Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�

Vol. 3, No.10, Oktober 2021

 

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI LINGKUNGAN MADRASAH DI KEPULAUAN RIAU

 

Muhammad Nasir, Lias Hasibuan, Kemas Imron Rosadi

Universitas Islam Negeri Sultan Thoha Saifuddin, Indonesia

Email[email protected], [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Pendidikan merupakan faktor yang dapat merubah kehidupan dalam banyak aspek, salah satunya yaitu hubungan atau interaksi antara manusia satu dengan yang lainnya. Tujuan penelitian ini adalah ingin� mencoba mengangkat permasalahan pendidikan karakter, yang menjadi fokus masalah bagi penulis ialah bagaimana model pengembangan pendidikan karakter di lingkungan madrasah Kepulauan Riau. Walaupun sudah banyak peneliti terdahulu yang telah mencoba melakukan penelitian seperti yang diteliti oleh Ratna Megawangi Ph.D, Bambang Dalyono, Enny Dwi Lestariningsih Sri Judiani. Selanjutnya dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan ini lebih dideskripsikan dan diklasifikasikan sesuai dengan kondisi penelitian. Selain itu penulis juga menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan atau library research. Dari hasil kajian ini menunjukkan bahwa karakter yang baik harus didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan baik. Kemudian diikuti oleh ketaatan moral meliputi komponen kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, sikap moral, dan perilaku moral, pandangan ke depan, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan diri. Sedangkan sikap moral itu meliputi komponen hati nurani, kepercayaan diri, empati, cinta kebaikan, dan pengendalian diri. Sikap tersebut akan melahirkan perilaku moral meliputi komponen kemampuan, kemauan, dan kebiasaan. Dari model pengembangan karakter tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter yang baik adalah motivasi batin untuk melakukan apa yang benar, menurut standar perilaku tertinggi, dalam setiap situasi.

 

Kata Kunci: pengembangan; model pendidikan; karakter

 

Abstract

Education is a factor that can change lives in many aspects, one of which is the relationship or interaction between humans with each other. The purpose of this study is to try to raise the issue of character education,yang becomes the focus of the problem for the author is how the model of character education development in the riau islands madrassa environment. Although there have been many previous researchers who have tried to do research as studied by Ratna Megawangi Ph.D, Bambang Dalyono, Enny Dwi Lestariningsih Sri Judiani. Furthermore in this study the authors used qualitative research methods. This approach is better described and classified according to the conditions of the study. In addition, the author also uses a literature research approach or library research. From the results of this study shows that good character must be supported by knowledge of goodness, desire to do good, and do good deeds. Then followed by moral obedience includes components of moral awareness, knowledge of moral values, moral attitudes, and moral behavior, foresight, moral reasoning, decision making, and self-knowledge. While moral attitudes include components of conscience, confidence, empathy, love kindness, and self-control. This attitude will give birth to moral behavior including components of ability, willpower, and habits. From the model of character development it can be concluded that good character is the inner motivation to do what is right, according to the highest standards of behavior, in every situation.

 

Keywords: development; educational model; character

 

Received: 2021-09-22; Accepted: 2021-10-05; Published: 2021-10-20

 

Pendahuluan

Berkembangnya dunia pendidikan yang diiringi oleh pesatnya perubahan social yang terjadi di masyarakat saat ini terkadang tidak signifikan dengan keberhasilan dunia pendidikan dalam membangun manusia bermartabat mulia. Di era global, dengan munculnya istilah Revolusi Industri 4.0 (selanjutnya disingkat 4IR) yang sudah dirasakan sejak tahun 2011. Ralf C. Schlaepfer dan Markus Koch menyebutkan bahwa bentuk- bentuk implikasi 4IR akibat perubahan secara fundamental adalah: Internet of Data, Internet of People, Internet of Service dan Internet of Things (Sitorus, Ritonga, & Yamin, 2021). Belum selesai hiruk pikuknya era revolusi industri 4.0 dunia dikejutkan lagi dengan konsep baru yaitu society 5.0 abat 21. Fokus keahlian bidang pendidikan abad 21 saat ini meliputi cretivity, critical thinking communicaion dan collaboration atau yang dikenal dengan 4 Cs. Beberapa kemampuan yang harus dimiliki di abad 21 ini meliputi: leadership, digital literacy, communication, emotional intelligence, enterpreneurship, global citizenship, problem solving, team-working. Apakah pendidikan kita siap untuk menghadapi society 5.0. Implikasi perubahan tersebut tidak hanya memasuki dunia industry dan politik tetapi berinplikasi pula dalam dunia pendidikan. Hal ini berinplikasi terhadap menurunnya moralitas, sikap perilaku anak bangsa dalam berbagai aspek kehidupan.

Pendidikan merupakan sebuah sistem. Sebagai sistem, aktivitas pendidikan terbangun dalam beberapa komponen, yaitu pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Semua komponen yang membangun sistem pendidikan, saling berhubungan, saling tergantung, dan saling menentukan satu sama lain. Setiap komponen memiliki fungsi masing-masing dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Aktivitas pendidikan akan terselenggara dengan baik apabila didukung oleh komponen-komponen dimaksud (Saat, 2015).

Pendidikan� karakter� merupakan� pendidikannilai,� pendidikan� budi� pekerti, pendidikan�� moral,�� dan�� pendidikan�� watak� ��yang�� bertujuan�� mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang� baik� dan� mewujudkan� kebaikan� itu� dalam� kehidupan� sehari-hari� dengan sepenuh� hati� (Khamalah, 2017).

Upaya mendobrak inplikasi tersebut pemerintah beserta seluruh masyarakat telah sepakat bahwa pendidikan Nasional harus dipertegas haluannya. Diantara yang sedang digalakan adalah melalui pendidikan karakter (character building). Upaya ini telah dilakukan dengan berbagai strategi yang dituangkan dalam kebijakan pemerintah ataupun dalam program pendidikan Nasional. Namun masih dirasakan belum mampu menjawab tantangan yang dihadapi. Tantangan pendidikan termasuk madrasah semakin hari semakin berat terutama merosotnya perilaku etis moralitas dan akhlaq generasi akibat liberalisasi teknologi dan revolusi industri yang menjadi mega trend dunia global. Untuk melengkapi upaya dan strategi, memperkuat fungsi pendidikan dan madrasah dalam�� menghadapi�� tantangan global dan revolusi industry tersebut maka pendidikan khususnya madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk memperkuat kualitas lulusan atau output pendidikan (Pasaribu, 2017).

Pendidikan madrasah adalah salah satu wadah atau lembaga yang sangat strategis untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Keunggulan pendidikan madrasah lebih menekankan kepada nilai-nilai moral agama (baca:islam) (Ara Hidayat & Machali, 2012).

Moralitas islam atau nilai-nilai keislaman menjadi komponen mendasar yang sangat dominan yang menjadi bahan ajar Ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk mewujudkan peradaban generasi masa depan (Syarip Hidayat, 2021).

Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimaksud di sini tentunya yang mampu menghadapi 4IR, bukanlah SDM yang �biasa�, namun yang �inovatif dan kreatif�.

Sebagaimana diungkapkan Brynjolfsson dkk bahwa sumber daya yang paling langka dan paling berharga di era teknologi digital bukanlah kepribadian biasa, melainkan kepribadian yang dapat menciptakan ide dan inovasi baru. Di masa depan, bakat dan nilai inovatif manusia lebih berharga daripada modal. Nilai inovatif yang menjadi dasar perkembangan dalam penelitian ini adalah kesadaran baru dalam sikap dan tindakan moral dan berakhlak mulia (Sari et al., 2020).

Nilai inovasi dan kreativitas adalah salah satu dari enam indikator jiwa dan sikap mulia yang mesti dimiliki dalam diri seorang anak didik dalam pendidikan Madrasah untuk menyongsong era 4IR. Disamping itu sebagai generasi milenial anak-anak madrasah mesti memiliki kesadaran tinggi untuk mengamalkan kebajikan yang menjadi buah ilmu dan keterampilan����������� yang diperoleh dari Madrasah. Sementara berdasarkan asumsi sementara, banyak laporan dan pemberitaan media yang kita saksikan masih banyak anak-anak usia remaja dan bahkan orang tua yang belum taat dan patuh memenuhi perintah agama dan bersikap atau perilaku mulia dengan kesadaran yang tinggi dalam kehidupannya. Oleh karena itu, berangkat dari dasar pemikiran dan asumsi tersebut�� maka�� kajian ini dengan focus pada Pendidikan Berkesadaran (Conscious Education) sangat menarik diteliti karena merupakan fenomena up to date dan problematika kontemporer yang mesti dipahami secara mendalam melalui penelitian ilmiah (Priatmoko, 2018).

Manusia yang memiliki kesadaran termasuk bentuk ungkapan syukur kepada Allah atas ilmu pengetahuan yang diberikan kepadanya sehingga dapat mencapai kesuksesan. Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur�an Surat Ali Imran ayat 190-191 di bawah ini: Artinya: (190) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (191). (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Qs. Ali Imran: 190-191) (Indriyani, 2017).

Walaupun sudah ada penelitian terdahulu yang telah membahas pendidikan karakter seperti; Isa Anshari, Nur Khamalah, Ahmad Dalim, Novan Ardy Wiyany, Muhammad Isnaini, namun belaum mengkaji lebih dalam sampai kepada kesadaran yang paling dalam. Disilah pentingnya penelitian ini di kembangkan, sehingga dapat menjadi pedoman bagi pengembangan pendidikan di madrasah.

 

Metode Penelitian

Penelitian model pengembangan pendidikan karakter di lingkungan Madrasah di Kepulauan Riau ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif - kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Stake dalam Jonh W. Creswell, studi kasus merupakan penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu.

Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Patton dilakukan dengan observasi langsung, wawancara mendalam dan terbuka serta penelitian dokumen-dokumen tertulis (Patton, 2012). Disamping itu penelitian ini juga menganalisis lebih mendalam terhadap situasi dan kondisi social Madrasah di Kepuluan Riau. Situasi social yang kita maksudkan adalah lokasi atau tempat yang ditetapkan untuk melakukan penelitian. Karena penelitiannya adalah riset sosial atau lingkungan manusia atau budaya di lingkungan Madrasah, maka dinamakan dengan situasi social Madrasah (masyarakat sekolah/madrasah). Situasi sosial (masyarakat sekolah./madrasah) secara langsung mengarahkan seorang peneliti seperti layaknya peneliti berada dalam sebuah rumah, ini dimaksudkan agar peneliti benar-benar fokus pada situasi di dalam rumah yang diteliti (Khan & Mukhtar, 2013).

 

Hasil dan Pembahasan

Konsep dasar karakter telah dibahas dengan jelas oleh para ahli ilmiah, termasuk menyatakan bahwa, karakter adalah �kebiasaan� atau mengacu pada struktur kepribadian yang dalam yang sangat tahan terhadap perubahan (Anwar & Otaya, 2017). Hal senada juga diungkapkan bahwa, karakter menentukan pikiran pribadi seseorang dan tindakan yang dilakukan seseorang. Karakter yang baik adalah motivasi batin untuk melakukan apa yang benar, menurut standar perilaku tertinggi, dalam setiap situasi. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa, karakter menentukan pemikiran dan tindakan pribadi seseorang untuk berperilaku. Karakter yang baik adalah motivasi batin untuk melakukan apa yang benar, menurut standar perilaku tertinggi, dalam setiap situasi. Karakter mengandung nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan tindakan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Singkatnya, karakter dapat diartikan sebagai akhlak atau budi pekerti. Karakter siswa identik dengan akhlak siswa, karakter siswa.

Siswa yang berkarakter adalah siswa yang memiliki akhlak dan budi pekerti, sedangkan siswa yang tidak berkarakter adalah siswa yang tidak atau kurang berkarakter atau tidak memiliki norma dan standar perilaku yang baik. Dikatakan oleh (Gleason et al., 2011) bahwa �Pada dasarnya ada 3 komponen moral dalam rangka pembentukan karakter yang baik yang saling berkaitan, yaitu: moral knowing, moral filling, dan moral behavior�. Keterkaitan antara ketiga komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

 

Gambar 1

Interaksi komponen moral dalam pembentukan karakter

yang baik berbasis kesadaran

 

Ketiga komponen tersebut dapat dikatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan baik. Konsep moral meliputi komponen kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, sikap moral, dan perilaku moral, pandangan ke depan, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan diri. Sikap moral meliputi komponen hati nurani, kepercayaan diri, empati, cinta kebaikan, dan pengendalian diri. Perilaku moral meliputi komponen kemampuan, kemauan, dan kebiasaan. (Idenya dapat diartikan bahwa: Karakter menentukan pikiran dan tindakan pribadi seseorang yang dilakukan oleh seseorang. Karakter yang baik adalah motivasi batin untuk melakukan apa yang benar, menurut standar perilaku tertinggi, dalam setiap situasi).

Karakter Islami adalah karakter manusia yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Pendidikan karakter Islami adalah penanaman nilai-nilai moral yang hakiki dengan pembelajaran dan pendampingan Islami. Sehingga jika pendidikan karakter Islami diberikan kepada peserta didik, peserta didik diharapkan menjadi individu yang memahami, mengalami, dan mengintegrasikan nilai-nilai yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter dalam grand design pendidikan karakter, merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur di lingkungan satuan pendidikan, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Wacana pendidikan karakter dewasa ini dapat dimaklumi karena masalah terbesar Indonesia dan seluruh negara di dunia sebenarnya bukan semata-mata ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Dasar dari semua krisis tersebut sebenarnya adalah krisis nilai dan karakter (Sukardi, Dalam perspektif Islam, akhlak dicirikan oleh dua hal, yaitu Karakter Rabbani dan Karakter Manusia (Novianto, 2015). Karakter Rabbani merupakan landasan yang paling kuat karena setiap detik kehidupan manusia harus dilandasi oleh keinginannya untuk bertakwa kepada Allah melalui interaksinya dengan makhluk-Nya. Oleh karena itu, wahyu dilepaskan sejalan dengan bentuk moralitas ini. Karakter Manusia, jika dilihat dari sisi moral yang merupakan aturan umum dari dasar-dasar sopan santun umum lainnya.

Manusia memiliki peran dalam menentukan kewajiban-kewajiban tertentu yang secara khusus dibebankan kepadanya. Selain itu, ia memiliki peran dalam mengenali perilaku manusia lainnya. Atas dasar inilah akhlak dipandang sebagai jiwa Islam. Diadaptasi dari (Spears, 2010), karakter manusia dikategorikan ke dalam enam pilar yaitu : Pertama, trustworthiness merupakan bentuk karakter yang menjadikan seseorang memiliki integritas, kejujuran, dan loyalitas. Kedua, fairness merupakan bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran yang terbuka, adil dan wajar. Ketiga, caring merupakan bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain dan kondisi sosial lingkungan sekitarnya. Keempat, rasa hormat merupakan bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati�� orang lain.� Kelima,��� kewarganegaraan adalah bentuk karakter yang membuat seseorang sadar akan peraturan perundang-undangan dan peduli terhadap lingkungan alam, dan keenam, tanggung jawab adalah bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik- baiknya. Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah, dalam Al-Madārij as-Sālikīn mengatakan bahwa akhlak mulia terdiri dari empat hal pokok yang saling berkaitan satu sama lain. Empat karakter utama adalah kesabaran, keberanian, keadilan, dan kesucian. Kesabaran akan membantu seseorang menjadi lebih tangguh, mampu menahan amarah, tidak merugikan orang lain, bersikap lemah lembut, santun, dan tidak terburu-buru dalam melakukan sesuatu. Karakter pemberani membuat seseorang kuat untuk menjaga harga diri, mudah untuk membumikan norma dan karakter yang baik, dan menjadi ringan tangan. Keadilan bisa mengasah sikap seseorang untuk terus berusaha meluruskannya, membantunya bersikap adil. Sifat ini mendorong untuk terus dermawan dan dermawan. Sikap kesucian menjaga diri untuk selalu menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan. (Ibnu Qayyim. A: tth) Keempat ciri tersebut berpotensi menjadikan seseorang berkarakter terpuji. Lebih lanjut, diadaptasi dari (Marzuki, 2017) ada tujuh cara penerapan nilai-nilai karakter Islami, dengan mengembangkan akhlak yang baik pada anak, seperti empati, hati nurani, pengendalian diri, hormat, menghargai hati, upah, dan keadilan.

Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada peningkatan karakter profetik, dan dari sini lahirnya kesadaran bagi siswa. Karena kesadaran sangat erat kaitannya dengan bisikan hati yang paling dalam, maka nilai yang harus ditanamkan adalah nilai profetik sebagaimana kerangka dasar pendidikan karakter profetik di bawah ini :

 

Gambar 2

Model Pendidikan Kesadaran

 

Sejak awal Allah turunkan, Al-Qur'an dan keberadaan Hadist merupakan pedoman utama yang harus diperhatikan bagi pelaksanaan pendidikan karakter Islami. Dasar dari ajaran Al-Qur'an adalah akhlak. Hukum moral tidak dapat diubah, karena Al- Qur'an yang berisi perintah dan larangan Allah kepada manusia adalah hukum moral yang mutlak. Islam, perwujudan karakter Islami dalam kehidupan disebut ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT. Tingginya kedudukan pendidikan karakter Islami menurut Al-Qur'an juga dapat dilihat dari banyaknya ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan akhlak. Di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 1.504 ayat yang berkaitan dengan akhlak, baik dari segi teori maupun aspek praktisnya. Artinya, seperempat ayat Al-Qur'an berhubungan dengan akhlak. Banyaknya ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan akhlak sebenarnya kata-kata akhlak yang dimaksud tidak banyak jumlahnya, tetapi substansinya berkaitan dengan akhlak. Itulah sebabnya pendidikan karakter bermanfaat dalam membangun lingkungan emosional yang sehat (Tannir & Al-Hroub, 2013) . Pendapat di atas selanjutnya dapat dilihat dari semua aspek ajaran Islam yang dirujuk dalam Alquran yang di dalamnya terdapat pendidikan nilai-nilai karakter. Ajaran Islam tentang aqidah, ibadah, muamalah (transaksi), bahkan cerita dan sejarah selalu berkaitan dengan nilai pendidikan karakter, ajaran Islam. Contoh; tentang iman, selalu dikaitkan dengan amal saleh (akhlak).

Sebagai manusia, termasuk siswa Madrasah sendiri harus tunduk pada ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan Hadist. Alquran berisi ajaran iman, ibadah, sejarah, dan sebagainya. Ajaran tersebut ditujukan agar manusia membentuk ahklak yang mulia, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang dijelaskan melalui hadits para sahabat. Karakter islami atau akhlak islami adalah perilaku yang dilakukan untuk mencapai kehidupan yang terbaik dengan cara utama berinteraksi dengan orang lain. Karakter Islami bagi siswa Madrasah yang harus mendapat perhatian khusus oleh para pemangku kepentingan pendidikan Islam dengan prosedur dan komponen yang ada di lembaga ini.

Karakter berarti 'semua kualitas mental atau moral yang membuat seseorang, kelompok, bangsa, dll berbeda dari yang lain. Artinya, karakter adalah kualitas moral, budi pekerti, sifat kejiwaan, watak, kepribadian atau akhlak seseorang, sekelompok orang, bangsa atau� hal-hal� khusus lainnya yang berbeda dengan hal-hal lain. Karakter juga dapat diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya, atau sifat benda lain yang dibentuk oleh faktor kehidupan. Jadi karakter manusia, siswa Madrasah adalah sifat psikis, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas dirinya atau kelompoknya. Karakter islami siswa Madrasah dapat dilihat dari sikapnya di sekolah ataupun di luar sekolah.

Selama ini pendidikan karakter telah berjalan baik di Kepulauan Riau, namun masih saja dirasakan lemahnya kesadaran siswa madrasah untuk melaksanakan perintah agama dan berperilaku moral. Hal ini tercermin dalam tata pergaulan di masyarakat. Kondisi ini diperkuat lagi dengan masih banyaknya keluahan orang tua terhadap sikap anak mereka yang sulit di kendalikan. Masih banyak anak-anak madrsah yang belum menunjukkan ketaatan beragama, patuh kepada orang tua. Kesadaran beragama belum muncul dari nuraninya. Untuk melaksanakan kewajiban agama masih dengan memberikan sangsi atau hukuman, padahal seharusnya mereka sadar akan kewajibannya.

Berdasaran penelitian ini, pengembangan karakter sangat epektif bila dilakukan dengan model pendidikan kesadaran. Penyadaran adalah membangun mental yang paling dalam pada hati manusia. Kesadaran adalah karakter yang menjadikan seseorang patuh dan taat kepada seluruh norma agama dan nilai-nilai kebaikan lainnya.

 

Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian diatas, berikut ini hasilnya: (1.) Karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual mengenai� keadaan� moral seseorang dan perilaku yang membedakan dirinya dengan orang lain atau sebagai kebiasaan atau kecenderungan seseorang����� ketika� memberi respon perilaku terhadap keinginan, tantangan, dan kesempatan yang dihadapi. (2.) Model pendidikan yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah pendidikan berkesadaran yaitu suatu pendidikan yang menjadikan manusia sebagai orang yang memiliki daya sadar dalam bertindak dan bersikap. Artinya pendidikan berkesadaran akan mewujudkan manusia memiliki kesadaran akan aksistensi manusia sebagai makhluk peribadi (personal being), makhlauk social (social beings) dan sebagai makhluk Tuhan (God's creatures). (3.) Pendidikan madrasah merupakan pendidikan keagamaan yang bercirikhas agama Islam. Yang membedakan antara pendidikan umum dan madrasah adalah inti dan materi pembelajarannya yang lebih banyak mendalami syari�at Islam. (4.) Adapun tujuan penelitian ini adalah Menjelaskan bagaimana konsep pendidikan karakter di lingkungan Madrasah di Kepulauan Riau, Menjelaskan bagaimana faktor-faktor pendukung dan penghambat model pendidikan karakter di lingkungan Madrasah di Kepulauan Riau, menemukan rekonstruksi model pengembangan pendidikan karakter di lingkungan Madsarasah di Kepulauan Riau menjelaskan prospek pengembangan pendidikan karakter di lingkungan Madrasah� di� Kepulauan� Riau, sehingga ke depan anak-anak Madrasah memiliki kesadaran� perilaku �dalam melaksanakan nilai-nilai moral Islam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Anwar, Herson, & Otaya, Lian G. (2017). Model Kepemimpinan Ideal Pada Fak Tarbiyah dan Keguruan: Studi Kasus di IAIN Sultan Amai Gorontalo. Al-Ulum, 17(2), 415�438.Google Scholar

 

Gleason, Brenda L., Peeters, Michael J., Resman-Targoff, Beth H., Karr, Samantha, McBane, Sarah, Kelley, Kristi, Thomas, Tyan, & Denetclaw, Tina H. (2011). An active-learning strategies primer for achieving ability-based educational outcomes. American Journal of Pharmaceutical Education, 75(9).1-12. Google Scholar

 

Hidayat, Ara, & Machali, Imam. (2012). Pengelolaan pendidikan: konsep, prinsip, dan aplikasi dalam mengelola sekolah dan madrasah. Kaukaba.Hidayat, Ara. Google Scholar

 

Hidayat, Syarip. (2021). Integrasi Nilai Islam Dalam Pendidikan: Pembelajaran Integratif Di SMA Islam Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya. TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam, 16(1), 141�156. Google Scholar

 

Indriyani, Kurnia. (2017). Judul: Konsep Ulul Albāb Dalam Pendidikan Islam (Analisis Surat Ali-Imran Ayat 190-191). Iain Salatiga.Corenspondesse. Google Scholar

 

Khamalah, Nur. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter di Madrasah. Jurnal Kependidikan, 5(2), 200�215. Google Scholar

 

Khan, Naghma, & Mukhtar, Hasan. (2013). Tea and health: studies in humans. Current Pharmaceutical Design, 19(34), 6141�6147. Google Scholar

 

Marzuki, Mahmud. (2017). Penelitian Hukum: Edisi Revisi. Jakarta. Prenada Media. Google Scholar

 

Novianto, Akhmad Faris. (2015). Pembelajaran kitab Ta�lim al-Muta�allim dan akhlak mahasiswa pondok pesantren Hidayatul Qulub Tambakaji Ngaliyan Semarang terhadap dosen UIN Walisongo Semarang. UIN Walisongo. Corenspondesse. Google Scholar

 

Pasaribu, Asbin. (2017). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional Di Madrasah. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3(1).12-34 Google Scholar

 

Patton, Michael Quinn. (2012). A utilization-focused approach to contribution analysis. Evaluation, 18(3), 364�377. Google Scholar

 

Priatmoko, Sigit. (2018). Memperkuat Eksistensi pendidikan Islam di era 4.0. TA�LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam, 1(2), 221�239. Google Scholar

 

Saat, Sulaiman. (2015). Faktor-Faktor Determinan Dalam Pendidikan (Studi Tentang Makna Dan Kedudukannya Dalam Pendidikan). Al-TA�DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8(2), 1�17. Google Scholar

 

Sari, Anggri Puspita, Pelu, Muhammad Faisal A. R., Dewi, Idah Kusuma, Ismail, Marthinus, Siregar, Robert Tua, Mistriani, Nina, Marit, Elisabeth Lenny, Killa, Maklon Felipus, Purba, Bonaraja, & Lifchatullaillah, Endang. (2020). Ekonomi Kreatif. Medan.Yayasan Kita Menulis. Corenspondesse.

 

Sitorus, Junianto, Ritonga, Ahmad Husein, & Yamin, Martinis. (2021). Manajemen Mutu Terpadu Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Dalam Mengembangkan Kompetensi Lulusan Berbasis Soft Skills. Uin Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Corenspondesse. Google Scholar

 

Spears, Larry C. (2010). Character and servant leadership: Ten characteristics of effective, caring leaders. The Journal of Virtues & Leadership, 1(1), 25�30. Google Scholar

 

Tannir, Abir, & Al-Hroub, Anies. (2013). Effects of Character Education on the Self-Esteem of Intellectually Able and Less Able Elementary Students in Kuwait. International Journal of Special Education, 28(2), 47�59. Google Scholar

 

Copyright holder:

Muhammad Nasir, Lias Hasibuan, Kemas Imron Rosadi (2021)

 

First publication right:

Syntax Idea

 

This article is licensed under: