Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�

Vol. 3, No.10, Oktober 2021

 

ANALISIS BENTUK KOHESI DAN KOHERENSI WACANA CERKAK SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SISWA SMP

 

Agus Budiono

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Karanggayam, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia

Email: [email protected]

 

Abstrak

Kohesi dan koherensi merupakan salah satu elemen terpenting dalam wacana yang bertujuan agar informasi dapat dipahami dengan mudah dan utuh oleh pembaca. Namun, banyak pembaca yang tidak mengetahui bentuk kohesi dan koherensi dari wacana yang dibaca. Padahal, dengan mengetahui bentuk kohesi dan koherensinya, pembaca dapat mendapatkan informasi akurat dari wacana. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk kohesi dan koherensi pada 5 cerkak dalam majalah berbahasa jawa yaitu Panjebar Semangat karya Suryadi Ws serta relevansi hasil kohesi dan koherensi wacana cerkak dalam majalah Panjebar Semangat sebagai materi pembelajaran bahasa jawa SMP kelas VIII. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan sumber data kumpulan cerkak karya Suryadi Ws dalam majalah Panjebar Semangat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam cerkak tersebut, serta koherensi yang terdiri dari koherensi penjumlahan, pertuturan, perlawanan, lebih, sebab-akibat, waktu, syarat, cara, dan penjelasan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa cerkak tersebut sangat relevan untuk digunakan sebagai bahan ajar di SMP kelas VIII.

�

Kata Kunci : kohesi, koherensi, relevansi, cerkak

 

Abstract

Cohesion and coherene is one of essential aspects in texts in order to make it easier for readers to comprehend the texts. However, most readers don�t know the form of cohesion and coherence in the texts they are reading. Besides, by knowing the cohesion and coherence, readers can understand the meaning of texts. The aim of this study was to describe the form of cohesion and coherence of five short stories published in Panjebar Semangat. Additionally, this study aimed to know the relevance of cohesion and coherence as learning materoials for Bahasa Jawa subject for the eighth graders of junior high school. The data were collected from five short stories written by Suryadi Ws in a magazine entitled Panjebar Semangat. The result of this study indicated that there were some types of cohesion and coherence in the short stories. The cohesion included grammatical and lexical cohesion. At the same time, the coherence included adding, speech act, contrast, intensity, causality, temporal, term, chronological, and explaining coherence. Based on the results, it could be concluded that the short stories were relevant to be employed as learning materials for the eighth graders of junior high school.

 

Keywords: cohesion, coherence, relevance, short stories

 

Received: 2021-09-22; Accepted: 2021-10-05; Published: 2021-10-20

 

Pendahuluan

Wacana haruslah mempunyai kohesi dan koherensi agar makna dapat dipahami oleh pembaca. Menurut (Setiawan, 2011). piranti kohesi adalah penanda formal yang berperan untuk menghubungkan elemen-elemen dalam wacana. Agar kohesi dan koherensi wacana terbentuk, perlu dilakukan analisis agar kohesi dan koherensi wacana terbentuk. Namun, belum banyak dilakukan analisis-analisis mengenai kohesi dan koherensi wacana. Padahal, analisis wacana penting untuk dilakukan agar pembaca dapat memahami isi makna yang disampaikan penulis melalui wacana yang dituliskan.

Menurut (Hartono, 2012) memberikan pendapat bahwa wacana merupakan satuan dari sebuah bahasa yang mengandung struktur bahasa terlengkap yang terdiri atas satu kalimat atau lebih dan berbentuk lisan ataupun tulisan. Kedudukan wacana dianggap lebih tinggi dari senuah klausa dan kalimat. Wacana haruslah mempunyai kohesi dan koherensi yang cukup, sehingga wacana tersebut mudah untuk dipahami dan dimengerti maknanya. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran kohesi dan koherensi sangat esensial dalam pembentukan wacana. Kohesi dan koherensi merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan saat menganalisis wacana (Setiawati & Arista, 2018).

Cerkak merupakan salah satu karya sastra Jawa yang termasuk ke dalam jenis prosa. Cerkak serupa dengan cerpen atau cerita pendek, sebab cerkak sendiri merupakan singkatan dari cerita cekak. Menurut (Hammi, 2019) cerkak adalah prosa fiksi yang berbentuk pendek, sehingga Namanya menjadi crita cekak atau cerita pendek. Dikutip (Hammi, 2019) kohesi dapat diartikan sebagai keselarasan hubungan antara berbagai elemen yang membentuk sebuah wacana. Koherensi merupakan keselarasan makna dari sebuah wacana agar wacana dapat dipahami oleh pembaca. Menurut (Nurfitriani et al., 2018) menyimpulkan bahwa kohesi berhubungan dengan keharmonisan bentuk wacana, sedangkan koherensi berkaitan dengan keharmonisan makna dari wacana, sehingga terciptalah interpretasi yang sesuai oleh pembaca.

Rumusan masalah pada artikel ini adalah bagaimana bentuk kohesi dan koherensi pada wacana cerkak dalam majalah Panjebar Semangat karya Suryadi Ws dan bagaimana relevansi dari hasil bentuk kohesi dan koherensi wacana cerkak sebagai materi pembelajaran Bahasa Jawa di SMP kelas VIII. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjabarkan bentuk kohesi dan koherensi yang terdapat dalam cerkak dalam majalah Panjebar Semangat. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui relevansi cerkak tersebut sebagai materi pembelajaran pada siswa sekolah menengah pertama.

Penelitian mengenai kohesi dan koherensi sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, diantaranya adalah (Wahyuningsih et al., 2017). �Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan piranti kohesi dan koherensi dalam rubrik politik dan hukum pada surat kabar Kompas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam surat kabar kompas, piranti kohesi dan koherensi digunakan. Namun, rubrik yang dianalisi adalah rubrik politik dan hukum, sehingga kurang relevan dengan materi pembelajaran Bahasa Jawa pada sekolah menengah pertama. Penelitian lainnya juga telah dilakukan oleh (Widiatmoko, 2015), yang bertujuan untuk mengetahui kohesi dan koherensi pada wacana berita rubrik nasional di majalah online Detik. Yang membedakan dengan penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan analisis wacana dan pendekatan deksriptif kualitatif. Peneliti dalam penelitian ini hanya menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

�

Metode Penelitian

Penelitian ini deskriptif kualitatif dengan objek penelitian sejumlah lima cerkak dalam majalah Panjebar Semangat. Menurut (Sanjaya, 2013) bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah metode penelitian yang tujuannya adalah untuk memberikan gambaran secara lengkap serta in-depth, mengenai fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Data, menurut (Emzir, 2014) merupakan material yang berguna sebagai bahan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

Sumber data yang penulis teliti adalah kumpulan cerkak karya Suryadi Ws dalam majalah Panjebar Semangat yang terdiri dari beberapa judul: Omah Dina Tembe, Pulih, Supi Siswaku, Sekolah Negri Swasta I, dan Sekolah Negri Swasta II. Populasi diambil dari majalah Panjebar Semangat terbitan selama tahun 2020, sedangkan sampel diambil dari lima cerkak pada penerbitan di bulan Maret (PS, No. 10 Tgl 7 Maret 2020), April (PS, No. 16 Tgl 18 April 2020), Agustus (PS, No. 35 Tgl 29 Agustus 2020), dan November 2020 (PS, No. 45 Tgl 7 November 2020); (PS, No. 46 Tgl 14 November 2020).

Langkah-langkah penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Peneliti mencari sumber data dan membaca keseluruhan cerkak yang akan diteliti pada majalah Panjebar Semangat. Kemudian, peneliti menganalisis kohesi dan koherensinya. Setelah itu, peneliti menganalisis apakah isi cerkak relevan digunakan sebagai materi pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah menengah pertama. Tahap analisis data adalah langkah yang dilakukan dalam proses penelitian di mana peneliti menangani langsung masalah yang tersirat ataupun tersurat dalam data (Sudaryanto, 2015).

Penggalan wacana yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah penggalan wacana cerkak atau cerita pendek berbahasa Jawa yang terdapat hubungan bentuk (kohesi): aspek gramatikal yang ditemukan dalam berita berbahasa Jawa meliputi pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), perangkaian (konjungsi). Aspek leksikal yang ditemukan dalam cerita cekak atau cerita pendek berbahasa Jawa meliputi repetisi, sinonimi (padan kata), antonimi (lawan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Selain hubungan kohesi gramatikal dan leksikal data dalam penelitian ini penggalan wacana cerkak berbahasa Jawa yang terdapat hubungan makna (koherensi) di dalamnya.

Relevansi hasil bentuk kohesi dan koherensi wacana cerkak sebagai materi pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Menengah Pertama kelas VIII adalah sebagai obyek penelitian untuk pengumpulan data yang melibatkan siswa dan guru. Teknik tersebut menggunakan teknik analisis dokumen yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan analisis wacana, kohesi, dan koherensi cerkak pada majalah Panjebar Semangat.

Analisis dokumen ini juga dilakukan wawancara dengan tujuan untuk memperoleh informasi terkait kendala dengan proses pembelajaran telaah wacana cerkak pada majalah Panjebar Semangat sesuai dengan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama kelas VIII. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan bahasa Jawa yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran Bahasa Jawa dan siswa yang menggali informasi apakah cerkak dalam majalah Panjebar Semangat itu relevan dan cocok sebagai materi pembelajaran Bahasa Jawa SMP kelas VIII.

 

Hasil dan Pembahasan

1.      Bentuk kohesi wacana cerkak dalam majalah Panjebar Semangat

1)    Kohesi Gramatikal

a)         Penunjukan (reference)

Kohesi gramatikal penunjukan merupakan kata ganti subyek yang ditunjukan sebagai pelaku.

Dalan-dalan sing dakliwati saben esuk iku pancen wis kulina dakambah wiwit biyen, wiwit aku sekolah SMP nganti lulus SMA.

��Aku mbatin, apa Mbak Lestari iki kena katarak ya, kok kaya ora pati premana pandulune. Jebul dheweke malah bares, "Aku ki kena gejala katarak, rada remeng-remeng�.

��merga sing kirim pesen iku bocah sing babar pisan ora dak nyana, lan selawase iki ora dakngerteni kabare. Tuwuh tandha pitakon, saka ngendi dheweke ngerti nomer HP-ku?�.

Kata yang bergaris bawah adalah bentuk kohesi gramatikal reference pada cerkak karya Suryadi Ws.

b)    Penggantian (substitution)

Pada kohesi gramatikal terdapat substitusi pada cerkak karya Suryadi Ws yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Iku omahe Yu Darsini, anake pak lurah sepuh biyen. Dheweke kanca saklas karo aku, wiwit SMP klas siji nganti lulus SMA, nanging umure patang taun sak mbakyuku. Jrone nem taun saben dina tansah bareng sekolah, lan karep takon aku yen ana pe-er sing angel, nganti aku iki direngkuh kaya adhine.

�Dheweke sing dadi bambangan Raden Abimanyu�. (Pulih PS, No. 16 Tgl 18 April 2020)

�Batinku kebak tandha pitakon, ana masalah apa bocah iki? Bareng daktakokake marang Suharti, dheweke crita, jare Supiyatun pepes atine merga ditibani talak telu dening pasangane�

�Gangsal welas taun panjenengan sampun ngabdi wonten sekolahan menika, kanthi sukarila tanpa blanja, namung kadereng ing roos kepengin tumut ndhidhik putra-putra dados tiyang pinter lan berbudi.�

�Aku banjur rumangsa keranta-ranta. Limalas taun dibantu guru guru relawan, nanging ora kasil merjuwangake nasibe supaya diangkat dadi pegawe, nganti akhire malah ketutup dalane merga umure wis kaliwat�

Terdapat substitusi pada cerkak kata yang digaris bawahi menjelaskan bahwa konteks gramatikalnya mempunyai penggantian kata.

c)    Pelesapan (ellipsis)

Elipsis (pelesapan) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Unsur yang dilesapkan itu dapat berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat (Wiyanti, 2016). Di dalam analisis wacana, unsur (konstituen) yang dilesapkan itu biasa ditandai dengan konstituen nol atau zero (atau dengan lambang �) pada tempat terjadinya pelesapan unsur tersebut. Pada teks cerkak karya Suryadi Ws yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Bubar iku njur wis ora tau kepethuk. Jare loro-lorone diangkat guru ing dhaerah Pekalongan. Aku dhewe tiba apik nasibku � Lulus kuliyah diangkat guru SMK ing dhaerahe dhewe, � kathik mapane cedhak karo sekolahanku SMP biyen. � Dadi saben dina liwat dalan sing kulina dakambah nalika sekolah.

�Sajrone seminggu ora kena kakehan polah, � ora kena disiram banyu, � ora kena kanggo ndhingkluk, dadi ya mung lumah-lumah terus."

�Dhek semana aku mbimbing regu 8, � ana bocah rolas, � padha tugas praktek kerja lapangan ing SD Kalikebo I lan SD Kalikebo II.�

�Nanging nyatane aku bingung kaya wong linglung, � montang-manting pikiranku nggagas lelakon.�

Pada tuturan di atas terjadi pelesapan satuan lingual yang berupa kata, yaitu kata yang berfungsi sebagai subjek atau pelaku tindakan pada tuturan tersebut.

d)        Perangkaian (conjunction)

Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya alinea (Widiatmoko, 2015). Pada teks cerkak karya Suryadi Ws yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Sauntara Mas Agung nikah karo guru es-sm-pe, lan tugase njaluk pindhah nyang Purwokerto. Pancen sengaja padha dene ngadohi, supaya ora tau kepethuk.�

�Critane leren sedhela, sauntara aku mung njegreg lan lambeku blangkemen krungu critane sing babar pisan ora daknyana iku�.

�Shalat ya mung karo nglekar kuwi, lan ora kena disiram banyu�.

�Kanthi swara sajak sedhih lan nalangsa dheweke kandha yen ora ana apa-apa, mung mau arep mulih ndadak ban sepedhahe gembos. Aku ngerti pancen sepedhahe mau nggembos lan wis ditambalake�

�Lan kula sakanca tansah memuji, mugi usaha panjenengan lancar lan kasil, satemah gesang panjenengan sakulawarga saged sejahtera, mboten kekirangan.�

�Awan-awan, sawise jam wulangan entek lan guru-guru enom wis padha mulih, wong tuwa-tuwa telu padha rembugan ing ruwang guru.�

Konjungsi berdasarkan kutipan diatas adalah konteks situasinya dengn kata konjungsi lan merupakan konjungsi koordinatif pada kalimat tersebut.

2)      Kohesi Leksikal

a)   Pengulangan (reiteration)

Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Penanda repetisi (pengulangan) dapat berwujud pengulangan kata, frasa, klausa ataupun kalimat (Putri & Goziyah, 2021). Pada teks cerkak karya Suryadi Ws. Dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Biyen nalika aku pacaran karo Mas Agung, kowe sing dadi kongkonan. Yen aku kirim layang, kowe sing dakkongkon menehake. Yen Mas Agung kirim layang, ya kowe sing dikongkon�

�Sajrone seminggu ora kena kakehan polah, ora kena disiram banyu, ora kena kanggo ndhingkluk, dadi ya mung lumah-lumah terus."

�Buktekna yen kowe dudu bocah wadon sing kena diremehake, nanging kosok baline kowe bocah wadon sing pantes dikurmati dening wong lanang, kelebu pacarmu sing gendheng kuwi�

�Lan kula sakanca tansah memuji, mugi usaha panjenengan lancar lan kasil, satemah gesang panjenengan sakulawarga saged sejahtera, mboten kekirangan.�

�Aku wong telu mulih saka tilik tilas kanca-kanca nggawa ati lega lan bungah, dene kanca-kanca guru relawan sing limalas taun mulang kanthi kahanan uripe kesrakat, nasibe kleleran kulawargane kapiran, saiki padha bisa urip mampu mbarengi anak anake arep mbutuhake wragad sekolah.�

Pada teks cerkak tersebut terdapat pengulangan yang terdapat pada kalimat pertama terdapat kata tersebut dan kalimat selanjutnya kata tersebut diulang kembali.

b)   Hiponimi (hyponym)

Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain (Oktavia & Zuliyandari, 2019). Hiponimi ditemukan pada teks cerkak karya Suryadi Ws yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Nganti aku ditukokake anggon-anggonan ali-ali, gelang, kalung, anting-anting, jare suk kon menehake anake wadon. Mangka nyatane anakku mung siji lanang.�

�Nalika anakku loro isih cilik-cilik�

�Dheweke pancen prigel lan wasis.�

�Lan kula sakanca tansah memuji, mugi usaha panjenengan lancar lan kasil, satemah gesang panjenengan sakulawarga saged sejahtera, mboten kekirangan�.

�Aku sumambung, "Gumunku, para penilik, kepala unit, kepala dhinas, kok kaya ora mikir nasibe sekolah iki.�

Pada teks cerkak diatas kata adalah hiponimi dari merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain.

c)    Sinonimi (synonym)

Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama; atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Sinonimi ditemukan pada teks cerkak karya Suryadi Ws yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Bubar iku njur wis ora tau kepethuk. Jare loro-lorone diangkat guru ing dhaerah Pekalongan. Aku dhewe tiba apik nasibku. Lulus kuliyah diangkat guru SMK ing dhaerahe dhewe, kathik mapane cedhak karo sekolahanku SMP biyen. Dadi saben dina liwat dalan sing kulina dakambah nalika sekolah. Kalebu dalan sandhing omahe Yu Darsini, saben dina dakliwati.

��nyeblak semangat uripmu. Nesuwa. Buktekna yen kowe dudu bocah wadon sing kena diremehake, nanging kosok baline kowe bocah wadon sing pantes dikurmati dening wong lanang, kelebu pacarmu sing gendheng kuwi�

�para priyayi sing ngunus negara iki kabeh wong pinter pinter. Yen kowe ora ngerti, iku ya awit saka bodhone awakmu dhewe�

Sinonimi yang menciptakan kepaduan wacana pada contoh di atas terjadi lawan kata antara kata pada kalimat pertama dengan kalimat selanjutnya.

d)   Antonimi (antonym)

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan satuan lingual yang lain (Afria & Sanjaya, 2019). �Antonimi ditemukan pada teks cerkak karya Suryadi Ws yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Bubar nikah karo Mas Agung biyen, let rong taun aku duwe anak siji lanang. Nanging karo dhoktere disaranke aku operasi supaya ora hamil maneh, sebab yen hamil maneh mbebayani. Dadi aku ya mung duwe anak siji iku. Sekawit Mas Agung ya wis trima. Nanging let sepuluh taun dheweke mothah kepengin duwe anak wadon.�

Pada teks tersebut terdapat kohesi leksikal antonimi pada kata lanang dan wadon yang dijelaskan bahwa terdapat makna yang beroposisi atau berlawanan.

e)        Kolokasi (collocation)

Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan plihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan (Erlinda & Sabardila, 2016). Pada teks cerkak karya Suryadi Ws, ditemukan kolokasi yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Nyawang desa-desa kang lagi wiwit nglilir, sawah-sawah jembar gumelar kang wiwit kesrambah tlapakane petani sing padha mruput, gunung-gunung kang isih kekemul mega warna jingga, ati iki rasane adhem tentrem, tumuse marang pangrasa ing batin: aku urip iki ana sing nguripi, yaiku sing yasa kabeh iki.�

Pada teks tersebut kata yang berasosiasi terdapat pada kutipan bergaris bawah digunakan secara berdampingan.

2.      Bentuk koherensi wacana cerkak dalam majalah Panjebar Semangat

a)    Koherensi Penjumlahan

Koherensi penambahan adalah koherensi yang terbentuk karena adanya kalimat yang menyatakan hal, peristiwa, atau kejadian lain di luar dari yang telah dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Dengan kata lain, apa yang dinyatakan pada suatu kalimat merupakan penambahan terhadap apa yang dinyatakan pada kalimat sebelumya. Pada teks cerkak karya Suryadi Ws, ditemukan koherensi penjumlahan yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Tegese kudu pegatan. Wiwit iku aku urip karo anakku lan tugasku njaluk pindhah nyang Semarang.�

Pada kata lan mrupakan koherensi penjumlahan pada kalimat yang menyatakan hal atau peristiwa yang dijelaskan pada teks cerkak bahwa penambahan kalimat sebelumnya dijumlahkan dengan kata dan

b)    Koherensi Pertuturan

Koherensi perturutan adalah koherensi yang terbentuk karena adanya kalimat-kalimat yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa, keadaan, atau perbuatan yang secara berturut-turut terjadi atau dilakukan. Pada teks cerkak karya Suryadi Ws, ditemukam koherensi pertuturan yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Nanging ana omah siji sing banget tumabet ing atiku. Yaiku omah gedhe modhel lawas ing pojok Desa Prigi.�

Pada teks cerkak diatas terbentuk kalimat yang berbentuk koherensi pertuturan, dibuktikan pada teks kata bergaris bawah yaiku, kata tersebut mengungkapkan suatu peristiwa atau keadaan perbuatan pada kalimat selanjutnya.

c)    Koherensi Perlawanan

Hubungan makna perlawanan terjadi apabila salah satu klausa berlawanan dengan yang dinyatakan dalam klausa lain. Pada teks cerkak karya Suryadi Ws, ditemukan koherensi perlawanan yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Tau daksurupi nganggo spedhometer Honda, dalan sing dakliwati saben esuk iku adohe pitung kilometer luwih sithik.�

�Njur kesambung maneh sawise lulus kuliyah bali dakliwati mangkat lan mulih kerja.�

Pada kutipan diatasa terdapat koherensi perlawanan pada salah satu klausa yaitu kata luwih dan sithik, mangkat dan mulih.

 

 

d)    Koherensi Lebih

Koherensi lebih merupakan koherensi yang terbentuk karena apa yang dinyatakan pada suatu kalimat melebihkan, maksudnya adalah menekankan apa yang dinyatakan pada kalimat-kalimat selanjutnya. Pada teks cerkak karya Suryadi Ws ditemukan koherensi lebih yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Dalan-dalan sing dakliwati saben esuk iku pancen wis kulina dakambah wiwit biyen, wiwit aku sekolah SMP nganti lulus SMA. Njur kesambung maneh sawise lulus kuliyah bali dakliwati mangkat lan mulih kerja, sabab aku dadi guru SMK sing lakune liwat kono.�

Pada teks cerkak diatas terdapat koherensi lebih yang dimaksud adalah menekankan apa yang dinyatakan pada kalimat-kalimat selanjutnya, pada kutipan diatas kata yang digunakan adalah kata njur artinya lalu/kemudian.

e)    Koherensi Sebab-Akibat

Hubungan makna sebab-akibat akan muncul jika salah satu klausa menyatakan sebab-akibat terjadinya peristiwa, tindakan atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa lain. Pada teks cerkak karya Suryadi Ws, ditemukan koherensi sebab akibat yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Dalan-dalan sing dakliwati saben esuk iku pancen wis kulina dakambah wiwit biyen, wiwit aku sekolah SMP nganti lulus SMA. Njur kesambung maneh sawise lulus kuliyah bali dakliwati mangkat lan mulih kerja, sabab aku dadi guru SMK sing lakune liwat kono.�

Kata yang bergaris bawah pada teks cerkak diatas merupakan koherensi sebab dan akibat. Akibat dari ujuran berikut,

�Dalan-dalan sing dakliwati saben esuk iku pancen wis kulina dakambah wiwit biyen, wiwit aku sekolah SMP nganti lulus SMA. Njur kesambung maneh sawise lulus kuliyah bali dakliwati mangkat lan mulih kerja menyebabkan dadi guru SMK sing lakune liwat kono.�

f)    Koherensi Waktu

Di dalam hubungan makna kewaktuan, salah satu klausa menyatakan waktu bagi klausa yang lain. Waktu yang dimaksud menyatakan waktu terjadinya, waktu permulaan atau berakhirnya suatu peristiwa, tindakan ataupun keadaan. Pada teks cerkak karya Suryadi Ws, ditemukan koherensi waktu yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Wis mataun-mataun dadi pakulinanku, saben bangun esuk bubar subuh�

Pada teks diatas merupakan koherensi waktu yaitu esuk bubar subuh menjelaskan waktu terjadinya suatu peristiwa ataupun keadaan.

g)    Koherensi Syarat

Hubungan makna syarat terjadi apabila salah satu klausa menyatakan syarat agar peristiwa, tindakan atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa lain dapat dilaksanakan. Pada teks cerkak karya Suryadi Ws. Dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Malah bareng wis pensiun, aku melu gabung ing bank BTPN, yen arep njupuk pensiun uga ngliwati dalan iku maneh.�

Pada teks cerkak diatas terdapat bentuk koherensi syarat yang dinyatakan dalam klausa yen suatu kata penghubung dengan maksud syarat.

 

h)    Koherensi Cara

Koherensi cara merupakan koherensi yang terbentuk karena adanya kalimat yang memberikan penjelasan tentang cara terjadinya suatu peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan dalam kalimat yang lain. Pada teks cerkak karya Suryadi Ws, ditemukan koherensi cara yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Yu Darsini milih jurusan sing cepak, nyang pendidikan guru sekolah menengah, rong taun wis rampung terus diangkat dadi guru SMP.�

Pada teks diatas merupakan koherensi cara, terdapat pada kata dadi. Mbak Darsini memilih jurusan yang dekat, dengan pendidikan guru sekolah menengah, dua tahun sudah selesai dan diangkat menjadi guru SMP. Jadi cara agar diangkat menjadi guru SMP harus sekolah pendidikan guru terlebih dahulu.

i)     Koherensi Penjelasan

Hubungan makna penjelasan muncul jika salah satu kalimat atau klausa menerangkan atau melengkapi kalimat atau klausa yang lain. Pada teks cerkak karya Suryadi Ws, ditemukan koherensi penjelasan yang dibuktikan pada kutipan cerkak dibawah ini:

�Mung mandheg batin. Arep takon, wong sing manggon sapa ora dakngerteni. Ya yen sing manggon Yu Darsini, genah terus nemoni lan nyambung kanca lawas. Lha yen sing manggon jebul wong liya, aku takon-takon perlune apa, rak malah dikira sing ora-ora. Dadi ya wis, mandheg ing batinku dhewe wae. Saben esuk bubar subuhan aku nyepedha liwat kono, batinku ajeg takon-takon tanpa wangsulan ngono iku.�

Pada teks cerkak diatas termasuk koherensi penjelas, diatas menjelaskan kalimat pertama, dan menggunakan kata dadi yang berfungsi sebagai kata penghubung untuk menjelaskan kalimat sebelumnya.

3.      Relevansi hasil� analisis bentuk kohesi� dan koherensi wacana cerkak sebagai �materi pembelajaran mata pelajaran Bahasa Jawa di SMP Kelas VIII.

Penguatan materi dilakukan dengan memperhatikan:

1)      Penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko dan krama dengan mempertimbangkan keberadaan dialek masing-masing daerah. Materi kebahasaan yang berkaitan dengan unggah-ungguh tidak disajikan secara khusus pada aspek pengetahuan (KI 3). Hal ini dikawatirkan unggah ungguh hanya berhenti pada tataran pengetahuan padahal yang diharapkan unggah ungguh basa sebagai sebuah action sebagai manifestasi kesantunan berbahasa yang menjadi bagian dari sikap sosial (KI2) yang tercermin dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang diajarkan melalui keteladanan dan pembiasaan pada setiap kesempatan baik itu dalam proses pembelajaran di dalam kelas, maupun di luar kelas.

2)   Pemanfaatan sastra Jawa modern sebagai hasil karya sastra Jawa baik yang berupa sastra tulis maupun sastra lisan (geguritan, crita cekak, crita sambung, novel, drama, film dan sebagainya) yang berkembang untuk pembentukan karakter yang njawani,

3)   Pemanfaatan sastra klasik baik lisan maupun tulis (sastra piwulang, babad, legenda, tembang, nyanyian rakyat, tembang dolanan, cerita, mitos, dongeng, sastra wayang dan sebagainya) untuk penguatan jati diri, dan

4)   aksara Jawa sebagai pemertahanan jati diri.

Cerkak yang digunakan sebagai bahan ajar� di SMP kelas VIII sangat relevan untuk di ajarkan, berdasarkan kompetensi inti yaitu memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait dengan fenomena dan kejadian nyata. Dengan kompetensi dasar memahami isi teks cerita dan memiliki indikator agar siswa mendengarkan wacana cerita, mengartikan kata sulit pada cerkak, pembelajaran ini merupakan langkah-langkah yang digunakan seorang guru untuk mengajarkan cerkak dengan media majalah Panjebar Semangat.

Untuk penambahan nilai keterampilan siswa, bahan ajar cerkak dalam majalah Panjebar Semangat memiliki kompetensi bagi siswa agar mampu mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Cerita pendek yang berbahasa jawa atau disebut dengan cerkak dalam majalah Panjebar Semangat dikatakan relevan apabila dijadiakan bahan ajar di SMP kelas VIII sudah menggunakan bentuk kohesi dan koherensi yang tepat. Maksudnya adalah dalam pembentukan cerkak yang memiliki bentuk kohesi gramatikal dan leksikal pada cerkak sudah tepat atau dapat disusun dengan gagasan atau suatu ide yang menjadikan wacana cerkak tersebut menjadi koheren.

Bahasa yang digunakan dalam majalah Panjebar Semangat ini memiliki ketepatan dalam penggunaan pemilihan diksi yang dapat membentuk kohesi, dan piranti kohesinya sangat berperan penting dalam penyempurnaan wacana cerkak yang dipelajari oleh SMP kelas VIII. Menurut hasil wawancara, wacana cerkak dalam majalah Panjebar Semangat menggunakan Bahasa Jawa Ngoko yang menggunakan dialek standar Surakarta dan menggunakan kosa kata bahasa jawa yang sering digunakan di lingkungan sehari hari.

 

Kesimpulan

Penulis menyimpulkan bahwa cerkak dalam majalah Panjebar Semangat terdapat penggunakan bentuk kohesi yang sangat tepat, yang terdiri dari kohesi gramatikal dan leksikal, yang mana kohesi gramatikal pada cerkak dalam majalah Panjebar Semangat yang dijelaskan beberapa jenis: penunjukan (reference), penggantian (substitution), pelesapan (ellipsis), perangkaian (conjunction).

Koherensi pada cerkak dalam majalah Panjebar Semangat ditulis secara sistematika yang sangat runtut, bentuk koherensi yang penulis analisis pada cerkak majalah Panjebar Semangat karya Suryadi Ws yaitu koherensi penjumlahan, pertuturan, perlawanan, lebih, sebab-akibat, waktu, syarat, cara, dan penjelasan.

Relevansi hasil� analisis bentuk kohesi� dan koherensi wacana cerkak pada majalah Panjebar Semangat karya Suryadi Ws sebagai� materi pembelajaran Bahasa Jawa di SMP Kelas VIII ini dapat digunakan sebagai bahan ajar Bahasa Jawa karena berkaitan dengan adanya kompetensi dasar pada indikator yang terdapat pada silabus Bahasa Jawa kelas VIII SMP yang mana kompetensi dasar ini menuntut siswa untuk mampu mendeskripsikan cerita cekak. Maka dari itu penulis mengambil media majalah Panjebar Semangat karya Suryadi Ws untuk dianalisis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Afria, R., & Sanjaya, D. (2019). Analisis Aspek Gramatikal Dan Leksikal Pada Cerpen Ketek Ijo Karya M. Fajar Kusuma. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, 3(1), 55�72.Google Scholar

 

Emzir. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: �rajawali Pers.

 

Erlinda, S. N., & Sabardila, A. (2016). Penanda Aspek Leksikal dan Aspek Gramatikal Pada Wacana Narasi Di Koran Kompas Edisi Januari-Februari 2016 Serta Wujud Implementasinya Dalam Pembelajaran. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar

 

Hammi, M. (2019). Status Sosial Sajrone Kumpulan Cerkak Emak, Sayak Lan Hem Kothak-Kothak Anggitane Anjrah Lelono Broto (Tintingan Sosiologi Sastra). Baradha, 6(1), 1-16. Google Scholar

 

Hartono, B. (2012). Dasar-dasar Kajian Wacana. Semarang: Pustaka Zaman. Google Scholar

 

Nurfitriani, Bahry, R., & Azwardi. (2018). Analisis Kohesi dan Koherensi Dalam Proposal Mahasiswa PBSI Tanggal 23 Desember 2014. Jurnal Bahasa Dan Sastra, 12(1), 39�48. Google Scholar

 

Oktavia, W., & Zuliyandari, D. (2019). Analisis Wacana Tekstual Dan Kontekstual Dalam Naskah Drama Bunga Rumah Makan Karya Utuy Tatang Sontani. Lingua, 15(2), 223�233. Google Scholar

 

Putri, P. N. S., & Goziyah, G. (2021). Aspek Gramatikal dan Leksikal pada Lirik Lagu Jaga Slalu Hatimu Karya Grup Band Seventeen. Imajeri: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 4(1), 74�80. Google Scholar

 

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan jenis, metode dan prosedur. Jakarta: Kencana. Google Scholar

 

Setiawan, T. (2011). Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. Google Scholar

 

Setiawati, E., & Arista, H. D. (2018). Piranti Pemahaman Komunikasi dalam Wacana Interaksional: Kajian Pragmatik. Universitas Brawijaya Press. Google Scholar

 

Sudaryanto, S. (2015). Metode dan aneka teknik analisis bahasa. Yogyakarta: APPTI. Google Scholar

 

Wahyuningsih, W., Basuki, R., & Djunaidi, B. (2017). Peranti kohesi dan koherensi wacana dalam rubrik politik dan hukum. Jurnal Ilmiah Korpus, 1(2), 248�259. Google Scholar

 

Widiatmoko, W. (2015). Analisis Kohesi dan Koherensi Wacana Berita Rubrik Nasional Di Majalah Online Detik. Jurnal Sastra Indonesia, 4(1), 1�12. Google Scholar

 

Wiyanti, E. (2016). Kajian kohesi gramatikal substitusi dan elipsis dalam novel �Laskar Pelangi� karya Andrea Hirata. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra UPI, 16(2), 188�202. Google Scholar

 

Copyright holder:

Agus Budiono (2021)

 

First publication right:

Syntax Idea

 

This article is licensed under: