Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No.10, Oktober 2021
Faatihatul
Ghaybiyyah
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pendidikan
merupakan kunci dari berbagai aspek kehidupan, dengan hal ini peneliti
melakukan penelitian tentang variabel mediator growth mindset dan parenting
style. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran motivasi
belajar sebagai variabel mediator growth mindset dan parenting
style terhadap academic grit siswa SMP. Populasi penelitian ini
merupakan seluruh siswa-siswi di SMP Islamiyah Ciputat. Sampel penelitian ini
berjumlah 267 siswa dan pengambilan sampel dilakukan secara non-probabality
sampling dengan teknik purposive sampling. Peneliti menggunakan alat ukur academic
grit yang dikembangkan oleh Clarck dan Malecky, growth mindset menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Blackwell,
Trzesniewski, dan Dweck, parenting style menggunakan alat ukur yang
dikembangkan oleh Dunn, dan motivasi belajar menggunakan alat ukur yang dikembangkan
oleh Pintrich dan Groot. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
teknik statistik structural equating modeling menggunakan AMOS dan untuk
menguji validitas konstruk menggunakan LISREL 8.7. Data penelitian ini dianalisis dengan teknik statistik structural equation
modeling dan menghasilkan kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan growth
mindset terhadap academic grit, tidak ada pengaruh yang signifikan pola
asuh authoritative jika dibandingkan authoritarian sebagai kontrol terhadap academic
grit, dan tidak ada pengaruh yang signifikan pola asuh permissive jika dibandingkan
authoritarian sebagai kontrol terhadap academic grit. Hasil uji model
struktural dengan motivasi belajar sebagai variabel mediator menunjukkan bahwa
motivasi belajar memiliki pengaruh yang signifikan dalam memediasi pengaruh
growth mindset dan parenting style terhadap academic grit. Saran untuk
penelitian selanjutnya agar memperbanyak variabel psikologis lainnya agar
memperoleh hasil yang lebih komprehensif terkait academic grit.
Kata
kunci:
grit akademik; pola pikir pertumbuhan; gaya
pengasuhan; motivasi belajar
Abstract
Education is key to various aspects of life, with this research conducting
research on the mediator variables of growth mindseat and parenting style. This
research aims to find out the role of learning motivation as a mediator variable
growth mindset and parenting style towards academic grit of junior high school
students. The population of this study is all students in SMP Islamiyah
Ciputat. The study sampled 267 students and the sampling was conducted on a
non-probabality sampling basis with purposive sampling techniques. Researchers
used academic grit measuring tools developed by Clarck and Malecky, growth
mindset using measuring tools developed by Blackwell, Trzesniewski, and Dweck,
parenting style using measuring tools developed by Dunn, and learning
motivation using measuring tools developed by Pintrich and Groot. The data
analysis used in this study with structural equating modeling statistical techniques
used AMOS and to test the validity of constructs using LISREL 8.7. The study
data was analyzed with statistical structural equation modeling techniques and
resulted in the conclusion that there was a significant influence of growth
mindset on academic grit, no significant influence on authoritative parenting
when compared to authoritarian as control over academic grit, and no
significant influence of permissive parenting when compared to authoritarian as
control over academic grit. The results of structural model tests with learning
motivation as mediator variables showed that learning motivation had a
significant influence in mediating the influence of growth mindset and
parenting style on academic grit. Advice for further research to multiply other
psychological variables in order to obtain more comprehensive results related
to academic grit.
Keywords: academic grit; growth mindset; parenting
style
Received: 2021-09-22; Accepted: 2021-10-05; Published: 2021-10-20
Pendahuluan
Academic grit
menjadi kajian yang menarik untuk diteliti karena merupakan salah satu non-cognitif
skills terbaru pada bidang pendidikan. Kajian ini menarik mengingat di
Indonesia keterampilan non-kognitif belum maksimal diterapkan kepada siswa. academic
grit pada siswa SMP masih tergolong rendah, lebih mudah menyerah ketika
nilai kurang memuaskan (Husna & Satria, 2019)
dan kurang fokus dalam mencapai pendidikan (Nuraini & Aqila, 2020). Siswa putus
sekolah karena kurangnya tekad yang kuat (Erawati, 2011), (Deriana, 2019), (Haryanto et al., 2019). Sebelum mengkaji academic
grit lebih dalam, alangkah baiknya kita mengerti definisi dari non-cognitive
skills itu sendiri.
Menurut (Zhou, 2016)
mengutarakan bahwa keterampilan (skills) dianggap sebagai elemen kunci
yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan bangsa dan kesejahteraan
individu. Pandangan psikologi terhadap skills difokuskan pada generasi dan
fungsi kompetensi apakah seseorang dapat melakukann beberapa tugas. (Zhou, 2016)
menambahkan bahwa kemampuan (skills) terbagi menjadi dua, yakni
cognitive dan non-cognitive skills. Keterampilan kognitif (cognitive skills)
melibatkan kemampuan untuk memahami ide-ide kompleks, untuk beradaptasi secara
efektif dengan lingkungan, untuk belajar dari pengalaman, untuk terlibat dalam
berbagai bentuk penalaran, dan untuk mengatasi hambatan dengan mengacu pada pemikiran
(Pierre et al., 2014).
Cognitive skills
mencakup pada kemampuan mental yang digunakan untuk aktivitas berpikir,
diantaranya adalah membaca, menulis, dan berpikir (Green, 2011). Berbeda dengan cognitive
skills (keterampilan kognitif), non-cognitive skills (keterampilan
non-kognitif) merupakan pola pemikiran, perasaan, dan perilaku yang ditentukan
secara sosial dan dapat dikembangkan sepanjang hidup untuk menghasilkan nilai (Borghans et al., 2008). Keterampilan
non-kognitif terdiri dari sifat-sifat pribadi, sikap, dan motivasi (Zhou, 2016).
Non-cognitive skills bisa dikelompokkan menjadi dua bagian yakni, intrapersonal
skills (keterampilan intrapersonal) dan interpersonal skills (keterampilan
interpersonal). Intrapersonal skills mencakup motivation (motivasi),
resilience (resiliensi), time management (managemen waktu), self
control (kontrol diri), self efficacy (efikasi diri), optimism
(optimisme), dan emotional stability (stabilisasi emosi). Sedangkan interpersonal
skills mencakup teamwork (kerja tim), communication (komunikasi),
negotiation (negosiasi), dan relationship building (pembangunan
relasi).
Keterampilan non-kognitif telah diteliti
oleh para peneliti dalam bidang pendidikan, diantaranya adalah motivasi (Vallerand et al., 1992), (Barron et al., 2017), (Wigfield & Eccles, 2000). Pada hasil
penelitian sebelumnya, motivasi mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan
prestasi akademik siswa, baik siswa SD, SMP, maupun SMA. Keterampilan non-kognitif
selanjutnya yakni resilience (Toland, 2011), (Dent & Cameron, 2003), (Gibbs & Miller, 2014).
Tidak jauh berbeda dengan motivasi, resiliensi juga sangat penting dalam dunia
pendidikan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa resiliensi mampu mengatasi
keadaan yang sulit bagi siswa.
Penelitian mengenai keterampilan non-kognitif
yang telah dikaji dalam bidang pendidikan yaitu grit juga telah dikaji oleh
bberapa penelitian terdahulu yaitu (Reed & Jeremiah, 2017), (Reraki et al., 2015), (Cross, 2014),
(Haktanir et al., 2016),
(Levy & Steele, 2011), (Collaco, 2018),
(Coates, 2017), (Stauffer, 2018), (Mitchum, 2018), (Barrington, 2017), (Bowen, 2018). Keterampilan non-kognitif
ini menjadi sangat penting untuk dimiliki siswa. Penelitian sebelumnya
menyatakan bahwa dengan keterampilan ini, siswa mampu lebih gigih dan semangat
untuk mencapai tujuan jangka panjangnya (A. L. Duckworth, 2006), (Suzuki, 2015), (Reed & Jeremiah, 2017), (Maddi et al., 2017).
Pada penelitian ini, peneliti
tertarik untuk mengambil satu konstruk non-cognitive skills sebagai dependent
variable, yakni academic grit yang dikembangkan oleh (Clark & Malecki, 2019). Academic grit
merupakan karakteristik individu atau keterampilan yang mencakup tekad,
ketahanan, dan fokus dalam mengejar tujuan jangka panjang yang menantang dalam bidang
pendidikan (Clark & Malecki, 2019). Konstruk ini
merupakan pengembangan dari konstruk grit yang dicetuskan oleh (Reed & Jeremiah, 2017). Grit merupakan
kegigihan dan semangat untuk mencapai tujuan jangka panjang (Reed & Jeremiah, 2017).
Individu dengan grit yang tinggi akan lebih tekun dalam bekerja, tidak mudah
menyerah jika mengalami kegagalan, bahkan dapat menjadikan kegagalan sebagai cambuk
untuk semakin berusaha mencapai tujuan (Suzuki, 2015).
Grit mempunyai kemiripan dengan
beberapa konstruk psikologi, diantaranya adalah hardiness (sifat tahan
banting), resilience (resiliensi), need for achievement
(kebutuhan untuk berprestasi), dan adversity quotient. (Maddi, 2006)
mendefinisikan hardiness sebagai kombinasi dari sikap yang memberikan keberanian
dan motivasi untuk melakukan kerja keras dan strategis dalam mengubah keadaan stres
dari potensi bencana menjadi peluang pertumbuhan. Berbeda dengan grit
yang pada dasarnya merupakan kemampuan individu untuk bertahan memperoleh
tujuan tertentu selama periode waktu yang diperpanjang (Reed & Jeremiah, 2017), hardiness mengacu
pada kemampuan individu untuk bertahan melalui keadaan sulit dan tidak mengacu
pada kegigihan terhadap tujuan tertentu.
Menurut (Luthar et al., 1993)
menyatakan bahwa resiliensi merupakan proses di mana seorang individu mengatasi
kesulitan yang signifikan, biasanya dalam bentuk peristiwa yang mengubah
kehidupan atau keadaan pribadi yang sulit. Perbedaan yang paling mendasar
adalah grit dikonseptualisasikan sebagai sifat, sementara resiliensi
adalah proses yang dinamis. Selain hardiness dan resilience,
konstruk lain yang mempunyai kemiripan dengan grit adalah need for
achievement. Need for achievement merupakan dorongan untuk
menyelesaikan tujuan yang dapat dikelola dan memungkinkan individu untuk
menerima umpan balik secara langsung (McClelland, 1961).
Jika need for achievement membutuhkan umpan balik, grit tidak
mengharuskan individu untuk menerima umpan balik.
Konstruk terakhir yang mempunyai
kemiripan dengan grit adalah adversity quotient. Menurut (Putri, 2015), adversity
quotient merupakan kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah. Definisi
lain tentang adversity quotient juga dikemukakan oleh (Stoltz, 2005)
yakni, kecerdasan seseorang dalam menghadapi rintangan hidup sehari-hari seraya
tetap berpegang teguh pada prinsip dan impian tanpa mempedulikan apa yang
terjadi. Berbeda dengan grit yang merupakan trait (sifat), adversity
quotient merupakan kecerdasan. Grit mempunyai dua aspek penting,
yakni concistency of interest dan perseverance of effort (Reed & Jeremiah, 2017). Kedua aspek
tersebut telah dikembangkan dalam ranah pendidikan oleh (Clark & Malecki, 2019)
menjadi academic grit. Pengembangan grit menjadi academic grit
mempunyai tiga aspek penting, yakni determination, resilience, dan
focus.
Keterampilan non-kognitif ini telah
terbukti pada PISA 2015 yang menjadikan Singapura meraih poin tertinggi (Brian, 2015). Indonesia meraih
angka 403 pada PISA 2015 untuk pencapaian skor sains. Pencapaian ini lebih baik
dibandingkan dengan hasil PISA pada tahun 2012 dengan angka 382 poin. Siswa di
Indonesia yang berada di sekolah negeri mempunyai 16 poin lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang berada di sekolah swasta (Kemendikbud, 2016).
Untuk mencapai tujuannya, siswa harus
tekun, gigih, mengerti apa yang menjadi tujuan hidupnya dan mampu menghadapi
tekanan (Haktanir et al., 2016), (Clark & Malecki, 2019). Dalam mencapai academic
grit yang tinggi, ada dua faktor yang mempengaruhi, yakni faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya adalah hope (A. Duckworth, 2016), motivasi belajar (Zhao et al., 2017), growth mindset
(Zhao et al., 2017), motivasi (Reraki et al., 2015),
academic locus of control (�elik & Sari�am, 2018). Sedangkan factor eksternal
adalah parenting style (Dunn, 2017), a culture of
grit (�elik & Sari�am, 2018), dan the
playing fields of grit (�elik & Sari�am, 2018).
Pada penelitian ini, peneliti
tertarik untuk mengambil growth mindset dan motivasi belajar sebagai
faktor internal serta parenting style sebagai faktor eksternal yang
mempengaruhi grit. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Zhao et al., 2017)
menyatakan bahwa motivasi belajar memediasi growth mindset terhadap grit
yang dilakukan pada siswa sekolah dasar dan siswa sekolah menengah pertama di China.
Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk menguji model serupa dengan menggunakan
konstruk terbaru grit dalam ranah pendidikan, yakni academic grit serta
menambahkan faktor eksternal yakni parenting style kepada siswa di
Indonesia. Mengapa parenting style? Dalam hasil penelitiannya, (�elik & Sari�am, 2018)
mengemukakan pentingnya peran orangtua dalam mendukung kegigihan dan semangat
jangka panjang putra-putrinya.
Gaya pengasuhan mempunyai tiga tipe,
yakni authoritative, authoritarian, dan permissive (Baumrind, 1991).
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tipe pola asuh authoritative
mempunyai pengaruh paling besar terhadap academic grit (Dunn, 2017), (Riley et al., 2017), (Dunn, 2017), (Howard et al., 2019).
Dikarenakan tipe pola asuh merupakan variabel kategorik, peneliti mengambil
satu tipe pola asuh sebagai kontrol, yakni pola asuh authoritarian.
Sehingga dalam penelitian ini, ada dua tipe pola asuh yakni, pola asuh authoritative
jika dibandingkan dengan authoritarian sebagai kontrol dan pola asuh permissive
jika dibandingkan dengan authoritarian sebagai kontrol.
Pada penelitian ini, authoritarian
dijadikan sebagai kontrol karena merupakan bagian dari kedua parenting style
yang ada, yakni authoritative dan permissive. Authoritative
merupakan gaya pengasuhan yang cenderung menuntut dan responsif, authoritarian
merupakan gaya pengasuhan yang cenderung menuntut dan mengarahkan, tetapi tidak
responsif, sementara permissive merupakan gaya pengasuhan yang direktif lebih
responsif daripada yang mereka tuntut (Baumrind, 1991).
Penelitian lain tentang growth
mindset dan grit dengan subjek mahasiswa dilakukan oleh (Chrisantiana & Sembiring, 2017)
yang menyatakan bahwa mahasiswa yang memiliki growth mindset mendorong
berkembangnya grit ke arah yang lebih tinggi. Penelitian ini juga
sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wahidah & Royanto, 2019)
yang menyatakan bahwa growth mindset memprediksi tingkat grit yang
lebih tinggi.
Selain itu, penelitian tentang pengaruh
motivasi terhadap grit telah banyak dilakukan, diantaranya adalah
motivasi akademik (Rojas, 2015),
motivasi belajar (Zhao et al., 2017), strategi belajar (Weisskirch, 2018),
dan motivasi secara umum (Reraki et al., 2015), (Von Culin et al., 2014). Dalam penelitian
ini, peneliti memilih motivasi belajar sebagai mediator karena ingin mengetahui
indirect effect (efek tidak langsung) growth mindset dan parenting
style terhadap academic grit. Seperti yang telah dilakukan oleh (Zhao et al., 2017)
bahwa motivasi belajar memediasi growth mindset terhadap grit.
Berdasarkan data dan fenomena yang
telah dijabarkan, memberi gambaran kepada peneliti bahwasanya grit merupakan
variabel yang sangat penting dan menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini,
peneliti akan mengkaji secara komprehensif faktor internal yang mempengaruhi academic
grit, yakni growth mindset dan motivasi belajar. Selain faktor
internal, peneliti juga ingin menambahkan faktor eksternal, yakni parenting
style (tipe pola asuh authoritative dan permissive, authoritarian
sebagai kontrol). Sehingga peneliti mengambil judul �Peran Motivasi Belajar
sebagai Variabel Mediator Growth Mindset dan Parenting Style
terhadap Academic Grit�
Metode
Penelitian �
1.
Populasi,
Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang akan diteliti adalah siswa SMP Islamiyah
Ciputat. Pada penelitian ini, peneliti menjadikan 267 sampel dari jumlah
anggota populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
secara nonprobability sampling yaitu, suatu teknik sampling yang tidak semua
populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Teknik
yang digunakan Convenience Sampling yaitu, seseorang diambil sebagai
sampel sepanjang dia memenuhi kriteria yaitu siswa SMP Islamiyah Ciputat.
Selain itu, peneliti pernah melakukan wawancara dengan siswa di sana dan
mendapatkan hasil wawancara bahwa academic grit siswa di SMP
Islamiyah Ciputat rendah.
2.
Variabel
dan Definisi Operasional
1)
Variabel
Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah academic grit, growth
mindset, parenting style, dan motivasi belajar. Academic grit dijadikan sebagai dependent variable
(DV), sedangkan growth mindset dan parenting style dijadikan sebagai
independent variable (IV) serta motivasi belajar dijadikan sebagai
variabel mediator.
2)
Definisi
Operasional Variabel Penelitian
Adapun
definisi opersional masing-masing variabel adalah:
a.
Academic
grit yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah sifat siswa yang mempunyai tekad, ketahanan, dan
fokus dalam mengejar tujuan jangka panjang yang menantang dalam bidang pendidikan,
yang akan diukur menggunakan skala Academic Grit Scale (Clark & Malecki, 2019)
ditambah dengan mengkonstruksi 5 aitem sebagai tambahan.
b.
Growth
mindset yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah keyakinan bahwa kecerdasan dapat dikembangkan dan
bahwa siswa dapat menumbuhkan kecerdasan mereka untuk mencapai tujuan melalui
kerja keras dan dedikasi, yang akan diukur menggunakan skala Implicit
Theories of Intelligence Scale for Children (Hibel et al., 2007).
c.
Parenting
style yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah serangkaian sikap yang ditunjukkan orang tua kepada anak
untuk menciptakan iklim emosi yang melingkupi interaksi orangtua-anak, yang
akan diukur menggunakan skala Parent Authority Questionnaire Modernized (Dunn, 2017). Dikarenakan gaya pengasuhan merupakan variabel kategorik,
peneliti mengambil satu tipe pola asuh sebagai kontrol dengan melakukan dummy
coding lalu menjadi dua tipe pola asuh, sehingga dapat dituliskan pola asuh
authoritative jika dibandingkan dengan authoritarian sebagai kontrol dan
pola asuh permissive jika dibandingkan dengan authoritarian sebagai
kontrol.
d.
Motivasi
belajar merupakan sebuah dorongan dan strategi belajar pengaturan diri yang
membuat siswa berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam
40 bidang pendidikan (Pintrich & De Groot, 1990), yang akan diukur menggunakan skala Motivated
Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang dikembangkan oleh (Pintrich & De Groot, 1990).
3)
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan
skala sebagai alat pengumpul data. Skala adalah sejumlah pernyataan tertulis
untuk memperoleh jawaban dari subjek. Skala yang digunakan adalah model skala
Likert, yaitu pernyataan pendapat yang disajikan kepada subjek yang memberikan
indikasi pernyataan setuju atau tidak setuju.
Jawaban dari setiap item instrumen ini memiliki rentang
dari tertinggi (sangat positif) sampai terendah (sangat negatif). Tiap item
diukur melalui empat kategori jawaban. Untuk skala academic grit dan learning
motivation menggunakan empat kategori yaitu �Sangat Sesuai (SS)�, �Sesuai (S)�,
�Tidak Sesuai (TS)�, �Sangat Tidak Sesuai (STS)�. Skala growth mindset dan
parenting style menggunakan empat kategori yang berbeda yaitu �Sangat Setuju
(SS)�, �Setuju (S)�, �Tidak Setuju (TS)�, �Sangat Tidak Setuju (STS)�. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya pemusatan (central tendency) atau
menghindari jumlah respon yang bersifat netral.
Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari pernyataan
positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Skor tertinggi
diberikan pada pilihan jawaban sangat sesuai atau sangat setuju dan skor
terendah diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak sesuai atau sangat tidak
setuju untuk pernyataan favorable dan begitu pula sebaliknya.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Analisis
1. Uji Model Pengukuran
Langkah pertama peneliti membuat sebuah model yang sesuai
dengan hipotesis awal sebagai dasar pembuatan kerangka analisis penelitian.
Gambar 1
Path Diagram Model Awal
Peneliti melakukan pengujian apakah kerangka yang
dibuat sudah fit sesuai dengan alur dan menyesuaikannya dengan data. Peneliti
membuat model sebagaiamana berikut:
Gambar 2
Hasil Uji Model Pengukuran Awal
Dari gambar di atas diperoleh hasil uji model pengukuran
yang didefiniskan dengan nilai chi-squares yang menunjukkan nilai 77.615 dengan
CMIN/df = 12.936. RMSEA = 0.212 yaitu nilai RMSEA masih belum < 0,05 dan
nilai probabilitas = 0.000, yaitu nilai tersebut masih lebih kecil dari 0.05,
serta nilai AGFI, GFI dan TLI masih <0.09, maka dapat diartikan bahwa model
penelitian belum fit dengan data. Berdasarkan dari pengujian model awal
tersebut, maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara
menghubungkan antar eror yang bernilai besar, yaitu e6- e7 dan e2-e7. Model
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3
Hasil Uji Model Setelah Dimodifikasi
Berdasarkan gambar hasil uji dan
dari tabel di atas dapat ditunjukkan kesimpulan bahwa nilai chi-squares
menunjukkan nilai 7.402, nilai yang lebih kecil dari sebelum dimodifikasi yaitu
77.615, begitu juga dengan nilai CMIN/df yang semula 12.936 menjadi 1.850.
Nilai probabilitas 0.166 yang berarti >0.05, maka dapat diartikan bahwa
model penelitian sudah goodness of fit, didukung oleh nilai GFI 0.991,
AGFI 0.953, TLI 0.978, dan RMSEA 0.57. Proses modifikasi menghasilkan beberapa
nilai eror yang saling bersinggungan, sehingga nilai tersebut dihubungkan untuk
melihat nilai hubungan dan keterkaitan satu sama lain. Nilai-nilai dari model yang telah
fit dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini
Tabel 1
Hasil model
fit berdasarkan kriteria (GOF)
Kriteria Model Fit |
Data Model Fit |
�
Probability = >0.05 �
RMSEA (Root Mean Square Error of
Approximation) = <0.08 �
GFI (Goodness of Fit Index) = >0.9
AGFI (Adjusted Goodness Fit Index) = >0.9 �
TLI (Tucker Lewis Index) = >0.9 |
�
Probability = 0.166 �
RMSEA (Root Mean Square Error of
Approximation) = 0.36 �
GFI (Goodness of Fit Index) = >0.991
AGFI (Adjusted Goodness Fit Index) = >0.953 �
TLI (Tucker Lewis Index) = >0.978 |
1) Uji Model Struktural
Uji model struktural yang dilakukan berdasarkan skema yang telah
disusun dalam kerangka teori. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2
Estimate Regresion Weight
Academic Grit |
<-
Growth Mindset |
0.239 |
2.009 |
0.045 |
|
Academic Grit |
<- |
Authoritative |
-1.710 |
-1.616 |
0.106 |
Academic Grit |
<- |
Permissive |
0.984 |
1.330 |
0.740 |
Tabel
3 menunjukkan bahwa estimasi bobot regresi ditemukan hasil uji model
struktural. Berikut adalah rincian hasil uji model struktural dengan dua
keterangan.
1. Growth
mindset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap academic grit. Hasil dari
pengolahan menunjukkan nilai C.R. (Critical Ratio) sebesar 2.009 >
t-table 1.96 dan dengan nilai P<0.05 yang mempunyai arti bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan growth mindset terhadap academic grit. Kemudian untuk
hasil koefisien estimate sebesar 0.239, hal ini menunjukkan bahwa adanya
pengaruh positif antara growth mindset dan academic grit. Maka, semakin tinggi
growth mindset akan semakin tinggi academic grit.
2. Pola
asuh authoritative jika dibandingkan authoritarian sebagai kontrol tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap academic grit. Hasil dari pengolahan
menunjukkan nilai C.R. (Critical Ratio) sebesar -1.616 < t-table 1.96
dan nilai P > 0.05, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
pola asuh authoritarian dan academic grit.
3. Pola
permissive jika dibandingkan authoritarian sebagai kontrol memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap academic grit. Hasil dari pengolahan menunjukkan nilai
C.R. (Critical Ratio) sebesar 1.330 > t-table 1.96 dan nilai P >
0.05, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh
permissive dan academic grit.
2) Uji
Model Struktural dengan Variabel Mediator
Peneliti melakukan uji model struktural yang dilakukan berdasarkan skema yang telah disusun dalam kerangka teori. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 4.
Tabel 3
Model Struktural menggunakanVariabel Mediator
Path |
Estimate |
C.R |
P-Value |
Kesimpulan |
Motivasi Belajar <-Growth
Mindset |
0.470 |
9.941 |
0.000 |
Signifikan |
Motivasi Belajar <
Authoritative |
0.895 |
1.033 |
0.302 |
Tidak
Signifikan |
Motivasi Belajar < Permissive |
0.722 |
0.658 |
0.510 |
Tidak
Signifikan |
Academic
Grit < Motivasi Belajar |
1.509 |
7.183 |
0.000 |
SIgnifikan |
Keterangan tabel 3, estimasi bobot regresi dengan
adanya mediator ditemukan hasil uji model struktural. Berikut adalah rincian hasil
uji model struktural dengan empat keterangan.
1. Growth
mindset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar. Hasil dari
pengolahan menunjukkan nilai C.R. (Critical Ratio) sebesar 9.941 t-tabel
< 1.96 dengan nilai P < 0.05, artinya terdapat pengaruh yang signifikan
growth mindset terhadap motivasi belajar. Kemudian untuk hasil koefisien
estimasi sebesar 0.470. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif, sehingga
semakin tinggi growth mindset maka akan semakin tinggi motivasi belajar dan sebaliknya.
2. Pola
asuh authoritative jika dibandingkan authoritarian sebagai kontrol tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar. Hasil dari
pengolahan menunjukkan nilai C.R. (Critical Ratio) sebesar -1.033 <
t-table 1.96 dengan nilai P > 0.05, artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan dari pola asuh authoritarian terhadap motivasi belajar.
3. Pola
asuh permissive jika dibandingkan authoritarian sebagai kontrol tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar. Hasil dari pengolahan menunjukkan
nilai C.R. (Critical Ratio) sebesar 0.658 < t-table 1.96 dengan nilai
P < 0.05, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pola asuh
permissive terhadap motivasi belajar.
4. Motivasi
belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap academic grit. Hasil dari pengolahan
menunjukkan nilai C.R. (Critical Ratio) sebesar 7.183 > t-table 1.96
dengan nilai P < 0.05, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari
motivasi
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi SMP Islamiyah Ciputat dengan
keseluruhan sampel berjumlah 267 siswa dengan analisis menggunakan Structural
Equation Modeling (SEM), maka dapat diperoleh model struktural dengan kesimpulan
bahwa model dalam penelitian ini dikatakan model yang fit. Growth mindset
secara signifikan mempengarahui academic grit. Parenting style tidak
secara signifikan mempengaruhi academic grit. Sedangkan variabel
motivasi belajar secara signifikan memediasi pengaruh growth mindset dan
parenting style terhadap academic grit.
BIBLIOGRAFI
Barrington, M. M. (2017). Assessing the link between grit and
academic achievement in reading, mathematics, and writing among 4th graders: An
explanatory sequential mixed methods inquiry. Texas A&M University-Corpus
Christi. Correspondence.
Google Scholar
Barron, K. E., Hulleman, C. S., Getty, S., & Taylor, J. A.
(2017). Expectancy-Value-Cost Survey of Student Motivation: User�s Guide.
Charlottesville, VA: The Motivate Lab. Google Scholar
Baumrind, D. (1991). Effective parenting during the early
adolescent transition. Family Transitions, 2(1), 1. Google Scholar
Borghans, L., Duckworth, A. L., Heckman, J. J., & Ter
Weel, B. (2008). The economics and psychology of personality traits. Journal
of Human Resources, 43(4), 972�1059. Google Scholar
Bowen, R. P. (2018). The Relationship between Grit and Remedial
Math Success for Black Males. Grand Canyon University. Google Scholar
Brian, K. (2015). OECD insights income inequality the gap
between rich and poor: The gap between rich and poor. oecd Publishing. Google Scholar
�elik, İ., & Sari�am,
H. (2018). The Relationships between Positive Thinking Skills, Academic Locus
of Control and Grit in Adolescents. Universal Journal of Educational
Research, 6(3), 392�398. Google Scholar
Chrisantiana, T. G., & Sembiring, T. (2017). Pengaruh
growth dan fixed mindset terhadap grit pada mahasiswa fakultas psikologi
universitas �X� Bandung. Humanitas (Jurnal Psikologi), 1(2), 133�146. Google Scholar
Clark, K. N., & Malecki, C. K. (2019). Academic Grit
Scale: Psychometric properties and associations with achievement and life satisfaction.
Journal of School Psychology, 72, 49�66. Google Scholar
Coates, M. C. (2017). Integrating factors of grit in
school culture: Case studies of two freshman academies. Oklahoma State
University. Google Scholar
Collaco, C. M. (2018). What do we really know about grit?
A multivariate statistical investigation on the construct validity of grit. Google Scholar
Cross, T. M. (2014). The gritty: grit and non-traditional
doctoral student success. Journal of Educators Online, 11(3), n3. Google Scholar
Dent, R. J., & Cameron, R. J. S. (2003). Developing
resilience in children who are in public care: the educational psychology
perspective. Educational Psychology in Practice, 19(1), 3�19. Google Scholar
Deriana, R. (2019). Pemberitaan Ratna Sarumpaet Dalam
Kasus Hoax (Analisis Framing Model Robert N. Entman Mengenai Pemberitaan Ratna
Sarumpaet dalam kasus Hoax di media Online Pikiran-rakyat. com dan Jabar.
tribunnews. com Edisi 2 Oktober 2018). Universitas Komputer Indonesia. Correspondence. Google Scholar
Duckworth, A. (2016). Grit: The power of passion and perseverance
(Vol. 234). Scribner New York, NY. Google Scholar
Duckworth, A. L. (2006). Intelligence is not enough: Non-IQ
predictors of achievement. University of Pennsylvania. Google Scholar
Dunn, K. (2017). Creating and Piloting an Instrument to
Measure the Relationship between Parenting Style and College Student Grit. Google Scholar
Erawati, S. (2011). Pemberitaan Media Cetak Mengenai
Kongres III PDIP di Bali (Studi Tentang Kecenderungan Narasi Pemberitaan
Kongres III PDIP 2010 di Surat Kabar Nasional Kompas, Republika, dan Media
Indonesia).Universitas Sebelas Maret Surakarta. Correspondence. Google Scholar
Gibbs, S., & Miller, A. (2014). Teachers� resilience and
well-being: A role for educational psychology. Teachers and Teaching, 20(5),
609�621. Google Scholar
Green, F. (2011). What is
Skill?: An Inter-Disciplinary Synthesis. Francis Green. Citeseer. Google Scholar
Haktanir, A., Lenz, A. S., Can, N., & Watson, J. C.
(2016). Development and evaluation of Turkish language versions of three
positive psychology assessments. International Journal for the Advancement
of Counselling, 38(4), 286�297. Google Scholar
Haryanto, B., Ruldeviyani, Y., Rohman, F., TN, J. D.,
Magdalena, R., & Muhamad, Y. F. (2019). Facebook analysis of community
sentiment on 2019 Indonesian presidential candidates from Facebook opinion
data. Procedia Computer Science, 161, 715�722. Google Scholar
Hibel, L. C., Granger, D. A., Cicchetti, D., & Rogosch,
F. (2007). Salivary biomarker levels and diurnal variation: Associations with
medications prescribed to control children�s problem behavior. Child
Development, 78(3), 927�937. Google Scholar
Howard, J. M., Nicholson, B. C., & Chesnut, S. R. (2019).
Relationships between positive parenting, overparenting, grit, and academic
success. Journal of College Student Development, 60(2), 189�202. Google Scholar
Husna, A., & Satria, I. (2019). Effects of return on
asset, debt to asset ratio, current ratio, firm size, and dividend payout ratio
on firm value. International Journal of Economics and Financial Issues, 9(5),
50. Google Scholar
Kemendikbud, S. J. (2016). Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah, Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar. Google Scholar
Levy, J. M., & Steele, H. (2011). Attachment and grit:
Exploring possible contributions of attachment styles (from past and present
life) to the adult personality construct of grit. Journal of Social and
Psychological Sciences, 4(2), 16�49. Google Scholar
Luthar, S. S., Doernberger, C. H., & Zigler, E. (1993).
Resilience is not a unidimensional construct: Insights from a prospective study
of inner-city adolescents. Development and Psychopathology, 5(4),
703�717. Google Scholar
Maddi, S. R. (2006). Building an integrated positive
psychology. The Journal of Positive Psychology, 1(4), 226�229. Google Scholar
Maddi, S. R., Matthews, M. D., Kelly, D. R., Villarreal, B.
J., Gundersen, K. K., & Savino, S. C. (2017). The continuing role of
hardiness and grit on performance and retention in West Point cadets. Military
Psychology, 29(5), 355�358. Google Scholar
McClelland, D. C. (1961). The achieving society: 210�215.
D. Van Nostrand Co., New York. Google Scholar
Mitchum, J. E. (2018). Grit
and Academic Growth for Third Graders: Is There a Relationship? Regent
University. Google Scholar
Nuraini, Y., & Aqila, M. (2020). Jagung Ketan (Zea mays
ceratina) Role of Trichocompost and NPK 16-16-16 Fertilizer on N and P. Jurnal
Tanah Dan Sumberdaya Lahan Vol, 7(1), 93�100. Google Scholar
Pierre, G., Sanchez Puerta, M. L., Valerio, A., &
Rajadel, T. (2014). STEP skills measurement surveys: innovative tools for
assessing skills. Google Scholar
Pintrich, P. R., & De Groot, E. V. (1990). Motivational
and self-regulated learning components of classroom academic performance. Journal
of Educational Psychology, 82(1), 33. Google Scholar
Putri, A. C. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Fisika
Berbasis Web Untuk Meningkatkan Adversity Quotient Peserta Didik. Prosiding
Seminar Nasional Fisika (E-Journal), 4, SNF2015-II. Google Scholar
Reed, L., & Jeremiah, J. (2017). Student grit as an
important ingredient for academic and personal success. Developments in
Business Simulation and Experiential Learning: Proceedings of the Annual ABSEL
Conference, 44. Google Scholar
Reraki, M., Celik, I., & Saricam, H. (2015). Grit as a
mediator of the relationship between motivation and academic achievement. Ozean
Journal of Social Science, 8(1), 19�32. Google Scholar
Riley, N., Lubans, D., Holmes, K., Hansen, V., Gore, J.,
& Morgan, P. (2017). Movement-based mathematics: enjoyment and engagement
without compromising learning through the EASY minds program. Eurasia
Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 13(6),
1653�1673. Google Scholar
Rojas, J. P. (2015). The relationships among creativity,
grit, academic motivation, and academic success in college students. Google Scholar
Stauffer, M. B. (2018). Mindset, Grit, and Family
Influence as Factors in Postsecondary Goals. Delaware Valley University. Google Scholar
Stoltz, P. G. (2005). Adversity Quotient Mengubah Hambatan
Menjadi Peluang, cet ke-6. PT Gramedia. Google Scholar
Suzuki, Y. (2015). Tamesue., D., Asahi, K., & Ishikawa,
Y.(2015). Grit and Work Engagement: A Cross-Sectional Study. PLoS ONE, 10(9). Google Scholar
Toland, J. (2011). �s Carrigan, D. Educational Psychology
and Resilience: New Concept, New Opportunities, School Psychology International,
32, 95�106. Google Scholar
Vallerand, R. J., Pelletier, L.
G., Blais, M. R., Briere, N. M., Senecal, C., & Vallieres, E. F. (1992).
The Academic Motivation Scale: A measure of intrinsic, extrinsic, and
amotivation in education. Educational and Psychological Measurement, 52(4),
1003�1017. Google Scholar
Von Culin, K. R., Tsukayama, E., & Duckworth, A. L. (2014).
Unpacking grit: Motivational correlates of perseverance and passion for long-term
goals. The Journal of Positive Psychology, 9(4), 306�312. Google Scholar
Wahidah, F. R., & Royanto, L. R. M. (2019). Peran
kegigihan dalam hubungan growth mindset dan school well-being siswa sekolah
menengah. Jurnal Psikologi TALENTA, 4(2), 133�144. Google Scholar
Weisskirch, R. S. (2018). Grit, self-esteem, learning
strategies and attitudes and estimated and achieved course grades among college
students. Current Psychology, 37(1), 21�27. Google Scholar
Wigfield, A., & Eccles, J. S. (2000). Expectancy�value
theory of achievement motivation. Contemporary Educational Psychology, 25(1),
68�81. Google Scholar
Zhao, X., Deng, S., & Zhou, Y. (2017). The impact of
reference effects on online purchase intention of agricultural products: The
moderating role of consumers� food safety consciousness. Internet Research. Google Scholar
Zhou, K. (2016).
Non-cognitive skills: definitions, measurement and malleability. Paper
commissionedfor the Global Education Monitoring Report 2016. Education for
People and Planet: Creating Sustainable Futures for All.
Faatihatul Ghaybiyyah (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |