat dengan
LBP pada Penenun Galery Ulos
Sianipar Medan
No |
Faktor Lingkungan
Kerja |
Keluhan Low Back Pain |
||||||||||||
Tidak Nyeri |
Nyeri Ringan |
Nyeri Sedang |
Nyeri Berat Terkendali |
Nyeri Berat Tidak Terkendali |
Jumlah |
P-Value |
||||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
|||
|
Durasi Kerja |
|||||||||||||
1 |
<8
jam/hari |
7 |
14,6 |
7 |
14,6 |
2 |
4,2 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
17 |
35,4 |
0,020 |
2 |
>8
jam/hari |
4 |
8,3 |
12 |
25,0 |
15 |
31,3 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
31 |
64,6 |
|
|
Total |
11 |
22,9 |
19 |
39,6 |
17 |
35,4 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
48 |
100,0 |
|
|
Waktu Istirahat |
|||||||||||||
1 |
<30
menit |
5 |
10,4 |
0 |
0,0 |
4 |
8,3 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
9 |
18,8 |
0,018 |
2 |
≥30
menit |
6 |
12,5 |
19 |
39,6 |
13 |
27,1 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
39 |
81,3 |
|
|
Total |
11 |
22,9 |
19 |
39,6 |
17 |
35,4 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
48 |
100,0 |
Sumber
Data: Hasil Olah Data SPSS versi 21, Tahun 2021
Dari tabel 10 bisa disimpulkan
bahwa faktor lingkungan kerja yaitu waktu istirahat
dan durasi memiliki hubungan dengan LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan.
Faktor Pekerjaan (Beban Kerja Dan Sikap Kerja) dengan LBP pada Penenun Galery Ulos Sianipar Medan. Berdasarkan distribusi faktor pekerjaan kerja di Galery Ulos Sianipar Medan yaitu beban kerja
menunjukkan bahwa sebagian besar penenun bekerja dengan beban kerja
lima sampai dengan 10 kg yaitu sebanyak 40 penenun (83,3%) mengalami nyeri ringan dan nyeri sedang masing-masing sebanyak 17 penenun (35,4%). Analisis statistik menunjukkan p-value sebesar 0,001
(p<0,05), artinya ada hubungan beban kerja terhadap LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan. Sikap kerja menunjukkan bahwa sebagian besar penenun dengan
risiko sedang yaitu sebanyak 26 penenun (54,2%) mengalami nyeri ringan sebanyak
14 penenun (29,2%). Analisis
statistik menunjukkan
p-value sebesar 0,001 (p<0,05), artinya ada hubungan
sikap kerja terhadap metode REBA terhadap LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan. Dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 11
Distribusi Hubungan
Faktor Pekerjaan (Beban Kerja
dan Sikap Kerja) dengan LBP pada Penenun Galery Ulos Sianipar Medan
No |
Faktor Pekerjaan |
Keluhan LBP |
||||||||||||
Tidak Nyeri |
Nyeri
Ringan |
Nyeri
Sedang |
Nyeri
Berat Terkendali |
Nyeri
Berat Tidak Terkendali |
Jumlah |
P- Value |
||||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
|||
|
Beban
Kerja |
|||||||||||||
1 |
<5 kg |
6 |
12,5 |
2 |
4,2 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
8 |
16,7 |
0,001 |
2 |
5-10 kg |
5 |
10,4 |
17 |
35,4 |
17 |
35,4 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
40 |
83,3 |
|
|
Total |
11 |
22,9 |
19 |
39,6 |
17 |
35,4 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
48 |
100,0 |
|
|
Sikap Kerja |
|||||||||||||
1 |
Risiko
Sangat Rendah |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
0,001 |
2 |
Risiko Rendah |
7 |
14,6 |
3 |
6.3 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
10 |
20,8 |
|
3 |
Risiko
Sedang |
3 |
6.3 |
14 |
29,2 |
9 |
18,8 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
26 |
54,2 |
|
4 |
Risiko
Tinggi |
1 |
2,1 |
2 |
4,2 |
6 |
12,5 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
10 |
20,8 |
|
5 |
Risiko
Sangat Tinggi |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
2 |
4,2 |
0 |
0,0 |
0 |
0,0 |
2 |
4,2 |
|
|
Total |
11 |
22,9 |
19 |
39,6 |
17 |
35,4 |
1 |
2,1 |
0 |
0,0 |
48 |
100,0 |
|
Sumber
Data: Hasil Olah Data SPSS versi 21, Tahun 2021
Dari tabel 11 dapat
disimpulkan bahwa faktor pekerja yaitu beban kerja
dan sikap memiliki hubungan terhadap LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan.
B. Pembahasan
a. Faktor Individu
dengan LBP pada Penenun Galery Ulos Sianipar Medan
Usia. Hasil penelitian
pada Tabel 24 menunjukkan bahwa
sebagian besar pekerja tenun usia
39-52 tahun mengalami nyeri ringan dan nyeri sedang. Analisis
statistik menunjukkan
p-value sebesar 0,003 (p<0,05), artinya ada hubungan
usia dengan LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan (Ones et al., 2021), (Sitompul et al., 2012), (Harwanti et al., 2018)
dan (Ramdan & Sartika, 2019) yang menyatakan
ada hubungan usia dengan keluhan
LBP. (Tambun, 2012) dalam penelitiannya
di Kelurahan Martimbang dan
Kelurahan Kebun Sayur, Kota
Pematang Siantar tahun 2012 menyatakan bahwa keluhan LBP pada pekerja tenun ulos didominasi oleh penenun dengan usia lebih
dari 30 tahun.
Usia merupakan
faktor yang memperberat terjadinya nyeri punggung bawah. Biasanya nyeri punggung bawah ini diderita oleh orang yang berusia lanjut karena adanya penurunan
fungsi-fungsi tubuh terutama keadaan tulang yang tidak lagi elastis. Usia
menjadi salah satu faktor risiko dikarenakan
seiring dengan meningkatnya usia seseorang maka akan terjadi degenerasi
pada tulang. Keadaan ini mulai terjadi
ketika seseorang mulai berusia 30 tahun. Secara langsung,
usia mempengaruhi kemampuan jasmani atau kekuatan otot
seseorang. Dalam kaitannya dengan otot, keluhan
nyeri pada otot mulai dirasakan pada usia kerja yaitu
25-65 (Ones et al., 2021).
Diketahui bahwa pekerjaan menenun melalui beberapa tahap pekerjaan mulai dari pembuatan
benang (proses pemintalan kapas), pewarnaan (untuk mendapatkan warna), gatip (rangkaian grafis bercorak khusus), unggas (pencerahan benang), ani (benang yang sudah selesai diunggas),
dan selanjutnya tonun (tenun) yaitu proses pembentukan benang yang sudah �diani� menjadi
sehelai ulos. Hasil observasi
ditemui pekerjaan tenun tersebut semuanya dilakukan dalam kondisi duduk. Bekerja dengan keadaan yang sangat tidak ergonomis, yaitu bekerja dalam posisi
duduk dalam waktu yang
lama. Penenun kerap membungkukkan punggungnya saat menenun dan tidak dalam posisi
tegak sehingga hal itu berlanjut
sekian lama dan menimbulkan
nyeri pada punggung bagian bawah.
Menurut (Putri,
2019) menyatakan bahwa penenun dengan usia lebih dari
36 tahun rentan dengan keluhan MSDs, yang bisa disebabkan karena keadaan jasmani yang menurun seiring bertambahnya usia juga proses perbaikan di tubuh kita membutuhkan
waktu lebih lama. pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan saat memasuki umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan semakin
meningkat seiring bertambahnya umur. Hal tersebut terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot seseorang mulai menurun sehingga risiko untuk terjadinya
keluhan otot meningkat.
IMT. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja tenun
di Galery Ulos Sianipar
Medan sebagian besar memiliki IMT kurang dari 29 atau tidak
berisiko mengalami nyeri punggung bawah ringan. Analisis
statistik menunjukkan
p-value sebesar 0,044 (p<0,05), artinya ada hubungan
indeks massa tubuh dengan LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan. Meskipun indeks massa tubuh
penenun tidak berisiko tetapi sebagian besar penenun mengalami nyeri punggung bawah meskipun ringan. Hal ini disebabkan seluruh penenun di Galery Ulos Sianipar Medan duduk dengan posisi tidak ergonomis
yaitu kursi tidak memiliki sandaran. Hal ini menunjukkan bahwa posisi kerja yang tidak ergonomis berpengaruh terhadap terjadinya LBP pada penenun.
IMT merupakan salah satu faktor individu
yang dapat menjadi faktor penyebab LBP. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Gaya, 2015)
yang menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab LBP dibagi menjadi tiga faktor, yaitu
faktor pekerjaan, faktor individu, dan faktor lingkungan. Oleh karena itu IMT dapat menjadi penyebab
LBP. (Dhammayanthi et al., 2020) menunjukkan bahwa
index massa tubuh pengrajin kain tenun di Desa Sidemen Kecamatan
Sidemen Kabupaten Karangasem pada tahun
2017 lebih banyak memiliki IMT ≤22,9 atau tidak berisiko. Meskipun tidak ada hubungan, hasil
penelitian (Sitompul et al., 2012) menunjukkan bahwa sebagian besar pengrajin songket di Desa Talang
Aur dengan IMT normal mengalami
keluhan nyeri pinggang.
Menurut (Natosba & Jaji, 2016) menjabarkan sekitar
90% dari seluruh kasus LBP disebabkan oleh faktor mekanik, yaitu LBP pada susunan anatomi wajar yang dipakai secara berlebihan atau akibat sekunder dari trauma atau deformitas, yang menimbulkan
stress atau strain pada otot,
tendon dan ligamen. Selain itu,
dari segi anatomi dan fungsional, LBP juga bisa disebabkan karena adanya kelainan
pada spine (ruas tulang belakang), dimana spine merupakan struktur penyangga tubuh dan kepala yang selalu terlibat dalam berbagai sikap tubuh dan gerakan sehingga mudah sekali mengalami gangguan.
Penelitian klinis sejak lama telah membuktikan bahwa kegemukan berpengaruh buruk terhadap kesehatan tubuh. Selain memicu penyakit metabolis, obesitas meningkatkan risiko kelainan musculoskeletal utamanya
nyeri punggung bawah. Secara teori,
berat badan berlebuh dapat menyebabkan peningkatan beban tubuh pada sendi penumpu tubuh, sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Perut yang membuncit ke depan karena
gemuk atau dinding abdomen yang lemak akan menyebabkan strain yang kronik
pada tulang vertebra sehingga
akan menyebabkan keluhan nyeri pinggang.
Kegemukan atau obesitas dapat menimbulkan nyeri punggung statik karena perubahan titik pusat badan. Tubuh akan berusaha
menyesuaikan titik pusat badan, dengan pertambahan berat badan yang terjadi (Sitompul et al., 2012).
Lama Bekerja. Masa kerja menunjukkan lamanya seseorang terkena paparan di tempat kerja. Semakin
lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena paparan di tempat kerja sehingga semakin tinggi risiko terjadinya penyakit akibat kerja. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja tenun
di Galery Ulos Sianipar yang
bekerja lebih dari 10 tahun mengalami
nyeri sedang. Analisis statistik menunjukkan p-value sebesar 0,022
(p<0,05), artinya ada hubungan lama bekerja dengan LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan pernyataan (Ones et al., 2021), dan (Prastuti et al., 2020)
bahwa masa kerja berisiko terhadap LBP dikarenakan akumulasi kegiatan kerja seseorang yang dilakukan dalam jangka waktu
yang cukup panjang. Apabila kegiatan itu dilakukan terus-menerus
dalam jangka waktu bertahun-tahun akan mengakibatkan gangguan pada tubuh. Tekanan lewat jasmani
pada suatu kurun waktu tertentu dapat mengakibatkan berkurangnya kinerja otot. Tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap hari pada suatu masa yang panjang, akan mengakibatkan
memburuknya status kesehatan.
Begitu pula sebaliknya penenun yang bermasa kerja baru, berisiko
lebih rendah mengalami keluhan LBP.
Seseorang yang bekerja
lebih dari lima tahun akan mengalami
peningkatan risiko terjadinya LBP dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya kurang dari lima tahun. Hal ini disebabkan karena seseorang dengan masa kerja lebih lama akan semakin lama terpapar faktor risiko LBP sehingga dapat secara permanen terkena LBP serta mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang juga dipengaruhi oleh peningkatan usia kerja (Saputra, 2020). (Tafese et al., 2018)
menjabarkan bahwa pekerja yang berpengalaman kerja lebih lama berpeluang dua sampai 10 kali untuk mengembangkan LBP terkait pekerjaan dibandingkan dengan mereka yang memiliki pengalaman kerja lebih pendek.
b. Faktor Lingkungan
Kerja dengan LBP pada Penenun Galery Ulos Sianipar Medan
Durasi Kerja.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja tenun di Galery Ulos Sianiparbekerja lebih dari delapan
jam perhari mengalami nyeri sedang. Analisis
statistik menunjukkan
p-value sebesar 0,020 (p<0,05), artinya ada hubungan
durasi kerja dengan LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan. (Dhammayanthi et al., 2020)
menjelaskan bahwaada hubungan antara lama duduk terhadap LBP pada pengerajin kain tenun di Desa Sidemen. Pengrajin kain tenun yang duduk >4 jam berisiko
5,871 kali untuk mengalami nyeri punggung bawah dibandingkan yang duduk
<4 jam. Umumnya penenun
di Galery Ulos Sianipar
Medan melakukan aktivitas menenun sampai dengan delapan jam dan bahkan ada juga yang mencapai 17,5 jam per hari. Meskipun ada waktu istirahat
selama 60 menit, namun karena tuntutan
perekonomian, sehingga penenun terus melakukan
pekerjaan menenun mencapai 17,5 jam per hari dan berisiko tinggi mengalami LBP. Implikasinya, semakin lama bekerja dalam posisi tubuh
yang statis, maka semakin tinggi risiko timbulnya
keluhan LBP, tetapi ada juga penenun yang bekerja kurang dari delapan jam mengalami risiko tinggi timbulnya keluhan LBP.
Waktu Istirahat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja tenun di Galery Ulos Sianipar sebagian besar beristirahat lebih dari 30 menit mengalami
nyeri ringan. Analisis statistik menunjukkan p-value sebesar 0,018
(p<0,05), artinya ada hubungan waktu istirahat dengan LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendapat (Dhammayanthi et al., 2020)
kondisi lama duduk >4 jam menyebabkan
lebih sering terjadi gangguan sehingga terjadi kelelahan dan iskemia jaringan di sekitar region tersebut. Regio nyeri yang luas dirasakan di sekitar vertebra lumbalis sehingga mempunyai risiko lebih besar
untuk menjadi nyeri yang disebabkan oleh kondisi hiperalgesia. Sehingga disela-sela waktu bekerja harus
istirahat selama 15-30% dari lamanya waktu
saat bekerja. Jika jam kerja melampaui dari yang seharusnya akan kondisi penurunan
efektivitas kerja, gangguan kesehatan, angka absensi karena
sakit meningkat, yang dapat mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas kerja.Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan (Sitompul et al., 2012)
yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara waktu istirahat dengan keluhan nyeri pinggang.
Pada penelitian ini sebagian besar
penenun memiliki waktu istirahat lebih dari 30 menit,
tetapi oleh penenun waktu istirahat dilakukan sesingkat mungkin hanya istirahat
untuk makan saja, selebihnya penenun melakukan aktivitas menenun kembali. Seperti yang dilakukan penenun Surianemsi waktu istirahat yang digunakan hanya 20 menit dengan durasi kerja
12 jam sehari dan penenun
Dahliana waktu istirahat
yang digunakan 30 menit dengan durasi kerja
8,5 jam sehingga kurang memberikan waktu untuk relaksasi bagi tubuh.
Beristirahat merupakan
salah satu upaya untuk menurunkan tingkat stress yang dialami oleh otot. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa pemberian istirahat yang cukup pada malam hari dapat
mengembalikan performa kerja sehingga tidak terjadi penurunan
hari berikutnya. Beberapa kondisi yang berperan sebagai faktor pencetus keluhan nyeri adalah
pekerjaan yang memerlukan pengulangan gerakan otot secara berlebih,
posisi canggung dengan tidak disertai
waktu pemulihan yang tidak memadai (Tristiawan et al., 2019).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa faktor individu yaitu umur (p=0,003), IMT
(p=0,044) dan lama bekerja (p=0,022); faktor lingkungan kerja yaitu durasi
kerja (p=0,020) dan waktu istirahat (p=0,018); dan faktor pekerjaan yaitu beban kerja (p=0,001) dan sikap kerja (p=0,001) memiliki hubungan dengan LBP pada penenun di Galery Ulos Sianipar Medan.
BIBLIOGRAFI
Abraha, T. H., Demoz, A. T., Moges, H. G., & Ahmmed, A. N.
(2018). Predictors of back disorder among Almeda textile factory workers, North
Ethiopia. BMC Research Notes, 11(1). https: //link.springer.com/ content/pdf/10.1186/s13104-018-3440-4.pdf.
Google Scholar
American
College of Physicians. (2019). Low Back Pain is prevalent among workers and may be underreported.
Anggraini,
D. (2019). UMKM Ulos Binaan BI Tembus Rp1,5 Miliar per Bulan. Gatra.
https: //www.gatra.com/detail/news/431380/ekonomi/umkm-ulos-binaan-bi-tembus-rp15-miliar-per-bulan.
Daswani,
K. (2019). Preventing Low Back Pain Owning To Long Working Hours.
Entrepreneur India. https: //www.entrepreneur.com/article/343113.
Dhammayanthi,
I. A. D. Y., Purnamawati, S., & Muliarta, M. (2020). Hubungan lama duduk
terhadap nyeri punggung bawah miogenik dan faktor-faktor yang berhubungan pada
pengerajin kain tenun di Desa Sidemen, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem
tahun 2017. Google Scholar
Duthey,
B. (2013). Background paper 6.24 low back pain. Priority Medicines for
Europe and the World. Global Burden of Disease (2010),(March), 1�29. Google Scholar
Gaya,
L. L. (2015). Pengaruh Aktivitas Olahraga, Kebiasaan Merokok, dan Frekuensi
Duduk Statis dengan Kejadian Low Back Pain. Jurnal Agromedicine, 2(2),
186�189. Google Scholar
Greenough, C. (2016). The National Back Pain Pathway. Google Scholar
Harahap,
P. S., Marisdayana, R., & Al Hudri, M. (2019). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan keluhan Low Back Pain (LBP) pada pekerja pengrajin batik tulis di Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi Tahun 2018. Riset Informasi Kesehatan, 7(2),
147�154. Google Scholar
Harwanti,
S., Ulfah, N., & Nurcahyo, P. J. (2018). Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap Low Back Pain (LBP) pada pekerja di home industri batik Sokaraja Kabupaten
Banyumas. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(02). Google Scholar
Istighfaricha,
S. H. (2020). Mengenal Apa Itu Nyeri Punggung Bawah Atau Low Back Pain.
Jayamanggala,
A. (2017). Low Back Pain.Diponogoro medical Journal. �Google
Scholar
Iker, K., & Luckhaupt, S. E. (2019). Low Back Pain among
Workers: The Problem and What to Do About It.
https: //blogs.cdc.gov/niosh-science-blog/2019/07/08/lbp/
Labao, H. C., Faller, E. M., & Bacayo, M. F. D. (2018).
�Aches and Pains� of Filipino migrant workers in Malaysia: a profile of
work-related musculoskeletal disorders. Annals of Global Health, 84(3),
474. Google Scholar
Lambak, S. Bin. (2017). Lecture Note Occupational Health
and Safety Management.
Munawarah,
S., & Segita, R. (2021). HUBUNGAN MASSA KERJA DAN SIKAP Kerja Terhadap
Timbulnya Lbp Pada Penenun Di Pandai Sikek. Human Care Journal, 6(1),
69�74. Google Scholar
Nandi,
N., & Bhadra, B. (2018). Low back ache in working women of reproductive age
group in an urban area. Journal of OBGYN, 5(1), 43�46. Google Scholar
Natosba,
J., & Jaji, J. (2016). Pengaruh Posisi Ergonomis terhadap Kejadian Low Back Pain Pada
Penenun Songket di Kampung BNI 46. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 3(2),
8�16. Google Scholar
Nugraha,
F. R., Respati, T., & Rachmi, A. (2020). Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah
pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Integrasi Kesehatan Dan Sains (JIKS). Google Scholar
Ones,
M., Sahdan, M., & Tira, D. S. (2021). Faktor yang Berhubungan dengan
Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Penenun di Desa Letneo
Selatan Kecamatan Insana Barat Kabupaten Timor Tengah Utara. Media Kesehatan
Masyarakat, 3(1), 72�80. Google Scholar
Prastuti,
B., Sintia, I., & Ningsih, K. W. (2020). Hubungan Lama Kerja dan Posisi
Duduk Terhadap Kejadian Low Back Pain Pada Penjahit di Kota Pekanbaru. Jurnal Endurance: Kajian
Ilmiah Problema Kesehatan, 5(2), 375�382. Google Scholar
Putri,
D. (2019). Perbedaan Keluhan MSDs pada Pekerja Bengkel Las dengan atau tanpa
Meja Kerja di Kota Lhokseumawe Tahun 2019. Google Scholar
Rachmat,
N., Utomo, P. C., Sambada, E. R., & Andyarini, E. N. (2019). Hubungan Lama
Duduk dan Sikap Duduk terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Penjahit
Rumahan Di Kecamatan Tasikmadu. Journal of Health Science and Prevention,
3(2), 79�85. Google Scholar
Ramdan,
I. M., & Sartika, D. (2019). Low Back Pain Among Samarinda Sarong�s Traditional Weavers And Its Related
Factors. Public Health of Indonesia, 5(1), 1�7. Google Scholar
Sandira, M. I. (2021). Apakah
Nyeri Punggung Bawah boleh Dipijat? https:
//www.klikdokter.com/info-sehat/read/3617140/apakah-nyeri-punggung-bawah-boleh-dipijat.
Saputra,
A. (2020). Sikap Kerja, Masa Kerja, dan Usia terhadap Keluhan LOW BACK PAIN Low Back Pain pada Pengrajin Batik. HIGEIA
(Journal of Public Health Research and Development), 4(Special 1),
147�157. Google Scholar
Sastroasmoro,
S., & Ismael, S. (2016). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
Sagung Seto. Google Scholar
Sitompul,
A. M. H., Sitorus, R. J., & Hasyim, H. (2012). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Pinggang pada Pengrajin Songket di Desa Talang
Aur Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
3(1). Google Scholar
Sugiyono,
D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&D. Google Scholar
Sundell,
C. G., Bergstr�m, E., & Lars�n, K. (2019). Low Back Pain and associated disability in Swedish adolescents. Scandinavian
Journal of Medicine and Science in Sports, 29(3), 393�399.
https: //onlinelibrary. wiley.com/doi/full/10.1111/sms.13335. Google Scholar
Suryati,
Y., & Nggarang, B. N. (2020). Analysis of Working Postures on the Low Back Pain Incidence
in Traditional Songket Weaving Craftsmen in Ketang Manggarai Village, NTT. Journal
of Epidemiology and Public Health, 5(4), 469�476. Google Scholar
Suzuki,
H., Kanchiku, T., Imajo, Y., Yoshida, Y., Nishida, N., & Taguchi, T.
(2016). Diagnosis and characters of non-specific Low Back Pain in Japan: The Yamaguchi Low Back Pain study. PLoS ONE, 11(8), 1�13. https:
//journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0160454. Google Scholar
Syed,
M. A., Azim, S. R., & Baig, M. (2019). Frequency of orthopedic problems
among patients attending an orthopedic outpatient department: a retrospective
analysis of 23 495 cases. Annals of Saudi Medicine, 39(3),
172�177. Google Scholar
Tafese,
A., Kebede, G., Shibru, A., & Benti, T. (2018). Work-Related Low Back Pain among
Sewing Machine Operators of Garment Industry: Galan City Oromia Region,
Ethiopia. International Journal of Occupational Hygiene, 10(1),
1�6. Google Scholar
Tambun,
M. S. (2012). Analisis Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorder
(MSDs) pada Pekerja Tenun Ulos di Kelurahan Martimbang dan Kelurahan Kebun
Sayur Kota Pematan Siantar Tahun 2012. Depok: Universitas Indonesia. Google Scholar
Tarwaka, S., & Sudiajeng, L.
(2004). Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas. Uniba,
Surakarta, 34�50. Google Scholar
Tristiawan,
N., Wahyuni, I., & Jayanti, S. (2019). Analisis Faktor Risiko Keluhan Nyeri
Punggung Bawah Menggunakan Software Catia Pada Pekerja Bagian Permesinan Di
Umkm Saestu Makaryo, Pati. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 7(1),
351�357. Google Scholar
Truong, N. (2020). Living with Lower Back Pain. Free
Malaysia Today.
Wibowo, H. A. (2019). Low Back Pain (Sakit Punggung Bawah atau Boyok).
Wijayanti,
F., & Saftarina, F. (2019). Kejadian Low Back Pain (LBP) pada Penjahit Konveksi di Kelurahan Way Halim Kota
Bandar Lampung. MEDULA, Medicalprofession Journal of Lampung University,
8(2), 82�88. Google Scholar
Yang,
H., Haldeman, S., Lu, M.-L., & Baker, D. (2016). LOW Low Back Pain prevalence and related workplace psychosocial risk factors: a
study using data from the 2010 National Health Interview Survey. Journal of
Manipulative and Physiological Therapeutics, 39(7), 459�472. Google Scholar
Zulfiani, D. (2019). Berburu
Oleh-oleh di Galery Ulos Sianipar. https:
//www.ceritajalan.com/2019/05/berburu-oleh-oleh-di-Galery -ulos.html.
Evan Filemon, Gerry Silaban, Nurmaini (2021) |
First
publication right: |
This
article is licensed under: |