Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No.10, Oktober 2021
PERANAN AYAM LOKAL DALAM
SUDUT PANDANG ADAT BUDAYA BAJAWA NGADA
Liliana
Regina Deze, Christianus Yoseph Ngiso
Bhae
Program
Studi Peternakan Sekolah Tinggi Pertanian
Flores Bajawa NTT, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected]
Abstrak
Ayam lokal
atau ayam buras bukan ras
dan lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung sangat diminati dagingya dan juga telurnya dimana kita ketahui
bahwa daging dan telur ayam kampung lebih sehat sehingga
konsumsinya terus meningkat. Daging dan telur ayam kampung bukan hanya ditujukan
untuk konsumsi keluarga dan masyarakat namun juga memiliki makna ritual dalam acara adat dan upacara keagamaan sesuai dengan kebutuhan. Sistim pemeliharaannya masih semi intensif sehingga pemeliharaannya hanya sekitar halaman
rumah. Pemeliharaan ayam kampung di Bajawa Ngada ini masih
kecil-kecilan dan kebanyakan
masih dilepas dan ayam mencari makan
sendiri dan hanya diberi makan pada pagi dan sore hari. Peluang usaha beternak
ayam kampung sangat menjanjikan
karena masyarakat Bajawa Ngada sangat membutuhkan ayam kampung untuk berbagai acara adat namun cara
beternak ayam kampung yang masih tradisional atau semi intensif menjadi salah satu faktor pengahambat usaha ternak ayam
kampung untuk mencapai kesuksesan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengenai peranan penggunaan ayam lokal pada sudut pandang adat Budaya
Bajawa Ngada. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Deskriptif
Eksploratif dengan pendekatan wawancara Bersama tokoh adat Bajawa
Ngada.Setelah melakukan penelitian ini peneliti mengungkapkan bahwa penggunaan ayam lokal didaerah
Bajawa Ngada digemari daan sudah
menjadi hal yang memenuhi kebutuhan untuk masyarakat.
Kata Kunci: ayam kampung; masyarakat
Bajawa; acara adat
Abstract
Local chickens
or buras chickens are not breeds and are better known
as chickens are in high demand for meat and eggs where we know that the meat
and eggs of kampung chickens are healthier so that their consumption continues
to increase. Chicken meat and eggs are not only intended for the consumption of
families and communities but also have ritual meaning in traditional events and
religious ceremonies according to needs. The maintenance system is still semi intensive so the maintenance is only around the yard.
The chickens in Bajawa Ngada
are small and most are still released and chickens forage on their own and are
only fed in the morning and evening. The business opportunity to raise chickens
is very promising because the people of Bajawa Ngada desperately need chicken villages for various
customary events but the way to raise village chickens that are still
traditional or semi intensive becomes one of the
factors inhibiting the effort of chicken farming villages to achieve success.
The purpose of this study is to discuss the role of the use of local chickens
in the traditional point of view of Bajawa Ngada Culture. The research method used is an Exploratory
Descriptive method with an interview approach with indigenous figures Bajawa Ngada.After conducting this
study researchers revealed that the use of local chickens in the Bajawa Ngada area is popular with
daan has become a thing that meets the needs for the
community.
Keywords: local chicken; Bajawa community; traditional
event
Received: 2021-09-22; Accepted: 2021-10-05; Published: 2021-10-20
Pendahuluan
Bangsa Indonesia adalah
bangsa yang kaya akan budaya dan adat istiadat. Indonesia juga terdiri dari berbagai suku
dan masig-masing suku terdapat berbagai bentuk upacara adat sebagai ungkapan
rasa syukur kepada leluhur dan alam semesta atas segala
berkat kehidupan yang mereka peroleh. Kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat tidak sama, seperti
di Indonesia yang terdiri dari
berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan mempunyai ciri dan sifat yang sama (Wina & Habsari, 2017).
Upacara adat merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang berkaitan dengan berbagai fungsi, sehingga mempunyai arti yang sangat
penting bagi kehidupan di masyarakat (Rivasintha & Juniardi, 2017).
Pengetahuan tradisional
dan ekspresi budaya tradisional pada keseluruhan pengetahuan dan praktik ekonomi, budaya dan agama yang merupakan sebuah komunitas, dengan menguatkan pandangan ini ada beberapa
fungsi unik dalam masyarakat adat yang membutuhkan pertimbangan dari dua fungsi seperti
ekonomi, 5 agama, dan masyarakat.
Budaya dapat diakses sebagai cerita rakyat dengan
penegasan ekonomi dan budaya masyarakat lokal (Masango, 2013).
Adat istiadat yang merupakan sistem norma dan tata kelakuan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat secara turun temurun. Di lingkungan masyarakat, adat istiadat sangatlah
dijunjung tinggi (Novitasari, 2019).
Sebagaimana masyarakat
Bajawa selalu mensyukuri akan segala berkat dan anugerah Tuhan dan leluhur dengan berbagai ritual adat.� Kehidupan manusia setiap hari tidak
terlepas dari berbagai unsur kebudayaan. Masyarakat Bajawa Ngada masih hidup
dalam berbagai adat budaya sejak
kelahiran sampai kematian. Kesetiaan mempertahankan dan menjalankan upacara adat tersebut
sebagai kesakralan hidup sosial/suku
atau simbol kebersamaan merupakan tanggungjawab masyarakat adat.
Untuk ini salah satu unsur penting
adalah peranan ternak. Dalam menjalankan berbagai ritual adat ini masyarakat Bajawa membutuhkan ternak sebagai kurban untuk para leluhur. Ternak yang umumnya yang sering digunakan sebagai persembahan untuk leluhur adalah ayam lokal atau
ayam kampung. Peranan masyarakat dalam pemanfaatan ayam kampung sebagai pelengkap upacara adat memberikan
dukungan besar terhadap eksistensi dan kelestarian ternak ayam kampung. Keunggulan ayam lokal untuk� mampu berdaptasi dengan lingkungan tropis dapat memberikan pendapatan yang cukup besar bagi peternak
dan ayam lokal dapat dikembangkan sebagai bibit unggul
(Siu, 2014).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawa
seberapa penting ayam lokal menjadi
hal untuk menjawab kebutuhan pangan di Bajawa Ngada.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini dengan menggunakan
metode kualitatif.
Penelitian Kualitatif merupakan
Jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Sugiyono, 2013). Pendekatan lainnya adalah observasi lapangan dengan menggunakan metode wawancara dengan tokoh adat.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum masyarakat Bajawa kabupaten Ngada
Bajawa adalah
ibu kota kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak
antara dua kabupaten yaitu kabupaten Nagekeo dan kabupaten Manggrai Timur. Kabupaten Ngada memiliki tiga suku
besar yaitu suku Nagekeo, suku
Bajawa dan suku Riung. Masing-masing suku ini mempunyai kebudayaan
sendiri-sendiri yang masih dipertahankan sampai saat ini, rumah
adat, bahasa yang berbeda satu sama
lainnya, tarian, pakian adat dan lain-lain (Mali, 2017). Dalam kebudayaan Ngada rumah adat mempunyai
peranan yang sangat penting
dalam kehidupan sehari hari sebagai
simbol penghormatan kepada leluhur yang telah terlebih dahulu hadir di muka bumi. Masyarakat Ngada adalah bagian
dari satu rumah adat dan berarti satu marga.
Penduduk kabupaten Nagada mayoritas beragama Katolik Roma dan sebagiannya lagi beragama Islam, Portestan dan Hindu. Untuk
mata pencaharian penduduk Ngada adalah pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta, nelayan, petani. Sedangkan untuk peternakan hanya pekerjaan sampingan atau sekedar hobi
untuk mengisi waktu luang. Hal ini menjadi suatu
yang keliru yang harus dirubah karena masyarakat Ngada adalah masyrakat adat yang selalu memberi penghormatan kepada para leluhur dan membutuhkan ternak sebagai hewan kurban.
Sebagaimana pengamatan penulis, untuk memenuhi kebutuhan akan ternak dalam
menjalankan ritual adat terkadang masyarakat Bajawa harus mendatangkan
ternak dari luar daerah bahkan
dari luar pulau dan tentunya dengan harga yang cukup tinggi (Djanggo, 2020).
Dari hasil wawancara dengan tokoh adat setempat
disampaikan bahwa upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Bajawa tergantung situasi dan kebutuhan misalnya pada saat akan mengikuti kegiatan ujian ataupun kepentingan lainnya, selain memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat Bajawa juga meminta dukungan para leluhur dengan istilah adatnya ti'i ka ebu(kasi makan leluhur) dan hewan yang dikurbankan adalah ayam lokal
atau ayam kampung jantan.
2. Keadaan ternak
ayam lokal masyrakat Bajawa
�Subsektor peternakan mencakup semua kegiatan pembibitan dan pembudidayaan segala jenis ternak
dan unggas untuk tujuan dikembangbiakan, dibesarkan, dipotong, atau diambil hasilnya
baik yang dilakukan oleh rakyat maupun yang dilakukan oleh perusahaan. Populasi ternak besar yang yang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Ngada adalah sapi, kerbau
dan kuda. Disamping ternak besar masyarakat
di Kabupaten Ngada juga mengusahakan ternak kecil dan unggas yaitu kambing, domba, babi, itik
dan ayam (Astuti, 2015). Dari berbagai jenis ternak besar yang diusahakan didominasi oleh ternak sapi potong
diikuti ternak kerbau sedangkan ternak kecil adalah
babi diikuti ternak kambing dan ternak ayam kampung atau ayam lokal.
Ternak ayam
kampung atau lokal dibudidayakan oleh setiap keluarga di daerah Bajawa karena mengingat
akan peranan ayam kampung yang sangat penting untuk kehidupan sehari-hari. Sebagaimana kehidupan masyarakat Bajawa yang berhubungan erat dengan rumah
adat maka dari itu peranan
ternak sangat penting teristimewa ayam kampung atau ayam lokal.
Simbol budaya yang bermakna dan berperan paling kuat adalah rumah
adat. Ia menjadi sentrum dalam hubungan masyarakat.
3. Upacara adat
masyarakat Bajawa
Tradisi sebagai
warisan yang penghormatannya
diyakini membawa misi suci karenanya
layak dipelihara, pesannya patut diteruskan, amanatnya wajb diingat. Salah satu ternak yang sering digunakan adalah ternak ayam
lokal atau ayam kampung. Bagi masyarakat Bajawa ternak ayam
lokal sangat dibutuhkan sebagai pelengkap dalam upacara adat.
Sedangkan untuk masyarakat Papua keberlangsungan kehidupan tidak lepas dari keberadaan
ternak babi. Babi menjadi salah satu ternak yang sangat penting bagi masyarakat Papua dalam berbagai aspek. Berbagai bentuk uapacara yang ada pada umumnya merupakan pencerminan bahwa semua perencanaan,
tindakan, perbuatan, telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai luhur tersebut
telah diwariskan oleh leluhur turun temurun
dari generasi ke generasi berikutnya
sebagai sebuah tradisi (Nggewaka, 2020).
�Manusia Bali sejak lahir sampai
meninggal memerlukan ayam. �Tapi banyak
orang Bali tidak tau maknanya.
Ayam energinya besar, baru bangun sudah
cari makan,� karena energi ini
pula, ayam dikomoditaskan
di arena-arena sabungan ayam
(Suriyani, 2019).
Masyarakat Bajawa
hingga kini masih hidup berbagai
kebudayaan dan sejumlah upacara tradisional yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia sejak lahir
sampe meninggal (Ngebu, 2018). �Beberapa upacara tersebut antara lain upacara yang berkaitan dengan kelahiran, upacara pra dewasa (remaja),
upacara dewasa, upacara kematian, upacara bercocok tanam, upacara membangun dan masuk rumah adat dan masih ada lagi� beberapa upacara adat lainnya
yang kesemuanya memohon perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa melalui
para leluhur. Dalam setiap
ritual adat yang dilakukan semuanya menggunakan ternak ayam lokal
atau ayam kampung jantan yang akan disembeli dan dipersembahkan untuk menghormati para leluhur dan juga makan bersama untuk segala
urusan perhelatan ritual adat lainnya. Adapun beberapa ternak yang digunakan misalnya ternak babi, ternak
ruminansia besar (kerbau), tetapi yang paling sering digunakan adalah ternak ayam
kampung jantan kesemuanya itu melambangkan kebesaran dan penghormatan tertinggi untuk para leluhur dan juga melambangkan pangkat dan kekayaan dari seseorang.
B. Pembahasan
Ritual adat
yang wajib dilakukan oleh masyarakat Bajawa merupakan warisan para leluhur dan dilanjutkan dari generasi ke
generasi karena terdapat banyak manfaat dan fungsi. Setiap hasil kebudayaan
mempunyai bentuk, fungsi dan makna baik hasil kebudayaan
tertulis, lisan, setengah lisan, maupun bukan lisan.
Sebuah upacara adat sebagai hasil
kebudayaan apapun bentuknya apabila difungsikan dalam suatu masyarakat maka akan menghasilkan
makna (Zawa, 2020).
Kehidupan masyarakat
Bajawa Ngada tidak terlepas dari ritual adat, dan masyarakat Bajawa sangat memegang teguh adat budaya karena
manfaat serta fungsi dari adat
budaya dalam kehidupan setiap hari sembari selalu
mengandalkan Tuhan Yang Maha Kuasa (BEO, 2020). Pada saat melakukan upacara adat ini
senantiasa menggunakan hewan sebagai kurban
untuk para leluhur. Hewan kurban yang sering digunakan misalnya kerbau, babi dan yang paling sering digunakan adalah ayam kampung jantan. Semuanya tergantung jenis upacara adat dan kebutuhan, misalnya upacara adat kematian
ataupun upacara ka sa'o (pendinginan rumah adat baru),
rebha (tahun baru adat), yang mengumpulkan banyak orang ataupun kerabat dekat maupun jauh,
ternak yang digunakan adalah kerbau jantan
atau babi jantan. Sedangakan upacara adat yang dilakukan hanya anggota keluarga� dalam rumah saja biasanya
ternak yang digunakan adalah ayam kampung jantan (Sene, Wandut, & Nukango, 2021).
Dalam perkembangan
jaman saat ini segala jenis
upacara adat tidak lagi memandang
status sosial ataupun kedudukan melainkan berdasarkan kemampuan ekonomi.
Kesimpulan
Kehidupan manusia tidak terlepas dari adat budaya
yang mana semuanya sebagai ungkapan rasa syukur dan juga permohonan untuk perlindungan kepada para leluhur pada kehidupan di hari hari seanjutnya
selain ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam melaksanakan berbagai
ritual adat ini tentunya menggunakan hewan sebagai kurban
untuk para leuhur dan sebagai penyatuan dengan alam semesta.
Kesemuanya sesuai dengan adat dan tradisi daerah masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan dari acara ritual adat tersebut. Ternak ayam kampung jantan sering digunakan
dalam ritual adat. Sebagaimana masyarakat Bajawa Ngada yang merupakan bagian dari satu rumah
adat dan berarti satu marga sehingga
sering melakukan ritual adat dalam kehidupan
setiap hari dan sesuai dengan kebutuhan.
BIBLIOGRAFI
Astuti, Riska Dwi. (2015). Analisis
Determinan Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Periode 2005-2013. Tirtayasa Ekonomika, 15(1), 17�30.Google Scholar
BEO, Lukas Elminaldo. (2020). Makna
Ritus Nggua Keu Uwi Pada Masyarakat Adat Detukeli Dalam Perbandingan Dengan
Ajaran Gereja Katolik Tentang Ekaristi Dan Implikasinya Terhadap Karya Pastoral
Gereja. STFK Ledalero. Google Scholar
DJANGGO, Albertus Dau. (2020). Ritus
Adat Na�a Wi Lika Pada Masyarakat Nuamuzi Dan Relevansi Nilai-Nilainya Bagi
Keluarga Katolik. STFK Ledalero. Google Scholar
Mali, Fransiskus X. Gian Tue. (2017). Konflik
Tanah Di Daerah Otonom Baru (Dob) Studi Konflik Tanah Pembangunan Kantor Dprd
Di Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sociae Polites, 18(01),
39�56. Google Scholar
Masango, Johannes Mboneni. (2013). The
roles of the principal and the SBST in supporting teachers teaching inclusive
education. University of Pretoria. Google Scholar
Ngebu, Johanis Fiani. (2018). Pendidikan
Karakter dalam Kosmologi Masyarakat Suku Bajawa di Flores-Nusa Tenggara Timur.
Seminar Nasional GEOTIK 2018. Google Scholar
Nggewaka, Antonius. (2020). Dimensi
Fungsional Upacara Ndambu Pada Masyarakat Malind Suku Kima-Ghima Di Distrik
Kimaam Kabupaten Merauke Provinsi Papua. Universitas Hasanuddin. Google Scholar
Novitasari, Richa Dwi. (2019). Lunturnya
Adat Istiadat Dan Sosial Budaya Berdasarkan Unsur Pancasila. Google Scholar
Rivasintha, Emusti, & Juniardi, Karel.
(2017). Pergeseran nilai-nilai budaya dalam upacara adat gawai dayak ditinjau
dari sosial ekonomi masyarakat kota pontianak. Sosial Horizon: Jurnal
Pendidikan Sosial, 4(1), 1�10. Google Scholar
Sene, Mikael, Wandut, Wilhelmina Kurnia,
& Nukango, Anjelina Jama. (2021). Praktik Kepercayaan Marapu Yang Masih
Dilaksanakan Oleh Umat Katolik Di Paroki Hati Kudus Yesus Weekombaka, Kabupaten
Sumba Barat Daya. Atma Reksa: Jurnal Pastoral Dan Kateketik, 4(2),
4�23. Google Scholar
Siu, Hendrikus Primus. (2014). Nilai Dan
Simbol Religius Perjamuan Raya (Nado Mere) Masyarakat Jawawawo. Jurnal
Masalah Pastoral, 3(1), 22. Google Scholar
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. Google Scholar
Suriyani, L. D. (2019). Makna Pentingnya
Ayam Dalam Hidup Orang Bali.
Wina, Priani, & Habsari, Novi Triana.
(2017). Peran Perempuan Dayak Kanayatn Dalam Tradisi Upacara Naik Dango (Studi
Di Desa Padang Pio Kecamatan Banyuke Hulu Kabupaten Landak Kalimantan Barat). Agastya:
Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 7(01). Google Scholar
Zawa, Artemius. (2020). Makna Perkawinan
Adat Bagi Kehidupan Sosial Masyarakat Wangka. STFK Ledalero. Google Scholar
Liliana Regina Deze, Christianus Yoseph Ngiso Bhae (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |