Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No.10, Oktober 2021
Ellya
Rakhmawati, Tri Suyati, Wiwik
Kusdaryani, Suhendri
Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas PGRI Semarang Jawa Tengah, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Salah satu upaya pencegahan kekerasan seksual, yaitu membekali anak usia dini
dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk melindungi diri dari ancaman
kekerasan seksual yang terangkum dalam program pendidikan seksual. Pendidikan seksual pada anak usia dini salah satunya melalui program �You and
Me�. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektifitas program �You and Me� terhadap
pendidikan seksual bagi anak usia
dini. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan desain One Group PreTest - Post Test Design. Berdasarkan
hasil akumulasi total pada
pre-test, kelima partisipan
rata-rata mendapatkan skor
20,2 dengan presentase
40,4%. Kemudian setelah mendapatkan perlakuan dengan memperoleh program �You
& Me� dan selanjutnya akan
dilakukan post-test, hasil akumulasi skor yang diperoleh kelima partisipan rata-rata 43,2 deegan persentase 86,4%. Oleh sebab itu, pemrolehan skor rata-rata perubahan positif kelima subjek sebesar 23 dengan presentase 46%. Selain itu, karena hasil
yang diperoleh T hitung sama dengan T table maka T hitung berada
di posisi daerah penolakan Ho dengan taraf signifikansi 0,01. Oleh sebab itu, berdasarkan
perhitungan tersebut dapat ditarik keputusan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, kesimpulannya adalah terdapat keefektifan yang sangat signifikan pada program �You & Me� terhadap
pendidikan seksual bagi anak usia
dini.
Kata Kunci: anak
usia dini, program �you and
me�; kekerasan seksual; pendidikan seksual;
Abstract
One of the efforts to prevent sexual violence, namely equipping early
childhood with the knowledge, skills and ability to protect themselves from the
threat of sexual violence summarized in sexual education programs. Sexual
education in early childhood is one of them through the program "You and
Me". This study aims to find out the effectiveness of the "You and
Me" program on sexual education for early childhood. The type of research
used is quasi-experimentation with quantitative approaches. This study uses the
design of One Group Pre Test - Post Test Design. Based
on the results of the total accumulation in the pre-test, the five participants
on average got a score of 20.2 with a percentage of 40.4%. Then after getting
treatment by obtaining the program "You & Me" and then will be
done post-test, the results of accumulated scores obtained by the five
participants averaged 43.2 percent 86.4%. Therefore, the average score of the
five subjects' positive changes was 23 with a percentage of 46%. In addition,
because the results obtained by T calculate the same as T table, T count is in
the position of Ho rejection area with significance level 0.01. Therefore,
based on these calculations can be withdrawn the decision that Ho was rejected
and Ha accepted. So, the conclusion is that there is a very significant
effectiveness in the "You &Me" program on sexual education for
early childhood.
Keywords: early childhood; "you and me" programs; sexual violence;sexual education;
Received:
2021-09-22; Accepted: 2021-10-05; Published: 2021-10-20
Pendahuluan
Indonesia memiliki permasalahan cukup serius tentang kekerasan banyak terjadi pada anak dan perempuan. Sebuah survei dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik dengan bantuan dari PBB menunjukkan bahwa satu dari tiga
wanita di Indonesia telah mengalami kekerasan fisik dan kekerasan seksual (Nirody, A., Machl, S., & Robertson, 2017). Indonesia belum memiliki data yang merepresentasikan situasi kekerasan seksual terhadap anak secara
nasional (Bott, Guedes, Goodwin, & Mendoza, 2012).
Menurut (Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2018)
bahwa anak yang menjadi pelaku kekerasan seksual dari tahun 2014 sampai 2018 sebanyak 1.032 anak. Sementara itu, anak yang menjadi korban kekerasan seksual sebanyak 1.254 dari rentang tahun
2014 hingga 2018. Selain data tingkat
nasional, Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 menyebutkan jumlah kasus berdasarkan
tindak kekerasan yang dialami korban seksual periode pelaporan tahun 2017 sebanyak 64 kasus kemudian meningkat menjadi 94 kasus pada tahun 2018 di Kota
Semarang. Pada tahun 2019, jumlah
kasus kekerasan seksual berdasarkan pelaporan turun menjadi 57 kasus dan menurun kembali pada tahun 2020 dengan total 25 kasus.
Kekerasan seksual
sendiri merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja (kontak) atau non-kontak yang mengarah pada aktivitas seksual (Sumera, 2013). mendefinisikan setiap penyerangan yang bersifat seksual, baik telah
terjadi persetubuhan ataupun tidak. Kekerasan seksual berupa percobaan perkosaan, perkosaan, sadisme dalam hubungan
seksual, pemaksaan aktivitas seksual lain yang tidak disukai, merendahkan, menyakiti atau melukai korban. Kekerasan seksual pada anak dilakukan oleh pelaku yang lebih dewasa melalui berbagai modus, seperti: membujuk korban dengan diberikan uang, membelikan sesuatu yang diinginkan korban, pelaku mengajak korban untuk bermain bersama
dan pelaku melakukan kekerasan seksual pada korban di tempat yang dirasa aman (Hertinjung, 2009). Kekerasan seksual dialami anak putri
(Fu�ady, 2011)
dan anak laki-laki (Fry & Blight, 2016).
Kasus kekerasan korbannya
bukan hanya orang dewasa dan remaja saja. Anak-anak bahkan balita tak
luput menjadi korban kekerasan seksual. Padahal kekerasan seksual pada anak merupakan suatu pelanggaran moral, hukum, dan akan melukai psikologis
utamanya fisik anak itu sendiri.
Setiap tahun kasus kekerasan seksual mengalami peningkatan (Umar, Noviekayati, & Saragih, 2018).
Adanya kekerasan seksual juga menyebabkan munculnya memori dan emosi negatif anak
yang menyebabkan rasa takut,
marah, dan ketidakberdayaan
anak. Menurut (Ulum, Lestari, & Hertinjung, 2010). Adanya pengalaman anak yang mengalami kekerasan seksual akan berhubungan
dengan strees dan emosional anak di masa dewasa. Beberapa kasus kekerasan seksual yang dialami oleh anak yang terjadi di beberapa kota di Indonesia seperti kasus terhadap
anak di Jakarta Internasional
School (JIS) yang dilakukan oleh seorang petugas kebersihan di sekolah tersebut (Umar et al., 2018).
Berangkat dari
kerentanan anak sebagai korban kekerasan seksual, maka anak
perlu memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk melindungi diri dari ancaman kekerasan
seksual. Salah satunya melalui edukasi seksualitas pada anak usia dini. Edukasi
seksualitas merupakan upaya prevensi untuk melindungi anak dari kekerasan
seksual. Hal ini harus diupayakan mengingat beragam faktor resiko yang dapat terjadi pada anak. Beberapa faktor resiko tersebut
diantaranya pelaku kekerasan seksual justru orang yang dekat dengan anak (Crosson-Tower, 2005), anak seringkali tidak tahu bahwa
ia telah mengalami kekerasan seksual, dan anak atau keluarga tidak
berani melapor kekerasan yang dialaminya. (Hurairah, 2012)
menjelaskan bahwa anak tidak mau
menceritakan kekerasan seksual karena anak takut diancam
atau menghindari adanya tindakan hukum yang menimpa orang yang dicintainya, seperti keluarga.
Maka dari itu,
penerapan pendidikan seksual diperlukan sebagai pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada anak usia dini. Pendidikan seksual bertujuan untuk (a) membekali anak dengan pengetahuan,
keterampilan, sikap, nilai-nilai yang mendorong mereka dalam mewujudkan
kesehatan, kesejahteraan,
dan martabat; (b) mengembangkan
hubungan sosial dan perilaku seksual yang saling menghormati serta menciptakan lingkungan bahagia dan aman; dan (c) memahami perlindungan hak-hak pribadi (United Nations Educational, Scientific, 2018). Selain itu, pendidikan seksual secara umum berfokus pada penyampaian informasi mengenai kesehatan seksual dan reproduksi (Leung, Shek, Leung, & Shek, 2019).
Menurut (Europe, 2010)
menambahkan tujuan pendidikan seksual adalah suatu pengetahuan
mengenai fisiologi manusia dan sistem reproduksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program �You
and Me�.
Program ini merupakan
hasil pengembangan program edukasi kecakapan hidup sosial yang dikembangkan oleh Rutgers WPF Indonesia dan PKBI Pusat dengan bekerjasama dengan PKBI Jawa Tengah. Beberapa
sekolah sudah mulai menerapkan program ini di antaranya adalah PAUD � TK Taman Belia Candi dan TK Lab School Unnes yang telah mengimplementasikannya. Program ini
mengedukasi siswa mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas, melalui pengajaran nilai positif terhadap
tubuhm penghormatan dan kesetaraan antar jenis kelamin dan kelompok yang berbeda, mengenali berbagai tindakan yang membahayakan diri, dan menumbuhkan kepercayaan diri bahwa anak mampu
mencegah tindakan buruk yang bisa membahayakan diri, belajar mengenai otoritas dan menolak bentuk tindakan buruk.
Di sisi lain, pendidikan
seksual yang diberikan oleh
keluarga juga telah menunjukkan efektivitas dalam mengurangi perilaku kenakalan anak dan mencegah kekerasan seksual anak (Chaffin, Hecht, Bard, Silovsky, & Beasley, 2012), (Chaffin, Funderburk, Bard, Valle, & Gurwitch, 2011). Orang tua memang memiliki
peran besar dalam menyampaikan informasi pendidikan seksual kepada anak (Martin & Torres, 2014), (Martin & Luke, 2010)
yang dimulai dari hal-hal sederhana, seperti mengenalkan jenis kelamin dan sebagainya agar anak dapat terhindar dari kasus kekerasan
seksual (Paramastri & Priyanto, 2010)
(Stone, Ingham, & Gibbins, 2013)
dan (Stoppard, 2016)
turut mendukung pernyataan tersebut, yaitu orang tua yang memberikan kesadaran seksual dengan komunikasi yang sesuai akan memberikan dampak positif pada keamanan seksual. Menurut (Shin, Lee, & Min, 2019)
pun menyebutkan bahwa pendidikan seksual menjadi efektif ketika orang tua dengan anak telah
mampu mengkomunikasikan masalah seksualitas secara berkelanjutan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti
ingin mengetahui efektivitas program �You and Me� dalam
penerapan pendidikan seksual bagi anak
usia dini.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis
penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen
dengan pendekatan� kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan desain One Group Pre Test - Post Test Design (Sugiyono, 2016). Pengukuran yang dilakukan yaitu untuk mengukur
kemampuan subjek� dilakukan� sebelum dan sesudah� intervensi melalui program �You
and Me�. Hal yang diperhatikan yaitu
melalui adanya perbedaan� hasil pengukuran pada saat awal (O1) dan pengukuran kedua yaitu hasil� (O2).�
Dan subjek� diberikan� intervensi� yang� dilakukan� menggunakan program �You & Me�.
2. Partisipan Penelitian
Penentuan partisipan
dalam penelitian ini dengan menggunakan
teknik sampling purposive yaitu
dengan penentuan sample melalui pertimbangan tertentu. Adapun kriteria pertimbangannya, yakni (1) partisipan merupakan orang tua yang mempunyai anak berusia dini
2-6 tahun; (2) partisipan menerapkan pendidikan seksual di rumah karena penelitian ini ingin mengetahui
dampak apa saja dari penerapan
pendidikan seksual di keluarga. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada 5 partisipan yang sudah memenuhi kriteria. Sehingga diperoleh 5 partisipan yaitu dengan inisial IK, ES, RS, JU,
dan EN.
3. Prosedur
Sesuai desain
penelitian yang digunakan yaitu pre test � perlakuan � post test. Adapun prosedurnya diantaranya tahap awal berupa
persiapan (menentukan partisipan, menyusun tes pre-test dan post-test) dan pretest. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan perlakuan menggunakan program �You and Me� setelah
melakukan tahap pre test dengan melihat kemampuan awal anak usia
dini dalam penerapan pendidikan seksual. Selanjutnya peneliti melakukan tahap post test untuk mengukur kemampuan hasil setelah diberikan penerapan program �You and Me�. Perlakuan
dalam penelitian ini dilakukan beberapa
kali dengan menggunakan
program �You and Me�.
4. Analisis Data
Penelitian ini
menggunakan analisis data
statistic inferensial dengan
jenis statistik non-parametrik. Adapun tes yang digunakan adalah tes wilcoxon dengan
membandingkan selisih skor antara hasil
uji kemampuan penerapan pendidikan seksual anak usia dini
dengan skor pre-test dan post-test
serta dilengkapi dengan statistik deskriptif untuk memperkuat analisis data. Jumlah skor tertinggi
kemampuan penerapan pendidikan seksual yaitu 50 sedangkan pemerolehan skor yang terendah adalah 10. Rumus yang digunakan untuk mempresentasikan dalam bentuk presentase
(Ngalim Purwanto, 2006)
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
NP����������������� : Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R: Skor kemampuan penerapan pendidikan seksual anak usia dini
SM: Skor kemampuan penerapan pendidikan seksual maksimal
100: Bilangan tetap
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Adapun hasil dalam penelitian
ini menunjukkan data bahwa rata-rata anak usia dini masih
mengalami kesulitan dalam penerapan pendidikan seksual dalam kehidupan sehari-hari. Upaya pencegahan kekerasan seksual ini penting diberikan
kepada anak usia dini sebagai
upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk melindungi diri dari berbagai
ancaman kekerasan seksual yang terangkum dalam program pendidikan seksual. Pada saat sebelum mendapatkan program pendidikan seksual �You & Me�
rata-rata memperoleh skor
20 dengan persentase 40 %.
Hal ini menandakan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk melindungi diri dari kekerasan
seksual sendiri ini masih rendah.
Sehingga diperlukan program
�You & Me� yang bisa menjadikan
anak usia dini memperoleh salah satu prevensi terhadap
kekerasan seksual.
Program
�You and Me� merupakan salah satu
prevensi kekerasan seksual yang diterapkan di PAUD �
TK Taman Belia Candi dan TK Lab School semenjak 2016
yang dileburkan ke dalam kurikulum dan pembiasaan sehari - hari. Semenjak tahun 2016, PAUD � TK Taman Belia Candi dan TK Lab School Unnes telah mengimplementasikan
program �Aku dan Kamu� yang merupakan
hasil pengembangan program edukasi kecakapan hidup sosial yang dikembangkan oleh Rutgers WPF Indonesia dan PKBI Pusat dengan bekerjasama dengan PKBI Jawa Tengah. Program ini
mengedukasi siswa mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas, melalui pengajaran nilai positif terhadap
tubuhm penghormatan dan kesetaraan antar jenis kelamin dan kelompok yang berbeda, mengenali berbagai tindakan yang membahayakan diri, dan menumbuhkan kepercayaan diri bahwa anak mampu
mencegah tindakan buruk yang bisa membahayakan diri, belajar mengenai otoritas dan menolak bentuk tindakan buruk.
Meskipun
demikian, pendidikan seksual tidak terbatas
pada penerapan di sekolah tetapi diterapkan oleh orang tua sebagai orang terdekat anak. Penelitian ini bertujuan memberikan
gambaran mengenai dampak pendidikan seksual yang diterapkan keluarga pada anak. Setelah mendapatkan program �You and Me� maka
dilakukan post-test yang digunakan
untuk melihat efektivitas pada program ini untuk penerapan pendidikan seksual.
1.
Pre-test
Jumlah
tes yang digunakan pada
pre-test adalah 10 soal.� Gambaran awal kemampuan penerapan pendidikan seksual anak usia dini
adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Perolehan skor pre-test
kemampuan penerapan pendidikan seksual anak usia dini
No |
Partisipan |
Skor Maksimal |
Skor yang diperoleh |
Persentase |
1 |
IK |
50 |
20 |
40% |
2 |
ES |
50 |
21 |
42% |
3 |
RS |
50 |
20 |
40% |
4 |
JU |
50 |
20 |
40% |
5 |
EN |
50 |
20 |
40% |
Berdasarkan data yang disajikan dalam table 1, diperoleh data skor
pre-test sebelum penerapan program �You and Me� masih dikatakan rendah apabila
dibandingkan dengan skor maksimal yaitu 50 dengan hasil persentase 100%. Hasil
perolehan skor yang tertinggi yaitu 21 dengan persentase 42% dan terendah 20
dengan presentase 40%. Penyebab pemerolehan skor kemampuan masih rendah karena
pengetahuan anak usia dini masih rendah mengenai pendidikan seksual.
Berdasarkan hasil pemerolehan skor tertinggi didapatkan oleh ES. Hal ini disebabkan
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor anak usia dini dalam memahami pemahaman
pendidikan seksual. Sehingga ES berusaha mengenal dan memahami dengan maksimal
mengenai pendidikan seksual. Skor pre-test kemampuan penerapan pendidikan
seksual sebelum mendapatkan materi �You & Me� dapat lebih dijelaskan
melalui histogram berikut:
Gambar 1
Histogram hasil
perolehan skor pre-test penerapan pendidikan seksual anak usia dini
2.
Post
test
Post-test dilakukan dengan cara tes lisan. Setiap soal memiliki skor tertinggi
5 dan skor terendah 1. Hasil dari skor kemampuan penerapan pendidikan seksual
bagi anak usia dini sehingga menghasilkan skor total post-test.
Tabel 2
Perolehan skor post-test kemampuan penerapan pendidikan
seksual anak usia dini
No |
Partisipan |
Skor Maksimal |
Skor yang diperoleh |
Presentase |
1 |
IK |
50 |
45 |
90% |
2 |
ES |
50 |
41 |
82% |
3 |
RS |
50 |
44 |
88% |
4 |
JU |
50 |
44 |
88% |
5 |
EN |
50 |
42 |
84% |
Dari data yang disajikan dalam table 2, menunjukkan bahwa skor post-test
lebih besar apabila dibandingkan dengan skor maksimal yaitu 50 dengan
presentase 100%. Perolehan skor tertinggi yaitu 50 dengan presentase 90 % dan
terendah 40 dengan presentase 82 %. Skor post-test kemampuan untuk penerapan
pendidikan seksual dengan menggunakan program �You and Me� dapat lebih
dijelaskan melalui histogram berikut:
Gambar 2
Histogram hasil perolehan
skor post-test penerapan pendidikan seksual anak usia dini
Dari data yang disajikan dalam
histogram, menunjukkan bahwa skor post-test lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan skor pre-test dan mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Perolehan
skor tertinggi yaitu 50 dengan presentase 90 % dan terendah 10 dengan
presentase 82 %.
3.
Analisis
Data dan Pengujian Hipotesis
Data yang telah dihimpun dari pre-test dan post-test kemudian
dibandingkan untuk mengetahui apakah efektif program �You & Me� terhadap
penerapan pendidikan seksual bagi anak usia dini. Berikut disajikan table kemampuan
awal (pre-test) dan kemampuan akhir (post-test) kelima subjek.
Tabel 3
Perolehan skor pre-test
dan post-test kemampuan
penerapan pendidikan seksual anak usia
dini
No |
Partisipan |
Skor Maksimal |
Skor pre-test |
Persentase pre-test |
Skor post-test |
Persentase post-test |
1 |
IK |
50 |
20 |
40% |
45 |
90% |
2 |
ES |
50 |
21 |
42% |
41 |
82% |
3 |
RS |
50 |
20 |
40% |
44 |
88% |
4 |
JU |
50 |
20 |
40% |
44 |
88% |
5 |
EN |
50 |
20 |
40% |
42 |
84% |
Gambar
3
Histogram perubahan positif kemampuan penerapan
pendidikan seksual anak usia dini hasil dari data pre-test dan post-test
Data pada histogram dapat menjelaskan bahwasanya pre-test subjek IK
adalah 40% namun setelah mendapat perlakuan program �You and Me�, maka subjek
IK dapat berubah menjadi 90%. Pada subjek ES perubahan yang dialami menjadi
lebih baik juga, terlihat dari presentase pre-test adalah 42% sedangkan setelah
mendapatkan program �You and Me� hasil persentase post-test sebesar 82%. Subjek
RS juga mengalami perubahan yang lebih baik dalam kemampuan implementasi
pendidikan seksual bagi anak usia dini yaitu dengan ditunjukkan adanya
peningkatan dari skor pre-test 40% dan skor post-test 88%. Subjek JU juga
mengalami perubahan positif yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor
nilai sebelum perlakuan dengan menggunakan program �You and Me� yaitu dengan
skor pre-test 40,0% kemudian skor post-test 88%. Selain itu, subjek EN juga
mengalami perubahan positif pada kemampuan penerapan pendidikan seksual bagi
anak usia dini yaitu perubahan dari skor pre-test 40% dan skor post-test 84%.
Berdasarkan data tersebut maka masing-masing subjek mengalami perubahan yang
lebih baik dengan IK mengalami perubahan sebesar 50.0%, ES mengalami perubahan
40%, RS mengalami perubahan 48%, JU mengalami perubahan sebesar 48%, dan EN
mengalami perubahan sebesar 44%.
Setelah diperoleh hasil data pre-test dan post-test maka peneliti
melanjutkan dengan uji hipotesis untuk mengetahui program �You and Me� efektif
atau tidak terhadap kemampuan penerapan pendidikan seksual bagi anak usia dini.
Adapun uji hipotesis yang digunakan adalah tes Wilcoxon. Tahap-tahap uji
hipotesis sesuai dengan tahapan Sidney Siegel adalah sebagai berikut:
1.
Penentuan
Hipotesis Nol
Ha :Program �You and Me� sangat efektif untuk
digunakan dalam penerapan pendidikan seksual bagi anak usia dini.
H0 :Program �You and Me� tidak efektif untuk
digunakan dalam penerapan pendidikan seksual bagi anak usia dini.
2.
Tes Statistik
Tabel 4
Perubahan skor kemampuan
penerapan pendidikan seksual anak usia dini
No |
Subjek |
Skor pre-test |
Skor post-test |
d |
Ranking d |
Ranking tanda yang lebih kecil frekuensinya |
1 |
IK |
20 |
45 |
25 |
5 |
0 |
2 |
ES |
21 |
41 |
20 |
1 |
0 |
3 |
RS |
20 |
44 |
24 |
3.5 |
0 |
4 |
JU |
20 |
44 |
24 |
3.5 |
0 |
5 |
EN |
20 |
42 |
22 |
2 |
0 |
T= 0 |
Keterangan:
T hitung �������� = 0 (jumlah tanda yang lebih kecil
frekuensinya)
N�������������������� = 5 (Jumlah Subjek)
Selanjutnya adalah mengecek hasil table IX� Robert L. McCormack yang terdapat dalam J. Supranto tahun
2001, maka dapat disimpulkan bahwa nilai T nya
adalah adalah 0. Tes ini memakai taraf signifikansi 1% atau α = 0,01.
Dikarenakan hasil akhir yang diperoleh T hitung mendapatkan skor sama dengan T
table maka T hitung posisinya berada di daerah penolakan Ho dengan menggunakan
taraf signifikansi 0,01. Oleh sebab itu, berdasarkan hasil akumulasi dari
perhitungan tersebut kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi
dapat disimpulkan bahwa program �You and Me� efektif untuk digunakan dalam
pendidikan seksual bagi anak usia dini dengan taraf signitikansi yang sangat bagus.
B.
Pembahasan
Pendidikan seksual merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
diajarkan kepada seorang anak usia dini. Kekerasan seksual sendiri di lakukan
dengan sengaja kepada seseorang yang bersifat seksual. Selain itu, kekerasan
seksual itu juga terjadi apabila terjadi percobaan perkosaan, perkosaan, sadism
dalam hubungan seksual. Di samping itu, juga terdapat aktivitas seksual lain
yang tidak disukai, merendahkan dan menyakiti atau melukai korban. Hal ini dapat
terjadi karena adanya berbagai modus di antaranya adalah membujuk korban dengan
memberikan uang, membelikan sesuatu yang diinginkan oleh korban, pelaku juga mengajak korbak supaya
bisa bermain bersama dan pelaku merasa melakukan kekerasan seksual pada korban
ketika berada di tempat yang aman (Hertinjung, 2009).
Adanya korban kekerasan seksual maka perlu adanya pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan untuk melindungi diri dari adanya kekerasan seksual.
Salah satunya adalah adanya pendidikan seksual pada usia dini. Pendidikan
seksualitas ini berfungsi sebagai upaya preventif dalam mencegah kekerasan
seksual. Pendidikan seksual ini memerlukan peran yang sangat besar dari
lingkungan terdekat anak usia dini di antaranya melalui lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat. Peran yang sangat besar dalam pemberian pendidikan seksual
yaitu melalui lingkungan keluarga. Pendapat ini diperkuat dengan pendapat dari (Chaffin et al., 2012)
dan (Chaffin et al., 2011) yang menyatakan bahwa pendidikan seksual yang
diberikan oleh keluarga juga telah menunjukkan efektivitas dalam mengurangi
perilaku kenakalan anak dan mencegah kekerasan seksual anak. Keluarga terutama
orang tua memiliki andil dan peran yang sangar besar dalam menyampaikan
pendidikan seksual kepada anak (Martin & Torres, 2014), (Martin & Luke, 2010).
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pendidikan seksual yaitu
melalui program �You & Me�. program �Aku dan Kamu� yang merupakan hasil
pengembangan program edukasi kecakapan hidup sosial yang dikembangkan oleh
Rutgers WPF Indonesia dan PKBI Pusat dengan bekerjasama dengan PKBI Jawa
Tengah. Program ini mengedukasi siswa mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas,
melalui pengajaran nilai positif terhadap tubuh penghormatan dan kesetaraan
antar jenis kelamin dan kelompok yang berbeda, mengenali berbagai tindakan yang
membahayakan diri, dan menumbuhkan kepercayaan diri bahwa anak mampu mencegah
tindakan buruk yang bisa membahayakan diri, belajar mengenai otoritas dan
menolak bentuk tindakan buruk.
Hal ini juga sesuai dengan tujuan pendidikan seksual yang diungkapkan
oleh (Martyniuk & Dworkin, 2011)
yang mempromosikan edukasi seksualitas kepada anak dengan menekankan beberapa
hal, yakni mengenali bahaya kekerasan seksual dengan mengetahui sentuhan yang
boleh dan tidak boleh diterima anak. Selain itu, (Martyniuk & Dworkin, 2011) juga mengajarkan anak untuk melindungi diri dan berani
melaporkan yang ia alami kepada orang lain. Banyak program pendidikan seksual
yang berupaya mengenalkan anak pada perilaku yang tidak pantas dan melatih respon
anak yang sesuai terhadap perbuatan orang tersebut (Finkelhor, 2009), (Topping & Barron, 2009), (Kenny & Wurtele, 2008), (Walsh, Zwi, Woolfenden, & Shlonsky, 2015). Selain
memahami perlindungan diri, pendidikan seksual juga membuat anak meningkatkan
keterampilan hidup yang mereka butuhkan, tidak hanya berkaitan dengan melindungi
diri (Thompson, 1992). Dalam penelitian
ini, didapatkan data bahwa terdapat anak yang sudah mampu berpakaian dengan
lengkap, mandi sendiri dengan pintu tertutup dan menutup tubuh setelah mandi.
Program ini juga mengedepankan tujuan dalam pendidikan seksual semenjak
dini yaitu dengan sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri supaya memiliki
rasa aman. Pendapat ini didukung oleh (Bonjour & Van Der Vlugt, 2018)
juga menyebutkan bahwa tujuan pendidikan seksual adalah untuk memahami
seksualitas pada diri anak supaya memiliki rasa aman, saling merawat, dan
bertanggung jawab atas kesehatan diri sendiri. Memahami tubuh dan menjaganya juga
merupakan salah satu dampak yang sederhana dari pendidikan seksual pada anak
usia dini. Pada penelitian ini, partisipan menyatakan bahwa anak mereka sudah
memahami tubuh, termasuk alat kelamin dan namanya yang sebenarnya. Sebuah studi
menyebutkan bahwa orang tua sebaiknya menyebutkan nama alat kelamin dengan nama
yang jelas atau tanpa disamarkan kepada anak (G�der & Alabay, 2018). Orang tua
dalam penelitian ini, didukung oleh pendidikan dari sekolah mampu menjelaskan
nama alat kelamin yang sebenarnya sehingga anak sudah mengetahui nama alat kelamin
tanpa disamarkan. (Nurmanina, 2012)
menyebutkan bahwa orang tua dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh serta
menggunakan bahasa yang benar atau bukan bahasa anak supaya anak tidak
menganggap bagian tubuh tersebut memalukan atau aneh. Tidak hanya pemahaman
tentang organ tubuh dan alat kelamin, menurut Rachmaniar tahun 2016, pendidikan seksual juga mengajarkan perbedaan
anak laki-laki dan perempuan, serta proses kelahiran anak.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan program �You & Me�
dalam pendidikan seksual bagi anak usia dini, pada uji hipotesis, disimpulkan
bahwasanya program ini sangat berpengaruh dan memiliki keefektifan yang sangat
signifikan terhadap pendidikan seksual bagi anak usia dini. Penelitian tersebut
melibatkan 5 partisipan. Perubahan kemampuan pendidikan seksual menjadi lebih
baik pada kelima partisipan yaitu terlihat dengan data hasil penguasaan
kemampuan pendidikan seksual sebelum mendapatkan program �You & Me� atau
skor pre-test dan skor post-test setelah perlakuan terhadap anak usia dini.
Hasil tersebut sesuai dengan penjabaran bahwa partisipan IK pada awal
sebelum mendapatkan perlakuan (pre-test) implementasi program �You & Me�
yaitu memperoleh skor 20 dari skor maksimal 50 atau presentasenya 40%. Setelah
mendapatkan perlakuan dengan implementasi program �You & Me� partisipan IK
mendapatkan skor 21 dari skor maksimal 60 atau presentasenya 42%. Perubahan
positif yang telah diperoleh oleh IK yaitu sebesar 25 skor dengan presentase
perubahan 50,0%.
Perubahan kemampuan pendidikan seksual ini ditunjukkan melaui data
pre-test dan post-test. Berdasarkan pemerolehan data menunjukkan bahwa pada
rata-rata pre-test seluruh partisipan memiliki rata-rata skor 20,2. Sedangkan
setelah mendapatkan perlakuan melalui program �You & Me�, pada seluruh partisipan
berada pada skor post-test 43,2. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat
perubahan yang signifikan pada semua subjek yang lebih baik dengan pencapaian
23. Maknanya pada presentase pre-test, rata-rata pemerolehan pre-test sebesar
40,4 % sedangkan pada presentase post-test sebesar 86,4%.� Sehingga dapat diketahui adanya rata-rata
perubahan pada semua partisipan sebesar 46 %.
Berdasarkan akumulasi hasil data pada histogram dapat dijelaskan bahwasa
pre-test partisipan IK adalah 40% namun setelah memperoleh program �You &
Me�, mendapatkan perubahan menjadi 90%. Selanjutnya adalah partisipan ES
mengalami perubahan positif yang lebih baik, terangkum dari presentase pre-test
adalah 42% dengan hasil post-test 82%. Hal ini juga terjadi pada partisipan RS
berhasil menunjukkan perubahan yang lebih baik dalam pendidikan seksual yaitu
dengan dibuktikan adanya perubahan positif dari skor awal pre-test 40% dan
peningkatan skor post-test menjadi 88,0%. Partisipan JU sama halnya dengan yang
lain juga mengalami perubahan positif yaitu dari pemerolehan skor pre-test awal
40,0% selanjutnya memperoleh skor post-test 88%. Selain itu, EN juga mengalami
perubahan positif yang signifikan dengan akumulasi data skor pre-test 40% dan
skor post-test 84%.
Akumulasi total berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
terjadi perubahan positif yang signifikan untuk masing-masing partisipan dengan
IK mengalami perubahan sebesar 50.0%, ES mengalami perubahan 40%, RS mengalami
perubahan 48%, JU mengalami perubahan sebesar 48%, dan EN mengalami perubahan
sebesar 44%. Adapun hasil dari pembahasan peneliti ini, secara keseluruhan
yaitu kelima partisipan mengalami perubahan positif yang sangat signifikan
karena adanya pengaruh dari program �You & Me�. Perubahan terjadi setelah
adanya perlakuan terhadap kelima partisipan IK,ES, RS, JU dan EN. Berdasarkan
hasil akumulasi total pada pre-test, kelima partisipan rata-rata mendapatkan
skor 20,2 dengan presentase 40,4%. Kemudian setelah mendapatkan perlakuan
dengan memperoleh program �You & Me� dan selanjutnya akan dilakukan
post-test, hasil akumulasi skor yang diperoleh kelima partisipan rata-rata 43,2
deegan persentase 86,4%. Oleh sebab itu, pemrolehan skor rata-rata perubahan
positif kelima subjek sebesar 23 dengan presentase 46%.
�Selain itu,
karena hasil yang diperoleh T hitung sama dengan T table maka T hitung berada
di posisi daerah penolakan Ho dengan taraf signifikansi 0,01. Oleh sebab itu,
berdasarkan perhitungan tersebut dapat ditarik keputusan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima. Sehingga, kesimpulannya adalah terdapat keefektifan yang sangat
signifikan pada program �Ypu & Me� terhadap pendidikan seksual bagi anak
usia dini.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
analisis data pada implementasi
program �You & Me� terhadap pendidikan
seksual bagi anak usia dini
dapat ditarik kesimpulan bahwa efektif dengan taraf signifikan yang sangat positif. Perolehan skor pre-test menunjukkan kelima partisipan memiliki akumulasi skor 20,2 dengan presentase 40,4%. Kemudian setelah mendapatkan perlakuan dengan memperoleh program �You & Me� dan selanjutnya
akan dilakukan post-test, hasil akumulasi skor yang diperoleh kelima partisipan rata-rata 43,2 deegan persentase 86,4%. Oleh sebab itu, pemrolehan
skor rata-rata perubahan positif kelima subjek sebesar 23 dengan presentase 46%.
Efektifitas implementasi
program �You and Me� terhadap pendidikan
seksual bagi anak usia dini
juga dibuktikan dengan menggunakan hasil uji statistic
nonparametric melalui tes
Wilcoxon dengan hasil akhir T hitung ≤ T table dengan harga T hitung 0 dan harga T table 0 dengan taraf signifikansi
yang digunakan α =0,01 maka
Ha diterima dan Ho ditolak.
Sehingga, kesimpulannya adalah terdapat keefektifan yang sangat signifikan
pada program �You & Me� terhadap pendidikan seksual bagi anak usia
dini.
BIBLIOGRAFI
Bonjour, Maeva, & Van Der Vlugt, Ineke.
(2018). Comprehensive Sexuality Education. Sydney, NSW, Australia. Knowledge
File.Google Scholar
Bott, Sarah, Guedes, Alessandra, Goodwin,
Mary M., & Mendoza, Jennifer Adams. (2012). Violence against women in
Latin America and the Caribbean: A comparative analysis of population-based
data from 12 countries. Google Scholar
Chaffin, Mark, Funderburk, Beverly, Bard,
David, Valle, Linda Anne, & Gurwitch, Robin. (2011). A combined motivation
and parent�child interaction therapy package reduces child welfare recidivism
in a randomized dismantling field trial. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 79(1), 84. Google Scholar
Chaffin, Mark, Hecht, Debra, Bard, David,
Silovsky, Jane F., & Beasley, William Howard. (2012). A statewide trial of
the SafeCare home-based services model with parents in Child Protective
Services. Pediatrics, 129(3), 509�515. Google Scholar
Crosson-Tower, Cynthia. (2005). Understanding
child abuse and neglect. Boston : Allyn and Bacon. Google Scholar
Europe, W. H. O. (2010). Standards for
Sexuality in Europe. A Framework for Policy Makers, Educational and Health
Authorities and Specialists. Cologne: WHO Europe and Federal Centre for
Health Education BZgA. Http://Www. Oif. Ac. at/Fileadmin/OEIF/Andere_Publikationen/WHO_BZgA_Standards.
Pdf. Google Scholar
Finkelhor, David. (2009). The prevention of
childhood sexual abuse. The Future of Children, 169�194. Google Scholar
Fry, Deborah, & Blight, Stephen.
(2016). How prevention of violence in childhood builds healthier economies and
smarter children in the Asia and Pacific region.; BMJ Global Health, 1(Suppl
2). Google Scholar
Fu�ady, Muh Anwar. (2011). Dinamika
psikologis kekerasan seksual: Sebuah studi fenomenologi. Psikoislamika:
Jurnal Psikologi Dan Psikologi Islam, 8(2).191-208 Google Scholar
G�der, Sevcan Yagan, & Alabay, Erhan.
(2018). Children�s Questions and Answers of Parents: Sexual Education Dilemma. International
Journal of Progressive Education, 14(6), 138�151. Google Scholar
Hertinjung, Wisnu Sri. (2009). The
dinamyc of causes of child sexual abuse based on availability of personal space
and privacy. 6(5) 64-7. Google Scholar
Hurairah, A. (2012). Kekerasan terhadap
Anak. Bandung: Nusa Press.
Kenny, Maureen C., & Wurtele, Sandy K. (2008).
Preschoolers� knowledge of genital terminology: A comparison of English and
Spanish speakers. American Journal of Sexuality Education, 3(4),
345�354. Google Scholar
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. (2018).
Laporan Kinerja Komisi Perlindungan Anak Indonesia-2017. Www.Kpai.Go.Id.
Leung, Hildie, Shek, Daniel T. L., Leung,
Edvina, & Shek, Esther Y. W. (2019). Development of contextually-relevant
sexuality education: Lessons from a comprehensive review of adolescent
sexuality education across cultures. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 16(4), 621. Google Scholar
Martin, Karin A., & Luke, Katherine.
(2010). Gender differences in the ABC�s of the birds and the bees: What mothers
teach young children about sexuality and reproduction. Sex Roles, 62(3),
278�291. Google Scholar
Martin, Karin A., & Torres, Jennifer M.
C. (2014). Where did I come from? US parents� and preschool children�s
participation in sexual socialisation. Sex Education, 14(2), 174�190. Google Scholar
Martyniuk, H., & Dworkin, E. (2011). Child
sexual abuse prevention: Programs for children. Enola, PA: National Sexual
Violence Resource Center. Google Scholar
Ngalim Purwanto, M. (2006). Ilmu Pendidikan
Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Google Scholar
Nirody, A., Machl, S., & Robertson, A.
S. (2017). Ending Violence Against Women Today (p. 1). United Nations
Development Programme. Www.Id.Undp.Org.
Nurmanina, Agustin. (2012). Pendidikan
Seks Dalam Keluarga Di Era Modern (Studi Pada Sepuluh Keluarga Yang Mempunyai
Anak Remaja Perempuan Di Kelurahan Banguntapan, Kecamatan Banguntapan,
Kabupaten Bantul). Universitas Gadjah Mada. Google Scholar
Paramastri, Ira, & Priyanto, Muchammad
A. (2010). Early prevention toward sexual abuse on children. Jurnal
Psikologi, 37(1), 1�12. Google Scholar
Shin, Hyewon, Lee, Jung Min, & Min, Ji
Young. (2019). Sexual knowledge, sexual attitudes, and perceptions and actualities
of sex education among elementary school parents. Child Health Nursing
Research, 25(3), 312�323. Google Scholar
Stone, Nicole, Ingham, Roger, &
Gibbins, Katie. (2013). �Where do babies come from?�Barriers to early sexuality
communication between parents and young children. Sex Education, 13(2),
228�240. Google Scholar
Stoppard, Miriam. (2016). Questions children ask
and how to answer them. New York, Amerika Serikat. Random House. Google Scholar
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & E. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sumera, Marchelya. (2013). Perbuatan
Kekerasan/Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan. Lex et Societatis, 1(2).
39-49. Google Scholar
Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta. Google Scholar
Thompson, Richard T. (1992). Observations
on the morphology and classification of weevils (Coleoptera, Curculionoidea)
with a key to major groups. Journal of Natural History, 26(4),
835�891. Google Scholar
Topping, K. J., & Barron, I. G. (2009).
�School-‐based CSA prevention programs: a review of evidence. Review
of Educational Research, 79(1), 431�463. Google Scholar
Ulum, Prima Nurul, Lestari, Sri, &
Hertinjung, Wisnu Sri. (2010). Romantisme Wanita Korban Kekerasan Seksual Pada
Masa Kanak-kanak. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi. 12 (2). 126-136 Google Scholar
Umar, Nurul Mahmudah, Noviekayati, IGAA,
& Saragih, Sahat. (2018). Efektivitas personal safety skill terhadap peningkatan
kemampuan mencegah kekerasan seksual pada anak ditinjau dari jenis kelamin. Indigenous:
Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(1), 45�50. Google Scholar
United Nations Educational, Scientific, and
Cultural Organization. (2018). Why Comprehensive Sexuality Education is
Important. Www.En.Unesco.Org.
Walsh, Kerryann, Zwi, Karen, Woolfenden, Susan,
& Shlonsky, Aron. (2015). School‐based education programmes for the
prevention of child sexual abuse. Cochrane Database of Systematic Reviews,
(4).1-121.
Ellya Rakhmawati, Tri Suyati, Wiwik Kusdaryani, Suhendri (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |