Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No.10, Oktober 2021
PERANAN PRE DAN POST
ISCHEMIC CONDITIONING SEBAGAI PENCEGAHAN CEDERA REPERFUSI
Hamzah Muhammad Zein
Fakultas
Kedokteran, Universitas Andalas Sumatera Barat, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Reperfusi pneada jaringan iskemik sering mengakibatkan proses patofisiologi, seperti gangguan endotelium pada arteriol, peradangan dan ekstravasasi protein plasma di venula. Ada berbagai mekanisme yang menyebabkan cedera reperfusi. Salah satu mekanismenya adalah dengan diproduksinya radikal oksigen sehingga dapat melepaskan mediator inflamasi. Manifestasi klinis yang timbul juga beragam, salah satu contohnya, pada jantung, dapat terjadi myocardial stunning. Penulisan literature review ini bertujuan untuk memahami peranan pre dan post ischemic conditioning sebagai pencegahan cedera reperfusi sehingga dapat mengarahkan ke asesmen dan pemberian terapi yang tepat kepada pasien. Secara epidemiologi, cukup banyak didapatkan kejadian cedera reperfusi yang tidak mendapatkan manajemen yang memadai, sehingga diperlukan pembahasan peranan pre dan post ischemic conditioning dari berbagai literatur. Literature review ini dilakukan pada April 2019 dengan mengambil sumber data dari berbagai sumber buku dan jurnal medis. Referensi yang diambil dari original research dan buku. Ada berbagai studi yang mengungkapkan� terapi atau tindakan untuk mencegah cedera reperfusi, yaitu ischemic conditioning. Fokus terapi atau tindakan untuk mencegah cedera reperfusi berdasarkan mekanisme-mekanisme yang terjadi pada cedera reperfusi. Mekanisme ischemic conditioning mencegah cedera reperfusi dengan cara mencegah apoptosis, onkosis, dan meningkatkan antioksidan. Mekanisme ischemic conditioning ini berawal dari stimulus dan aktivasi terhadap sinyal transduksi kardioproteksi. Sinyal ini memiliki efek akhir untuk menghambat pembukaan mPTP, sehingga efek cedera reperfusi bisa dikurangi.
Kata Kunci: cedera reperfusi; terapi; post ischemic conditioning
Abstract
Reperfusion of ischemic tissue
often results in pathophysiological processes, such as endothelium disruption
in arterioles, inflammation and extravasation of plasma proteins in venules.
There are various mechanisms that cause reperfusion injury. One of the mechanisms
is the production of oxygen radicals so that they can release inflammatory
mediators. The clinical manifestations that arise are also diverse, one example
is in the heart, myocardial stunning can occur. Writing this literature review
aims to understand the role of pre and post ischemic conditioning as prevention
of reperfusion injury so that it can lead to assessment and appropriate therapy
for patients. Epidemiologically, there are quite a lot of cases of reperfusion
injuries that do not get adequate management, so it is necessary to discuss the
role of pre and post ischemic conditioning from various literatures. This
literature review was conducted in April 2019 by taking data sources from
various sources of books and medical journals. There are various studies that
reveal therapies or actions to prevent reperfusion injuries, namely ischemic
conditioning. The focus of therapy or action to prevent reperfusion injury is
based on the mechanisms that occur in reperfusion injury. The mechanism of ischemic
conditioning prevents reperfusion injury by preventing apoptosis, oncosis, and
increasing antioxidants. This ischemic conditioning mechanism begins with
stimulation and activation of cardioprotective signal transduction. This signal
has the final effect of inhibiting mPTP opening, so that the effect of
reperfusion injury can be reduced.
Keywords: reperfusion injury, therapy; post ischemic
conditioning
Received:
2021-09-22; Accepted: 2021-10-05; Published: 2021-10-20
Pendahuluan
Cedera reperfusi, yang bisa disebut juga dengan cedera
reperfusi iskemia atau cedera reoksigenasi, adalah kerusakan jaringan yang disebabkan
ketika aliran darah kembali ke jaringan, setelah periode iskemia atau
kekurangan oksigen (anoksia atau hipoksia). Oksigen dan nutrisi dari darah yang
berkurang selama periode iskemik menciptakan suatu kondisi yang berpotensi berbahaya� bila�
terjadi reperfusi, yaitu dapat menghasilkan peradangan dan kerusakan
oksidatif (Sanada, Komuro, Kitakaze, & Physiology, 2011)
Miokardium dapat terjadi kerusakan atau cedera secara
reversibel setelah terjadi iskemik dan direperfusi. Didukung juga dari
penelitian Bolli, dkk, bahwa kerusakan atau cedera pada miokardium tersebut
disebabkan oleh zat radikal bebas yang dihasilkan setelah reperfusi (Touboul et al., 2015).
Telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari metode pencegahan
terjadinya cedera reperfusi ini. Metode yang dikenal dengan pre dan post ischemic
conditioning. Ischemic preconditioning telah diakui sebagai salah satu
mekanisme yang baik untuk melindungi dari cedera iskemik miokard dengan cara
menginduksi periode iskemik singkat sebelum dilakukan reperfusi. Pada penelitian
hewan percobaan dan manusia, periode singkat iskemia telah terbukti melindungi
jantung dari lebih banyak episode iskemia yang berkepanjangan, mengurangi
ukuran infark, dan tingkat keparahan aritmia yang diinduksi reperfusi, dan
mencegah disfungsi sel endotel (Chahine, Makhlouf, Duca, Martiny, & Chahine, 2014).
Literature review ini lebih membahas secara lengkap tentang
pencegahan dan terapi dari cedera reperfusi. Metode lainnya dengan post
ischemic conditioning, yaitu dengan menginduksi kondisi iskemik singkat
berulang yang reversibel selama awal periode reperfusi setelah periode iskemik
yang lama untuk mengurangi cedera reperfusi. Ischemic postconditioning telah
dilaporkan dapat mengurangi ukuran infark pada pasien dengan IMA-EST yang menjalani
IKP dalam uji klinis (Hahn et al., 2013).
Beberapa studi, telah terbukti pre dan post
ischemic conditioning dengan berbagai macam mekanismenya dapat memproteksi
dari efek buruk cedera reperfusi. Ischemic conditioning tersebut telah banyak
diterapkan pada pasien yang menjalani terapi reperfusi (Alizadeh Pahavani et al., 2020).
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
a. Definisi
Ischemic
preconditioning didefinisikan sebagai proses iskemia
periode pendek untuk membuat miokard lebih resisten terhadap efek iskemik
dengan periode yang lebih panjang. Ischemic
preconditioning awalnya didefinisikan proses iskemia jangka pendek untuk
membatasi ukuran infark. Beberapa peneliti memperluas definisi ini dengan memasukkan
juga efek positif dalam pencegahan aritmia dan myocardial stunning (Sanada et al., 2011).
b. Mekanisme Ischemic Preconditiong dalam Pencegahan
Cedera Reperfusi
Istilah ini diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Murry et al, menemukan di penelitian pada binatang dengan model anjing yang mana dengan empat periode berturut-turut oklusi koroner selama 5 menit mampu mengurangi ukuran infark yang disebabkan oleh periode oklusi 40 menit berikutnya sebanyak 75%. Efek proteksi ischemic preconditioning bersifat sementara dan bertahan selama 2 jam, yang disebut juga dengan ischemic preconditiong awal. Namun, efek proteksi timbul lagi saat 24 jam setelah preconditiong dan bertahan sampai 48 jam. Efek perlindungan yang tertunda ini dimediasi oleh aktivasi gen yang mengkode protein sitoprotektif (S�nchez-Hern�ndez, Torres-Alarc�n, Gonz�lez-Cort�s, & Pe�n, 2020).
Ada beberapa mekanisme ischemic preconditiong (IPC) dalam memproteksi suatu sel dari cedera reperfusi dari pencegahan terhadap apoptosis, onkosis, radikal bebas sehingga dapat mengurangi luasnya infark (Sanada et al., 2011).
Ischemic preconditiong dapat melindungi
kardiomiosit dari apoptosis selama reperfusi. Mekanisme perlindungan dari
apoptosis kardiomiosit oleh IPC berawal dari perlindungan mitokondria. Ischemic
preconditiong dapat mencegah disfungsi mitokondria yang disebabkan
hilangnya aktivitas enzim ketoglutarat dehidrogenase pada siklus krebs,
masuknya protein Bcl-2 protein sebagai pro- apoptosis ke dalam mitokondria, dan
pelepasan sitokrom c ke dalam sitosol. Perlindungan mitokondria oleh IPC ini
dimediasi oleh suatu sinyal untuk mencegah pembukaan mPTP (Tomai, Crea, Chiariello, & Gioffrè, 1999).
Sinyal-sinyal ini berlangsung pada mitochondrial KATP (mitoKATP) channel pathway, the phosphatidylinositol 3-kinase
(PI3K)/ Akt pathway, dan p42/p44 ERK1/2
(Alizadeh Pahavani et al., 2020).
Onkosis adalah suatu proses peningkatan permeabilitas sel membran sebagai salah satu fitur cedera reperfusi miokard. Saat terjadi reperfusi miokard tiba-tiba terjadi peningkatan tekanan mekanik pada membran sarkolemal, terkait dengan reintroduksi aktivitas kontraktilitas. Hal ini dapat mengurangi energi sel dalam jumlah banyak dan berujung pada onkosis (Isik et al., 2015).
Kerapuhan sarkolema adalah penyebab onkosis selama reperfusi. Penghambatan kerapuhan sarkolema selama reperfusi sebagai mekanisme utama kardioproteksi yang dimediasi oleh IPC. Jantung normal mempunyai sarcolemma yang melekat erat pada sarkomer melalui Z-band. Namun, tak lama setelah reperfusi, sarcolemma mengalami kerusakan di Z-band. Kerusakan Z-band ini� meningkatkan permeabilitas melalui sarkolema. Oleh karena itu, tekanan fisik yang dipaksakan pada membran ini menyebabkan kerusakan pada Z-band. Terdapat juga zat dystrophin yang dikenal dapat menstabilkan sarkolema terhadap tekanan sehingga dapat mengurangi kerusakan membran. Saat terjadi cedera reperfusi dystrophin ini berkurang, sehingga banyak terjadi kerusakan. Ischemic precondition membuat dystrophin ini dapat dipertahankan sehingga perlindungan pada membran terjadi (Shah, Yellon, Davidson, & therapy, 2020).
Gambar 1
Proses Onkosis pada Cedera Reperfusi
Gambar 2
�Hubungan IPC, ROS, dan
Proteksi Mitokondria
Kemajuan terbaru telah menunjukkan bahwa miokardium dapat diselamatkan setelah oklusi arteri koroner permanen. Sejauh mana daerah perbatasan miokardium dapat diselamatkan sangat tergantung pada tingkat angiogenesis. IPC telah terbukti menghambat remodeling ventrikel kiri pada model hewan di penelitian karena peningkatan proses angiogenesis. Ischemic preconditiong telah muncul sebagai pendekatan yang menjanjikan untuk terapi angiogenesis (Isik et al., 2015).
Hipoksia terjadi akibat ketidakseimbangan antara persediaan dan konsumsi oksigen. Oklusi arteri koroner penghentian pasokan darah secara tiba-tiba, menyebabkan anoksia atau hipoksia dari miokardium yang terkena. Sirkulasi kolateral berkembang di daerah miokard dengan suplai darah sebagai bentuk angiogenesis. Terbentuknya sirkulasi kolateral membantu menyelamatkan sel-sel endotel dan kardiomiosit dari hipoksia yang menyebabkan kematian, dengan demikian berkontribusi terhadap penghambatan hilangnya massa fungsional miokardium dan kompensasi hipertrofi kardiomiosit. Hipoksia adalah stimulus angiogenesis yang kuat. Hipoksia jaringan mengarahkan tindakan proangiogenik melalui berbagai faktor angiogenik, yang paling menonjol adalah faktor pertumbuhan endotel vaskular(VEGF). Flt-1 (VEGF receptor-1) dan Flk-1 / KDR (VEGF receptor-2) adalah reseptor spesifik endothelium untuk VEGF. Dua faktor angiogenik lainnya, angiopoietin 1 dan 2, telah ditemukan untuk mengatur pematangan yang pembuluh darah baru dari sel endotel yang berkembang biak. Hipoksia meningkatkan level dari VEGF. Studi terbaru menunjukkan bahwa IPC menginduksi VEGF dan meningkatkan kepadatan kapiler sebelumnya infark miokard (Xiaochun, Jianjun, Jianping, & Medicine, 2013).
Gambar 3
IPC meningkatkan angiogenesis dan mencegah perluasan dari infark
Remote ischemic Post conditioning (RIPC) adalah prosedur medis yang bertujuan untuk mengurangi keparahan cedera iskemik pada organ seperti jantung atau otak, paling umum dalam situasi serangan jantung atau stroke, atau selama prosedur seperti jantung operasi ketika jantung mungkin menderita iskemia sementara selama operasi, dengan memicu perlindungan alami tubuh terhadap cedera jaringan. Cara dari prosedur ini dengan penghentian sementara aliran darah ke anggota tubuh untuk menciptakan iskemia (kekurangan oksigen dan glukosa) dalam jaringan. "Pengondisian" ini mengaktifkan pelindung fisiologi alami tubuh terhadap cedera reperfusi dan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh kadar oksigen yang rendah.(S�nchez-Hern�ndez et al., 2020).
RIPC miokard menggunakan otot rangka sebagai stimulus iskemik. Tourniquet
atau manset yang diaplikasikan pada anggota badan dapat menyebabkan RIPC tanpa perlunya prosedur invasif.
Perlindungan miokard yang diinduksi oleh RIPC
terjadi dalam dua fase. Fase awal berlangsung sekitar empat jam, sementara
yang fase tertunda dimulai > 24 jam setelah induksi iskemia dan
dipertahankan sampai 48 jam. Pada fase awal, terjadi perubahan langsung dalam
miokardium dan sirkulasi koroner, dengan peningkatan aliran diastolik dan
vasodilatasi koroner. Hal ini dapat mengurangi ukuran infark dan risiko aritmia
reperfusi. Mekanisme patofisiologis yang terlibat dalam RIPC adalah masih� belum
sepenuhnya dipahami, tetapi dapat dibagi menjadi tiga komponen: (i) produksi
atau pelepasan efektor dalam jaringan iskemik; (ii) mekanisme komunikasi antara
wilayah yang di RIPC dan miokardium;dan
(iii) induksi respons kardioprotektif
(Hausenloy & Yellon, 2013).
Pertama, efek dari remote ischemic postconditioning adalah stimulasi reseptor adenosine. Adenosine yang dihasilkan saat iskemia dilepaskan ke sirkulasi
pada saat reperfusi. Remote Ischemic postconditioning
yang dilakukan setelah iskemia saat reperfusi akan menunda pembuangan
adenosine intravaskular dan menimbulkan efek proteksi. Opioid endogen, aktivasi
bradikinin reseptor, administrasi eritropoetin,
nitric oxide, asetilkolin dan penurunan ekspresi dari tissue factor merupakan mekanisme kardioproteksi remote ischemic postconditioning. Remote ischemic postconditioning juga
dapat mengurangi sitokin pro inflamasi seperti TNF-α dan IL-6 serta
menurunkan produksi zat oksigen reaktif yang menimbulkan efek kardioproteksi (Fr�hlich, Meier, White, Yellon, & Hausenloy, 2013).
Selanjutnya, saluran mitokondria ATP-sensitive potassium (KATP) terbuka
selama iskemia sementara pada otot rangka. Ini adalah hilir PKC di RIPC dan bergantung padanya untuk
mereaaktivasi. Agonis protein G memicu kaskade pensinyalan kardioprotektif yang
mengaktifkan protein kinase(PKC) dan membuka saluran KAPT mitokondria (Bonow, Mann, Zipes, & Libby, 2011)
Hal ini memicu pembukaan saluran KAPT mitokondria
melalui aktivasi PKC, yang mendepolarisasi membran mitokondria, sehingga
mengurangi penyerapan Ca2+ sebagai efek kardioprotektif. Peningkatan
produksi ROS selama postconditioning dapat
meningkatkan produksi enzim antioksidan yang melindungi mitokondria dan mengurangi
apoptosis. Pentingnya PKC tidak terbatas pada efeknya pada saluran KAPT
mitokondria; itu juga bertindak pada mPTP. Pada saat RIPC, PKC membentuk kompleks dengan mPTP sehingga dapat mencegah
pembukaan mPTP dan dengan demikian menghambat apoptosis di miosit selama reperfusi (Hall, 2016).
Jalur reperfusion injury survival kinase (RISK) melibatkan jalur p42/p44 ERK1/2 dan PI3K-Akt disebut juga dengan jalur alamiah untuk pertahanan hidup sel karena dapat terstimulasi saat terjadi cedera reperfusi. Aktivasi kinase-kinase tersebut menghambat jalur proapoptosis, menstimulasi eNOS dan mengaktifkan jalur KATP. Jalur PI3-Akt menstimulasi eNOS melalui fosforilasi akan meningkatkan kadar NO, menghambat mPTP dan menekan nekrosis dan apoptosis sel. Remote ischemic postconditioning diketahui mengaktifkan komponen jalur RISK, terutama PI3-Akt (Araszkiewicz, Grygier, Lesiak, & Grajek, 2013).
Jalur RISK memiliki tiga konsep dasar yaitu (1) aktivasi jangka pendek dari kinase-kinase bersifat protektif, (2) jalur ini harus diaktifkan pada saat awal� reperfusi untuk menimbulkan efek kardioproteksi terhadap cedera reperfusi. Jalur RISK diaktifkan pada dua waktu, saat siklus preconditioning (sebelum episode iskemik) yang dikenal sebagai fase �trigger� dan saat fase awal reperfusi ketika mPTP terbuka� pada lima belas menit pertama reperfusi, (3) jalur RISK merupakan kaskade sinyal universal untuk kardioproteksi. Setelah 24 jam RIPC, gen terlibat untuk perlindungan terhadap stres oksidatif, seperti Hadhsc, Prdx4, dan Fabp4 diaktifkan, sedangkan gen proinflamasi seperti, Egr-1 dan Dusp 1 dan 6 ditekan (Costa, Fontes-Carvalho, & Leite-Moreira, 2013). Mekanisme transduksi selanjutnya akan mengaktifkan substans perantara atau jalur yang berhubungan dengan efektor diantaranya mitochondrial permeability transtition pore (mPTP) dan kanal KATP. Selain itu juga efek fisiologis, seperti penyembuhan jaringan asidosis yang mungkin secara independen dari jalur molekuler yang memberikan efek proteksi (Abrams, Telford, & Rollins, 2014).
Gambar 4
Proses RIPC untuk mencegah Cedera
Reperfusi
Mekanisme kardioprotektif bisa dibagi atas mekanisme fisiologis dan
jalur molekuler prosurvival. Keberagaman dan interaksi antara jalur fisiologis
dan molekuler yang dipicu oleh remote
ischemic postconditioning dapat menjelaskan mengapa pengaruh remote ischemic postconditioning dalam
mengurangi injuri reperfusi dibandingkan dengan intervensi yang hanya memicu
satu mekanisme atau target (�zer et al., 2017).
Kesimpulan
Dari penelitian ini hasilnya adalah (1) Cedera reperfusi merupakan suatu kejadian patologis yang serius. Salah satu studi mengatakan insiden cedera reperfusi sebanyak 8 % yang menyebabkan mortalitas. Banyak mekanisme yang menyebabkan cedara reperfusi yang bisa berujung ke kematian sel. (2.) Berbagai mekanisme yang mencetus cedera reperfusi, yaitu stres oksidatif dari radikal oksigen yang dapat menyebabkan kerusakan membran, kelebihan kalsium saat pengaktifan kembali mitokondria, dan proses peradangan. (3.) Mekanisme ischemic conditioning mencegah cedera reperfusi dengan cara mencegah apoptosis, onkosis, dan meningkatkan antioksidan. Mekanisme ischemic conditioning ini berawal dari stimulus dan aktivasi terhadap sinyal transduksi kardioproteksi. Sinyal ini memiliki efek akhir untuk menghambat pembukaan mPTP, sehingga efek cedera reperfusi bisa dikurangi.
BIBLIOGRAFI
Abrams, J., Telford, W. G., & Rollins, L. J. D. D. (2014). The many roads to cell death: discriminating between apoptosis, necrosis and autophagy. 15, 41. Google Scholar
Alizadeh Pahavani, H., Rajabi, H., Nabiuni, M., Motamedi, P., Khaledi, N., & Tayanloo, A. J. S. P. (2020). The Effect of Aerobic Exercise with Medium and High Intensity on the Gene Expression of Bax (BCL2 Associated X) and Bcl-2 (B-Cell Lymphoma 2) Markers in Rat Myocard After Ischemic-Reperfusion. 12(45), 31-44. Google Scholar
Araszkiewicz, A., Grygier, M., Lesiak, M., & Grajek, S. J. P. w. K. I. A. i. I. C. (2013). The impact of ischemia-reperfusion injury on the effectiveness of primary angioplasty in ST-segment elevation myocardial infarction. 9(3), 275.
Bonow, R. O., Mann, D. L., Zipes, D. P., & Libby, P. (2011). Braunwald's heart disease e-book: A textbook of cardiovascular medicine: Elsevier Health Sciences. Google Scholar
Chahine, N., Makhlouf, H., Duca, L., Martiny, L., & Chahine, R. J. Z. f. N. C. (2014). Cardioprotective effect of saffron extracts against acute doxorubicin toxicity in isolated rabbit hearts submitted to ischemia-reperfusion injury. 69(11-12), 459-470. Google Scholar
Costa, Jos� F., Fontes-Carvalho, Ricardo,
& Leite-Moreira, Adelino F. (2013). Myocardial remote ischemic
preconditioning: from pathophysiology to clinical application. Revista
Portuguesa de Cardiologia (English Edition), 32(11), 893�904. Google Scholar
Fr�hlich, G. M., Meier, P., White, S. K., Yellon, D. M., & Hausenloy, D. J. J. E. h. j. (2013). Myocardial reperfusion injury: looking beyond primary PCI. 34(23), 1714-1722. Google Scholar
Hahn, Joo Yong, Song, Young Bin, Kim, Eun
Kyoung, Yu, Cheol Woong, Bae, Jang Whan, Chung, Woo Young, Choi, Seung Hyuk,
Choi, Jin Ho, Bae, Jang Ho, & An, Kyung Joo. (2013). Ischemic
postconditioning during primary percutaneous coronary intervention: the effects
of postconditioning on myocardial reperfusion in patients with ST-segment
elevation myocardial infarction (POST) randomized trial. Circulation, 128(17),
1889�1896. Google Scholar
Hall, John E. (2016). Guyton and Hall
Textbook of Medical Physiology, Jordanian Edition E-Book. Elsevier. Google Scholar
Hausenloy, D. J., & Yellon, D. M. J. T. J. o. c. i. (2013). Myocardial ischemia-reperfusion injury: a neglected therapeutic target. 123(1), 92-100. Google Scholar
Heusch, Gerd. (2015). Molecular basis of
cardioprotection: signal transduction in ischemic pre-, post-, and remote
conditioning. Circulation Research, 116(4), 674�699. Google Scholar
Isik, A., Peker, K., Gursul, C., Sayar, I., Firat, D., Yilmaz, I., & Demiryilmaz, I. J. I. j. o. s. (2015). The effect of ozone and naringin on intestinal ischemia/reperfusion injury in an experimental model. 21, 38-44. Google Scholar
�zer, A., Erer, D., Oktar, L., Kip, G., Bilge, M., Kavut�u, M., . . . �nal, Y. J. G. M. J. (2017). The Effect of Dexmedetomidine on Ischemia Reperfusion Injury in Myocard of Rat. 29(1). Google Scholar
Sanada, S., Komuro, I., Kitakaze, M. J. A. J. o. P.-H., & Physiology, C. (2011). Pathophysiology of myocardial reperfusion injury: preconditioning, postconditioning, and translational aspects of protective measures. 301(5), H1723-H1741. Google Scholar
S�nchez-Hern�ndez, C. D., Torres-Alarc�n, L. A., Gonz�lez-Cort�s, A., & Pe�n, A. N. J. M. o. i. (2020). Ischemia/reperfusion injury: pathophysiology, current clinical management, and potential preventive approaches. 2020. Google Scholar
Shah, M., Yellon, D. M., Davidson, S. M. J. C. d., & therapy. (2020). The role of extracellular DNA and histones in ischaemia-reperfusion injury of the myocardium. 34(1), 123-131. Google Scholar
Touboul, Caroline, Angoulvant, Denis,
Mewton, Nathan, Ivanes, Fabrice, Muntean, Danina, Prunier, Fabrice, Ovize,
Michel, & Bejan-Angoulvant, Theodora. (2015). Ischaemic postconditioning reduces
infarct size: systematic review and meta-analysis of randomized controlled
trials. Archives of Cardiovascular Diseases, 108(1), 39�49. Google Scholar
Xiaochun, F., Jianjun, C., Jianping, W. J. M. J. o. I. T. C., & Medicine, W. (2013). Effects of Huanglian Jiedu decoction on NF-κB signal transduction pathway of myocardial ischemia-reperfusion injury in rats. 1.
Hamzah Muhammad Zein (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |