Syntax Idea : p�ISSN: 2684-6853� e-ISSN : 2684-883X
Vol. 2, No. 2 Februari 2020
PERANAN
PUBLIC RELATION DALAM MENINGKATKAN
KREDIBILITAS INFLUENCER PADA
UNIVERSITAS KEBANGSAAN BANDUNG
Gita
Eka Sila
Fakultas Ilmu Sosial dan Sastra Universitas Kebangsaan
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini memiliki
tujuan untuk mengetahui seberapa penting peran public relations dalam meningkatkan kredibilitras influencer yang ada
di universitas kebangsaan bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Sedangkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa peran public relation dalam penelitian ini yaitu sebagai wadah
dan fasilitator bagi mahasiswa yang memiliki potensi menjadi influencer di era
4.0 ini, dan diketahui terdapat faktor yang mendukung dan hambatan bagi public relation dalam proses
tersebut.
Kata kunci: public relation,
kredibilitas, influencer
Pendahuluan
Dalam
kurang dari tujuh tahun kebelakang
dunia media sosial terutama
Instagram mengambil peran penting dalam mempromusikan
produk. Dalam konteks tersebut bermunculah pihak ketiga yang disebut Digital Influenser.
Digital Influenser
ini adalah mereka yang mempunyai popularitas yang tinggi yang tidak mesti dari
kalangan entertainer, artis
maupun public figure melainkan
mereka yang memiliki
follower dalam akun pribadinya.
Kemajuan
teknologi pada perkembangan
komunikasi dan informasi telah mebuat peradaban
manusia saat ini terutama internet adalah karya manusia
yang sangat spektakuler (Nuruzzaman, 2018).
Dalam terminoligi Microcelebrity yang merupakan
cara baru dalam dunia online dimana seseorang meningkatkan popularitasnya dengan berbagai cara� diinternet
dengan menggunakan social media
dengan menjadi selegram, vlogger, selegram
dengan memanfaatkan situs jejaring sosial yang ada. Microcelebrity �juga dapat dipahami sebagai suatu praktik dimana
seseorang dianggap sebagai basis penggemar
(fanbase), yang kepopulerannya dikelola
melalui manajemen penggemar, dan presentasi diri seseorang secara hati-hati dikonstruksi sebagai bahan konsumsi orang lain� (Marwick, 2013).
Terminologi lain untuk fenomena ini antara
lain: key opinion leader (KOL),
vlogger, selebgram, sosial
media influencer atau
untuk tema yang lebih spesifik seperti Beauty Gurus, Fashion blogger/vlogger, buzzer dan
lain-lain. Kesamaan diantara
terminologi tersebut adalah pengunaan platform sosial media/media digital dalam membangun fan base/followers (Evelina & Handayani, 2018).
Para digital influencer ini
menjalankan fungsi promosinya dengan menggunakan metode word of Mouth (WOM). Kesuksesan
fungsi promosi dengan menggunakan digital influencer ini
telah di buktikan oleh
survey statistik dari majalah forbes yang mengungkapkan 92% konsumen lebih percaya kepada
influencer dibandingkan
dengan cara endorse tradisional dan iklan oleh selebriti, maka tak aneh jika
digital influencer ini dapat menjalankan
fungsi promosi lebih efektif melalui� word of post.
Kehadiran
media sosial memungkinkan
PR untuk terlibat dalam peran manajemen
strategis organisasi (McDonald & Hebbani, 2011).
Praktisi PR yang punya kompetensi
menggunakan media sosial mendapatkan pengakuan dalam proses pengambilan keputusan organisasi atau perusahaan (Diga & Kelleher, 2009).
Salah satu
peran manajerial PR berkaitan dengan media sosial adalah keterlibatan
dalam penyusunan peraturan media sosial untuk kalangan internal perusahaan. Peran sebagai pembuat kebijakan media sosial, menurut pandangan Breakenridge, memang belum terlalu populer
namun hal tersebut mendesak untuk dilakukan: �once less
known and vacant spot needs to be� lled quickly� (Breakenridge, 2012).
Media sosial
memang ibarat �pedang bermata
dua� bagi perusahaan atau� organisasi. Di satu sisi memang
memudahkan berkomunikasi dengan publik baik
itu internal maupun eksternal. Namun di sisi lain, karyawan
kadang tak mempertimbangkan risiko penggunaan media sosial. Karena ketidakhati-hatian tersebut, karyawan mungkin mem-posting.
informasi
sensitif atau menuliskan hal-hal yang buruk terkait perusahaan
sehingga merusak reputasi perusahaan tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan perlu memiliki kebijakan terkait media sosial.
Berdasarkan
latar belakang tersebut penelitian ini dibuat, dengan
rumusan masalah bagaiaman peran public relation dalam
meningkatkan kredibilitas influencer pada Universitas
Kebangsaan Bandung.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif yang dipandang sebagai bentuk kritik kepada
positivisme dan para ahli menyebutkan sebagai post positivisme. Hal ini dikarenakan adanya pandangan bahwa hanya penelitian kuantitatif yang pemikirannya didasari oleh empirisme, idealisme, kritismem dan rasionalisme (Bungin, 2009).
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut (Nazir, 2003) metode deskriptif adalah suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang.
Data dikumpulkan
dengan menggunakan metode: Field
research (penelitian lapangan),
yaitu metode penelitian yang bertujuan mengumpulkan data primer dengan cara: Melakukan observasi terlibatdan melakukan wawancara langsung dengan beberapa informan yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan permasalahan
yang diteliti.
Analisis
data merupakan hal yang perlu dilakukan untuk menguji kevaliditasan
sebuah data. Analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif model
Miles dan Huberman dalam (Iskandar, 2008) menambahkan bahwa analisis data model Miles dan Huberman dilakukan
dalam empat (4) langkah yaitu : Reduksi data, Kategorisasi data, Penyajian datadan pengambilan kesimpulan (serong disebut tahap verifikasi).
Hasil dan Pembahasan
A. Peran
Public relation Dalam
Meningkatkan Kredibilitas
Influencer Pada Universitas Kebangsaan
Bandung
Seperti
yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, yang menjadi pokok permasalahan penelitian ini adalah bagaimana peran public
relations dalam meningkatkan
kredibilitas influencer
dan faktor-faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat yang ditemukan public
relations dalam meningkatkan
kredibilitas influencer.
Dalam memperoleh hasil penelitian mengenai permasalahan diatas penulis melakukan wawancara mendalam dengan pihak universitas dan melakukan pengamatan atau observasi langsung, serta mencari informasi yang berkaitan dengan penelitian di universitas tersebut.
Teknik�� atau� metode� yang� digunakan� penulis� dalam� penelitian� ini� adalah wawancara mendalam dan observasi kepada universitas kebangsaan yang� dianggap� mampu� memberikan� informasi� terkait� penelitian penulis. Penulis� mendapatkan� penemuan-penemuan� dari� penelitian� yang� dilakukan yaitu: public�
relations dianggap sangat
berperang penting dalam sebuah instansi
pengelolaan pendidikan terutama sebagai building image di mata
publik, karena public�
relations sudah ada
sejak berdirinya universitas tersebut. dan alasan mengapa public relations penting� bagi universitas� ini,� karena public� relations yang� membentuk� citra� universitas,� mempublikasikan
Program-program universitas dan memberi
pengarahan kepada mahasiswa agar menjadi mahasiswa terbaik, itu semua menjadi
tanggung jawab public relations sebagai
jembatan antara universitas dengan publiknya.
Peran public
relations dianggap sebagai
orang yang ahli atau ujung tombak universitas.
Dia orang yang mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan universitas. Karena public
relations sendiri yang turun
langsung membina mahasiswanya agar mereka betul-betul belajar dengan baik khususnya
bidang komunikasi.
Seperti yang dijelaskan oleh Rektor Universitas Kebangsaan �Public
relations dibantu oleh dosen
dan mahasiswa, public
relations disini tugasnya
selain mengelolah sistem pemasaran internal dan eksternal universitas, juga mempunyai peran penting dalam meningkatan
ekstrakulikuler mahasiswa dibidang penguasaan IT khususnya media sosial�.
Peran public
relations dalam proses pemecahan
masalah. Pada peran ini public relations melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap managemen
(krisis). Menangani krisis dalam universitas
merupakan peran yang berkaitan dengan pengembalian nama baik universitas atau membangun identitas universitas setelah terjadinya krisis akibat penurunan
eksistensi universitas. Peran public
relations diperlukan agar krisis
tersebut dapat terpecahkan melalui kegiatan komunikasi, dan dapat mengembalikan nama baik universitas.
Sehingga universitas dapat terus berdiri
kokoh dalam menghadapi persaingan global.
Seperti yang dijelaskan oleh ketua prodi ilmu
komunikasi Universitas Kebangsaan Bandung
�Majunya teknologi informasi era 4.0 ini, berdampak pada kreatifitas kaum milenial untuk
memperoleh penghasilan tanpa adanya keterikatan.
Begitupun mahasiswa universitas kebangsaan ini harus bisa
mengikuti perkembangan tersebut. Banyak contoh selegram-selegram di Instagram, youtuber pada platform youtube bahkan vloger-vloger pada youtube maupun instagram dan twitter. Peluang besar untuk
anak muda jaman sekarang untuk bisa berkarya
dan populer di media sosial�.
Peranan public
relations kemudian mengacu
pada pelaksana teknis komunikasi dengan sistem pembelajaran ekstrakulikuler maupun pembelajaran di kelas yaitu melakukan kegiatan komunikasi atas dasar kebijakan
dari universitas dengan berbagai strategi. Dengan peranan diatas inilah public
relations Universitas Kebangsaan
Bandung menjadikan acuan
agar mahasiswa bisa berkembang dengan menguasai knowledge
menjadi influencer �bernilai positif di mata masyarakat.
Adapun peran yang dilakukan public
relations Universitas Kebangsaan
Bandung dalam meningkatkan kredibilitas influencer �yaitu:
1.
Menjaga hubungan dengan berbagai pihak
Menjaga hubungan harmonis dengan beberapa pihak dilakukan bertujuan untuk mendapat nilai baik influencer �dan instansi atau citra yang baik di mata publik.
Dalam membangun nilai baik influencer �dan citra universitas tentunya hal yang perlu dilakukan adalah menjalin hubungan yang harmonis dengan beberapa pihak yang mungkin terkait dengan universitas. Agar pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap influencer tetap
percaya kepada universitas dan memberikan pemaparan tentang pentingnya memberikan informasi-informasi positif, public relations melakukan
perannya dengan memberi penerangan kepada mahasiswa terkait media sosial yang aman dan memiliki peran dalam kehidupan
masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh ketua fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Kebangsaan
Bandung
�Setiap influencer �yang ada di media sosial tidak serta merta
memberikan informasi yang positif, ada juga yang berkontribusi mengekspos hal-hal yang negative, semisal influencer �yang menjual produk belum memiliki
lisensi badan hukum yang sah untuk di konsumsi
dan diperjual belikan. Dan terkadang membanding-bandingkan dengan produk lain yang kualitasnya lebih rendah, dan tidak jarang influencer �yang ada terkena pasal-pasal
yang melanggar kode etik sebagai influencer�.
Hubungan baik juga harus dijalin dengan
beberapa perusahaan yang menjadi mitra seperti
halnya penjelasan dari salah satu dosen dari fakultas
komunikasi �Influencer
tidak serta merta hanya harus
memiliki hubungan baik dengan instansi
kampus melainkan dia harus tetap
berhubungan baik dengan perusahaan yang menjadi mitra, walaupun secara operasional perusahaan memerlukan jasa influencer dalam
mempromosikan produknya influencer pun sebaliknya
(simbiosis mutualisme)�.
2.
Mempunyai karya inspiratif
Sebelum seseorang menjadi influencer,
ada masa dimana dia harus mempunyai
karya atau produk yang banyak menginspirasi penikmat media sosial. Banyak influencer
yang mempunyai akun media sosial dengan karyanya
berupa video-video covering lagu,
film pendek, aneka tutorial
dan sebagainya.
Karya inspiratif ini tidak mudah
untuk dibuat, melainkan harus ada materi-materi yang harus dikuasai, seperti teknik desain grafis, teknik editing video, teknik pemotretan dan shoot
foto. Peran public relation disini
sebagai penyedia layanan pengetahuan agar mahasiswanya mempunyai karya yang menginspirasi.
Seperti halnya disampaikan oleh dosen Ilmu Manajemen Komunikasi
��Karya itu tidak harus
berupa suatu yang ditulis dan dicetak bukan?, melainkan bisa berupa video maupun foto yang mempunyai nilai estetika dimata penikmatnya. Karya yang menginspirasi tercipta dari kreatifitas
yang tinggi, untuk itu mahasiswa wajib
menguasai ilmu-ilmu komputerais, seperti desain grafis, editing video, copywriting
dan ilmu-ilmu lain yang menunjang
kreatifitas untuk menghasilkan karya yang menginspirasi�.
3.
Aktif di media sosial
Hal
pokok yang wajib dikuasai yaitu aktif dimedia sosial.
Tidak akan menjadi seorang influencer apabila
dia tidak aktif di media sosial. Perlu adanya konsistensi
dan jadwal yang tepat untuk membuat konten.
Sejalan dengan apa yang disampaikan Dosen Prodi Ilmu Komunikasi �sangat jelas, orang yang jarang update di sosial
media tidak akan bisa menjadi influencer�. Peran public relation ini untuk
mengarahkan mahasiswa agar mampu menjaga konsistensi
dalam membangun media sosial yang baik.
4.
Mempunyai akun sosial
media sesuai passionnya
Setiap orang memiliki bakat dan hobby berbeda-beda. Untuk itu tidak bisa
setiap orang dibentuk untuk menjadi satu
hal sesuai dengan keinginan orang lain. Ini penting untuk
diperhatikan. Karena bakat
dan minat seseorang akan menjadi ciri
khas seseorang dalam menjalani hidupnya.
Ada
istilah yang mengatakan �bekerja yang menyenangkan adalah hobby yang
dibayar�. Disitulah banyak generasi milenial mengambil alih. Ada yang suka dengan masak memasak
mereka membuat video dan chanel youtube tentang masak dan seputar makanan, ada yang hobby dengan main game
pun membuat sesuatu yang dia sukai begitupun
dengan yang lainnya. Semua dikaitkan antara hobby dengan media sosial dan menjadikan itu sebuah pekerjaan
yang membuahkan hasil.
Hal
tersebut disampaikan oleh
salah satu dosen prodi komunikasi �Penting untuk seseorang
mengetahui minat dan bakatnya masing-masing hal tersebut bisa
diketahui sedini mungkin. Tetapi tidak ada salahnya
minat bakat diketahui ketika sudah menginjak remaja� maupun dewasa. Karena dengan demikian seseorang bisa menggeluti bidang pekerjaannya sesuai keinginannya�. Disinilah peran public relations untuk
membentuk karakter setiap mahasiswanya agar mempunyai karakter dalam kesehariannya.
B. Faktor
pendukung dan penghambat Public relations dalam
Meningkatkan Kredibilitas Influencer Pada Universitas Kebangsaan
Bandung
Berdasarkan hasil uraian
dari wawancara mendalam yang dilakukan, dapat diketahui peran public
relations dalam meningkatkan
kredibilitas influencer
pada Universitas Kebangsaan
Bandung tidak terlepas dari faktor pendukung
dan penghambat:
1.
Faktor Pendukung
Adapun faktor-faktor pendukung itu adalah :
a.
Faktor internal
1)
Sumber Daya Manusia
(SDM)� yang berkompeten
Sumber daya yang kompeten dimaksud adalah tenaga pendidik
yang memang menjadi dosen dan dengan adanya workshop secara berkala yang menghadirkan praktisi. Keahlian public relations untuk
menangani masalah yang muncul pun perlu ditingkatkan lagi, dibuktikan dengan kemampuan public
relations menyesuaikan diri
dalam membina mahasiswa dan dalam mengatasi masalah di Universitas Kebangsaan Bandung. Seperti penjelasan Ketua Program Studi Komunikasi �PR merencanakan penyelesaian serta mengambil keputusan-keputusan dalam membina mahasiswa
dan membentuk menjadi influencer, karena
hal itu semua
sangat berpengaruh terhadap pribadi mahasiswanya itu sendiri�
2)
Fasilitas pelayanan
Seperti halnya penjelasan diatas, instansi menyediakan layanan berupa ekstrakulikuler dan workshop secara
berkala bersama praktisi langsung. Tidak hanya itu
instansi menyediakan berbagai fasilitas diantaranya computer, jaringan
internet, kamera dan beberapa
alat lain sebagai media penunjang mahasiswa untuk menggeluti ilmu mengenai media sosial dan menjadi influencer . Pihak universitas khususnya bagian umum sarana dan prasarana menyatakan �berbagai macam fasilitas telah disediakan sebagai wujud kepedulian universitas terhadap perkembangan mahasiswa�.
3)
Kerjasama AM (Agency
Manager)
Adanya apresiasi dari pihak pengguna
lulusan (Agency manager) menjadi
daya dukung yang kuat bagi mahasiswa
dalam menggeluti keilmuan komunikasi. Salah satu pengakuan yang di sampaikan oleh pengguna lulusan �kredibilitas influencer lulusan
universitas kebangsaan sudah siap untuk
dijadikan mitra kerjasama dalam menjual produk�.�
b.
Faktor eksternal
Faktor eksternal berupa adanya respon
positif dari masyarakat terkait
program-program yang dijalankan public relations universitas kebangsaan bandung. Seperti penjelasan ketua prodi ilmu
komunikasi �setiap tahun terus bertambah
mahasiswa yang masuk ke fakultas ilmu
sosial dan sastra, salah satunya
dengan adanya
program-program dan prodi ilmu
komunikasi yang memang sangat diminati oleh kaum milenial sekarang�.
2.
Faktor Penghambat
a.
Kurangnya kualitas SDM dalam mengelola media
Media
komunikasi merupakan sarana yang digunakan oleh public relations untuk
dapat menyebarkan informasi kepada masyarakat. Pengelolaan media terutama website yang ada di Universitas Kebangsaan Bandung masih kurang optimal. Hal tersebut dikarenakan kualitas SDM yang ahli dalam mengelola website masih kurang, tidak
semua pegawai dapat mengelola media website. Sedangkan yang bisa menggunakan website hanya beberapa orang dan masih merangkap untuk mengerjakan pekerjaan lain, sehingga informasi yang ada pada website masih kurang.
b.
Tugas menjadi overload
Salah
satu hambatan dalam melaksanakan peran public
relations adalah adanya
tugas yang menjadi overload. Hal tersebut
dikarenakan bagian kesekretariatan yang merangkap peran sebagai public relations mendapat
tugas tambahan selain melaksanakan tugas dan pokok yang dimiliki bagian tersebut. Faktor eksternal.
c.
Minimnya anggaran
Peran public
relations akan berjalan
dengan baik apabila didukung oleh sumber daya manusia
serta adanya anggaran. Menurut staf keuangan universitas
kebangsaan menjelaskan bahwa �belum adanya
kedudukan public
relations yang strategis dan terbatasnya
anggaran untuk mendukung public relations, merupakan
beberapa hambatan dalam pelaksanaan peran public
relations di Universitas Kebangsaan
Bandung�.
Kesimpulan
Penelitian ini memiliki
kesimpulan bahwa peran public relation
dalam meningkatkan kredibilitas influencer yaitu sebagai wadah dan fasilitator bagi mahasiswa yang ingin aktif di sosial media tetapi mempunyai penghasilan dari sosial media tersebut. Disamping itu kondisi
tersebut merupakan peluang bagi universitas
dalam membantu generasi milenial dalam menyalurkan kreativitas dan hobby kearah positif. Selain itu terdapat factor yang mendukung dan menghambat public relation dalam
merealisasikan fungsinya.
BIBLIOGRAFI
Breakenridge, Deirdre. (2012). Social media and public
relations: Eight new practices for the PR professional. Pearson Education.
Bungin, Burhan. (2009). Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Prenada Media Group.
Diga, Marichris, & Kelleher, Tom. (2009). Social media
use, perceptions of decision-making power, and public relations roles. Public
Relations Review, 35(4), 440�442.
Evelina, Lidya Wati, & Handayani, Fitrie. (2018).
Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi Kasus Akun Instagram@
bylizzieparra). Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 1(01),
71�82.
Iskandar. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
Marwick, Alice E. (2013). Status update: Celebrity,
publicity, and branding in the social media age. Yale University Press.
McDonald, Lynette M., & Hebbani, Aparna G. (2011). Back
to the future: Is strategic management (re) emerging as public relations�
dominant paradigm? PRism, 8(1), 1�16.
Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia
Jakarta. Bahasa Indonesia.
Nuruzzaman, Mohammad. (2018). Terorisme dan Media Sosial Sisi
Gelap Berkembangnya Teknologi Informasi Komunikasi. Syntax Literate; Jurnal
Ilmiah Indonesia, 3(9), 61�76.