Syntax Idea: p�ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X�
Vol. 3, No. 7, Juli 2021
ANALISA KEKUATAN
SAMBUNGAN RIVET ZIG-ZAG DAN INLINE DENGAN PLAT AL 2024-T3
Brilliant Dwinata, Adi Ganda Putra, Fauziyya
Hafizha Riana
Universitas Jendral
Achmad Yani (UNJANI) Cimahi Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
Abstrak
Kualitas sambungan
rivet berperan penting untuk menahan beban
khususnya pada struktur
badan pesawat. Umumnya terdapat dua pengaturan
susunan rivet yakni zig-zag
dan inline. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kekuatan kedua jenis sambungan
rivet tersebut. Pengujian spesimen dilakukan dengan 2 cara, yakni pengujian secara riil yang mengacu pada standard EN ISO 12996:2013 tentang
pengujian destruktif pada sambungan dan pengujian secara numerik menggunakan perangkat lunak Ansys 2020 R2. Dua spesimen
uji tersebut masing-masing memiliki
susunan rivet zig-zag dan inline dengan
diameter rivet � 3,2 mm dan pelat Al 2024-T3 tebal 0,8 mm dan lebar 37 mm.
Hasil pengujian Tarik menunjukkan
bahwa susunan rivet zig-zag
dapat menerima beban maksimum sebesar 6,01 kN sedangkan susunan rivet inline
5,73 kN.� Sedangkan pengujian numerik menunjukkan bahwa tegangan maksimum ekuivalen von-Mises pada
susunan rivet zig-zag sebesar
930,8 MPa sedangkan susunan
rivet inline sebesar 865,1 MPa.
Kata Kunci: susunan
rivet; pengujian tarik; tegangan ekuivalen von-mises; beban tarik
Abstract
The
name rivet makes it important to withstand the weight on the body. There are
generally two names that get along with zig-zag and inline. This study is used
to analyze the strength of both types of rivets. The test was conducted in 2
ways, namely the real test that was on the standard at en
ISO 12996:2013 on destructive tests at that time the ansys
2020 R2 device-thesic system. Two test tests between
zig-zag and inline rivet number numbers with a nail diameter of � 3.2 mm and an
Al 2024-T3 plate were 0.8 mm thick and 37 mm wide. As a result of the pull-
only, the zig-zag rivet cabinet can accept a load load
of 6.01 kN while the cabinet rivet is 5.73 kN in line.� While
the numerical trend alone is that the balance voltage equivalent to von-Mises
at zig-zag amput is 930.8 MPa while the inline
cabinet rivet is 865.1 MPa.
Keywords: word rivet; is doing 10 times 1000 voltage equivalent von-mises; tensile
load
Pendahuluan
Perkembangan
teknologi daninformasi, khususnya yang terjadi di indonesia terjadi sangat dinamis.� Perkembangan tersebut tentu saja berdampak pada segala bidang, seperti ekonomi, kesehatan, sosial dan tentunya pada bidang pendidikan (Cholik, 2017).
Kemajuan
perkembangan teknologi komputer dan telekomunikasi dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, akurat
dan efisien. Keamanan merupakan aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi baik dengan komputer
atau perangkat komunikasi lainnya (Hondro, 2018).
Kualitas sambungan
rivet berperan penting untuk menahan beban khususnya pada struktur badan
pesawat. PT Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan manufaktur
pesawat terbang yang menggunakan teknologi penyambungan rivet sebagai proses penyam-
bungan utama struktur badan pesawat.�
Pesawat CASA 212, Helikopter Airbus MK II, CN 235, dan N219 menggunakan
material pelat Al 2024-T3 juga menggunakan variasi susunan rivet zig-zag dan inline
sebagai proses penyambungan badan pesawat (Zamzamy, 2018).
Kegagalan
pada sambungan rivet pada badan pesawat terbang merupakan kombinasi dari tiga
faktor: induce stress, thermal fatigue dan vibration. Dari ketiga factor
tersebut, induce stress merupakan faktor yang dapat dikendalikan untuk
meminimalisasi risiko kegagalan sambungan rivet (Cheraghi, 2008). Induce Stress
merupakan tegangan yang terjadi pada saat pesawat terbang beroperasi.
Pengaruh dari
parameter proses riveting diteliti oleh Changyi Lei, dkk. Beberapa parameter rivet
seperti: squeezing force, struktur rivet, dan diameter lubang memiliki dampak yang
lebih signifikan pada kondisi gangguan. Karena struktur rivet dan diameter
lubang ditentukan sebelum operasi rivet, squeezing force dianggap sebagai
variabel yang paling penting untuk kualitas rivet dari struktur rivet. Hasil menunjukkan
bahwa squeezing force merupakan parameter paling penting untuk kualitas rivet (Lei, Bi, Li, & Ke, 2017).
Standard EN
ISO 12996:2013 merupakan standard pengujian destruktif pada sambungan mekanik.
Jacek Mucha melakukan penelitian mengenai analisa kekuatan pada beberapa
konfigurasi sambungan rivet dengan mengacu pada standar yang sama. Selain itu
Jacek juga melakukan pengujian pada temperature yang berbeda, Material plat
yang digunakan adalah baja S350GD yang terlapisi seng (Mucha, 2017).
Menurut
Rudawska, dkk membandingkan kekuatan sambungan rivet yang dibuat
dengan rivet tradisional (dengan lubang yang sudah dibor sebelumnya) dan paku
keling menusuk sendiri (SPR) untuk berbagai jenis sambungan. Sambungan paku
keling diproduksi menggunakan paku keling baja dan paduan aluminium dan dua
jenis bahan pelat: pelat baja 235JR dan pelat paduan aluminium EN AW 6060.
Untuk semua sambungan yang diuji, kapasitas beban tertinggi diperoleh untuk
sambungan rivet yang ditembus sendiri, sedangkan yang terendah untuk sambungan
yang sudah dibor dengan rivet paduan aluminium. Selain itu, ditemukan bahwa
kekuatan geser sambungan rivet yang ditembus sendiri lebih tinggi dibandingkan
dengan paku keling buta aluminium dan baja (Abdullah, Beden, & Ariffin, 2011).
Tujuan penelitian
ini adalah menentukan susunan rivet yang efektif untuk instalasi struktur
pesawat udara dengan cara membandingkan susunan rivet zig-zag dan inline dalam
aspek kekuatan sambungan. Informasi yang digunakan sebagai nilai pembanding mencangkup
nilai beban serta tegangan maksimum pada sambungan rivet.
Metode Penelitian
Secara
umum tahapan kerja penelitian ini meliputi tiga
tahapan utama, diantaranya: proses manufaktur kedua spesimen uji, pengujian rill kekuatan kedua sambungan hasil proses rivet dengan metode uji tarik sesuai dengan standard, pemodelan pengujian tarik menggunakan perangkat lunak Ansys 2020 R2, dan
menganalisa kekuatan sambungan kedua spesimen uji serta menarik kesimpulan (Agustin, Gandhiadi, & Oka, 2016).
Spesimen
uji dirancang sedemikian rupa sehinga mengacu
pada standard EN ISO 12996:2013 tentang dimensi diameter lubang, lebar, panjang, dan tebal pelat, jarak
overlap, serta panjang area
jepit. Gambar 1 dan 2 menunjukkan
gambar mesin spesimen uji susunan rivet inline
dan zig-zag. Jarak antar lubang
rivet (pitch) serta jarak tepi pada spesimen uji dijaga agar tidak melebihi batas minimal yang dianjurkan standard API 541.17. Pada standard tersebut nominal jarak pitch serta jarak tepi
diklasifikasi berdasarkan
diameter lubang rivet. Jika diameter lubang rivet yang digunakan adalah 3,2 mm, maka jarak pitch minimum adalah 11,2
mm. Jarak tepi minimal sebesar
7 mm. Spesimen uji terdiri dari dua komponen,
yakni pelat AL 2024-T3 serta rivet round NFL21217-T4. Berikut
adalah sifat mekanik material pelat AL 2024-T3
(Tangahu et al., 2011).
Tabel 1
Sifat Mekanik AL
2024-T3
Sifat Mekanik |
Nominal |
Yield Stress, Ultimate Tensile Strength Modulus Young, E Modulus Shear, G Poison�s Ratio, v |
345 MPa 483 MPa 73,1 GPa 28 GPa 0,33 |
Gambar 1
Spesimen Uji Susunan Rivet
In-line
Gambar 2
Spesimen Uji Susunan Rivet Zig-zag
Proses manufaktur
spesimen dilakukan dengan 4 urutan proses, yakni:
1. Pemotongan Pelat AL 2024-T3
Material
sebagai sheet yang digunakan
yaitu paduan aluminium 2024-T3 dengan tebal 0,8 mm. Pemotongan material
dilakukan sesuai dengan ukuran perancangan
yaitu 102,5 x 37 mm (@4 buah)
untuk dua buah spesimen. Setelah itu, tahap berikutnya
dilakukan deburring untuk menghilangkan ketajaman pada sisi pelat. Hasil pemotongan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3
�Proses Pemotongan Spesimen Uji
2. Pencekaman Spesimen
Setelah
dilakukan pemotongan, jepit pelat bagian
atas dan bawah menggunakan pencekam. Jarak overlap
antara pelat atas dan bawah sebesar 20 mm sesuai dengan nilai yang dianjurkan standard pengujian.
Proses ini dilakukan dengan tujuan spesimen
tidak bergerak ketika proses pengeboran dan riveting
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4
Proses Pencekaman Spesimen Uji
3. Pengeboran Spesimen
Sebelum
melakukan pengeboran, dilakukan penandaan lubang rivet yang akan dibor. Ukuran jarak
sesuai dengan spesifikasi gambar mesin oada Gambar 1 dan 2.
Setelah itu dilakukan pengeboran yang terdiri dua tahap untuk
pengeboran lubang � 3,2 mm seperti ditunjukan pada Gambar 5.
Tahap pertama menggunakan mata bor � 2,5 mm dan tahap kedua menggunakan
mata bor � 3,2 mm (Pambudi & Ichsandi, 2017).
Gambar 5
Proses Pengeboran Spesimen Uji
4. Riveting Spesimen
Konfigurasi yang dipilih
untuk penelitian ini menggunakan rivet round
NFL21217-T4 paduan aluminium,
diameter rivet 3,2 mm dan tebal sheet 0,8 mm 2024-T3 paduan aluminium, proses riveting
dapat dilihat pada Gambar
6. Proses ini diterapkan menggunakan spesifikasi dari Airbus Helicopters.
Gambar 6
�Konfigurasi Proses Riveting
Proses riveting menggunakan squeezer jenis pneumatik. Parameter yang diterapkan
selama membuat spesimen uji dalam tahap proses riveting dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
�Parameter
Riveting
Model |
Diameter |
Panjang |
Max
Squeeze Force |
Inline Zig-zag |
3,2 mm 3,2 mm |
3,5 mm 3,5 mm |
22.000 N 22.000 N |
Proses ini
merupakan kategori proses rivet
secara semi otomatis seperti ditunjukan pada Gambar 7.
Gambar 7
Proses Riveting
Hasil proses riveting untuk kedua model dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8
Hasil Proses Riveting
Pengujian Tarik Spesimen
Secara Riil
Pengujian spesimen
dilakukan untuk mengetahui secara faktual nilai pembebanan
yang diterima oleh sebuah sambungan rivet dengan konfigurasi yang sudah ditentukan. Untuk mendapatkan nilai tensile strength.
Pengujian dilakukan dengan uji tarik dapat dilihat pada Gambar 9 sesuai dengan EN ISO 12996:2013. Pemodelan Pengujian Tarik Menggunakan Perangkat Lunak Ansys
2020 R2.
Diperlukan beberapa
tahap melakukan pengujian menggunakan Ansys, diantaranya:
1. Pemodelan spesimen riveted lap joint.
2. Menentukan beban tarik maksimum (berdasarkan hasil pengujian riil) dan fixed support.
3. Melakukan proses Meshing dengan bentuk umum tetrahedral.
4. Menjalankan simulasi.
5. Mengetahui nilai dan melakukan analisis konsentrasi tegangan yang terjadi di tepi lubang rivet.
Gambar 9
Ilustrasi Pengujian
Tarik
Hasil dan Pembahasan
1. Pengujian Tarik Spesimen
Secara Riil
Pengujian tarik dilakukan untuk mencari nilai
beban maksimum beserta tegangan tarik teoritis berdasarkan beban maksimum yang terukur. Hasil fisik pengujian tarik untuk spesimen
dengan susunan Rivet inline
dapat dilihat pada Gambar
10 dan spesimen dengan susunan Rivet zig-zag dapat dilihat pada Gambar 11 (Sari,
Suteja, & Syarif Hidayatullah, 2021). Jenis kegagalan
pada spesimen dengan susunan rivet inline, terjadi sobekan pada pelat bagian bawah sepanjang
lebar pelat dengan orientasi bidang tegangan tertentu.
Gambar 10
Pengujian Tarik Rivet Inline
Jenis
kegagalan pada spesimen dengan susunan rivet zigzag, terjadi sobekan pada pelat bagian atas
maupun bawah di sekitar rivet dengan jarak tepi terdekat
dengan ujung pelat.
Gambar 11
�Pengujian Tarik Susunan Rivet Zig-zag
Nilai
beban maksimum yang didapatkan dari pengujian tarik untuk kedua spesimen
susunan rivet dapat dilihat pada Tabel 3. Spesimen dengan susunan rivet zigzag memiliki nilai beban maksimum yang lebih besar dibandingkan
dengan susunan rivet inline
(Kartawijaya, 2014).
Tabel 3
Parameter Riveting
Model |
Beban Maksimum (kN) |
Inline Zig-zag |
5,73 6,01 |
Setelah
mengetahui nilai beban maksimum yang dapat ditahan oleh kedua spesimen, nilai tegangan normal dapat diprediksikan dengan formula dibawah ini:
Kt merupakan konstanta konsentrasi tegangan pada pelat yang terdapat lubang (Gambar 12), F merupakan beban maksimum, dan A adalah luas penampang
yang efektif menahan beban (Budynas & Nisbett, 2015).
Gambar 12
Konstanta konsentrasi
tegangan Kt
Dengan
nilai lebar pelat sebesar w = 37 mm, dan nilai diameter lubang sebesar d = 3,2 mm, maka d/w =
0,086. Nilai konstanta konsentrasi
tegangan Kt ≈ 2,7.
Gambar 13
�Potongan spesimen dengan susunan rivet inline
Besar
tegangan normal maksimum
yang terjadi pada spesimen dengan susunan rivet inline adalah:
Besar tegangan normal maksimum yang terjadi pada spesimen dengan susunan rivet zig-zag adalah:
Berdasarkan pendekatan teoritis
nilai tegangan normal maksimal pada susunan rivet inline
lebih kecil dibandingkan susunan rivet zig-zag.
Dapat disimpulkan bahwa spesimen dengan susunan rivet zigzag dapat menahan beban lebih
baik dibandingkan dengan spesimen dengan susunan rivet zig-zag.
2. Simulasi Pengujian Tarik Spesimen
Pada Perangkat Lunak Ansys 2020 R2
Melalui
perangkat lunak Ansys 2020
R2 ini dapat diketahui konsentrasi tegangan yang diterima oleh sambungan rivet untuk mempertegas hasil pengujian tarik secara riil. Analisis
tersebut diperlukan beberapa parameter yang dibutuhkan
oleh software dalam proses analisis,
parameter-parameter tersebut tercantum
dalam Tabel 1.
Setelah
dilakukan pemasukan informasi parameter sifat mekanik pelat Al 2024-T3, langkah selanjutnya adalah memulai proses analisa pembebanan. Metoda perhitungan yang digunakan adalah metode tegangan ekuivalen Von Mises. metode tegangan ekuivalen Von Mises merupakan metoda analisa tegangan dengan beban statis untuk memprediksi tingkat keluluhan material terhadap kondisi pembebanan dari hasil pengujian tarik uniaksial. atau pada material ulet yang memiliki % elongasi diatas 5% (Budynas & Nisbett, 2015).
Al 2024-T3 memiliki nilai %
elongasi sebesar 23% sehingga dapat dikategorikan sebagai material ulet dan sesuai dengan kriteria penggunaan metoda tegangan ekuivalen von Mises.
Tegangan
ekuivalen von Mises pada spesimen
dengan susunan rivet inline
terdapat pada pelat bagian bawah di sekitar lubang tengah rivet sebesar 865,1 MPa. Tegangan maksimum pada lubang sisi sebesar
826,7 MPa dan 819 MPa. Nilai tersebut sedikit lebih kecil
dibandingkan nilai tegangan maksimum pada lubang tengah. Gradasi Tegangan Ekuivalen von Mises pada bagian pelat bawah Al 2024-T3 dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14
�Gradasi
Tegangan Ekuivalen von
Mises pada Bagian Pelat Bawah Al 2024-T3 Susunan Rivet Inline
Tegangan
ekuivalen von Mises pada spesimen
dengan susunan Rivet zig-zag
terdapat pada pelat bagian bawah di sekitar lubang sisi sebelah kanan
rivet sebesar 930,8 MPa. Tegangan
maksimum pada lubang sisi sebelah kiri
sebesar 906,6 MPa atau sedikit lebih kecil
dibandingkan nilai tegangan sisi sebelah
kanan. Sedangkan nilai tegangan ekuivalen von Mises pada lubang bagian tengah sebesar
626,6 MPa. Gradasi Tegangan
Ekuivalen von Mises pada bagian
pelat bawah Al 2024-T3 dapat dilihat pada Gambar 15.
Berdasarkan pendekatan numerik
menggunakan perangkat lunak ANSYS 2020 R2, nilai tegangan normal maksimal pada susunan rivet inline lebih kecil dibandingkan susunan rivet zig-zag. Dapat disimpulkan
bahwa spesimen dengan susunan rivet zigzag dapat menahan beban
lebih baik dibandingkan dengan spesimen dengan susunan rivet zig-zag.
Gambar 15
Gradasi Tegangan
Ekuivalen von Mises pada Bagian Pelat
Bawah Al 2024-T3 Susunan Rivet Zig-zag
3. Analisa Hasil Pengujian
Hasil
pengujian tarik dari kedua spesimen
dengan metoda pengujian secara riil dan metode pengujian numerik menggunakan perangkat lunak ANSYS 2020 R2 bertujuan untuk mengetahui tegangan normal maksimal yang diterima masing-masing spesimen.
Tabel 4 mendeskripsikan rangkuman
hasil pengujian dengan dua metoda
yang berbeda:
Tabel 4
Parameter Riveting
Model |
Beban |
|
|
||
Inline Zig-zag |
5,73 6,01 |
|
865,1 930,8 |
|
|
Berdasarkan indormasi diatas, spesimen dengan susunan rivet zigzag memiliki nilai beban maksimum
yang lebih besar dibandingkan dengan susunan rivet inline. Hal ini disebabkan karena konfigurasi susunan rivet zig-zag
memiliki jarak antar rivet yang lebih jauh dibandingkan dengan konfigurasi susunan rivet inline.
Hal
ini dapat dipertegas mengunakan nilai tegangan normal maksimal teoritik yang dapat ditahan spesimen.
Nilai tegangan normal maksimal
pada susunan rivet zigzag lebih
besar dibandingkan susunan rivet inline. Begitu pula
nilai tegangan normal ekuivalen von Mises maksimal pada
metoda pengujian numerik menunjukan bahwa susunan rivet zigzag lebih besar dibandingkan
susunan rivet inline.
Kesimpulan
Hasil pengujian Tarik secara rill menunjukkan bahwa susunan rivet zig-zag dapat menerima beban maksimum sebesar 6,01 kN sedangkan susunan
rivet inline 5,73 kN. Sedangkan
pengujian numerik menunjukkan bahwa tegangan maksimum ekuivalen von-Mises pada susunan rivet
zig-zag sebesar 930,8 MPa sedangkan
susunan rivet inline sebesar
865,1 MPa. Dapat disimpulkan bahwa
spesimen dengan susunan rivet zigzag dapat menahan beban lebih
baik dibandingkan dengan spesimen dengan susunan rivet zig-zag.
Abdullah, S.,
Beden, S. M., & Ariffin, A. K. (2011). Fatigue crack growth simulation of
aluminium alloy under cyclic sequence effects. Aluminium Alloys, Theory and
Applications, 237�258.Google Scholar
Agustin, Ami
Hilda, Gandhiadi, G. K., & Oka, Tjokorda Bagus. (2016). Penerapan Metode
Fuzzy Sugeno Untuk Menentukan Harga Jual Sepeda Motor Bekas. E-Jurnal
Matematika, 5(4), 1751�2303. Google Scholar
Budynas,
Richard, & Nisbett, J. Keith. (2015). Shigley�s Mechanical Engineering
Design. In Mechanical Engineering. Google Scholar
Cheraghi, S.
Hossein. (2008). Effect of variations in the riveting process on the quality of
riveted joints. The International Journal of Advanced Manufacturing Technology,
39(11�12), 1144�1155.
Google Scholar
Cholik, Cecep
Abdul. (2017). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Untuk
Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia,
2(6), 21�30. Google Scholar
Hondro, Rivalri
Kristianto. (2018). Aplikasi Enkripsi Dan Dekripsi Sms Dengan Algoritma Zig Zag
Cipher Pada Mobile Phone Berbasis Android. Google Scholar
Kartawijaya,
Irwan. (2014). Prosiding Seminar Nasional. Prosiding Seminar Nasional
Biodiversitas Dan Ekologi Tropika Indonesia (BioETI) Universitas Andalas, 1. Google Scholar
Lei, Changyi,
Bi, Yunbo, Li, Jiangxiong, & Ke, Yinglin. (2017). Effect of riveting
parameters on the quality of riveted aircraft structures with slug rivet. Advances
in Mechanical Engineering, 9(11), 1687814017734710. Google Scholar
Mucha, Jacek.
(2017). Blind Rivet and Plastically Formed Joints Strength Analysis. Acta Mechanica
Slovaca, 21(1), 62�69.
Google Scholar
Pambudi,
Lilianto Rio, & Ichsandi, Mustar. (2017). Metode Pelaksanaan Pembangunan
Terowongan Pengelak (Tunnel) Pada Proyek Waduk Bendung Ponorogo. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Google Scholar
Sari, Nasmi
Herlina, Suteja, S. T., & Syarif Hidayatullah, S. T. (2021). Pengantar
Inhibitor Korosi Alami. Deepublish. Google Scholar
Tangahu, Bieby
Voijant, Sheikh Abdullah, Siti Rozaimah, Basri, Hassan, Idris, Mushrifah,
Anuar, Nurina, & Mukhlisin, Muhammad. (2011). A review on heavy metals (As,
Pb, and Hg) uptake by plants through phytoremediation. International Journal of
Chemical Engineering, 2011. Google Scholar
Zamzamy, Achmad Siddiq. (2018). Desain Dan Pembuatan Model Kafo
(Knee Ankle Foot Orthosis) Berdasarkan Antropometri Tubuh Orang Indonesia.
Brilliant Dwinata,
Adi Ganda Putra, Fauziyya H.R. (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |