Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No. 8, Agustus 2021
MODEL PEMBELAJARAN HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
DI MASA PANDEMI COVID 19
Harkinal Mikly, Arie Frits Kawulur, Allen Manongko,
Edwin Wantah
Universitas Negeri Manado (UNIMA) Sulawesi Utara, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan, sikap serta tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan pelatihan. Penelitian ini untuk mengetahui Hasil Belajar Dengan Menggunakan model pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS) di masa Pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (eksperimen semu). Metode pengumpulan menggunakan Tes, Lembar Observasi, Dokumentasi, dan Wawancara. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh SMK Di Minahasa Selatan. Dengan mengambil 1 sekolah unggulan yang di jadikan sampel eksperimen. Dan 3 sekolah menengah sebagai kelas control, dan Sampel yang diambil dalam� �penelitian�� ini adalah�� siswa� �SMK� �yang�� dipilih� �dari� �SMK-SMK yang direkomendasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten.Minahasa Selatan dengan pertimbangan fasilitas pembelajaran kelas tertentu yang memadai untuk di jadikan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di masa pandemi covid-19, meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Kata Kunci: keterampilan
berpikir; order lebih tinggi; Covid-19
Abstract �
Education is a process to improve, improve, change
the knowledge, skills, attitudes and behaviors of a person or group of people
in an effort to educate human life through teaching and training guidance
activities. This study is to find out the results of learning using higher
order thinking skill (HOTS) learning model during the Covid-19 pandemic. This
study uses quantitative approach (pseudo experiment). The collection method
uses Tes, Lembar
Observasi, Dokumentasi,and
�Wawancara. The population of this study is the
entire vocational school in South Minahasa. By taking 1 excellent school that
is used as a sample experiment. And 3 secondary schools as a control class, and
Sampel takendalampenelitian
ini adalah siswa
SMK
yangdipilihdari
SMK-SMK
yangdirekomendasi oled
inas
Pendidikan
Kabupaten. South Minahasa denganpertimbanganfasilitaspembelajara n certain classes yang memadai
untuk made penelitian.
Based on the results of the study, it can be concluded that student learning
outcomes in the pandemic covid-19, improved after the implementation of the
Higher Order Thinking learning model Skill (HOTS).
Keywords: higher
order; thinking skill; Covid-19
Pendahuluan
Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja
merupakan gejala masyarakat ketika sudah mulai disadari pentingnya upaya untuk
membentuk, mengarahkan, dan mengatur manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat
(Gunawan, 2012).
Pendidikan pada dasarnya adalah
proses. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan manusia
yang memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
bangsa dan negara (Ilham, 2019). Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterempilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Undang-Undang 2003).
Adapun melalui penelitian terdahulu oleh Nikhil Sachdev pada
tahun 2007 yang berjudul �An Examination of the Wage Productivity Gap�,
mengenai tingkat kesejahteraan serikat pekerja menurun karena mempengaruhi
produktivitas kesenjangan upah. Secara keseluruhan bahwa pengaruh upah riil dan
produktivitas ini lebih mengarah pada keuntungan perusahaan bukan pada kesejahteraan
serikat pekerjanya (Widyastuti, 2012).
Kualitas pendidikan menentukan
sumber daya
manusia, dalam menghadapi era persaingan yang sangat ketat di dunia kerja. Era revolusi industri 4.0 sangat berdampak pada peran guru sebagai komponen
pendidikan/
pembelajaran. Sebagai guru harus professional dalam proses
pembelajaran sekaligus
kunci keberhasilan belajar peserta didik dan
menghasilkan lulusan yang
berkualitas. Guru profesional adalah guru yang
kompeten dalam membangun dan mengembangkan proses pembelajaran yang
baik
dan efektif sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang
pintar dan
pendidikan yang
berkualitas
(Bali & Hajriyah, 2020).
Sehubungan dengan pendidikan, model
pembelajaran yang digunakan pada saat ini harus sesuai dengan kurikulum yang
ada dimana pada saat ini Indonesia menggunakan kurikulum 2013 yang menekankan
pada kecerdasan tingkat tinggi� (Higher Order Thinking Skill) yang di
bingkai oleh sikap ketuhanan dan nilai-nilai sosial yang terintegrasi dalam
proses pembelajaran. Siswa harus dapat berpikir secara kritis dan kreatif untuk
meningkatkan berpikir tingkat tinggi (Bali & Hajriyah, 2020).
Menurut (Basis, Manongko, & Tiwow, 2020)
HOTS (Higher Order Thinking Skill)
merupakan proses berpikir yang tidak sekedar menghafal dan menyampaikan kembali
informasi yang diketahui. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan� menghubungkan,
memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki
untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan
memecahkan masalah pada situasi baru, dalam konteks pembelajaran berpikir
tingkat tinggi terjadi ketika peserta didik mampu menghubungkan dan mentransformasi
pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan hal-hal atau masalah-masalah yang
belum pernah diajarkan dalam pembelajaran. Keterampilan berpikir pada tingkat
yang lebih tinggi tidak dapat diperoleh secara langsung sehingga perlu dilatihkan
melalui kegiatan pembelajaran.
Implementasi Kurikulum
2013 menurut Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses menggunakan
3 (tiga) model pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik,
sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah model Pembelajaran
Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning), model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based
Learning/PBL) dan model Pembelajaran
Berbasis Projek (Project- based Learning/PJBL) (Fauzi, Zainuddin, & Atok, 2018),
Keberhasilan peserta didik dalam
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher
Order Thinking skill (HOTS) tidak luput dari bantuan peran pendidik yang
telah memberikan pembelajaran secara baik dan efektif untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada peserta didik. kemampuan tersebut dapat
didukung dengan berbagai faktor yaitu pengusaan materi oleh tenaga pendidik,
kerativitas dalam proses pembelajaran sehingga mudah di pahami peserta didik.
Selain itu juga, Model pembelajaran dan penyajian materi yang akan diberikan
menjadi faktor penting dalam keberhasilan proses pembalajaran (Purba & Basni, 2020).
Berdasarkan hasil pra penilitian
melalui wawancara pada beberapa guru di sekolah menengah kejuruan yang ada di
Kabupaten Minahasa Selatan. Melalui tenaga pendidik di sekolah mengatakan bahwa
sekolah saat ini sudah menggunakan kurikulum 2013 yang berbasis HOTS dengan menggunakan model
pembelajaran yang tentunya sudah berbasis HOTS
sehingga tingkat keberhasilan guru dalam menggunakan model pembelajaran.
Pendidik di sekolah tersebut menggunakan bahan ajar yang berupa buku cetak yang
sudah disediakan sekolah. Akan tetapi belum menerapkan model pembelajaran model
pembelajaran HOTS (Setiawan, 2018).
Berdasarkan pernyataan di atas diperlukan
pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dalam proses pembelajaran
dan evaluasinya. Kita ketahui
bersama pada saat ini seluruh belahan dunia sedang dilanda wabah penyakit COVID
19 terlebih khusus di Negara kita Indonesia hal itu berdampak salah satunya
dalam dunia pendidikan sehingga menteri pendidikan Republik Indonesia mengubah
peraturan yang awalnya kegiatan pembelajaran siswa dan guru dilakukan disekolah
dan sekarang kegiatan pembelajaran dilakukan dari rumah.
Pandemi COVID 19 saat ini menekankan
siswa untuk belajar dari rumah sehingga membuat tenaga pendidik harus lebih
kreatif dalam menyampaikan materi bahkan dalam menggunakan model pembelajaran didukung
dengan fasilitas yang dimiliki tenaga pendidik, sekolah maupun siswa (Setiawan, 2018).
Saat pandemi COVID 19 ini membuat
tenaga pendidik untuk lebih mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan
kurikulum yang digunakan melalui bahan ajar maupun tugas rumah yang mudah di
pahami dan diterima oleh siswa. Akan tetapi, pengembangan model pembelajaran
pada saat ini tidak merata karena terhalangi oleh beberapa faktor seperti alat teknologi
maupun keterbatasan biaya (kuota internet). Penelitian ini untuk mengetahui Hasil Belajar Dengan Menggunakan
model pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS) di masa Pandemi
Covid-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (eksperimen semu).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk Penelitian Kuantitatif (Eksperimen). Eksperimen semu (quasi experiment) dengan metode kuantitatif. Tujuan metode kuantitatif menurut (Sugiyono, 2010) adalah menunjukan hubungan antar variabel, menguji teori, serta mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif. Penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang paling produktif, yang dapat menjawab hipotesis yang berkaitan dengan hubungan sebab akibat suatu variabel.
Menurut (Mulyati, 2019) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh SMK Di Minahasa Selatan. Dengan mengambil 1 sekolah unggulan yang di jadikan sampel eksperimen. Dan 3 sekolah menengah sebagai kelas kontrol.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Amir, 2015) Sampel dalam� �penelitian ��ini� �adalah�� siswa� �SMK� �yang�� dipilih� �dari� �SMK-SMK� �yang direkomendasi oleh Dinas Pendidikan KAB. Minahasa Selatan dengan pertimbangan fasilitas pembelajaran kelas tertentu yang memadai untuk di jadikan penelitian.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas yaitu untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan menngunakan one-sampel komogrorov-smirnov dengan dasar pengambilan keputusan yaitu jika Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 Maka data berdistribusi normal
Tabel 1
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
||||
|
pre_K1 |
pre_K2 |
pre_k3 |
|
N |
30 |
30 |
30 |
|
Normal
Parametersa,b |
Mean |
34.5333 |
38.6667 |
32.8333 |
Std. Deviation |
4.04912 |
3.61351 |
5.64516 |
|
Most Extreme
Differences |
Absolute |
.098 |
.141 |
.136 |
Positive |
.081 |
.078 |
.118 |
|
Negative |
-.098 |
-.141 |
-.136 |
|
Test Statistic |
.098 |
.141 |
.136 |
|
Asymp. Sig.
(2-tailed) |
.200c,d |
.133c |
.161c |
|
a. Test
distribution is Normal. |
||||
b. Calculated
from data. |
||||
c. Lilliefors
Significance Correction. |
||||
d. This is a
lower bound of the true significance. |
2. Uji Hipotesis
Teknik analisis
yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini di tentukan setelah
uji prasyarat data (normalitas dan homogen). Berdasarkan
uji pra-syarat data yang di lakukan dapat di lihat data memenuhi pra syarat
untuk menggunakan analisis parametrik. Untuk pengujian beda dua rata-rata pre
post dan post test, dilakukan dengan uji pairet sampel t-test. Selanjutnya
untuk menguji post test beda dua rata-rata, dilakukan dengan independen sampel
t-test. Dan untuk menguji beda beberapa rata-rata post test kelas kontrol dan
eksperimen, dilakukan dengan anova one way.
a.
Uji beda
pre test dan post test (paired sampel t-test) kelas eksperimen
1. Uji Beda 2
Rata-Rata Kelas Eksperimen� Discovery/Inquiry Learning
Dasar pengambilan keputusan jika
nilai signifikan tailed < dari 0.05 maka terdapat perbedaan hasil belajar
(HOTS) sebelum dan sesudah menerapkan Discovery/Inquiry Learning, jika sebaliknya maka, tidak terdapat
perbedaan hasil belajar (HOTS) sebelum dan sesudah menerakan Discovery/Inquiry Learning.
Berdasarkan hasil uji beda pre-test dan
post test, ditemukan nilai sig (2-tailed) < dari 0,05 maka, terdapat
perbedaan hasil belajar (HOST) dengan menerapkan Discovery/Inquiry Learning.
2. Uji Beda 2
Rata-Rata Kelas Eksperimen� Problem-Based
Learning
Dasar pengambilan keputusan jika
nilai signifikan tailed < dari 0.05 maka terdapat perbedaan hasil belajar
(HOTS) sebelum dan sesudah menerapkan Problem-Based
Learning,
jika
sebaliknya maka, tidak terdapat perbedaan hasil belajar (HOTS) sebelum dan
sesudah menerakan Problem-Based
Learning.
Berdasarkan hasil uji
beda 2 rata � rata kelas Eksperimen Problem-Based
Learning, ditemukan nilai sig (2-tailed) < dari 0,05 maka, terdapat
perbedaan hasil belajar (HOST) dengan menerapkan Problem-Based
Learning.
3. Uji Beda 2
Rata-Rata Kelas Eksperimen �Project-Based Learning
Dasar pengambilan keputusan jika
nilai signifikan tailed < dari 0.05 maka terdapat perbedaan hasil belajar (HOTS)
sebelum dan sesudah menerapkan Project-Based
Learning,
jika
sebaliknya maka, tidak terdapat perbedaan hasil belajar (HOTS) sebelum dan
sesudah menerakan Project-Based Learning.
Berdasarkan hasil uji beda 2 rata � rata
kelas Eksperimen Project-Based Learning,
ditemukan nilai sig (2-tailed) < dari 0,05 maka, terdapat perbedaan hasil
belajar (HOST) dengan menerapkan Project-Based
Learning.
b.
Uji beda
pre test dan post test (paired sampel t-test) kelas kontrol
1. Uji Beda 2
Rata-Rata Kelas kontrol 1 yang tidak menerapkan Discovery/Inquiry Learning
Dasar pengambilan keputusan jika
nilai signifikan tailed < dari 0.05 maka terdapat perbedaan hasil belajar
(HOTS) sebelum dan sesudah di kelas kontol ke 1 yang tidak menerapkan Discovery/Inquiry Learning,
jika sebaliknya
maka, tidak terdapat perbedaan hasil belajar (HOTS) sebelum dan sesudah di
kelas kontrol ke 1 yang tidak menerakan Discovery/Inquiry Learning.
Berdasarkan hasil uji
Beda 2 Rata-Rata Kelas kontrol 1 yang tidak
menerapkan Discovery/Inquiry Learning,
ditemukan nilai sig (2-tailed) < dari 0,05 maka, terdapat perbedaan hasil
belajar (HOST) pada kelas kontrol ke 1 yang tidak menerapkan Discovery/Inquiry Learning.
2.
Uji Beda 2 Rata-Rata
Kelas konrol 2 yang tidak
menerapkan Problem-Based Learning
Dasar pengambilan keputusan jika
nilai signifikan tailed < dari 0.05 maka terdapat perbedaan hasil belajar
(HOTS) sebelum dan sesudah di kelas kontol ke 2 yang tidak menerapkan Problem-Based
Learning.,
jika
sebaliknya maka, tidak terdapat perbedaan hasil belajar (HOTS) sebelum dan
sesudah di kelas kontol ke 2 yang tidak menerakan Problem-Based Learning.
Berdasarkan hasil Uji
Beda 2 Rata-Rata Kelas konrol 2 yang tidak
menerapkan Problem-Based Learning,
ditemukan nilai sig (2-tailed) < dari 0,05 maka, terdapat perbedaan hasil
belajar (HOST) pada kelas kontrol ke-2 yang tidak menerapkan Problem-Based
Learning.
3.
Uji Beda 2 Rata-Rata Kelas
konrol 3 yang tidak
menerapkan Project-Based
Learning
Dasar pengambilan keputusan jika
nilai signifikan tailed < dari 0.05 maka terdapat perbedaan hasil belajar
(HOTS) sebelum dan sesudah di kelas kontol ke 3 yang tidak menerapkan Project-Based Learning, jika sebaliknya maka, tidak terdapat
perbedaan hasil belajar (HOTS) sebelum dan sesudah di kelas kontol ke 3 yang
tidak menerakan Project-Based Learning.
Berdasarkan hasil uji Uji
Beda 2 Rata-Rata Kelas konrol 3 yang tidak
menerapkan Project-Based
Learning,
ditemukan nilai sig (2-tailed) < dari 0,05 maka, terdapat perbedaan hasil
belajar (HOST) pada kelas kontrol ke-3 yang tidak menerapkan Project-Based Learning.
c.
Uji independent sampel t-test
1.
Uji
beda 2 rata-rata post test kelas ekspermen Discovery/Inquiry Learning
dan post test kelas kontol 1
Dasar pengambilan keputusan uji independen sampel t-test
jika t-hitung > t-tabel maka terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar (HOTS) antara kelas ekspermen Discovery/Inquiry Learningm
dan post test kelas kontol 1
Berdasarkan hasil Uji beda 2 rata-rata post test kelas
ekspermen Discovery/Inquiry Learning
dan post test kelas kontol 1, ditemukan nilai sig
(2-tailed) < dari 0,05 maka, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar (HOTS) antara kelas ekspermen
Discovery/Inquiry Learningm dan post test kelas kontol 1
2.
Uji
beda 2 rata-rata post test kelas ekspermen Problem-Based Learning dan post test kelas kontol
Dasar
pengambilan keputusan uji independen sampel t-test jika t-hitung > t-tabel
maka terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar (HOTS) antara kelas
ekspermen Problem-Based Learning dan post test kelas kontol 2.
Berdasarkan hasil Uji beda 2 rata-rata post test kelas
ekspermen Problem-Based Learning dan post test kelas kontol,
ditemukan nilai sig (2-tailed) < dari 0,05 maka, terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar (HOTS) antara kelas ekspermen Problem-Based Learning dan post test kelas kontol 2
3.
Uji
beda 2 rata-rata post test kelas ekspermen Project-Based
Learning
dan post test kelas kontol 3
Dasar pengambilan keputusan uji independen sampel t-test
jika t-hitung > t-tabel maka terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar (HOTS) antara kelas ekspermen Project-Based
Learning
dan post test kelas kontol 3.
Berdasarkan hasil Uji beda 2 rata-rata post test kelas
ekspermen Project-Based
Learning
dan post test kelas kontol 3, ditemukan nilai sig
(2-tailed) < dari 0,05 maka, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar (HOTS) antara kelas
ekspermen Project-Based
Learning
dan post test kelas kontol 3.
d.
Uji ANOVA One-Way
Dasar pengambilan keputusan uji ANOVA One-Way jika f-hitung
> f-tabel dari 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar (HOTS) antara post test kelas ekspermen dan post test kelas kontol yang
tidak menggunakan tretmen.
Berdasarkan hasil uji
ANOVA One-Way, ditemukan nilai f-hitung > dari 0,05 maka, terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar (HOTS) antara post test kelas ekspermen dan post test
kelas kontol yang tidak menggunakan treatmen.
e.
Uji N-Gain
Peningkatan hasil
belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol diperoleh dari data N-gain dari
hasil pre test dan post test. Peningkatan dari hasil pre tes ke pos test akan
terlihat dengan uji N-Gain dengan melihat nilai katogori dan tafsiran efektivitas
N-GAIN.
1.
Uji N-Gain
kelas ekspermen Discovery/Inquiry Learning
Hasil uji N-Gain kelas ekspermen Discovery/Inquiry Learning
menunjukan nilai rata-rata yang diperoleh 0,64 dengan demikian berada dalam
kategori sedang. Dan nilai pengambilan keputusan tafsiran efektivitas uji N-GAIN� sebesar 64,25 berada pada kategori cukup
efektif.
2.
Uji N-Gain
kelas ekspermen Problem-Based Learning
Hasil Uji N-Gain kelas ekspermen Problem-Based
Learning
menunjukan nilai rata-rata yang diperoleh 0,43 dengan demikian berada dalam kategori
sedang. Dan nilai pengambilan keputusan tafsiran efektivitas uji N-GAIN� sebesar 42,79 berada pada kategori kurang
efektif.
3.
Uji N-Gain
kelas ekspermen Project-Based
Learning
Hasil Uji N-Gain kelas ekspermen Project-Based Learning
menunjukan nilai rata-rata yang diperoleh 0,54 dengan demikian berada dalam
kategori sedang. Dan nilai pengambilan keputusan tafsiran efektivitas uji
N-GAIN� sebesar 54,01 berada pada
kategori kurang efektif.
4.
Uji N-Gain
kelas kontrol 1
Hasil Uji N-Gain kelas kontrol 1 menunjukan
nilai rata-rata yang diperoleh 0,43 dengan demikian berada dalam kategori
sedang. Dan nilai pengambilan keputusan tafsiran efektivitas uji N-GAIN �sebesar 43,04 berada pada kategori kurang
efektif.
5.
Uji N-Gain
kelas kontrol 2
Hasil Uji N-Gain kelas kontrol 2
menunjukan nilai rata-rata yang diperoleh 0,38 dengan demikian berada dalam
kategori sedang. Dan nilai pengambilan keputusan tafsiran efektivitas uji
N-GAIN� sebesar 38,34 berada pada
kategori cukup efektif.
6.
Uji N-Gain
kelas kontrol 3
Hasil Uji N-Gain kelas kontrol 3
menunjukan nilai rata-rata yang diperoleh 0,33 dengan demikian berada dalam
kategori sedang. Dan nilai pengambilan keputusan tafsiran efektivitas uji
N-GAIN� sebesar 32,73 berada pada
kategori tidak efektif.
B. Pembahasan
Menurut (Zubaidah, 2010)
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Sebagai Kemampuan Dalam Menerapkan Sebuah
Pengetahuan, Keterampilan, Dan Nilai-Nilai Dalam Membuat Penerapan Sehingga
Peserta Didik Dapat Memecahkan Suatu Permasalahan, Mengambil Tindakan, Dan Mampu
Meciptakan Sesuatu Yang Bersifat Inovatif Atau Kreatif. Higher Order Thinking Skill (Hots) Memiliki Ciri Khas Level Kemampuan Ini
Mencakup Kemampuan Atau Keterampilan Peserta Didik Dalam Indikator C4:
Menganalisis (Analyze), C5:
Mengevaluasi (Evaluate), C6: Menciptakan
(Create).
Implementasi
Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Menggunakan 3 (Tiga) Model Pembelajaran Yang Diharapkan Dapat Membentuk Perilaku
Saintifik, Sosial Serta Mengembangkan Rasa Keingintahuan. Ketiga Model Tersebut
Adalah: Model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry
Learning), Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning/Pbl), Dan Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project- Based
Learning/Pjbl) (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016).
1.
Hasil
Belajar Higher Order Thinking Skill (HOTS) dengan
model pembelajaran melalui penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning)
Model pembelajaran penyingkapan/penemuan
(Dicovery/inquiry Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferensi. Proses tersebut disebut cognitive process
sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating
concepts and principles in the mind (Saraswati & Rohayati, 2020).
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan
dengan menerapkan Model Pembelajaran Melalui
Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning),
hasil belajar Higher order thinking skill (HOTS) dapat meningkat dengan kategori sedang dengan dengan
tafsiran cukup efektif lebih lanjut lagi dibandingkan dengan kelas yang
mengontrol (kelas yang tidak menerapkan Discovery/Inquiry Learning).
Terbukti dengan melihat data
beda dua rata-rata dengan hasil penelitian antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol bahwa kelas yang menggunakan model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan Discovery/Inquiry Learning lebih tinggi di badingkan dengan kelas
yang tidak menerapkan Discovery/Inquiry Learning.
Penelitian ini didukung dengan
penelitian yang di lakukan oleh Diyas Age Larasati tahun 2019 menyatakan bahwa,
Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat pengaruh model discovery learning
berbasis higher order thinking skill terhadap hasil belajar Higher order thinking skill (HOTS).
Dan juga menurut Kristin
Natalia Tondang dan Sahyar tahun 2016 Hasil penelitian
menunjukkan adanya positif pengaruh model discovery learning terhadap berpikir
tingkat tinggi siswa keterampilan di kelas eksperimen atau diberikan oleh model
penemuan.
Terbukti dari hasil post test
di kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol atau ada ada perbedaan yang
signifikan dari skor post test, meskipun dalam urutan yang lebih tinggi tingkat
berpikir, kedua kelas masih dalam taraf kurang, tetapi siswa yang diberikan
discovery learning memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
2. Hasil Belajar Higher
Order Thinking Skill (HOTS) dengan model
pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning/PBL)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai
kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta
lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan,dan
kontekstual (Saraswati & Rohayati, 2020).
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan
kemampuan dalam menerapkan konsep - konsep pada permasalahan baru/nyata,
pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOT�s), keinginan
dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and
Schmidt) (Naibaho, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan
dengan menerapkan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning/PBL), hasil belajar Higher order thinking skill (HOTS) dapat meningkat dibandingkan dengan kelas yang mengontrol
dengan nilai rata-tara kelas eksperimen lemih tinggi dari pada kelas yang mengontrol
(kelas yang tidak menerapkan Problem-based Learning/PBL).
Terbukti dengan melihat data
beda dua rata-rata dengan hasil penelitian antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol bahwa kelas yang menggunakan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based
Learning/PBL) lebih
tinggi di badingkan dengan kelas yang tidak menerapkan Problem-based Learning/PBL.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristin Natalia
Tondang dan Sahyar bahwa Hasil penelitian menunjukkan
adanya pengaruh positif antara model discovery learning terhadap berpikir tingkat
tinggi siswa. Terbukti dari hasil post test di kelas eksperimen lebih tinggi
dari kelas kontrol atau ada ada perbedaan yang signifikan dari skor post test
dibandingkan kelas kontrol.
3.
Hasil
Belajar Higher Order Thinking Skill (HOTS) Dengan
Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project- based Learning/PJBL).
Model
Project-based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan
peserta didik dalam memecahkan masalah, dilakukan secara berkelompok/mandiri
melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam
sebuah produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain (Handayani, 2020).
Berdasarkan hasil
penelitian yang di lakukan dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project- based Learning/PJBL), hasil belajar Higher order thinking skill (HOTS) dapat meningkat dibandingkan dengan kelas yang mengontrol
dengan nilai rata-tara kelas eksperimen lemih tinggi dari pada kelas yang
mengontrol (kelas yang tidak menerapkan Model
Pembelajaran Berbasis Projek (Project-
based Learning/PJBL).
Terbukti
dengan melihat data beda dua rata-rata dengan hasil penelitian antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol bahwa kelas yang menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project- based Learning/PJBL) lebih tinggi di badingkan dengan kelas
yang tidak menerapkan Project-
based Learning/PJBL.
Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang di lakukan Nur Hidayah Alawi1,Tuan Mastura dan
Tuan Soh2 bahwa, Hasil menunjukkan bahwa ada
berpengaruh signifikan terhadap Model Pembelajaran
Berbasis Projek (Project- based Learning/PJBL) secara efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
yang merupakan salah satu elemen kunci dalam pendidikan STEM.
Terbukti dari
hasil post test di kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol atau ada
ada perbedaan yang signifikan dari skor post test dibandingkan kelas kontrol.
4. Perbedaan hasil belajar Higher Order Thinking Skill (HOTS)
secara keseluruhan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Berdasarkan hasil penelitian
yang di lakukan, pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran Higher order thinking skill (HOTS),
dapat meningkatkan hasil belajar di bandingkan dengan kelas yang tidak menerapkan
model pembelajaran Higher order thinking
skill (HOTS). Dilihat dari nila rata-rata kelas yang menggunakan model
pembelajaran Higher order thinking skill
(HOTS) lebih tinggi di bandingkan dengan kelas yang tidak menngunakan Higher order thinking skill (HOTS).
Terbukti dengan melihat uji keseluruhan
hasil penelitian antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol bahwa kelas yang
menggunakan model pembelajaran Higher
order thinking skill (HOTS) lebih tinggi di badingkan dengan kelas yang tidak menerapkan model pembelajaran Higher
order thinking skill (HOTS).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti
sebelumnya, hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh positif antara kelas eksperimen dan kontrol.
Kesimpulan
Dari penelitian yang
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: pertama, Berdasarkan
hasil penelitian yang di lakukan dengan menerapkan Model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning),
hasil belajar Higher order thinking skill (HOTS) dapat meningkat dengan kategori sedang dengan dengan
tafsiran cukup efektif lebih lanjut lagi dibandingkan dengan kelas yang
mengontrol (kelas yang tidak menerapkan Discovery/Inquiry Learning). Dengan demikian jika sekolah menggunakan/menerapkan model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemu (Discovery/Inquiry Learning),
hasil belajar Higher order thinking skill (HOTS) dapat meningkat. kedua, Berdasarkan
hasil penelitian yang di lakukan dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning/PBL), hasil belajar Higher order thinking skill (HOTS) dapat meningkat dibandingkan dengan kelas yang mengontrol dengan
nilai rata-tara kelas eksperimen lemih tinggi dari pada kelas yang mengontrol
(kelas yang tidak menerapkan Problem-based Learning/PBL). Dengan
demikian jika sekolah menggunakan/menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning/PBL), hasil belajar Higher order
thinking skill (HOTS) dapat meningkat. Ketiga, Berdasarkan
hasil penelitian yang di lakukan dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Projek (Project- based Learning/PJBL), hasil belajar Higher order thinking skill (HOTS) dapat meningkat dibandingkan dengan kelas yang mengontrol
dengan nilai rata-tara kelas eksperimen lemih tinggi dari pada kelas yang
mengontrol (kelas yang tidak menerapkan Model
Pembelajaran Berbasis Projek (Project-
based Learning/PJBL). Dengan demikian jika sekolah menggunakan/menerapkan model Pembelajaran Berbasis Projek (Project- based Learning/PJBL), hasil belajar Higher order
thinking skill (HOTS) dapat meningkat.
BIBLIOGRAFI
Amir, Mohammad Faizal. (2015). Pengaruh
pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
sekolah dasar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 34�42.Google Scholar
Bali, MMEI, & Hajriyah, Hilya Banati.
(2020). Modernisasi Pendidikan Agama Islam di Era Revolusi Industri 4.0. Momentum:
Jurnal Sosial Dan Keagamaan, 9(1), 42�62. Google Scholar
Basis, Umiyati Annisaa, Manongko, Allen,
& Tiwow, Gilly M. (2020). Model Pengembangan Pembelajaran Higher Order Thingking
Skill (Hots) Pada Siswa Di Sma Kristen 1 Tomohon. Literacy-Jurnal Pendidikan
Ekonomi, 1(2), 20�36. Google Scholar
Fauzi, Achmad, Zainuddin, Zainuddin, &
Atok, Rosyid. (2018). Penguatan karakter rasa ingin tahu dan peduli sosial
melalui discovery learning. Jurnal Teori Dan Praksis Pembelajaran IPS, 2(2),
83�93. Google Scholar
Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan karakter.
Bandung: Alfabeta, 2(1). Google Scholar
Handayani, Lilik. (2020). Peningkatan Motivasi
Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Project Based Learning pada Masa Pandemi
Covid-19 bagi Siswa SMP Negeri 4 Gunungsari. Jurnal Paedagogy, 7(3),
168�174. Google Scholar
Ilham, Dodi. (2019). Menggagas Pendidikan
Nilai dalam Sistem Pendidikan Nasional. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 8(3),
109�122. Google Scholar
Mulyati, Mulyati. (2019). Pengaruh Penggunaaan
Pendekatan Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (Nht) Terhadap
Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Terpadu Pada Siswa Kelas Vii 1 Smpn 1 Lembar
Tahun Pelajaran 2018/2019. Universitas Muhammadiyah Mataram. Google Scholar
Naibaho, Tutiarny. (2021). Paradigma Pembelajaran
Bermakna. Manajemen Pembelajaran, 39. Google Scholar
Nurdyansyah, Nurdyansyah, & Fahyuni,
Eni Fariyatul. (2016). Inovasi model pembelajaran sesuai kurikulum 2013.
Nizamia Learning Center. Google Scholar
Purba, Mhd, & Basni, Alfach Reza.
(2020). Pengembangan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) Berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skills) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Tema
Berbagai Pekerjaan Subtema Jenis-Jenis Pekerjaan di Kelas IV MIS Islamiyah
Sunggal. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Google Scholar
Saraswati, Saraswati, & Rohayati,
Rohayati. (2020). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berorientasi Hots Materi Teks
Laporan Hasil Observasi Melalui Model Discovery Learning Siswa Kelas VII
Semester Ganjil pada SMP Islam Terpadu Assalam Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal
Artikula, 3(1), 12�19. Google Scholar
Setiawan, Monji. (2018). Peran Sekolah Yang
Menerapkan Sistem Full Day School Dalam Mengontrol Perilaku Menyimpang Siswa
(Studi kasus: SMA PKP Jakarta). Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah. Google Scholar
Sugiyono, Prof Dr. (2010). Metode
penelitian pendidikan. Pendekatan Kuantitatif. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=281396. Google Scholar
Undang-Undang 2003, No 20. (2003). Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional. https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/UU_tahun2003_nomor020.pdf.
Google Scholar
Widyastuti, Astriana. (2012). Analisis hubungan
antara produktivitas pekerja dan tingkat pendidikan pekerja terhadap
kesejahteraan keluarga di Jawa Tengah tahun 2009. Economics Development
Analysis Journal, 1(2). Google Scholar
Zubaidah, Siti. (2010). Berpikir Kritis:
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran
sains. Makalah Seminar Nasional Sains Dengan Tema Optimalisasi Sains Untuk
Memberdayakan Manusia. Pascasarjana Unesa, 16, 1�14. Google Scholar
Harkinal Mikly, Arie Frits Kawulur, Allen Manongko, Edwin Wantah (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |